Anda di halaman 1dari 41

KESALAHAN SISWA-SISWI SMAN 1 GARUT DALAM

PENGGUNAAN BAHASA SUNDA DI DALAM


PERCAKAPAN SEHARI-HARI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir di SMA Negeri 1 Garut

Oleh :

JOY LAZUARDI

NIS. 1516.10.344

XII MIPA 10

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 GARUT

Jalan Merdeka No. 91 Telp. (0262) 233782 Tarogong Kidul Garut

2017/2018
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : KESALAHAN SISWA-SISWI SMAN 1 GARUT


DALAM PENGGUNAAN BAHASA SUNDA DI
DALAM PERCAKAPAN SEHARI-HARI

NAMA SISWA : JOY LAZUARDI

NOMOR INDUK : 1516.10.344

Menyetujui,

Penanggung Jawab Program, Guru Pembimbing,

Ade Syaefulrohman, S.Pd. Kulsum Rahmi Hafid, S.Pd.


NIP. 19620720 198503 1 011 NIP. 19731224 201409 2 001

Mengetahui
Kepala SMA Negeri 1 Garut,

Drs. H. Achdiat Kusdani, M.Pd.


NIP. 19600227 198403 1 004
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmannirrahim

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

yang melimpahkan rahmat dan hidayat-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan karya tulis ini.

Karya tulis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi

tugas akhir belajar di SMA Negeri 1 Garut.

Selama proses penyusunan laporan ini penulis telah banyak

mendapat bantuan yang tidak sedikit dari berbagai pihak, untuk itu

dalam kesempatan yang baik ini penulis ingin menyampaikan ucapan

terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. H. Achdiat Kusdani, M.Pd. sebagai kepala sekolah

SMA Negeri 1 Garut.

2. Bapak Ade Syaefulrohman, S.Pd. sebagai penanggung jawab

program karya tulis.

3. Ibu Kulsum Rahmi Hafid, S.Pd. sebagai guru pembimbing yang

telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan

bimibingan kepada penulis dalam penyusunan karya tulis ini.

4. Staf Guru dan Tata Usaha SMA Negeri 1 Garut yang telah

menjadikan inspirasi bagi penulis selama duduk di bangku

SMA.

i
5. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang senantiasa memberi

bimbingan dan do’a yang tidak ternilai harganya.

6. Bapak Darpan, M.Pd. sebagai wali kelas yang senantiasa

memberi nasihat dan sebagai inspirasi penulis dalam

penyusunan karya tulis ini.

7. Ibu Eva Nurlatifah, M.Pd. selaku pemberi nasihat, dukungan,

dan bimbingan dalam penyusunan karya tulis ini.

8. Saudara Bayu Munggaran, S.H.Int. yang bersedia membantu

penulis dalam penyusunan karya tulis ini.

9. Saudara Ila Asri Asrofiaty dan Muhammad Andre Aditya Iqbal

B. S. yang bersedia membantu penulis mengumpulkan data

untuk penyusunan karya tulis ini.

10. Sahabat sejawat dan seperjuangan, Aditya Nata Azhari, Cahya

Juniar Syam, Dallon A. Anandalein, Fakhrul Rahadian, Mirsal

Fazrullah, M. Fathulkhair Al-Azhari, Rifki Afnan Pamungkas,

Riksan R. Ichsan, dan Solahudin Alayubi, sebagai sumber

inspirasi, motivasi, dan apapun itu yang akan terkenang oleh

penulis.

11. Seluruh keluarga FROST 91 yang senantiasa membantu,

memberi inspirasi, saran, dukungan, serta memberi warna

dalam kehidupan SMA. Kalian luar biasa.

ii
Akhirnya kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu

persatu, penulis ucapkan terima kasih atas bantuan yang telah

diberikan.

Penulis berharap karya tulis ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak.

Garut, November 2017

Penulis

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................... iv

ABSTRAK ......................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1

1.2. Rumusan dan Pembatasan Masalah .................................... 3

1.2.1. Rumusan Masalah ......................................................... 3

1.2.2. Pembatasan Masalah..................................................... 3

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian.............................................. 4

1.4. Manfaat Penelitian ................................................................ 4

1.5. Metode Penelitian ................................................................. 5

1.5.1. Jenis Penelitian .............................................................. 5

1.5.2. Teknik Pengumpulan Data ............................................. 5

1.5.3. Lokasi dan Sampel Penelitian ........................................ 6

1.6. Sistematika Penulisan........................................................... 7

BAB II KAJIAN TEORI ....................................................................... 9

2.1. Bahasa.................................................................................. 9

2.1.1. Pengertian Bahasa ......................................................... 9

2.1.2. Pengertian Bahasa Menurut Para Ahli ......................... 10

iv
2.1.3. Fungsi Bahasa ............................................................. 11

2.1.4. Etika Berbahasa ........................................................... 12

2.2. Bahasa Sunda .................................................................... 15

2.2.1. Perkembangan Bahasa Sunda .................................... 15

2.2.2. Pentingkah Bahasa Sunda? ......................................... 16

2.2.3. Bahasa Sunda di Zaman Sekarang.............................. 17

2.3. Percakapan......................................................................... 18

2.3.1. Pengertian Percakapan ................................................ 18

2.4. Paguneman ........................................................................ 19

2.4.1. Pengertian Paguneman ................................................ 19

2.5. Kesalahan ........................................................................... 20

2.5.1. Pengertian Kesalahan .................................................. 20

BAB III PEMBAHASAN .................................................................... 21

3.1. Kajian Hasil Penelitian ........................................................ 21

3.2. Analisis Data ....................................................................... 21

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... 28

4.1. Kesimpulan ......................................................................... 28

4.2. Saran .................................................................................. 29

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 31

LAMPIRAN....................................................................................... 33

v
ABSTRAK

Bahasa Sunda merupakan bahasa “Ibu” bagi masyarakat Jawa Barat


dan sudah menjadi suatu identitas budaya lokal bagi masyarakat
Sunda, sehingga orang dari luar daerah luar bisa mengetahui
seseorang dari bahasa yang digunakannya. Namun, saat ini
penggunaan bahasa Sunda sudah kurang digunakan dalam
percakapan sehari-hari. Ada pula yang menggunakan bahasa Sunda,
namun penggunaanya tidak sesuai dengan etika dan penggunaan
bahasa Sunda. Hal ini perlu diperhatikan dan jika dibiarkan dapat
berdampak pada bahasa Sunda itu sendiri. Kesalahan yang sering
dijumpai dalam penggunaan bahasa Sunda ialah penggunaan bahasa
Sunda yang dipadukan dengan bahasa Indonesia. Banyak pula yang
menggunakan bahasa Sunda yang tidak sopan, atau dalam istilah
Sunda disebut “bahasa kasar”. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk
mengidentifikasi dan menganalisis kesalahan-kesalahan apa saja
yang biasa dilakukan dalam penggunaan bahasa Sunda di dalam
percakapan sehari-hari khususnya yang dilakukukan siswa-siswi SMA
Negeri 1 Garut. Penelitian ini dilakukan dengan metode simak. Dari
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa masih terdapat kesalahan
yang tidak disadari oleh para siswa-siswi SMA Negeri 1 Garut.

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Bahasa adalah salah satu sarana yang digunakan oleh seseorang

untuk berkomunikasai dengan lingkungan masyarakat sehingga

secara tidak langsung kita dituntut untuk memahami dan menguasai

apa bahasa yang digunakan. Bahasa yang digunakan dari setiap

negara berbeda-beda, sehingga setiap negara memiliki satu bahasa

yang digunakan penduduknya untuk berkomunikasi dan berinteraksi

dengan lingkungan masyarakat, dengan demikian bahasa sering

disebut sebagai identitas negara. Bahasa tersebut dikenal dengan

sebutan bahasa nasional.

Indonesia memiliki satu bahasa yang digunakan sebagai bahasa

nasional yaitu bahasa Indonesia. Kedudukan bahasa Indonesia

disahkan dalam Sumpah Pemuda dan diakui sebagai bahasa negara

yang disahkan dalam UUD NRI 1945 pasal 36.

Selain bahasa nasional, Indonesia juga memiliki berbagai macam

bahasa daerah dari setiap suku dan ras yang ada di Indonesia. Setiap

daerang memiliki bahasa daerah mereka masing-masing yang

memiliki ciri-ciri dan ke-khasan tertentu dari setiap daerah. Bahasa

daerah tersebut menjadi sebuah identitas untuk masyarakatnya dalam

1
berkomunikasi dan percakapan sehari-haari mereka. Penggunaanya

pun hanya dimiliki oleh masyarakat itu sendiri.

Seiring dengan perkembangan zaman, bahasa daerah sering kali

kita abaikan bahkan ditinggalkan penggunaanya. Banyak orang

Indonesia lebih memilih bahasa Indonesia atau bahkan bahasa asing

dalam percakapan dan komunikasi dalam kehidupan sehari-hari.

Orang zaman sekarang menganggap bahwa bahasa daerah itu sudah

kuno dan tidak mengikuti perkembangan zaman.

Salah satu contoh bahasa daerah yang kita kenali adalah bahasa

Sunda, yaitu bahasa dari daerah Jawa Barat. Masyarakat Jawa Barat

di zaman sekarang ini lebih banyak memilih menggunakan bahasa

Indonesia dibanding bahasa Sunda. Adapun sebagian orang yang

masih menggunakan bahasa Sunda, namun banyak mencapurkannya

dengan bahasa Indonesia. Ada pula masyarakat Suku Sunda yang

masih banyak salah dalam menggunakan bahasa Sunda. Baik segi

Undak Usuk Basa Sunda, maupun pengucapannya yang kurang

tepat.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik dan ingin

mengetahui kesalahan apa saja yang sering dilakukan oleh

masyarakat Sunda dalam pengucapan bahasanya sendiri, salah

satunya ialah di lingkungan SMAN 1 Garut. Oleh karena itu, penulis

menyajikan dan mengobservasi hal tersebut dengan karya tulis yang

2
berjudul ”Kesalahan Siswa-Siswi SMAN 1 Garut Dalam

Penggunaan Bahasa Sunda Di Dalam Percakapan Sehari-hari”

1.2. Rumusan dan Pembatasan Masalah

1.2.1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, agar pembahasan lebih

terarah, maka penulis dapat merumuskannya dengan pertanyaan :

1. Bagaimana penggunaan bahasa Sunda siswa-siswi SMAN 1

Garut dalam percakapan sehari-hari?

2. Apa saja kesalahan yang dilakukan oleh siswa-siswi SMAN 1

Garut dalam penggunaan bahasa Sunda dalam percakapan

sehari-hari?

1.2.2. Pembatasan Masalah

Dalam penulisan karya tulis ini, akan sangat luas jika penulis harus

membahas secara umum kesalahan masyarakat Sunda dalam

berbahasa Sunda. Oleh karena itu, penulis lebih menekankan bahwa

karya tulis yang dibuat berisikan kesalahan-kesalahan berbahasa

Sunda yang diperbuat dalam percakapan sehari-hari oleh siswa-siswi

kelas X, XI, dan XII SMAN 1 Garut tahun ajaran 2017/2018.

3
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian yang penulis kemukakan yaitu

sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan bahasa Sunda

siswa-siswi SMAN 1 Garut dalam percakapan di kehidupan

sehari-hari.

2. Untuk mengetahui kesalahan-kesalahan yang biasa dilakukan

oleh siswa-siswi SMAN 1 Garut dalam berbahasa Sunda di

dalam percakapan sehari-hari.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan oleh penulis dalam penyusunan

karya tulis ini adalah :

a. Bagi Penulis

Melalui penyusunan karya tulis ini penulis berharap mendapatkan

wawasan dan ilmu yang lebih banyak mengenai ilmu berbahasa

Sunda dan lebih mengetahui kesalahan-kesalahan yang sering

dilakukan siswa-siswi SMAN 1 Garut dalam penggunaan bahasa

Sunda.

b. Bagi Siswa dan Siswi

4
Melalui karya tulis ini, penyusun berharap siswa-siswi SMAN 1

Garut lebih mengetahui kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan

dalam penggunaan bahasa Sunda di dalam percakapan sehari-hari.

Siswa-siswi juga diaharapkan lebih mencintai bahasa Sunda.

c. Bagi Pembaca

Melalui karya tulis ini, pembaca dapat mengetahui kesalahan-

kesalahan yang sering dijumpai dalam penggunaan bahasa Sunda di

dalam percakapan sehari-hari.

1.5. Metode Penelitian

1.5.1. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam karya tulis ini adalah

metode pustaka dan metode simak. Metode simak ini digunakan

dengan menyimak orang lain untuk mendapatkan data-data yang

diperlukan.

1.5.2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik penggunaan data yang digunakan untuk mengumpulkan

data oleh penulis yaitu :

1. Teknik Sadap

Teknik sadap adalah teknik yang digunakan peneliti untuk

mendapatkan data pertama-tama dengan segenap kecerdikan dan

5
kemauanya harus menyadap pembicaraan seseorang atau beberapa

orang.

2. Simak, Libat, Cakap

Peneliti terlibat langsung dalam dialog, disamping memperhatikan

penggunaan bahasa lawan bicara, peneliti juga mengikuti

pembicaraan lawan bicara.

3. Simak, Bebas, Libat, Cakap

Peneliti tidak terlibat dalam dialog. Peneliti hanya sebagai

pemerhati yang hanya penuh minat tekun mendengarkan apa yang

dikatakan orang-orang yang hanyut dalam percakapan.

4. Teknik Rekam

Hampir sama dengan teknik sadap, hanya saja teknik rekam

menggunakan alat bantu yaitu tape recorder.

5. Teknik Catat

Teknik ini digunakan setelah keempat teknik sebelumnya, dimana

pelaksanaannya mencatat hasil observasi keempat teknik

sebelumnya.

1.5.3. Lokasi dan Sampel Penelitian

Dalam pengumpulan data, penulis membatasi lokasi dan sampel

penelitian dengan hanya melakukan penelitian di SMAN 1 Garut serta

sampel penelitian yaitu kelas X, XI, dan XII.

6
1.6. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan karya tulis ini dapat dijelaskan

sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

1.2. Rumusan dan Pembatasan Masalah

1.2.1. Rumusan Masalah

1.2.2. Pembatasan Masalah

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

1.4. Manfaat Penelitian

1.5. Metode Penelitian

1.5.1. Jenis Penelitian

1.5.2. Teknik Penelitian

1.5.3. Lokasi dan Sampel Penelitian

1.6. Sistematika Penetlitian

BAB II KAJIAN TEORI

2.1. Bahasa

2.1.1. Pengertian Bahasa

2.1.2. Pengertian Bahasa Menurut Ahli

2.1.3. Fungsi Bahasa

2.1.4. Etika Berbahasa

7
2.2. Bahasa Sunda

2.2.1. Kemekaran Bahasa Sunda

2.2.2. Pentingkah Bahasa Sunda?

2.2.3. Bahasa Sunda di Zaman Sekarang

2.3. Percakapan

2.3.1. Pengertian Percakapan

2.4. Paguneman

2.4.1. Pengertian Paguneman

2.5. Kesalahan

2.5.1. Pengertian Kesalahan

BAB III PEMBAHASAN

3.1. Kajian Hasil Penelitian

3.2. Analisis Data

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

4.2. Saran

8
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1. Bahasa

2.1.1. Pengertian Bahasa

Bahasa (dari bahasa Sanskerta भाषा, bhāṣā) adalah kemampuan

yang dimiliki manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lainnya

menggunakan tanda, misalnya kata dan gerakan. Kajian ilmiah

bahasa disebut ilmu linguistik.

Perkiraan jumlah bahasa di dunia beragam antara 6.000–7.000

bahasa. Namun, perkiraan tepatnya bergantung pada suatu

perubahan sembarang yang mungkin terjadi antara bahasa dan

dialek. Bahasa alami adalah bicara atau bahasa isyarat, tetapi setiap

bahasa dapat disandikan ke dalam media kedua menggunakan

stimulus audio, visual, atau taktil, sebagai contohnya, tulisan grafis,

braille, atau siulan. Hal ini karena bahasa manusia bersifat

independen terhadap modalitas. Sebagai konsep umum, "bahasa"

bisa mengacu pada kemampuan kognitif untuk dapat mempelajari dan

menggunakan sistem komunikasi yang kompleks, atau untuk

menjelaskan sekumpulan aturan yang membentuk sistem tersebut

atau sekumpulan pengucapan yang dapat dihasilkan dari aturan-

9
aturan tersebut. Semua bahasa bergantung pada proses semiosis

untuk menghubungkan isyarat dengan makna tertentu.

Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia, bahasa memiliki dua

arti. Pertama, bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer,

yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama,

berinteraksi, dan mengidentifikasi diri. Kedua, bahasa adalah

percakapan (perkataan) baik; tingkah laku yang baik; sopan santun:

baik budinya.

2.1.2. Pengertian Bahasa Menurut Para Ahli

a. Wardhaugh

Bahasa adalah sebuah simbol bunyi yang arbiter yang digunakan

untuk komunikasi manusia.

b. Webster’s New Collegiate Dictionary

Bahasa adalah sebuah alat untuk mengomunikasikan gagasan atau

perasaan secara sistematis melalui penggunaan tanda, suara, gerak,

ataua tanda-tanda yang disepakati, yang memiliki makna yang

dipahami.

c. Halliday dan Hasan

Bahasa adalah salah satu dari sejumlah sistem makna yang secara

bersama- sama membentuk budaya manusia.

10
2.1.3. Fungsi Bahasa

Bahasa secara umum memiliki dua fungsi, yaitu fungsi personal

dan sosial. Fungsi personal mengacu pada peranan bahasa sebagai

alat untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan setiap diri manusia

sebagai mahluk individu. Dengan bahasa, manusia meyatakan

keinginan, cita-cita, kesetujuan dan ketidaksetujuan, serta rasa suka

dan tidak suka. Adapun fungsi sosial mengacu pada peranan bahasa

sebagai alat komunikasi dan berinteraksi antarindividu atau

antarkelompok sosial. Dengan menggunakan bahasa mereka saling

menyapa, saling mempengaruhi, saling bermusyawarah, dan bekerja

sama.

Halliday secara khusus mengidentifikasi fungsi-fungsi bahasa

sebagai berikut.

1. Fungsi personal, yaitu penggunaan bahasa untuk

mengungkapkan pendapat, pikiran, sikap atau perasaan

pemakainya.

2. Fungsi regulator, yaitu penggunaan bahasa untuk

mempengaruhi sikap atau pikiran/pendapat orang lain, seperti

bujukan, rayuan, permohonan atau perintah.

3. Fungsi interaksional, yaitu penggunaan bahasa untuk menjalin

kontak dan menjaga hubungan sosial, seperti sapaan, basa-

basi, simpati atau penghiburan.

11
4. Fungsi informatif, yaitu penggunaan bahasa untuk

menyampaikan informasi, ilmu pengatahuan atau budaya.

5. Fungsi heuristik, yaitu penggunaan bahasa untuk belajar atau

memperoleh informasi, seperti pertanyaan atau permintaan

penjelasan atas suatu hal.

6. Fungsi imajinatif, yaitu penggunaan bahasa untuk memenuhi

dan menyalurkan rasa estesis (indah), seperti nyanyian dan

karya sastra.

7. Fungsi instrumental, yaitu penggunaan bahasa untuk

mengungkapkan keinginan atau kebutuhan pemakainya,

seperti saya ingin....

Dalam praktiknya, fungsi-fungsi tersebut jarang berdiri sendiri.

Antara satu fungsi dengan fungsi lain saling terkait dan saling

mendukung. Dengan demikian, suatu tindak berbahasa dapat

mengandung lebih dari satu fungsi.

2.1.4. Etika Berbahasa

Menurut Masinambow dalam Chaer dan Agustina (2010:172)

Sistem bahasa mempunyai fungsi sebagai sarana berlangsungnya

interaksi manusia di dalam masyarakat, oleh karena itu di dalam

tindak laku berbahasa hendaknya disertai dengan norma-norma yang

berlaku dalam budaya itu. Sistem tindak laku berbahasa menurut

12
norma-norma budaya ini disebut etika berbahasa atau tata cara

berbahasa.

Etika berbahasa merupakan subsistem dari kebudayaan hal ini

terbukti dengan kemampuan seseorang dalam berbahasa diukur

melalui pengetahuannya mengenai suatu budaya dalam suatu

masyarakat tempat ia tinggal. Melalui budaya yang ia pelajari ia akan

dapat dengan mudah menggunakan bahasa sesuai dengan tata cara

atau etika berbahasa yang berlaku di masyarakat tersebut.

Etika berbahasa erat kaitannya dengan keberadaan suatu

kelompok masyarakat, oleh karena itu seharusnya etika berbahasa

dimiliki oleh seseorang maupun kelompok masyarakat itu sendiri,

karena melalui bahasa seseorang akan tahu status sosial dan budaya

dalam masyarakat itu sehingga dapat memudahkan orang tersebut

dalam memilih atau menggunakan bahasa secara tepat pada

tempatnya.

Dalam menerapkan etika berbahasa hendaknya seseorang atau

masyarakat diberi pengetahuan mengenai aturan-aturan sosial

berbahasa, seperti: siapa yang berbicara, dengan bahasa apa,

kepada siapa, tentang apa, kapan, di mana, dan dengan tujuan apa.

Dengan mengetahui aturan-aturan tersebut seseorang atau

masyarakat akan lebih mudah dalam memilih kata-kata dalam

berkomunikasi.

13
Hal di atas sesuai dengan pendapat Hymes yang mengatakan

bahwa suatu peristiwa tutur harus memenuhi delapan komponen,

yang bila huruf-huruf pertamanya dirangkaikan menjadi akronim

SPEAKING. Kedelapan komponen itu adalah: Setting and scane yaitu

berkenaan dengan waktu dan tempat tutur berlangsung. Participant

yaitu pihak-pihak yang terlibat dalam pertututran. Ends yaitu maksud

dan tujuan pertuturan. Act sequence yaitu bentuk ujaran da isi ujaran.

Key yaitu nada, cara dan semangat dimana suatu pesan disampaikan.

Instrumentalities yaitu jalur bahasa yang digunakan. Genre yaitu jenis

bentuk penyampaian.

Aspek sosial budaya dalam memilih kata sapaan juga harus

dipertimbangkan dalam etika berbahasa seperti: yang disapa itu lebih

tua, sederajat, lebih muda, atau kanak-kanak; status sosialnya lebih

tinggi, sama, atau lebih rendah; situasinya formal atau tidak formal;

akrab atau tidak akrab; wanita atau pria; sudah dikenal atau belum

dikenal dan sebagainya.

Selain aspek sosial yang harus diperhatikan dalam etika

berbahasa adalah ketepatan waktu, artinya dengan mengetahui

kapan waktunya kita berbicara dan mendengarkan. Dengan

memperhatikan hal seperti ini maka seseorang atau masyarakat akan

saling menghargai satu sama lain dalam berinteraksi atau

berkomunikasi.

14
Kualitas volume suara dan gerak-gerik anggota tubuh saat

berbicara juga sangat berpengaruh pada etika berbahasa. Mengenai

kualitas volume suara untuk menjaga etika berbahasa kita harus

mengenal terlebih dahulu penuturnya berasal dari mana atau

kebiasaan di daerahnya, karena biasanya penutur yang berasal dari

Sumatra akan menggunakan volume suara yang lebih tinggi.

2.2. Bahasa Sunda

2.2.1. Perkembangan Bahasa Sunda

Bahasa Sunda yang sekarang digunakan merupakan hasil

perkembangan sepanjang masa. Perkembangan itu ditentukan oleh

kehidupan oleh budi akal orang Sunda yang dipengaruhi oleh suasana

tempat dan masa yang dilalui dalam sejarah kehidupan orang Sunda.

Perkembangan bahasa Sunda sejalan dengan perkembangan budaya

Sunda pada umumnya. Bahasa mempunyai fungsi untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat dalam kehidupannya. Bahasa merupakan ciri-

ciri bangsa. Segala perbuatan, kegiatan, ataupun kebiasaan bisa

digambarkan melalui bahasa.

Perkembangan bahasa Sunda ditentukan oleh kehidupan yang

dialami oleh masyarakat Sunda itu sendiri dan dipengaruhi oleh

bahasa dari luar. Bahasa Sunda banyak dipengaruhi oleh bahasa-

15
bahasa dari luar, seperti bahasa Arab, bahasa Inggris, bahasa

Belanda, bahasa Indonesia, jeung bahasa Sansekerta.

2.2.2. Pentingkah Bahasa Sunda?

Dalam diskusi yang diselenggarakan di STSI, Ajip Rosidi

mengajukan agar diusahakan timbulnya rasa bangga orang Sunda

untuk berbicara dengan bahasa Sunda, sebab sudah lama nampak

bahwa sekarang banyak orang Sunda yang menganggap bahasa

Sunda sebagai bahasa kelas tiga (yang pertama bahasa asing dan

yang kedua bahasa nasional) sehingga banyak orang yang enggan

berbahasa Sunda.

Dalam diskusi banyak orang yang mengemukakan bahwa agar

timbul rasa bangga untuk berbicara dengan bahasa Sunda, maka

bahasa Sunda harus dianggap penting. Sebagai contoh bahasa

Jepang yang tidak mudah bagi orang untuk mempelajarinya, tetapi

karena bangsa dan masyarakat Jepang memperlihatkan prestasi yang

menjulang hampir dalam setiap bidang kehidupan, banyak orang yang

ingin memperlajari bahasa tersebut. Sedangkan bahasa Rusia, pada

masa Uni Soviet (USSR) banyak dipelajari di seluruh dunia, namun

kehilangan minat orang mempelajarinya setelah negara tersebut

ambruk dengan ambruknya sistim komunisme.

Maka, satu-satunya cara agar bahasa Sunda bisa dianggap

penting, dan menimbulkan rasa bangga bagi penggunanya, orang

16
Sunda harus bisa bersaing dan membuat prestasi di semua bidang

kehidupan. Sebagai suku bangsa yang jumlahnya nomor dua di

Indonesia, orang Sunda tidak mempunyai prestasi yang menonjol,

sehingga hampir tidak masuk perhitungan. Buktinya pemimpin di

Indonesia kebanyakan asli orang Jawa, bukan Sunda.

2.2.3. Bahasa Sunda di Zaman Sekarang

Di zaman sekarang ini, bahasa Sunda sangat jarang digunakan

sebagai bahasa komunikasi sehari-hari. Sebagai bukti jika seorang

pedagang jalanan di Tatar Sunda, banyak pedagang yang merasa

lebih baik menawarkan dagangannya dengan bahasa Indonesia

dibandingkan dengan bahasa Sunda, padahal sudah jelas bahwa

pedagang tersebut orang Sunda dan berada di lingkungan orang

Sunda. Jika ada pasangan suami-istri orang Sunda yang menetap di

kota meski mereka berkomunikasi dengan bahasa Sunda, tetapi

mereka berbicara dengan anak mereka dengan basaha Indonesia.

Di Tasikmalaya, ada sepasang suami-istri yang berbicara pada

tetangganya bahwa mereka tidak mau mengajarkan anak mereka

bahasa Sunda karena mereka menganggap belajar bahasa Sunda itu

rugi. Mereka menganggap bahasa Sunda sudah tidak zaman dan

tidak ada pintu perusahaan yang terbuka untuk melamar pekerjaan

dengan bahasa Sunda. Sikap dan pikiran itu seprti orang bangsa kuli,

yaitu mentalitas bangsa “pencari kerja” karena sudah terbiasa menjadi

buruh atau budak orang lain. Bukan mentalitas yang pandai untuk

17
membuka lapangan pekerjaan. Mentalitas demikian merupakan akibat

dari sistim sekolah yang dianut Indonesia sejak berdiri.

2.3. Percakapan

2.3.1. Pengertian Percakapan

Percakapan adalah sebuah bentuk komunikasi yang dilakukan

oleh dua orang atau lebih untuk menyampaikan ide, pendapat,

komentar, atau perasaannya. Sebagai makhluk sosial, manusia

berkomunikasi untuk menyampaikan pikirannya, oleh karena itu harus

diperlukan sebuah alat komunikasi berupa bahasa untuk saling

berinteraksi, berhubungan dan bekerjasama demi tercapainya sebuah

tujuan bersama. Di dalam berbicara, penutur dan lawantutur sama-

sama menyadari perlu adanya kaidah-kaidah yang mengatur

penggunaan bahasa, sehingga tindakan dan ucapannya tetap

menjaga kesantunan khususnya dalam berbahasa.

Kesantunan (politeness) atau etiket adalah tatacara, adat, atau

kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. Kesantunan merupakan

aturan perilaku yang ditetapkan dan disepakati bersama oleh suatu

masyarakat tertentu sehingga kesantunan merupakan standar prilaku

sosial di masyarakat. Oleh karena itu, kesantunan biasa disebut

„tatakrama‟. Namun dalam kesantunan terdapat juga pelanggaran.

Pelanggaran tersebut adalah jika salah satu penutur tidak

memberikan informasi yang sebenarnya atau tidak bekerja sama

18
dengan baik, sehingga lawan tutur tidak salah dalam

menginterpretasikan informasi yang diberikan penutur. Berdasarkan

pengertian tersebut, kesantunan pada umumnya berkaitan dengan

hubungan antara dua partisipan yang dapat disebut sebagai “diri

sendiri” dan “orang lain”.

2.4. Paguneman

2.4.1. Pengertian Paguneman

Paguneman merupakan percakapan yang dilakukan dalam

bahasa Sunda dilakukan oleh dua orang atau lebih. Paguneman ada

yang bersifat resmi seperti dalam diskusi atau rapat, ada pula yang

tidak resmi seperti berbicara dengan orang tua atau teman.

Paguneman merupakan suatu cara seseorang untuk

menyampaikan informasi atau pikiran dalam bahasa Sunda. Dalam

bahasa Indonesia, paguneman disebut sebagai percakapan.

Paguneman tidak hanya ditemukan dalam bahasa lisan, tetapi juga di

temukan dalam tulisan, seperti dalam karya sastra atau naskah

drama.

19
2.5. Kesalahan

2.5.1. Pengertian Kesalahan

Kesalahan adalah sikap yang ditunjukan atau pernyataan yang

dibuat oleh seseorang saat sikap/ pernyataan tersebut memiliki alasan

yang tidak benar dan menyesatkan. Kesalahan juga sering disebut

dengan salah atau kekeliruan di mana istilah ini merujuk pada konsep

dalam hukum, etika, dan ilmu pengetahuan. Secara umum, kesalahan

ataupun kekeliruan biasanya merujuk pada situasi di mana sesuatu itu

salah, keliru, tidak tepat, ataupun salah hitung tergantung dari

konteksnya. Secara rinci, kejadian "salah" merujuk pada situasi di

mana seorang individu telah melakukan kesalahan ataupun

mengambil keputusan yang tidak tepat.

20
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Kajian Hasil Penelitian

Pada Bab ini penulis melakukan penelitian dengan metode simak,

yaitu menyimak penggunaan bahasa, khususnya penggunaan bahasa

Sunda lalu dilakukan pencatatan. Teknik dasar dari metode tersebut

adalah teknik sadap. Teknik sadap adalah teknik penyediaan data

yang diwujudkan dengan penyadapan, atau dengan kata lain

mengambil data yang ada dalam konteks.

Dari pelajar SMA Negeri 1 Garut, penulis mengambil tiga

kelompok percakapan yang merupakan perwakilan dari kelas X, XI,

dan XII. Setiap percakapan yang dilakukan dicatat oleh penulis.

3.2. Analisis Data

Dari hasil penyadapan individu dan kelompok, penulis mendapat

beberapa kesalahan yang dilakukan para siswa-siswi SMA Negeri 1

Garut. Sebagai contoh percakapan dua orang siswa kelas X sebagai

berikut.

A : “Ari manéh teh sok parkour?”

B : “Heeuh osok, kunaon kitu?”

A : “Urang hayang ngiluan, tiap hari senin éta téh?”

21
B : “Heeuh. Hayu wéh rék ngilu mah.”

Dari percakapan yang dilakukan, oleh siswa kelas X di atas,

terdapat kesalahan dalam penggunaan bahasa Sunda. Diantaranya

ialah kalimat “tiap hari senin éta téh?”, dari kalimat tersebut kata “tiap”

sudan benar, namun akan lebih baik menggunakan kata “unggal” atau

“saban”. Tapi, pada kalimat “hari senin” dalam bahasa Sunda itu

salah. Seharusnya kalimat tersebut menggunakan kalimat “poé

senén” atau lebih sopan dengan kalimat “dinten senén”.

Penulis juga menemukan kesalahan dalam percakapan siswi

kelas X sebagai berikut.

A : “Hey néng, badé kamana? Ieu maén Ludona can bérés.”

B : “Bentar mau cuci muka dulu.”

A : “Oh, iya sok atuh.”

Dari percakapan di atas, ada beberapa kesalahan yang dilakukan.

Diantaranya ialah respons siswi B atas pertanyaan siswi A, siswi A

bertanya dengan bahasa Sunda, namun siswi meresponsnya dengan

bahasa Indonesia. Namun, siswi A menerimanya dengan respons

yang kurang tepat. Kalimat tersebut seharusnya menggunakan

kalimat “muhun mangga atuh”.

22
Ada pula percakapan seorang seksi kebersihan salah satu kelas

X memerintahkan salah satu siswi yang harus melaksanakan regu

kerja pada hari itu. Berikut potongan dari percakapannya.

Sk : “Heh, salira ayeuna ngepélnya!”

Si : “Iya, aku wéh yang ngepél, kamu yang sapu lantainya.”

Dalam potongan percakapan di atas terdapat kesalahan

penggunaan bahasa Sunda oleh seorang siswi. Selain respons dari

suruhan seksi kebersihan yang menggunakan bahasa Indonesia,

siswi juga menggunakan “wéh” dalam penggunaan bahasa

Indonesianya.

Beralih ke kelas XI, penulis menemukan percakapan antara

beberapa orang siswa dan siswi kelas XI yang sedang berbincang-

bincang. Berikut percakapannya.

A : “Kamari urang téh karék lalajo film Doctor Strange, rame

geningan caritananya.”

B : “Naha karék lalajo, kudet pisan hirup manéh.”

C : “Lainna éta mah filmna geus lilanya?”

A : “Heeuh emang geus lila, urang mah da tara ka bioskop atuh.

Jadi bisana ngan nga-download atuh.”

B : “Ah, kali-kali mah ka bioskop atuh.”

23
C : “Kélanya, urang dék beli kertas keur MOU OSIS ayeuna.”

B : “Heeuh sok jug kaditu.”

A : “Ouh ayeuna téh barudak OSIS ngajarieun MOU.”

B : “Heeuh, kunaon kitu?”

A : “Teu, nanya wéh.”

D : “Heh, bisa pangnuliskeun bismillahirrahmanirrahim maké arab

teu? Pang nuliskeun lah.”

B : “Manéh mah nulis bismilah ogé teu bisa.”

D : “Hehe, ari maneh rek nyieun MOU iraha?”

E : “Nanti, basmalahnya lagi dipangnulisin si X.”

C : “Euleuh siah katajong.”

A : “Naha ari manéh panon teh kamana atuh?”

C : “Urang buta euy.”

Dari percakapan siswa-siswi di atas, terdapat beberapa kesalahan

yang dilakukan oleh para siswa-siswi. Diantaranya pada kalimat

“urang dék beli kertas keur MOU OSIS ayeuna”, kata “beli” dalam

kalimat tersebut merupakan kesalahan dalam penggunaan bahasa

Sunda. Kata tersebut seharusnya menggunakan kata “meuli” atau

lebih sopan menggunkan kata “meser”. Lalu pada kalimat “Nanti,

basmalahnya lagi dipangnulisin si X”, semua kalimatnya merupakan

24
bahasa Indonesia yang didalam percakapan sedang dalam bahasa

Sunda, lalu kalimat “dipangnulisin” merupakan kalimat yang sangat

fatal. Kalimat “dipangnulisin” merupakan kalimat yang salah baik

dalam bahasa Sunda maupun Indonesia. Seharunya kalimat tersebut

menggunakan kalimat “dipangnuliskeun” atau “dituliskan oleh” dalam

bahasa Indonesia. Terakhir kesalah dalam percakapan tadi ialah pada

kalimat “Urang buta euy”, kata “buta” dalam kalimat merupakan

kesalahan dalam kalimat tersebut. Seharunya kata tersebut

menggunkan kata “lolong”. Kata “buta” dalam bahsa Sunda

seharusnya digunakan untuk menggabarkan orang yang bertubuh

tinggi besar seperti raksasa.

Lalu, penulis juga menyimak beberapa percakapan siswa-siswi

kelas XII. Penulis menemukan beberapa percakapan yang

penggunaan bahasa Sundanya masih terdapat kesalahan. Berikut

beberapa percakapan siswa-siswi kelas XII yang masih salah dalam

penggunaan bahasa Sunda.

A : “Tadi kan kelompok urang éléh maén game. Terus

hukumanna mecahin balon. Didalemna ada pertanyaan cinlok ka saha

di OSIS.”

B : “Terus kumaha?”

A : “Urang ngagorowok lah nyebut ngarana.”

B : “Subhanallah.”

25
Dari percakapan di atas terdapat kesalahan dalam penggunaan

bahasa Sunda. Seperti pada kalimat “Terus hukumanna mecahin

balon”. Kalimat “hukumana mecahin balon” merupakan kesalahan

dalam penggunaan bahasa Sunda. Kalimat tersebut seharusnya

menggunakan kalimat “hukumannana ngabitukeun balon”.

Percakapan lain yang dilakukan siswa-siswi kelas XII didapat

dalam suatu obrolan social media. Berikut percakapannya.

A : “Ari éta si L kunaon beut kaluar ti grup?”

B : “Kayanya Line baru.”

C : “Ges weh. Kamis jumat kumaha euy? Atau rabu kamis? Ngan

lamun rabu, mulaina ti jam salapan atau sapuluh.”

D : “Boleh.”

Dari percakapan di atas, terdapat kesalahan dalam penggunaan

bahasa Sunda. Karena percakapan ini didapat dari percakapan social

media penulis juga menganalisis penulisan dalam bahasa Sunda.

Kesalahan yang pertama adalah pada kalimat “Kayanya Line baru”,

pada kalimat tersebut sudah jelas bahwa percakapan diawali oleh

bahasa Sunda, namun respons yang didapat menggunakan bahasa

Sunda. Seharusnya kalimat tersebut berbentuk seperti “Sigana mah

gentos ID Line”. Lalu kesalahan kedua pada kalimat “Ges weh. Kamis

jumat kumaha euy? Atau rabu kamis? Ngan lamun rabu, mulaina ti

jam salapan atau sapuluh”, pada kalimat tersebut banyak sekali

26
kesalahan. Diantaranya pada kata “ges” seharusnya ditulis dengan

kata “geus”. Lalu kalimat “kamis jumat” seharusnya ditulis “kemis

jeung jum’at”. Pada kalimat “atau rabu kamis?” juga merupakan

kesalahan yang seharusnya ditulis “atawa rebo jeung kemis?”.

Terakhir pada kalimat “ngan lamun rabu, mulaina ti jam salapan atau

sapuluh” terdapat kesalahan penulisan kata “rabu” yang seharunya

diubah menjadi kata “rebo”, lalu pada kalimat “mulaina ti jam”

harusnya ditulis dalam bentuk kalimat “dikawitanna ti tabuh”.

Berdasarkan data-data yang penulis dapat dari percakapan-

percakapan bahasa Sunda yang dilakukan siswa-siswi SMAN 1 Garut,

ternyata sudah cukup baik dalam penggunaannya, namun masih

terdapat beberapa kesalahan. Kebanyakan kesalahan siswa-siswi

SMAN 1 Garut dalam penggunaan bahasa Sunda ialah

mencampurkannya dengan bahasa Indonesia yang tidak baku, dan

siswa-siswi yang mendengarkannya menerimanya seperti biasa,

bukan membenarkannya. Ada pula penulisan bahasa Sunda dalam

percakapan di socia media yang masih salah. Kebanyakan siswa-

siswi juga menggunakan bahasa Sunda yang kurang sopan.

27
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah penulis kemukakan mulai dari Bab

I sampai dengan Bab III, penulis dapat mengambil kesimpulan

sebagai berikut.

1. Berdasarkan data yang penulis dapatkan dari percakapan-

percakapan yang dilakukan siswa-siswi SMAN 1 Garut dengan

metode simak, penulis dapat menyimpulkan bahwa

penggunaan bahasa Sunda siswa-siswi SMAN 1 Garut sudah

cukup baik dan bisa menerapkannya dalam kehidupannya

sehari-hari. Hanya saja penggunaan bahasa Sunda dalam

percakapan di kehidupan sejari-hari siswa-siswi SMAN 1 Garut

kebanyakan menggunakan bahasa Sunda yang kasar dan

kurang sopan.

2. Berdasarkan data yang penulis dapatkan dari percakapan-

percakapan yang dilakukan siswa-siswi SMAN 1 Garut dengan

metode simak, penulis dapat menyimpulkan bahwa kesalahan

siswa-siswi dalam penggunaan bahasa Sunda dalam

percakapan sehari-hari adalah banyaknya perpaduan bahasa

Sunda dengan bahasa Indonesia yang tidak baku sehingga

membuat arti dari bahasa Sunda atau wawasan penggunaan

28
bahasa Sunda semakin kecil. Kesalahan lain yang biasa

dilakukan siswa-siswi SMAN 1 Garut adalah menjawab atau

merespons percakapan bahasa Sunda dengan bahasa

Indonesia. Lalu, kesalahan terakhir adalah banyak siswa-siswi

yang menggunakan bahasa Sunda yang kasar dan kurang

sopan.

4.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah disampaikan, penulis

menyarankan bagi siswa-siswi umumnya, untuk senantiasa

menggunakan bahasa Sunda, karena bahasa Sunda hanya bisa

dikembangkan oleh kita selaku orang Sunda. Bahasa merupakan ciri

suatu bangsa, jika penggunaan bahasa Sunda hilang, maka ciri kita

sebagai orang Sunda ikut menghilang. Lalu gunakanlah bahasa

Sunda dengan baik, belajarlah menggunakan bahasa Sunda dengan

tidak mempadukannya dengan bahasa lain. Karena hal itu pun bisa

mengurangi wawasan kita dalam penggunaan bahasa Sunda. Dengan

demikian, kita selaku pelajar dapat bangga akan bahasa daerah kita

sendiri selaku ciri dari suatu daerah kita sendiri yaitu orang Sunda.

Bagi guru dan sekolah, penulis menyarankan untuk meningkatkan

minat belajar siswa-siswi SMAN 1 Garut untuk terbiasa menggunakan

bahasa Sunda yang baik dan benar dalam percakapan sehari-hari.

29
Tidak hanya mempelajari kebudayaannya, namun mempelajari juga

etika berbahasa. Penggunaan bahasa Sunda yang baik dan benar

dapat meningkat mutu bahasa Sunda itu sendiri dan dapat membuat

bahasa Sunda memiliki masa depan yang baik di masa yang akan

datang.

30
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul.2010. (Sosiolinguistik; Perkenalan awal). Jakarta:

Rineka Cipta.

Prawirasumantri,Abud. 1990. Kamekaran, Adegan, Jeung Kandaga

Kecap Basa Sunda. Bandung: Geger Sunten

Rosidi,Ajip. 2000. Masa Depan Budaya Daerah. Jakarta. Pustaka

Jaya

Solchan TW. 2008. Pendidikan Bahasa Indonesia di SD. Edisi ke-1.

Jakarta: Universitas Terbuka

Sumarsono, Tatang. 2014. Basa Sunda. Bandung: Dinas Pendidikan

Provinsi Jawa Barat

Webmaster. 2011. Metode Simak dan Terappan Teori Alih

http://adabbsa.blogspot.com/2011/05/metode-simak-dan-

terapan-teori-alih.html?m=1

(diakses pada tanggal 29 Agustus 2017. Pukul 08.32 WIB)

Webmaster. Tanpa Tahun. Bahasa

https://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa

(diakses pada tanggal 10 September 2017. Pukul 19.38 WIB)

31
Webmaster. Tanpa Tahun. Kekeliruan

https://id.wikipedia.org/wiki/Kekeliruan

(diakses pada tanggal 16 Oktober 2017. Pukul 20.20 WIB)

32
LAMPIRAN

33

Anda mungkin juga menyukai