Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOTERAPI 2

Disusun Oleh :
Nama : Siti Aqubah
NIM : 161-210-014
Prodi : S1 Farmasi
Semester : IX (Sembilan)

Dosen Pengampu :
Mawaqit Makani, M.Clin.Pharm.,Apt

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


BORNEO CENDIKIA MEDIKA PANGKALAN BUN
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
Alamat : Jl. Sultan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun Kab. Kotawaringin Bara
MODUL 11

REUMATOID ARTHRITIS

I. Tujuan praktikum :
Mahasiswa mampu mengerjakan dan mengidentifikasikan tatalaksana terapi Dasar
teori
A. Definisi GERD
Definisi GERD menurut Konsensus Nasional Penatalaksanaan Penyakit Refluks
Gastroesofageal di Indonesia tahun 2013 adalah suatu gangguan berupa isi lambung
mengalami refluks berulang ke dalam esofagus, menyebabkan gejala dan/atau
komplikasi yang mengganggu. GERD adalah suatu keadaan patologis akibat refluks
kandungan lambung ke dalam esophagus dengan berbagai gejala akibat keterlibatan
esofagus, faring, laring dan saluran napas. Sedangkan menurut American College of
Gastroenterology, GERD is a physical condition in which acid from the stomach
flows backward up into the esofagus. GERD adalah suatu keadaan patologis di
mana cairan asam lambung mengalami refluks sehingga masuk ke dalam esofagus
dan menyebabkan gejala.hidup.

B. faktor resiko GERD


Beberapa faktor risiko GERD adalah:

 Obat-obatan, seperti teofilin, antikolinergik, beta adrenergik, nitrat,


calcium-channel blocker.
 Makanan, seperti cokelat, makanan berlemak, kopi, alkohol, dan rokok.
 Hormon, umumnya terjadi pada wanita hamil dan menopause. Pada wanita
hamil, menurunnya tekanan LES terjadi akibat peningkatan kadar
progesteron. Sedangkan pada wanita menopause, menurunnya tekanan LES
terjadi akibat terapi hormon estrogen.
 Struktural, umumnya berkaitan dengan hiatus hernia. Selain hiatus hernia,
panjang LES yang < 3 cm juga memiliki pengaruh terhadap terjadinya
GERD.
 Indeks Massa Tubuh (IMT); semakin tinggi nilai IMT, maka risiko
terjadinya GERD juga semakin tinggi.
C. Patofisiologi
GERD terjadi akibat adanya ketidaks eimbangan antara faktor ofensif dan
defensif dari sistem pertahanan esofagus dan bahan refluksat lambung. Yang
termasuk faktor defensif sistem pertahanan esofagus adalah LES, mekanisme
bersihan esofagus, dan epitel esofagus. LES merupakan strukur anatomi berbentuk
sudut yang memisahkan esofagus dengan lambung. Pada keadaan normal, tekanan
LES akan menurun saat menelan sehingga terjadi aliran antegrade dari esofagus ke
lambung. Pada GERD, fungsi LES terganggu dan menyebabkan terjadinya aliran
retrograde dari lambung ke esofagus. Terganggunya fungsi LES pada GERD
disebabkan oleh turunnya tekanan LES akibat penggunaan obat-obatan, makanan,
faktor hormonal, atau kelainan struktural. Mekanisme bersihan esofagus merupakan
kemampuan esofagus membersihkan dirinya dari bahan refluksat lambung;
termasuk faktor gravitasi, gaya peristaltik esofagus, bersihan saliva, dan bikarbonat
dalam saliva. Pada GERD, mekanisme bersihan esofagus terganggu sehingga bahan
refluksat lambung akan kontak ke dalam esofagus; makin lama kontak antara bahan
refluksat lambung dan esofagus, maka risiko esofagitis akan makin tinggi. Selain
itu, refluks malam hari pun akan meningkatkan risiko esofagitis lebih besar. Hal ini
karena tidak adanya gaya gravitasi saat berbaring.

D. Klasifikasi GERD
Berdasarkan lokalisasi gejalanya, GERD dibagi menjadi dua, yaitu sindrom
esofageal dan esktraesofageal. Sindrom esofageal merupakan refluks esofageal
yang disertai dengan atau tanpa adanya lesi struktural. Gejala klinis sindrom
esofageal tanpa lesi struktural berupa heartburn dan regurgitasi, serta nyeri dada
non-kardiak. Sedangkan pada sindrom esofageal disertai lesi struktural, berupa
refluks esofagitis, striktur refluks, Barret’s esophagus, adenokarsinoma esofagus.
Sindrom ekstraesofageal biasanya terjadi akibat refluks gastroesofageal jangka
panjang
E. Pengobatan GERD

F. Terapi Non farmakologi


 Menurunkan berat badan bila penderita obesitas atau menjaga berat badan
sesuai dengan IMT ideal
 Meninggikan kepala ± 15-20 cm/ menjaga kepala agar tetap elevasi saat
posisi berbaring
 Makan malam paling lambat 2 – 3 jam sebelum tidur
 Menghindari makanan yang dapat merangsang GERD seperti cokelat,
minuman mengandung kafein, alkohol, dan makanan berlemak - asam -
pedas
II. KASUS
Ny. A usia 50 tth (BB : 68 Kg, TB : 150) dating ke Apotek Candra Medika
karena dada terasa panas, bersendawa lebih sering dari biasanya, mengalami
hipersalivasi. Hal ini dialami sejak seminggu yang lalu. Beliau menyatakan kalau
antacid tidak begitu membantu. Saat ini Ny. A mengkonsumsi metformin 3 x 500
mg, concor 1 x 5 mg, Lisinopril 1 x 5 mg, Plavix 1 x75 mg, ISDN 3 x 10 mg,
Atorvastatin 1 x 10 mg, Ondansetron 4 mg bila perlu. Riwayat penyakit Ny. A
adalah DM Tipe 2 dan jantung. Untuk keluhan gatal diselajari kaki dokter
meresepkan Formyco cream 2 x seharidan Formycin tablet 1 x 200 mg. Tekanan
darah 140/90, kadar gula 130 mg/dl.

III. Uraian Gejala atau Penyakit


Diketahui :
 Nama : Ny. A
 Umur/jenis kelamin : 50 thn/perempuan
 Keluhan : dada terasa panas, bersendawa lebih sering dari
biasanya, mengalami hipersaliva
 Riwayat penyakit : DM tipe 2 dan jantung
 Hasil pemeriksaan :
 Berat badan : 68 kg
 Tinggi badan : 150 cm
 Terapi yang digunakan : metformin 3 x 500 mg, concor 1 x 5 mg, Lisinopril 1 x
5 mg, Plavix 1 x75 mg, ISDN 3 x 10 mg, Atorvastatin 1 x 10 mg, Ondansetron 4
mg

IV. URAIAN DENGAN METODE SOAP KASUS A


 SUBJECT

Keluhan Dada terasa panas, bersendawa lebih sering dari


biasanya, mengalami hipersalivasi, dialami
sejak seminggu yang lalu.
Riwayat Penyakit DM Tipe 2 dan jantung
Obat yang sedang digunakan Metformin 3 x 500 mg, concor 1 x 5 mg,
Lisinopril 1 x 5 mg, Plavix 1 x75 mg, ISDN 3 x
10 mg, Atorvastatin 1 x 10 mg, Ondansetron 4
mg.
Dokter meresepkan Formyco cream 2 x sehari
dan Formycin tablet 1 x 200 mg untuk keluhan
gatal diselajari kaki.
 OBJECT

TTV Tekanan darah 140/90, kadar gula 130 mg/dl.


Pemeriksaan Fisik BB : 68 Kg, TB : 150
 ASSESMENT
Disarankan pasien melakukan pemeriksaan lebih lanjut seperti pemeriksaan
endoskopi, pemantauan refluks dan lain-lain.
 PLAN

Penyakit S&O Terapi Assesment Plan


GERD Dada terasa Antacid Obat dihentikan karena
panas, Obat dihentikan tidak memberikan
bersendawa perubahan pada gejala yang
lebih sering dirasakan pasien
dari biasanya, Ondansetro Obat tidak diberikan karena
mengalami n 4 mg. Obat dihentikan pasien tidak mengalami
hipersalivasi, mual muntah
dialami sejak
seminggu yang
lalu.
Lansoprazol Termasuk dalam Obat diberikan sebagai
golongan PPI terapi awal gejala GERD
Dosis diberikan 15 yang dirasakan pasien dan
mg 1 x sehari dapat diberikan tanpa resep
(Pharmacotherapy dokter
Handbook, Ninth
Edition)
DM Tipe 2 Metformin Dosis yang Dilakukan monitoring
3 x 500 mg digunakan kurang apabila kadar gula darah
tepat, dosis pasien mengalami
diturunkan menjadi peningkatan bias diberikan
2 x 500 mg terapi metformin, jika kadar
(Pharmacotherapy gula darah masih terkonrtol
Handbook, Ninth maka tidak perlu diberikan.
Edition)
Hipertensi . Concor Dosis sudah sesuai Obat tetap digunakan
1 x 5 mg dan terapi tetap sebagai terapi antihipertensi.
dilanjutkan dengan
Dosis 5 mg - 10
mg/hari
Concor merupakan
obat dengan
kandungan
Bisoprolol yang
termasuk dalam
golongan β-
blocker
(Menurut JNC-7)
Lisinopril Dosis 10 – 40 Obat tidak digunakan
1 x 5 mg mg/hari karena berinteraksi dengan
(Pharmacotherapy metformin
Handbook, Ninth
Edition)
Gatal Formyco Digunakan setalah Obat digunakan untuk
cream mandi 1-2 kali mengatasi gatal pada gatal
2 x sehari sehari. sela jari pasien

Untukselaselajari
kaki 4-6 minggu
Formyco Dosis 1 x 200 mg Obat digunakan apabila
tab 1 x 200 pemberian formyco cream
mg tidak memberikan efek,
maka digunakan formyco
tablet
Jantung Plavix Penggunaan obat Obat berinteraksi dengan
1 x75 mg Plavix dihentikan golongan PPI
(Lansoprazol), Atorvastatin.
Disarankan untuk mencegah
terjadinya kekambuhan
penyakit jantung pasien
dengan menjaga pola hidup
(non farmakologi).
ISDN Penggunaan obat Obat ini tidak sesuai Karena
3 x 10 mg ISDN dihentikan tidak memiliki gejala seperti
nyeri dada yang diakibatkan
oleh angina pektoris.
Atorvastatin Penghentian Obat disarankan untuk di
1 x 10 mg penggunaan obat hentikan penggunaannya
atorvastatin karena pasien tidak
mengalami gejala
peningkatan kadar
kolesterol. Selain itu, dari
riwayat penyakit pasien
tidak adanya tanda-tanda
terjadinya arterosklerosis.

V. PEMBAHASAN
 Pada kasus ini untuk gejala Dada terasa panas, bersendawa lebih sering dari
biasanya, mengalami hipersalivasi, dialami sejak seminggu yang lalu.
Penggunaan terapi yaitu antasid, Obat dihentikan karena tidak memberikan
perubahan pada gejala yang dirasakan pasien kemudian penggunaan yang
kedua yaitu ondansentron 4mg Obat tidak diberikan karena pasien tidak
mengalami gejala mual muntah. Jadi untuk terapi dengan gejala ini dapat
diberikan lanzoprazole. Lanzoprazole termasuk dalam Termasuk dalam
golongan PPI Dosis diberikan 15 mg 1 x sehari (Pharmacotherapy Handbook,
Ninth Edition). Obat diberikan sebagai terapi awal gejala GERD yang
dirasakan pasien dan dapat diberikan tanpa resep dokter.
 Untuk riwayat penyakit DM tipe 2 Pasien, penggunaan terapi pasien yaitu
metformin dengan dosis 3 x 500mg. Dosis yang digunakan kurang tepat, dosis
diturunkan menjadi 2 x 500 mg (Pharmacotherapy Handbook, Ninth
Edition), Dilakukan monitoring apabila kadar gula darah pasien mengalami
peningkatan bias diberikan terapi metformin, jika kadar gula darah masih
terkonrtol maka tidak perlu diberikan, karna dilihat dari kasus kadar gula pasien
yaitu 130mg/dl.
 Untuk riwayat penyakit hipertensi pasien, penggunaan terapi yang digunakan
pasien yaitu concor 1 x 5mg, Dosis sudah sesuai dan terapi tetap dilanjutkan
dengan Dosis 5 mg - 10 mg/hari Concor merupakan obat dengan kandungan
Bisoprolol yang termasuk dalam golongan β- blocker (Menurut JNC-7) Obat
tetap digunakan sebagai terapi antihipertensi. Kemudian pasien juga
menggunakan lisinopril 1 x 5mg Dosis sudah sesuai dan terapi tetap dilanjutkan
dengan Dosis 5 mg - 10 mg/hari Concor merupakan obat dengan kandungan
Bisoprolol yang termasuk dalam golongan β- blocker (Menurut JNC-7) Obat
tidak digunakan karena berinteraksi dengan metformin. Penggunaan obat
dipilih salah satu karena hipertensi pasien masih dalam kategori stage 1.
Lisinopril berinteraksi dengan metformin dapat menyebabkan hyperglycaemia
sehingga obat lisinopril tidak dapat digunakan.
 Untuk pengobatan gatal yang dialami pasien, diresepkan dokter untuk
pemberian formyco cream Digunakan setalah mandi 1-2 kali sehari. Untuk sela
sela jari kaki 4-6 minggu, Obat digunakan untuk mengatasi gatal pada gatal
sela jari pasien. Untuk formyco tablet dengan dosis 1 x 200 mg Obat digunakan
apabila pemberian formyco cream tidak memberikan efek, maka digunakan
formyco tablet tetapi perlu diberikan monitoring karna obat ini berinteraksi
dengan lanzoprazol, jadi penggunaan obat ini bisa digunakan setelah makan
 Untuk riwayat penyakit jantung pasien, pasien menggunakan obat Plavix 1 x75
mg Penggunaan obat Plavix dihentikan karena Obat berinteraksi dengan
golongan PPI (Lansoprazol), Atorvastatin. Disarankan untuk mencegah
terjadinya kekambuhan penyakit jantung pasien dengan menjaga pola hidup
(non farmakologi). Kemudian obat yang digunakan pasien ISDN 3 x 10 mg
Penggunaan obat ISDN dihentikan karena Obat ini tidak sesuai Karena tidak
memiliki gejala seperti nyeri dada yang diakibatkan oleh angina pektoris.
Kemudian obat Atorvastatin 1 x 10 mg Penghentian penggunaan obat
atorvastatin karena Obat disarankan untuk di hentikan penggunaannya karena
pasien tidak mengalami gejala peningkatan kadar kolesterol. Selain itu, dari
riwayat penyakit pasien tidak adanya tanda-tanda terjadinya arterosklerosis.

Anda mungkin juga menyukai