DIABETES MELITUS
1. Pengertian Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit
(Definisi) metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
2. Anamnesis - Keluhan khas DM : poliuria, polidipsia, polifagia, penurunan
berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya
- Keluhan tidak khas DM : lemah, kesemutan, gatal, mata
kabur, disfungsi ereksi pada pria, pruritus vulvae pada
wanita
3. Pemeriksaan Tinggi badan, berat badan, tekanan darah, lingkar pinggang,
Fisik IMT
Fungsi : Jantung, ginjal, mata
Keadaan kaki, kulit dan kuku, gangren/ulkus
4. Kriteria Kadar glukosa darah sewaktu (plasma vena) ≥ 200 mg/dl, atau
Diagnosis Kadar glukosa darah puasa (plasma vena) ≥ 126 mg/dl, atau
Kadar glukosa plasma ≥ 200 mg/dl pada 2 jam sesudah beban
glukosa 75 gram dengan TTGO
HbA1C > 6,5
5. Diagnosis Stress Hiperglikemia
Banding Toleransi Glukosa Terganggu
Glukosa Darah Puasa Terganggu
6. Pemeriksaan 1. Pemeriksaan Laboratorium :
Penunjang - Hb, Leukosit, laju endap darah
- Glukosa datrah puasa dan 2 jam sesudah makan
- Urinalisis rutin, proteinuria 24 jam, kreatinin
- SGPT, Albumin/Globulin
- Kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, trigliserida
- A1C
- Albuminuria mikro
2. Pemeriksaan Penunujang lain :
- EKG
- Foto toraks
- Funduskopi
- ABI
7. Terapi Perencanaan Makan
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi :
Karbohidrat 60-70%, protein 10-15% dan lemak 20-25%
Jumlah kalori basal per hari :
- Laki-laki : 30 kal/kgBB idaman
- Wanita : 25 kal/kgBB idaman
Penyesuaian terhadap kalori basal / hari berdasarkan status
gizi, usia, stres metabolik, aktivitas dan kehamilan
Latihan Jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan teratur (3-4 kali
seminggu selama ± 30 menit) Prinsip : Continuous,
Rhytmical, Interval, Progressive, Endurance
Intervensi farmakologis
- Obat Hipoglikemia Oral (OHO) :
Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue) : sulfonilurea,
glinid Penambah sensitivitas terhadap insulin : Metformin,
tiazolidindion Penghambat absorpsi glukosa : penghambat
glukosidase alfa Golongan Incretin : Penghambat
Dipeptidyl Peptidase IV, GLP-1 mimetik dan analog
- Insulin
Indikasi :
1. Penurunan berat badan yang cepat
2. Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
3. Ketoasidosis diabetik
4. Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
5. Hiperglikemia dengan asidosis laktat
6. Gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal
7. Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, Stroke)
8. Kehamilan dengan DM ? diabetes melitus gestasional
yang tidak terkendali dengan perencanaan makan
9. Gangguan fungsi hati dan ginjal yang berat
10. Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
Terapi Kombinasi
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis
rendah, untuk kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai
dengan respon kadar gula darah. Kalau dengan OHO tunggal
sasaran kadar glukosa darah belum tercapai, perlu kombinasi
dengan dua kelompok OHO yang berbeda mekanisme
kerjanya
GAGAL JANTUNG KRONIK
1. Pengertian Gagal jantung adalah suatu sindroma klinis disebabkan oleh disfungsi
(Definisi) jantung dengan akibat berkurangnya aliran darah dan suplai oksigen ke
jaringan sehingga jantung tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan metabolik
tubuh.
2. Anamnesis 1. Sesak napas, udema tungkai dan capai (kelelahan) merupakan gejala
khas gagal jantung.
2. Riwayat hipertensi, diabetes militus, hiperkolesterolemia, penyakit
jantung koroner, kelainan katup, kelainan vaskular perifer, demam
rematik, radiasi dada, penggunaan bahan kardiotoksik, alkoholisme,
penyakit thiroid.
3. Riwayat keluarga penyakit aterosklerosis, kardiomiopati, kematian
mendadak, penyakit gangguan konduksi, miopati skeletal.
4. Tidak ada hubungan antara gejala yang timbul dengan beratnya
disfungsi jantung yang terjadi dan prognosis penyakit
3. Pemeriksaan 1. Tanda-tanda klinis gagal jantung harus dinilai dengan pemeriksaan fisik
Fisik yang seksama meliputi inspeksi, palpasi, dan auskultasi.
2. Tanda-tanda yang dapat ditemukan pada gagal jantung kanan dan/atau
kiri antara lain : takikardia, takipneu, ronkhi basah, peningkatan
tekanan vena jugular, bunyi jantung gailop, ascites, hepatomegali. dan
edema tungkai.
4. Kriteria 1. Gejala gagal jantung pada saat istirahat ataupun saat aktifitas fisik
Diagnosis 2. Terdapat bukti objektif disfungsi jantung saat istirahat.
3. Respons terhadap terapi gagal jantung
B. Pemeriksaan Tambahan
1. Stress ekokardiografi : bermanfaat untuk mendeteksi iskemia
miokard sebagai penyabab disfungsi reversibel ataupun disfungsi
permanen.
2. Kardiologi Nuklir: tidak direkomendasikan secara rutin, meskipun
memiliki nilai diagnostik dan prognostik yang dapat dipercaya.
3. Treadmil test memiliki kemampuan terbatas dalam diagnosis gagal
jantung, meskipun demikian seseorang dengan kapasitas fisik
maksimal pada pemeriksaan treadmill dan tidak dalam terapi gagal
jantung dapat disingkirkan dalam diagnosis gagal jantung. Aplikasi
utama pemerikasan treadmill gagal jantung adalah untuk menilal
fungsi, kemajuan terapi dan stratifikasi prognosis.
4. Diagnostik Invasif:
Secara umum tidak direkomendasikan pada kasus gagal jantung
yang sudah pasti diagnosisnya, tetapi mungkin penting dalam
menjelaskan penyebab atau dalam memperoleh Informasi
diagnostik.
a. Kateterisasi jantung dapat dipertimbangkan pada :
i. penderita yang mengalami dekompensasi akut pada gagal
jantung kronik atau pada gagal jantung berat (syok atau edema
paru akut) yang tidak memberikan respons pada terapi awal.
ii. kardiomiopati dilatasi (DCM) untuk menyingkirkan
kemungkinan kelainan koroner.
iii. gagal jantung refrakter dengan etiologi yang belum jelas.
iv. regurgitasi katup mitral dan aorta berat.
b. Kateterisasi jantung tidak direkomendasikan pada
i. gagal jantung terminal.
ii. pada pasien yang bukan kandidat untuk tindakan
revaskularisasi kardiak atau operasi katup.
iii. penderita dengan anatomi arteria koroner yang sudah
diketahui tanpa episode baru intark miokard.
7. Terapi Tujuan Terapi antara lain :
1. Pencegahan
a. Mencegah dan mengontrol kelainan yang menyebabkan gangguan
fungsi jantung dan gagal jantung.
b. Mencegah terhadap progresifitas gangguan fungsi jantung menjadi
gagal jantung.
2. Morbiditas
Menjaga dan memperbaiki kualitas hidup.
3. Mortalitas
Meningkatkan harapan hidup.
Tahapan penatalaksanaan :
1. Pastikan bahwa penderita adalah penderita gagal jantung.
2. Pastikan adanya gambaran: edema paru. Sesak napas pada saat aktifitas,
capai, edema perifer
3. Nilai beratnya keluhan
4. Tentukan etiologi gagal jantung
5. Identifikasi faktor presipitasi dan eksaserbasi
6. Identifikasi kelainan penyerta yang berhubungan dengan gagal jantung
dan penatalaksanaannya.
7. Perkirakan prognosis penyakit
8. Antisipasi terhadap komplikasi yang terjadi
9. Berikan pengertian kepada pasien dan keluarga
10. Pilih penatataksaan yang sesuai
11. Monitor perkembangan penyakit dan penatalaksanaannya
Terapi farmakologik
1. Penghambat EKA
• Direkomendasikan sebagai first-line therapy.
• Dosis diberikan secara litrasi sampai dosis target dan bukan
berdasarkan perbaikan simtomatis
• Insufisiensi renal sedang (kreatinin serum < 2.5) dan tekanan darah
yang reletif rendah (tekanart sistolik 90 mmHg) pada penderita
asimlomatik bukan merupakan kontra - indikasi pemberian penghambat
EKA
• Kontra-indikasi absolut : stenosis arteri renalus bilateral,
angioedema karena penghambat EKA dan kehamilan.
2. Diuretik
• Diberikan sebagai terapi simtomatik pada keadaan fluid overload.
• Selalu diberikan dalam kombinasi dengan penghambat EKA bila
memungkinkan.
• Terapi awal diuretik:
- loop diuretic atau thiazide.
- bila GFR<3O ml /min_jangan gunakan thiazide, kecuali sebagai
terapi kombinasi dengan loop diuretic.
Obat Dosis Awal Dosis harian Efek samping
(mg) (mg)
Loopdiuretic 20 – 40 40 – 240 Hipoklamia
Furosemide hipomagnesemia,
hiponatrerma.
Bumetanide 0,5 – 1.0 1– 5 Hiperurisemia
Intoleransi glukosa,
Torasemide 5 – 10 10-20 Gangguan asam-
basa
Thiazid.
Hydrochlorothiazide 25 12.5-100 Hipokalemia,
Hipomagnesimia,
Metolazone 2,5 2.5-10 Hiponatremia
Hyperuricaemia
Indapamide 2,5 2,5-5 Intoleransi gtukosa
Gangguan asam-
Bendoflumethiazide 2.5 2.5-10 Basa
6. Ivabradine
Ivabradine adalah obat yang menghambat chanel If pada SA node.
Farmakologi efek yang diketahui adalah memperlamabat rate jantung
pada pasien dengan sinus ritim (tidak memperlambat rate pada atrial
fibrilasi). Ivabradine juga memperbaiki fungsi ventrikel kiri walaupun
tidak mengurangi outcome primer kematian karena kardiovaskuler ,
infark miokard dan masa rawatan
7. Glikosida jantung
• Kombinasi digoksin dan penyekat beta lebih baik dari pada hanya
menggunakan salah satu jenis saja.
• Merupakan obat pilihan pada keadaan fibrilasi atrial pada gagal
jantung bila irama ventrikular saat istirahat >80 dan saat aktifitas >110-
120 x/menit
• Dalam keadaan irama sinus, digoksin direkomendasikan untuk
memperbaiki status klinis pada keadaan gagal jantung persisten selain
dengan terapi penghambat EKA dan diuretik dengan EF <40%
8. Hidralazine dan Isosoride Dinitrat
Pengobatan H-ISDN dapat dipertimbangkan untuk menurunkan resiko
kematian dan angka masuk rumah sakit untuk perburukan gagal jantung.
Digunakan sebagai pengganti ACEI/ARB dimana keduanya tidak dapat
ditoleransi, juga sebagai tambahan terhaadap pengobatan ACEI jika
ARB atau antagonis aldosterone tidak dapat ditoleransi dan gejala
menetap walaupun sudah mendapatkan terapi ACEI,ARB,BB, antagonis
alodsterone. Peningkatan dosos dilakukan setelah 2-4 minggu
9. Vasodilator
• Tidak ada peran, spesifik vasodilator pada pengobatan gagal jantung
• Digunakan sebagal terapi tambahan pada kasus gagal jantung yang
disertai angina atau hipertensi.
• Pada keadaan intoleransi penghambat EKA, lebih baik dipakai ARB
dibandingkan dengan hidralazin—nitrat.
• Kombinasi hidralazin (sampai dengan 300 mg) dengan ISDN (sampai
dengan 160 mg) dapat diberikan bila tidak dapat diberikan penghambat
EKA don ARB.
10. Inotropik positif
• Secara umun digunakan pada episode gagal jantung yang berat atau
sebagai jembatan sebelum dilakukan transplantasi jantung.
• Terapi inotropik oral yang berulang atau lama meningkatkan angka
mortalitas.
• Obat inotropik positif:
- Dobutamin
- Milrinone
- Levosimendan
• Obat dopaminergik 97
- Ibopemine : tidak direkomendakina pada gagal jantung kronik
akibat disfungsi sistolik ventrikel kiri.
- dopamine i.v. digunakan untuk koreksi gangguan hemodinamik
jangka pendek pada episode berat gagal jantung.
11. Antikoagulan
• Penderita gagal jantung dengan fibrilasi atrium harus diberikan
warfarin kecuali bila terdapat kontra-indikasi.
• Diberikan pada penderita gagal jantung dengan LVEF 35%
12. Antiplatetet
• Antiplatelet diberikart pada penderita gagal jantung yang didasari
PJK.
13. Antiarltmia
• Obat-obatan anti aritmia hanya diberikan pada gagal jantung dengan
ribritasi atrium, atrial flutter, non-sustained atau sustained VT.
• Antiarimia kelas I
- Harus dihindari
• Antiaritmia kelas II
- Penyekat beta dapat mengurangi kematian mendadak pada gagal
jantung.
• Antiaritmia kelas III
- Amiodarone merupakan satu-satunya obat anti aritmia tanpa efek
inotropik negatif dan terbukti dapat menurunkan angka mortallitas.
13. Statin
Dapat dipertimbangkan untuk semua pasien dengan gagal jantung dan
CAD. Tidak ada bukti statin meningkatkan angka keselamatan pasien
pada pasien ini tetapi statin dapat menurunkan risik angka masuk
rumah sakit
14. Nitrat dan Ca chanel Bloker
Dapat dipertimbangkan untuk mengurangi simpton angina pada pasien
gagal jantung dengan jantung koroner
ALGORITME DIAGNOSIS
Pilihan terapi pada pasien gagal Jantung ESC Guidelines for the
diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure 2012
8. Kepusatakaan 1) Dicksen Kenneth, Cohen-Solal Alain, Filippatos Gerasimos, et al. ESC
Guidelines for the Diagnosis and Treatment of Acute and Chronic Heart
Failure 2008. European Society of Cardiology. 2008:29: 2388-2442.
2) Siswanto BB, Dharma S, Juzar DA dkk, Gagal Jantung.In : Pedoman
Tatalaksana Penyakit Kardiovaskular di Indonesia.2th ed. Jakarta :
PERKI ;2009: 265-291
3) Irmalita, Hersunarti Nani, Sunu Ismoyo, et al. Gagal Jantung Kronis.In:
Irmalita. Standar Pelayanan Medik (SPM) Rumah Sakit Jantung dan
Pembuluh Darah Harapan Kita. 3rd ed. Jakarta: Rumah Sakit Jantung
dan Pembuluh Darah Harapan Kita; 2009: 129-141.
4) McMurray John J V, Adamopoulos Stamatis, Anker Stefan D, et al. ESC
Guidelines for the Diagnosis and Treatment of Acute and Chronic Heart
Failure 2012. European Society of Cardiology. 2012:33: 1787-1847
HIPERTENSI
1. Pengertian Hipertensi merupakan salah satu faktor resiko utama untuk
(Definisi) penyakit jantung koroner, kejadian stroke, gagal ginjal kronik,
dan gagal jantung kongestif. Tujuan pengobatan hipertensi bukan
hanya menurunkan tekanan darah, melainkan menurunkan semua
kerusakan organ target. Untuk mencapai penurunan morbiditas
dan mortalitas yang optimal terhadap penyakit-penyakit yang
berkaitan dengan hipertensi, maka harus dipikirkan pengaruh
pemberian terapi anti hipertensi terhadap patogenesis kerusakan
masing-masing organ target.