Anda di halaman 1dari 5

Nama : Ni Luh Putu Ika Sintya Devi

NIM : 1911031003

Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Nama Kelompok : Lamadukelleng

No. Peserta : 24

Secangkir Impian Demi Masa Depan

Impian atau cita - cita adalah sebuah angan yang ada di dalam hati dan
pikiran saya. Impian atau cita - cita setiap orang boleh saja berbeda ataupun sama.
Semua itu bergantung dari keinginan dan kemampuan diri sendiri. Berbicara
mengenai cita-cita saya pun memiliki sebuah cita-cita. Cita-cita yang sudah ada
dalam hati dan pikiran saya sejak saya berusia 6 tahun. Cita-cita saya sangat
sederhana. Menjadi seorang guru adalah impian dan cita-cita yang sudah saya
miliki sejak kecil. Mungkin bagi sebagian orang menjadi seorang guru adalah
perkara yang mudah. Hal itu saya rasakan saat saya duduk di bangku Sekolah
Menengah Atas atau sma. Dilingkungan sekolah saya banyak sekali teman dengan
berbagai karakter dan impian yang berbeda-beda. Ada yang ingin menjadi seorang
pengacara, dokter, arsitek, psikologi dan masih banyak lagi profesi lain yang
mereka inginkan. Namun saat itu pendirian saya masih tetap sama yaitu ingin
menjadi seorang guru. Semuanya telah saya persiapkan dari saya mulai masuk
kelas 10 di salah satu SMA Negeri ternama di Denpasar yaitu SMAN 7 denpasar.

Saya terus berusaha agar saya mampu meraih peringkat kelas. Segala cara
dan upaya telah saya lewati mulai dari bimbel dan mengikuti belajar online sudah
saya tempuh. Hingga saya mampu meraih juara 3 pada kelas 10, 11 dan kelas 12.
Saat nya pun saat saya duduk di kelas 12. Mulailah saya memikirkan. Saya akan
menjadi apa kelak ? Apakah menjadi seorang guru sudah mampu menjamin masa
depan saya ? Mengapa saya harus memilih profesi yang sama dengan profesi
kedua orang tua saya ? Pertanyaan itu sempat terlintas di kepala saya namun hati
saya pun menjawabnya. Apa salahnya menjadi seorang guru. Disaat orang lain
berusaha keras ingin mengejar mimpi mereka dengan melanjutkan pendidikan ke
perguruan tinggi yang ada diluar kota bahkan di luar negri seperti DI Yogyakarta,
Jakarta, Bandung, Surabaya, Depok dan bahkan hingga ke London. Saya memiliki
prinsip yang berbeda dari mereka bagi saya suatu kemampuan suatu ilmu yang
kita dapatkan itu semua akan menjadi berguna apabila diri kita memiliki
kemampuan untuk menerima ilmu tersebut dan memiliki kemauan keras untuk
maju dan sukses. Untuk itu saya tetap memiliki pendirian yang teguh pada
seorang guru.

Ada sebuah pemikiran yang terlintas di kepla saya. Dan kalimat ini selalu
saya gumamkan dalam hati saat teman-teman saya membicarakan cita-cita mereka
yang luar biasa. “ Ingat bahwa seorang guru mampu mendidik anak didiknya
menjadi berbagai macam profesi seperti dokter, arsitek, psikologi, apoteker, dan
lain-lainnya. Tapi apa yang didapat dari seorang guru apa guru akan ikut berubah
profesi sesuai dengan profesi anak didik nanti ? tentunya tidak. Tapi ketauhilah
seorang guru akan mendapatkan suatu pahala yang begitu besar nantinya.
Bagaimana tidak dengan tulus dengan sabar dan penuh kasih sayang seorang guru
mendidik kita dari yang tadinya tidak bisa membaca menjadi mahir sekali
membaca dari yang tadinya tidak menulis menjadi gemar sekali membuat karya
tulis dari yang tadinya tidak suka berhitung menjadi gemar matematika. Begitu
mulai sosok guru bagi saya. Itu sebabnya saat guru menerangkan di depan kelas
saya berusaha dengan sebaik-baiknya untuk tidak lain-lain untuk tidak mengobrol
walupun teman saya mengajak saya melakukan hal itu. Karena saya tahu setiap
ucapan setiap ilmu yang sedang diberikan dan di jelaskan oleh seorang guru
sangat berarti dan berguna bagi diri saya. Saya pun tau sulit mengajar menguasai
kondisi kelas bukanlah sesuatu yang mudah. Maka dari itu saya tidak ingn
menambah beban guru saya tersebut. Memang banyak sekali profesi yang begitu
mulia. Tapi entah mengapa di dalam diri ini sosok guru sudah ada sejak dulu.
Hingga pada saat proses pendaftaran snmptn saya dibuat ragu. Karena yang saya
tahu saya ingin menjadi seorang guru tetapi pilihan pada saat itu sangat banyak
sekali mulai dari guru matematika, IPA, IPS, sejarah, ekonomi, olahraga,
senibudaya, dan bidang keguruan lainnya.

Untuk itu saya melakukan suatu survei dan meminta pendapat orang tua
bahkan guru saya. Masih tersisa beberapa hari sebelum pendaftaran snmptn
ditutup. Saya rasa beberapa itu waktu yang cukup untuk meminta pendapat dari
orang lain. Langkah awal yang saya lakukan adalah menemui orang tua saya
bertanya pada mereka. Saya harus mengambil program studi yang mana ? saat itu
orang tua saya tidak banyak memberikan jawab bukan karena mereka acuh atau
tidak perduli dengan saya tetapi menurut mereka yang akan menjalaninya adalah
saya. Orang tua saya memberika kepercayaan penuh pada saya untuk memilih dan
menentukan jurusan itu sendiri. Terutama bapak saya. Bapak bagi adalah sosok
yang sungguh luar biasa beliau selalu ada disamping saya bertanya hamper setiap
hari mengenai jurusan apa yang akan pilih. Beliau tidak memaksakan
kehendaknya pada saya. Hal itu lah yang membuat saya semakin bingung. Karena
itu saya bertanya ibu saya. Ibu adalah sosok penyayang hebat dan sangat sabar
yang dalam hidup sya ibu saya seoang guru yang mengajar kaum disabilatas
sudah dapat dipastikan bagaimana sabarnya hati ibu saya itu. Menurut ibu saya
ada baiknhya saya mengambil jurusan pgsd. Karena bagi beliau jurusan ini sangat
menjanjikan kelak. Terlebih dulu sekali ibu saya pernah menjadi seoarang guru
SD di salah satu sekolah dasar yang ada di Denpasar yaitu SD 3 Saraswati.
Karena masukan dari ibu saya pun mendapatkan pertimbangan. Lalu saya datang
pada salah satu guru saya di sekolah. Guru yang saya anggap seperti orang tua
saya sendiri. Beliau adalah guru Bahasa bali. Sosok beliau sangat saya kagumi.
Beliau juga sangat memperhatikan saya. Saat itu saya datang menemui beliau.
Saya shareing saya mengeluarkan isi hati saya saya mengelurkan kebimbangan
saya semuanya pada beliau. Saat itupun beliau langsung menjawabnya. Beliau
mengatakan bahwa anaknya baru mengambil kuliah di Undiksha program studi
PGSD dan beruntunganya lagi saat anak beliau lulus atau diwisuda langsung
mendapatkan pekerjaan dan diangkat menjadi PNS. Melihat peluang dan cerita
dari guru itu saya itu sama mulai yakin bahwa program studi yang saya pilih
adalah PGSD.

Namun saat itu saya memiliki pendapat sendiri saya suka dengan pelajar
IPA lalu sempat terlintas mengapa saya tidak ambil program studi IPA saja. 2
pilihan program studi ini terus saya pikirkan agar nantinya tidak salah dalam
menentukan pilihan. Hingga saat itu saya kembali ke titik awal dan kembali
melihat kemampuan dan potensi yang ada di dalam diri saya. Saya sangat dengan
anak-anak saya ingin menjadi seorang pahlawan bagi merekaa saya ingin
mmeberika mereka pendidikan dasar seperti menulis membaca berhitung sehingga
ilmu dasar itu dapat berguna dikemudian hari utuk melanjutkan pendidikan
mereka ke jenjang yg lebih tinggi tentunya. Untuk itu saya pun memutuskan
untuk mengambil jurusan PGSD.

Karena sudah memantapkan hati dan mendapatkan jawab. Saya pun tegas
menyampaikannya pada kedua orang tua saya, dan mereka sangat mendukung
akan hal itu. Tanpa fikir panjang saya pun segera mengambil laptop dan
mendaftakan diri saya pada jalur smnptn. Memilih Universitas Pendidikan
Ganesha sebagai suatu universitas negri yang menurut saya mampu mencetak
tenaga kerja pendidik yang berkualitas dan berkopeten di bidangnya saya pun
memutuskan utuk memilih program studi S-1 PGSD pada pilhan pertama dan S-1
Pendidikan IPA pada pilihan kedua. Saya terus berdoa semoga yang terbaik yang
Tuhan berikan adalah jalan saya. Hingga waktunya tiba pengumuman jalur
smnptn. Subuh sekali baru bangun tdur saya langsung mengecek pengumuman
snmptn tersebuft dengan perasaan takut ragu saya perlahan membuka situs
tersebut. Dan yang dapatkan adalah selamat kamu berhasil. Saya sangat senang
saya langung bangun dan memuluk kedua orang tua saya.

Saya merasa semua pengorbanan semua hal yang saya lakukan di masa
SMA saya sudah terbayarkan. Memang teman saya memiliki cita-cita yang begitu
luar biasa bahkan mereka rela mengeluarkan rupiah dengan jumlah yang tidak
sedikit hanya demi meraih cita-cita mereka. Saya bangga karena saya tidak harus
menambah beban orang tua saya dalam melanjutkan pendidikan perguruan tinggi
karena saya sudah diterima pada jalur undangan. Senang sangat senang tetapi saya
tidak boleh lengah ini barulah awal titik perjuangan bukan berakhir disini tetapi
titik perjuangan saya sedang berawal disini. Saya harus berusaha untuk bisa
membanggakan kedua orang tua saya. Tidak merasa puas. Saya pun memiliki cita-
cita yang baru saya berkinginan nanti saat saya mampu lolos S-1 program studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Saya berkeinginan untuk melanjutkan pada S-2
bahkan S-3. Semoga cita cita saya yang baru ini dapat saya raih dengan jalan yang
mudah tanpa hambatan apapun. Terimakasih Tuhan karena berkat mu saya sudah
mampu meraih cita-cita saya.
Jika suatu saat nanti saya sudah mampu menjadi seorang guru pada
Sekolah Dasar. Saya akan berusaha dengan sekeras mungkin untuk membantu
anak-anak didik saya untuk memahami pelajaran mulai dari matematika, Bahasa
Indonesia, IPA, Bahasa Bali, PPKN, IPS, atau yang disebut dengan Tematik. Saya
tidak akan lupa dengan ilmu yang saya dapatkan selama berkuliah di Undiksha.
Suatu saat nanti saya pun memiliki keinginan untuk membuka tempat les atau
bimbel bagi anak-anak yang putus sekolah atau bagi anak-anak yang terlantar
yang berada disekitar lingkungan rumah saya. Saya ingin memberikan suatu
pengajaran dan ilmu pengetahuan kepada mereka agar mereka mampu merasakan
pancaran dari ilmu pengetahuan dan tidak akan merasa minder lagi saat bergaul
dengan temen-temen mereka. Semoga impian dan cita-cita saya yang baru ini
kelak akan terrealisasikan dengan baik. Mengingat sesuatu yang positif pasti akan
mendatangkan hasil yang positif pula.

Anda mungkin juga menyukai