Memperhitung satu per satu dosa-dosa yang lalu, Dosa-dosa kamu yang berdusta kepada bangsamu Dosa-dosa kamu yang membuat kami Sedih, merayu, dan sekarang pedih lalu berseru “Siapakah yang telah berdusta, dan kini menjadi seteru?” Telah terkorban Temasik di tangan mereka Telah putih mata kami melihat Pedra Branca Telah kau sunglap bahasa Melayu menjadi Bahasa Malaysia Dengan sekelip mata, bahasa orang menjadi maharaja Mengajar anak-anak kecil melupakan warisannya Mengajar murid-murid sekolah mengejek bangsanya.
Ayuh! mari kita ajar anak-anak itu membaca sejarah
Menghormati yang telah pergi, semasa hidupnya berjerih payah Zaaba, Sako, Burhanuddin, Boestamam, Samad dan Keris Mas Dengan mantera dan sihir bahasa ibundanya menyuarakan kemerdekaan Nah! Siapa hari ini yang berebut kekuasaan, dan mabuk kemewahan? Silakanlah, tetapi jangan hina roh-roh di perkuburan Dan rakyat biasa yang masih hidup dengan sisa-sisa perjuangan.
Ayuh! mari kita tulis tentang kisah yang hitam
Sebuah tragedi besar sesudah tewasnya Jebat Darah mengalir dari lantai-lantai Putrajaya Darah rakyat yang menjadi racun berbisa Jatuh ke bumi bertahun- tahun padi tak jadi Mengalir ke lautan jutaan ikan terapung mati.
“Ayuh ! mari kita mara ke depan “
Pesan seorang pujangga Pasang benteng dengan bahasa Tancapkan lembing dengan suara Hanya itulah yang kita ada Menikam ke rongga-rongga dada mereka.
Ayuh! mari kita berhimpun dan berarak
Kita bakar dengan api puisi dan sajak.
Wahai! Saudara-saudaraku yang muda
Di depanmu ada api, biarkan menyala. Wahai ! saudara-saudaraku yang muda