Anda di halaman 1dari 10

Journal Reading Perbandingan efek samping

metildopa, amlodipin, dan metoprolol pada


ibu hamil dengan hipertensi kronis.

Pembimbing : DR. dr. Fatimah Eliana Taufik, Sp.DP, KEMD

Penyusun : Alya Shofiyah - 1102018060


Abstrak
Tujuan : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan komplikasi obat
antihipertensi; pada ibu hamil dengan hipertensi kronis.
Metode: Penelitian kohort retrospektif ini dilakukan pada 300 ibu hamil dengan hipertensi
kronis.
Hasil: risiko relatif preeklamsia pada kelompok methyldopa 3,45 kali lebih tinggi daripada
metoprolol, risiko relatif persalinan prematur tidak signifikan antara kelompok
metildopa dan metoprolol, BBLR, dan IUGR pada kelompok metildopa dan amlodipin.
Kesimpulan: Metildopa dan amlodipin berhubungan dengan efek samping paling sedikit
pada ibu hamil yang dirawat karena hipertensi kronis. Kejadian preeklamsia lebih besar
pada kelompok metildopa.
Pengantar
• Hipertensi kronis selama kehamilan didefinisikan sebagai adanya hipertensi sebelum konsepsi atau
sebelum usia kehamilan 20 minggu.
• Kriteria diagnostik oleh American Heart Association dan American College of Cardiology telah
mengkategorikan hipertensi menjadi dua tahap; stadium I 130–139/80–89 mmHg dan stadium II
140/90 mmHg.
• Penelitian mengungkapkan metildopa cenderung memiliki efek samping yang lebih rendah
dibandingkan dengan beta-blocker dan calcium-channel blocker untuk menangani hipertensi kronis
selama kehamilan
• Tujuan dari penelitian kami adalah untuk mengevaluasi efek samping terkait kehamilan, perinatal
dan neonatal dari metildopa, amlodipine (penghambat saluran kalsium), dan metoprolol
(penghambat beta) di antara wanita hamil yang mengalami hipertensi kronis.
Bahan dan Metode
• Studi kohort retrospektif ini dilakukan pada Wanita hamil dengan hipertensi kronis yang terdaftar di
Rumah Sakit Asali, Khorramabad-Iran
• Pasien-pasien ini diobati dengan salah satu obat ini; metildopa (250 mg tiga kali sehari), amlodipin
(5 mg/hari), atau metoprolol (50 mg/hari) setelah diagnosis hipertensi kronis.
• Hipertensi kronis didefinisikan sebagai tekanan darah 140/90 mmHg sebelum kehamilan atau <20
minggu kehamilan, diperoleh pada dua kesempatan yang berbeda, minimal 24 jam dengan
menggunakan sphyngomomanometer.
• Tekanan darah dicatat untuk interval kehamilan yang berbeda pada setiap tindak lanjut sampai
persalinan.
• Kriteria eksklusi termasuk wanita dengan penyakit tiroid, preeklamsia atau eklampsia, anomali
uterus, penyakit imunologi, merokok dan penyalahgunaan alkohol, riwayat persalinan prematur, dan
keguguran.
Pengumpulan Data
• Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan data pada rekam medis pasien dan pasien dibagi
menjadi tiga kelompok (Pengguna obat hipertensi metoprolol, metildopa, amlodipin).
• Formulir pendataan meliputi usia, usia kehamilan, gravid, paritas, jumlah aborsi, karakteristik,
massa tubuh, tingkat pendidikan, jenis obat yang digunakan, dan lama penggunaan obat.
• Pasien kemudian dianalisis untuk efek samping obat seperti sinkop, edema, stenosis,
bronkospasme, bra dikardia, blok AV, gagal jantung kongestif, takiaritmia ventrikular, kantuk,
sakit kepala, hipotensi ortostatik, hipertensi, hiperprolaktinemia, ruam kulit. , gejala
gastrointestinal flushing, takikardia, dan konstipasi.
• Luaran ibu yang dinilai setelah penggunaan obat adalah solusio plasenta, preeklamsia, eklampsia
partus sedangkan, luaran janin seperti kematian perinatal, berat badan lahir rendah, pembatasan
pertumbuhan intrauterin (IUGR), persalinan prematur.
Perbandingan efek samping
Hasil & Diskusi
• Obat antihipertensi direkomendasikan dalam jumlah kecil dosis selama kehamilan, cukup untuk
mempertahankan darah tekanan tepat di bawah <160/105 mmHg.
• hipertensi kronis selama kehamilan dapat menyebabkan preeklampsia, persalinan prematur, dan
kematian perinatal. Metildopa direkomendasikan sebagai terapi lini pertama untuk hipertensi
kronis selama kehamilan dikarenakan hasil dari penelitian kami melaporkan, bahwa metildopa
paling sedikit efek sampingnya dibanding pada pasien yang menggunakan amlodipine.
• Tindakan utama obat penghambat -adrenoseptor (metoprolol) termasuk penurunan curah jantung.
Efek obat ini tergantung pada reseptornya selektivitas, kelarutan dalam lemak, dan aktivitas
simpatik intrinsik. Metoprolol juga diketahui menyebabkan hipoglikemia pada neonatus. Bukti ini
konsisten dengan kamistudi di mana sebagian besar kasus pembatasan pertumbuhan intrauterin
(10%) dan berat badan lahir rendah (15%) terlihat di kelompok metoprolol.
Hasil & Diskusi
• Hipertensi kronis dikaitkan dengan 2-3 kali peningkatan risiko kelahiran prematur dan 1 dari setiap
200-300 kehamilan cenderung berakhir dengan keguguran.
• Pada studi yg dilakukan oleh SU dan YANIT, menjelaskan bahwa pemberian obat anti hipertensi
menyebabkan resiko tinggi terhadap berat badan lahir rendah dan kelahiran prematur.
• Sebuah meta-analisis oleh Webster, Conti-Ramsden melaporkan bahwa obat antihipertensi seperti beta
blocker, metildopa tidak menimbulkan efek samping yang berbeda secara signifikan. Terhadap ibu,
efek perinatal, dan neonatus.
• Dalam sebuah penelitian yang dilakukan Mito, Murashima, amlodipine tidak terdapat perbedaan yg
signifikan dibandingkan dengan obat antihipertensi lain seperti calcium-channel blocker.
• Metoprolol dilaporkan terkait dengan penurunan tekanan arteri rata-rata ibu yang menyebabkan
kelahiran rendah berat neonatus. Penelitian kami juga melaporkan peningkatan insiden berat badan
lahir rendah dan insiden tertinggi kedua preeklamsia pada kelompok metoprolol.
Kesimpulan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa preeklamsia timbul signifikan lebih


besar pada penggunaan kelompok metildopa. Namun, metoprolol (beta-
blocker) dikaitkan dengan efek samping yang lebih besar yakni berat badan
lahir rendah, kelahiran prematur, dan pembatasan pertumbuhan intrauterin.

Anda mungkin juga menyukai