Anda di halaman 1dari 5

Nama : Tipuk Nawangsasi

Nim : 19650246
Kelas : farmasi 6A
Tugas Farmasi Klinis Pertemuan 2

1. Pengetahuan Farmakoterapi
a. Penyakit Gout akut (hiperuresemia)
Pengobatan penyakit gout akut :
1) Serangan gout akut harus mendapatkan penanganan secepat mungkin.
2) Rekomendasi obat untuk serangan gout akut yang awalnya <12 jam adalah
kolkisin dengan dosis awal 1 mg (2 tablet) diikuti 1 jam kemudian 0,5 mg.
3) Terapi lainnya yang dapat diberikan: OAINS atau kortikosteroid
4) Terapi obat anti-inflamasi diberikan sampai inflamsi teratasi (kurang lebih 2
minggu)
5) Pemberian obat penurun asam urat boleh diberikan pada saat serangan akut,
dikombinasi dengan pemberian obat anti inflamasi (ACR 2020).
6) Jika pasien memiliki komorbid :
 Hipertensi: Jika memungkinkan pertimbangkan mengganti terapi
antihipertensi thiazide atau loop diuretic dengan anti hipertensi yang lain
 Dislipidemia: disarankan untuk memulai terapi statin atau fenofibrat

b. Penyakit RA
Pengobatan penyakit RA :
1) DMARD (Disease Modifying Anti Rheumatic Drugs) sintetis konvensional
(csDMARD)
Pilihan Obat csDMARD
Metotreksat (MTX) 7,5–25 mg/minggu, p.o
Sulfasalazin 2x500 mg/hari, dapat ditingkatkan sampai
3x 1000 mg/hari
Hidroksiklorokuin 200–400 mg/hari, p.o.
Leflunomide 20 mg/hari, p.o
Siklosporin 2,5–5 mg/kgBB/hari, dibagi 2 dosis, p.o.

2) Suplementasi asam folat, dengan dosis 5 mg/minggu, harus diberikan pada


pemberian metotreksat.
3) DMARD Biologi (bDMARD): etanercept, adalimumab, infliximab,
golimumab, rituximab, tocilizumab
4) Targeted Synthetic DMARD (tsDMARD): Tofacitinib, Baricitinib, Filgotinib
5) Kortikosteroid
 Kortikosteroid dosis rendah (<7,5 mg/hari) dan sedang (7,5–30 mg/hari)
dapat digunakan dalam terapi AR, sebagai terapi bridging (sementara)
menunggu efek csDMARD bekerja, selanjutnya diturunkan dan
dihentikan.
 Selama penggunaan kortikosteroid perlu diperhatikan efek samping seperti
hipertensi, retensi cairan, hiperglikemi, osteoporosis, dan kemungkinan
aterosklerosis.
 ACR menyarankan pemberian kalsium 1500 mg dan vitamin D 400−800
IU/hari.
6) OAINS
 OAINS dapat digunakan sebagai terapi awal untuk mengurangi nyeri.
 Pemberian OAINS tidak memengaruhi perjalanan penyakit atau mencegah
kerusakan sendi.

2. Pengetahuan Terapi Non Obat


a. Penyakit DM
1) Pengaturan diet.
2) Olah raga.
3) Berhenti merokok
4) Membatasi konsumsi gula atau makanan yang dapat meningkatkan kadar gula.
5) Penurunan asupan garam

b. Penyakit Diare
1) Penambahan suplemen zinc pada anak –anak (Untuk mencegah berulangnya
episode diare)
2) Penambahan vitamin A pada bayi dan anak untuk pencegahan diare karena
infeksi dan paparan HIV . Rekomendasi dosis : Bayi dan anak usia 6 bulan
sampai 5 tahun (100.000 IU untuk usia 6-12 bulan dan 200.000 IU untuk usia
> 12 bulan) diberikan setiap 6 bulan.
3) Diet merupakan prioritas dalam penanganan diare. Menghentikan konsumsi
makanan padat dan susu perlu dilakukan.
4) Istirahat yang cukup

3. Pengetahuan penyakit
a. Penyakit TBC
Gejala pada penyakit TBC :
1) Batuk berdahak selama 2 – 3 minggu atau lebih
2) Nyeri dada
3) Batuk dengan darah/sputum
4) Badan lemas dan mudah kelelahan
5) Berat badan menurun
6) Nafsu makan menurun
7) Menggigil
8) Demam
9) Berkeringat pada malam hari

b. Penyakit GERD
Tanda dan Gejala pada penyakit GERD:
1) Regurgitasi : merupakan suatu keadaan refluks yang terjadi sesaat setelah
makan, ditandai rasa asam dan pahit di lidah.
2) Heartburn : suatu rasa terbakar di daerah epigastrium yang dapat disertai nyeri
dan pedih. Dalam bahasa awam, heartburn sering dikenal dengan istilah rasa
panas di ulu hati yang terasa hingga ke daerah dada. Kedua gejala ini
umumnya dirasakan saat setelah makan atau saat berbaring
3) Gejala lain GERD adalah kembung, mual, cepat kenyang, bersendawa,
hipersalivasi, disfagia hingga odinofagia.
4) Nyeri dada non-kardiak, batuk kronik, asma, dan laringitis merupakan gejala
ekstraesofageal penderita GERD

4. Pengetahuan Tes Lab Dan Diagnosis


Penyakit Hepar (Hepatitis)
Untuk mendeteksi adanya kelainan patologis pada hati dapat dilakukan dengan
evaluasi fungsi hati :
a. Evaluasi laboratorium
Biasanya meliputi beberapa pemeriksaan penapisan untuk fungsi hati.
Pemeriksaan biokimiawi bisa mencakup: Enzim-enzim serum termasuk
aminotransferase, alkaline phosphatase dan 5’-nukleotidase.
b. Evaluasi radiographic
1) Ultrasonography (USG)
2) Computed Tomography Scanning (CT-Scan)
3) Magnetic Resonance Imag
4) Scintigraphy hati-limpa
5) Percutaneous Transhepatic Cholangiography (PTC) dan Endoscopic
Retrogade Cholangio-pancreatography (ERCP)

5. Pengetahuan Informasi Obat


a. Penyakit DM
Cara penggunaan :
Cubit area kulit yang akan disuntik dan bersihkan menggunakan tisu alkohol.
Masukkan jarum suntik dengan posisi 90o, kemudian dorong pompa suntik hingga
semua dosis insulin masuk ke dalam tubuh. Saat sudah selesai, tarik jarum suntik
terlebih dahulu sebelum melepas cubitan.

Lokasi penggunaan Insulin :


Insulin dalam bentuk obat suntik disuntikkan secara subkutan (di bawah kulit)
pada daerah lengan, paha bagian atas dan bokong. Bila disuntikkan secara
intramuskular dalam, maka penyerapan akan terjadi lebih cepat, dan masa`kerjanya
menjadi lebih singkat. Kegiatan fisik yang dilakukan segera setelah penyuntikan akan
mempercepat waktu mula kerja (onset) dan juga mempersingkat masa kerja.
Selain dalam bentuk obat suntik, insulin juga terdapat dalam bentuk pompa
(insulin pump) atau jet injector, sebuah alat yang akan menyemprotkan larutan insulin
ke dalam kulit.

Penyimpanan sediaan Insulin :


Insulin harus disimpan sesuai dengan anjuran produsen obat yang bersangkutan.
Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1) Insulin harus disimpan di lemari es pada temperatur 2-8oC. Insulin vial Eli Lily
yang sudah dipakai dapat disimpan selama 6 bulan atau sampai 200 suntikan bila
dimasukkan dalam lemari es. Vial Novo Nordisk insulin yang sudah dibuka, dapat
disimpan selama 90 hari bila dimasukkan lemari es.
2) Insulin dapat disimpan pada suhu kamar dengan penyejuk 15-20oC bila seluruh isi
vial akan digunakan dalam satu bulan. Penelitian menunjukkan bahwa insulin
yang disimpan pada suhu kamar lebih dari 30°C akan lebih cepat kehilangan
potensinya. Penderita dianjurkan untuk memberi tanggal pada vial ketika pertama
kali memakai dan sesudah satu bulan bila masih tersisa sebaiknya tidak digunakan
lagi.
3) Penfill dan pen yang disposable berbeda masa simpannya. Penfill regular dapat
disimpan pada temperatur kamar selama 30 hari sesudah tutupnya ditusuk. Penfill
30/70 dan NPH dapat disimpan pada temperatur kamar selama 7 hari sesudah
tutupnya ditusuk.
4) Untuk mengurangi terjadinya iritasi lokal pada daerah penyuntikan yang sering
terjadi bila insulin dingin disuntikkan, dianjurkan untuk mengguling-gulingkan
alat suntik di antara telapak tangan atau menempatkan botol insulin pada suhu
kamar, sebelum disuntikkan.

Makanan/minuman yg harus dihindari :


a. Minuman dengan gula
b. Makanan sumber lemak trans
c. Roti putih
d. Yogurt rasa buah
e. Kopi

Efek samping Insulin :


a. Kenaikan berat badan awal saat sel mulai mengambil glukosa
b. Gula darah yang turun terlalu rendah
c. Batuk saat diinjeksi insulin
d. Kecemasan atau depresi

b. Penggunaan alendronat pada pasien osteoporosis


Cara pemakaian :
1) Dalam kondisi Osteoporosis pascamenopause : untuk pengobatan,dosisnya
1x10 mg/ hari atau 1x70 mg/minggu. Untuk pencegahan dosisnya 1x5mg/hari
atau 1x35mg/minggu.
2) Dalam kondisi osteoporosis yang dipicu penggunaan obat kortikosteroid :
dosis 1x5mg/hari. Khusus untuk wanita menopause yang tidak menerima
terapi penggantian hormon dosisnya 1x10mg/hari.
Obat alendronat disarankan dikonsumsi beberapa saat setelah bangun pagi
atau 1 jam sebelum sarapan dan jangan mencampur aledronat dengan minuman
selain air putih. Jangan mengisap, menghancurkan atau mengunyah obat.
Penyimpanan :
1) Simpan aledronat pada suhu ruang
2) Jauhkan dari cahaya langsung dan tempat yang lembab
3) Jangan dibekukan.
Makanan dan minuman yang harus dihindari :
1) Susu
2) Minuman bersoda
3) Kopi
4) Jus buah

Efek samping :
1) Rendahnya kadar kalium
2) Iritasi dan luka pada kerongkongan
3) Diare
4) Kembung

6. Keterampilan monitoring pasien


Penyakit DM
Monitoring pada pasien DM. Kita dapat memonitoring pasien DM dengan :
a. Lab : mengecek kadar gula darah apakah stabil
b. Gejala : apa saja gejala yang masih dirasakan
c. Efek samping obat : apakah ada efek samping setelah meminum obat tersebut

7. Keterampilan perencanaan terapi


Interaksi antara digoksi dengan furosemid
Terdapat 2 mekanisme interaksi obat yaitu :
1) Furosemid + Digoksin : furosemid meningkatkan efek digoxin dengan sinergisme
farmakodinamik. Gunakan perhatian/monitor. Hipokalemia meningkatkan efek
digoksin.
2) Digoxin + Furosemid : digoxin meningkat dan furosemide menurunkan kalium
serum. Efek inetraksi tidak jelas, gunakan hati-hati. Gunakan perhatian/monitor.
Solusi :
Jika terjadi hipokalemia dapat diberikan suplemen kalium dan magnesium atau
pemberian diuretik hemat kalium, atau dapat diturunkan dosis digoxin menjadi ½ nya
dan konsumsi obat diberikan jarak 2 jam. penggunaan obat harus diperhatikan dan
dimonitor kadar kalium dalam tubuh.

8. Keterampilan komunikasi
Bagaimana Cara Anda Berlatih Berkomunikasi Sejak Dini ?
Sering mendengarkan dan membaca. Ketika saya mencoba berbicara dengan
orang baru saya melihat seperti apa lawan bicara saya. Menciptakan percakapan yang
membuat kita dapat berfikir dan saling melempar pertanyaan dengan lawan.
Menghormati keputusan lawan bicara ketika kita berbeda pendapat.

Anda mungkin juga menyukai