Anda di halaman 1dari 6

UNZHILATUR ROCHMAH

17650090

PENGGUNAAN OBAT GOLONGAN PROKINETIK DALAM TERAPI


DISPEPSIA

1. Sekilas tentang saluran pencernaan (Dispepsia)


Saat kita menelan makanan, ada kontraksi yang menggerakkan makanan
disebut gaya peristaltik primer. Pada gilirannya, refluks gastroesofagus
memicu gelombang kedua kontraksi otot yang membersihkan esofagus,
mendorong makanan ke bawah melalui sfingter esofagus bagian bawah (lower
esophageal sphincter, LES) dan ke dalam lambung.
Namun pada beberapa orang, LES rileks atau terbuka secara spontan,
sehingga isi lambung termasuk asam, bisa masuk kembali ke kerongkongan.
Hal ini disebut refluks asam dan dapat menyebabkan gejala ulu hati (heart
burn).
Agen prokinetik, membantu mengontrol refluks asam. Obat membantu
memperkuat  LES dan menyebabkan isi lambung lebih cepat kosong, yang
berikutnya lebih sedikit waktu untuk terjadinya refluks asam.
Agen prokinetik biasanya digunakan dengan obat penyakit
gastroesophageal reflux (GERD) atau obat sakit maag lainnya, seperti proton
pump inhibitor (PPIs) atau H2 receptor blockers. PPI dan H2 bloker secara
umum, namun agen prokinetik bisa memiliki efek samping yang serius, atau
bahkan berbahaya, dan sempat ada yang ditarik dari pasaran.

2. Pengertian obat Prokinetik


Agen gastroprokinetik, gastrokinetik, atau prokinetik adalah jenis obat
yang meningkatkan motilitas gastrointestinal dengan meningkatkan frekuensi
kontraksi di usus halus atau membuat kontraksi lebih kuat tanpa mengganggu
ritmenya.

3. Macam2 obat prokinetik


a. Metoclopramide
Metoclopramide (Reglan) adalah agen prokinetik yang telah
digunakan untuk mengobati GERD dengan meningkatkan aksi otot di
saluran pencernaan. Obat tersedia dalam bentuk tablet dan cairan.
Seperti prokinetik lainnya, efikasi metoclopramide terhalang oleh efek
samping yang serius.
Efek samping mungkin termasuk peningkatan risiko kondisi
neurologis seperti tardive dyskinesia, yang menyebabkan gerakan
berulang yang tidak disadari. Efek samping ini telah diketahui terjadi
pada orang yang menggunakan obat selama lebih dari tiga bulan.
Orang yang memakai metoclopramide harus sangat berhati-hati saat
mengemudi atau mengoperasikan mesin atau peralatan berat.
Mekanisme kerja Metoclopramide, bekerja dengan meningkatkan
kekuatan sfingter esofagus bagian bawah, peristaltis esofagus, dan
mempercepat pengosongan lambung.4 Kajian sistematis yang
membandingkan PPIs dan prokinetik (1 penelitian acak terkontrol, n =
423 orang) menunjukkan superioritas PPIs dalam mencapai remisi
gejala heartburnpada pasien ENRD (RR 0,72, 95%CI 0,56- 0,92). PPI
yang digunakan adalah omeprazole 10 mg/hari dan 20 mg/hari
dibandingkan dengan cisapride 10 mg 4 kali sehari dengan lama
pengobatan 4 minggu. Kajian sistematis ini juga menunjukkan tidak
ada perbedaan antara H2RAs dan prokinetik dalam menghilangkan
gejala harian pada pasien ENRD (1 penelitian, n = 50 orang, RR 0,83;
95%CI 0,3-2,29). Obat yang diteliti adalah simetidin 300 mg vs
metoclopramide 10 mg, masing-masing diberikan 4 kali sehari selama
8 minggu.13 Kombinasi H2RAsmetoclopramide tidak lebih efektif
dibandingkan pemberian H2RAs atau metoclopramide tunggal.
Metoklopramid akan menginhibisi stimulus otot polos
kolinergik yang akan meningkatkan gerak peristaltik esofagus,
meningkatkan tekanan pada otot spingter esofagus bagian bawah dan
meningkatkan pengosongan lambung, namun obat ini tidak
menimbulkan efek pada usus halus dan usus besar serta tidak
menimbulkan peningkatan pada fungsi sekresi saluran cerna.
Metoklopromaid juga memblok reseptor D2 dopamine
di chemoreceptor trigger zone di medula yang mencetuskan gejala
mual dan muntah sehingga menimbulkan efek antimual dan
antimuntah.
Dosis Metoclopramide dapat diberikan 4 × 10 mg, 30 menit
sebelum makan dan sebelum tidur. Diberikan hingga keluhan dispepsia
dirasakan sudah "hilang". Dosis tambahan dapat diberikan hingga
maksimal kira-kira 80 mg/hari.
b. Domperidone
Domperidone merupakan golongan prokinetik, obat ini digunakan
pada muntah akibat dispepsia fungsional. Mekanisme kerja
Domperidon menjadi obat antiemetik dengan mekanisme kerja
menghambat aksi dopamin dengan menginhibisi dopamin pada
reseptornya.
Efek samping yang dapat terjadi meliputi sedasi, reaksi
ekstrapiramidal, distonik Parkinson, diskinesia tardif, peningkatan
kadar prolactin serum, mulut kering, sakit kepala, diare, ruam kulit,
rasa haus, cemas, dan urtikaria (ISO, 2010).
Efektifitasnya Obat ini memiliki 7 afinitas yang cukup kuat pada
reseptor dopamin D2 dan D3 yang ditemukan dalam CTZ
(Chemoreseptor Trigger Zone) yang berada pada bagian luar sawar
darah otak yang meregulasi nausea dan vomit. Domperidon tidak dapat
menembus sawar darah otak sehingga tidak menimbulkan gangguan
ekstrapiramidal sehingga lebih aman digunakan bila dibandingkan
metoklopramid.
Dosis Domperidone diberikan 3-4 × 10 mg, bahkan beberapa
pasien tertentu membutuhkan 3-4 × 20 mg. Jangan memberikan terapi
diatas batas dosis tersebut.
c. Cisapride
Cisapride (Propulsid) bekerja pada reseptor serotonin di lambung.
Obat terutama digunakan untuk meningkatkan tonus otot di LES.
Namun, karena efek sampingnya, seperti detak jantung yang tidak
teratur, telah ditarik dari pasar di beberapa negara, termasuk Amerika
Serikat. Namun di Indonesia, obat ini masih mudah ditemukan.
Cisapride masih sering digunakan dalam kedokteran hewan.
Cisapride bekerja dengan cara meningkatkan gerakan saluran
pencernaan dan menguatkan katup di kerongkongan yang menuju ke
lambung. Dengan demikian, arus balik isi lambung menuju
kerongkongan akan berkurang.
Dosis Cisapride diberikan sebanyak 5-10 mg, 3-4 kali sehari,
dengan dosis maksimal 40 mg per hari.
4. Evidence Based Medicine Prokinetik sebagai Terapi Dispepsia
Sebuah riset meta-analisis dilakukan Hiyama dkk (2007), untuk
menyelidiki efek prokinetik sebagai terapi diapepsia fungsional. Hasil statistik
menunjukkan bahwa prokinetik cukup efektif menyembuhkan keluhan
dyspepsia.

STUDI KASUS PELAYANAN SWAMEDIKASI PADA DISPEPSIA

Kasus :

Seorang Ibu umur 38 tahun datang ke apotek Karya Husada di Jl Ciliwung No 16


dengan keluhan sakit terasa nyeri di ulu hati, mual dan muntah. Ibu tersebut
bernama Henik, beliau ini bekerja di sebuah Perusahaan di blitar menjadi
Sekretaris, akhir-akhir ini beliau sering melembur sehingga pola makannya tidak
teratur dan suka telat makan. Sebelumnya belum pernah mengalami penyakit ini ,
tidak memiliki penyakit lain, tidak memiliki alergi. Ibu henik mempunyai
kebiasaan minum kopi setiap pagi.

Identifikasi Kasus :
 Identitas Pasien
Nama : Ny. Henik
Umur : 38 th
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Sekretaris Perusahaan
Alamat : Jl. Ciliwung No. 16
Riwayat Penyakit : Tidak ada
 Gejala Penyakit
- Nyeri Ulu Hati
- Mual dan Muntah
 Penyebab
- Pola makan dan waktu makan tidak teratur
- stres
- Suka minum kopi
Pengobatan :
Apoteker memberikan antasida (promag) dan metoklopropamid, untuk antasida
(promag) diminum 3 kali sehari 1 tablet 1-2 jam setelah makan, untuk obat ini
dikunyah dimulut karna obat ini tidak pahit. Sedangkan untuk metoklopropamid
diminum 3 kali sehari 1 tablet ½ jam sebelum makan, obat ini untuk mual dan
muntah.
REFERENSI

Hawkyard CV, Koerner RJ. 2007. The use of erythromycin as a gastrointestinal


prokinetic agent in adult critical care: benefits versus risks. J
Antimicrob Chemother. 59(3):347-58.

Chicella MF, Batres LA, Heesters MS, Dice JE. 2005. Prokinetic drug therapy in
children: a review of current options. Ann Pharmacother. 39(4):706-11.

Anda mungkin juga menyukai