Anda di halaman 1dari 3

Tugas Farmakoterapi

Ibu Hamil & Menyusui

Nama : Rully Mukti Nainggolan

NIM : A03227214

Prodi : S1 Farmasi Alih Jenjang

1. Seorang wanita hamil 8 minggu mengalamai hiperemesis gravidarum, tidak bisa makan dan
minum , hari ke 3 pasien demam dengan suhu 37,9 C, turgor turun, lemas, dan tekanan darah
meningkat 140/90 mmHg. Resep obat yang diberikan adalah Ondansetron tablet 4 mg 2x 1,
Parasetamol 500 mg 3x1
Pertanyaan :
a. Tentukan sasaran, tujuan, strategi dan target terapi
b. Apakah ondansetron dan parasetamol aman digunakan ? Tuliskan kategori keamanannya.
Jawaban :
a. Sasaran, tujuan, strategi dan target terapi:
• Sasaran Terapi : Emesis dan dehidrasi pada ibu hamil
• Tujuan Terapi : Mengatasi dehidrasi, mengurangi gejala, mencegah komplikasi serius
dari muntah yang persisten, menurunkan perburukan penyakit, dan menurunkan frekuensi
emesis
• Target Terapi : Kesembuhan Pasien.
• Strategi Terapi :
Farmakologi : Pemberian obat yang disarankan sebagai lini pertama adalah vitamin B6-
doksilaminuntuk mengatasi mual muntah pada ibu hamil. Jika keluhan tidak membaik,
dapat diberikan terapi lini kedua seperti dimenhydrinate, diphenhydramine,
metoclopramide, dan ondansetron. Jika terdapat tanda dehidrasi, maka perlu diberikan
rehidrasi dengan cairan intravena (larutan RL). Antiemetik metoclopramide atau
ondansetron dapat diberikan secara intravena hingga pasien mampu mentoleransi obat
oral.
Non-Farmakologi : Pemberian diet pada pasien. Diet yang direkomendasikan pada
penderita hiperemesis gravidarum adalah makan sedikit-sedikit namun sering. Pasien
juga dianjurkan untuk menghindari makanan pedas dan berlemak serta yang memicu
mual. Jenis makanan yang disarankan adalah makanan yang hambar dan kering, seperti
biskuit atau makanan tinggi protein lainnya. Hindari konsumsi pil penambah zat besi
karena dapat menambah mual,
b. Keamanan Obat yang digunakan dapat dinyatakan aman karena kategori obat yang diberikan
sebagai berikut :
• Ondansetron : Kategori keamanan Ondansetron bagi ibu hamil adalah kategori B. Hal ini
berarti tidak ada resiko buruk pada penelitian dengan hewan dan manusia . Sehingga
Ondansetron dinyatakan aman bagi ibu hamil . Khusus untuk kehamilan trimester
pertama , sebaiknya perlu dikonsultasikan kepada dokter kandungan terkait keamanan
obat terhadap janin .
• Paracetamol : Parasetamol dimasukkan ke dalam kategori C. Pada penelitian terhadap alat
perkembangbiakan hewan coba menunjukkan adanya efek samping pada janin.
Sedangkan pada ibu hamil belum ada kajian yang mendalam. Obat kategori C ini hanya
diberikan kepada ibu hamil, bila manfaat yang diperoleh lebih besar daripada resiko yang
mungkin terjadi pada janin.

2. Seorang wanita hamil mengalami peningkatan tekanan darah hingga 200/120 mm/hg pada
kehamilan 28 minggu, disertai proteinuria, dokter mendiagnosa pasien mengalami pre
eklamsia. Pengobatan yang diberikan adalah MgSO4 8 gram i.m, nifedipin 10 mg peroral, tidak
tampak kesan udema paru.
Pertanyaan :
a. Tuliskan sasaran, tujuan, dan strategi terapi untuk pasien tersebut ?
b. Apakah obat yang diberikan aman, uraikan kategori keamanannya.
Jawaban :
a. Sasaran, tujuan, dan strategi terapi untuk pasien:
• Sasaran Terapi : Hipertensi dan eklamsia
• Tujuan Terapi : Menurunkan tekanan darah, mencegah terjadinya kejang, mengurangi
gejala, mencegah komplikasi serius, dan menurunkan perburukan penyakit.
• Target Terapi : Kesembuhan pasien
• Strategi Terapi :
Rawat jalan dapat dilakukan untuk pasien preeklampsia tanpa gejala berat dengan usia
kehamilan (<37 minggu), dengan catatan harus ada observasi ketat terhadap kondisi ibu
dan janin. Kesejahteraan janin dipantau dengan USG serial untuk menilai pertumbuhan
janin. Pemberian obat antihipertensi direkomendasikan pada preeklampsia dengan
hipertensi berat. Antihipertensi pilihan utama adalah nifedipine. Pada pasien dengan
tekanan darah sistolik ≥170 mmHg atau diastolik ≥110 mmHg, nifedipine 10–20 mg
peroral dapat diberikan dan diulang tiap 30–45 menit sampai dosis maksimal 40 mg.
Selanjutnya, untuk dosis pemeliharaan, gunakan nifedipine lepas lambat dengan dosis
20–60 mg, 1–2 kali sehari, dengan dosis maksimal 120 mg/hari.
Magnesium sulfat merupakan obat pilihan utama sebagai profilaksis kejang pada pasien
dengan preeklampsia. Magnesium sulfat diberikan secara intravena dan dilarutkan dalam
cairan salin fisiologis dengan dosis inisial (loading dose) 4–6 gram selama 20–30 menit.
Lalu, lanjutkan dengan dosis rumatan 1–2 gram/jam. Jika terjadi toksisitas, pemberian
magnesium sulfat segera dihentikan. Selama pemberian magnesium sulfat, pantau laju
pernapasan dan tekanan darah tiap 30 menit, denyut nadi dan produksi urine tiap 1 jam,
dan refleks patella setelah dosis inisial dan tiap 2 jam.

b. Keamanan Obat yang dibertikan dapat dinyatakan kurang aman untuk ibu hamil, sebaiknya
dalam penggunaan perlu dilakukan kontrol kehamilan dan kondisi janin, kategori obat yang
diberikan sebagai berikut
• Nifedipine termasuk dalam kategori C berdasarkan Food and Drug Administration (FDA)
dan Therapeutic Goods Administration (TGA). Studi pada binatang percobaan
memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin, tetapi belum ada studi terkontrol
pada wanita hamil.
• Berdasarkan FDA, magnesium sulfat masuk dalam obat kategori D yang menyatakan
bahwa terdapat bukti positif mengenai risiko terhadap janin manusia, tetapi besarnya
manfaat yang diperoleh mungkin lebih besar dari risikonya, misalnya untuk mengatasi
situasi yang mengancam jiwa pada eklampsia dan preeklampsia.

Anda mungkin juga menyukai