Anda di halaman 1dari 17

G.

Penatalaksanaan
a. Terapi farmakologi
1) Insulin tergolong hormon polipeptida yang awalnya diekstraksi
dari pankreas babi maupun sapi, tetapi kini telah dapat
disintesis dengan teknologi rekombinan DNA menggunakan E.
Coli. Hormon ini dimetabolisme terutama di hati, ginjal, dan
otot (DEPKES RI, 2000).

2)  Obat hipoglikemia oral (OHO) Secara umum DM dapat diatasi


dengan obat-obat antidiabetes yang secara medis disebut obat
hipoglikemia oral (OHO). Obat ini tidak boleh sembarangan
dikonsumsi karena dikhawatirkan penderita menjadi
hipoglikemia. Pasien yang mungkin berespon terhadap obat
hipoglikemik oral adalah mereka yang diabetesnya berkembang
kurang dari 5 tahun. Pasien yang sudah lama menderita
diabetes mungkin memerlukan suatu kombinasi obat
hipoglikemik dan insulin untuk mengontrol hiperglikemiknya.
Obat-obat hipoglikemik oral dibagi atas 5 golongan:
-        Golongan sulfonilurea
Sulfonilurea menstimulasi sel-sel beta dari pulau
Langerhans, sehingga sekresi insulin ditingkatkan. Di samping
itu kepekaan selsel beta bagi kadar glukosa darah juga
diperbesar melalui pengaruhnya atas protein transpor glukosa.
Obat ini hanya efektif pada penderita diabetes mellitus tipe II
yang tidak begitu berat, yang sel-sel betanya masih bekerja
cukup baik. Ada indikasi bahwa obat-obat ini juga
memperbaiki kepekaan organ tujuan bagi insulin dan
menurunkan absorbsi insulin oleh hati
-        Golongan Biguanide
Metformin adalah satu-satunya golongan biguanid yang
tersedia, bekerja menghambat glukoneogenesis dan
meningkatkan penggunaan glukosa di jaringan. Obat ini hanya
efektif bila terdapat insulin endogen. Kelebihan dari golongan
biguanid adalah tidak menaikkan berat badan, dapat
menurunkan kadar insulin plasma, dan tidak menimbulkan
masalah hipoglikemia (DEPKES RI, 2000).
-        Golongan penghambat alfa glukosida
Obat ini merupakan obat oral yang biasanya diberikan
dengan dosis 150-600 mg/ hari yang menghambat alfa-
glukosidase, suatu enzim pada lapisan sel usus, yang
mempengaruhi digesti sukrosedan karbohidrat kompleks. Obat
ini efektif pada pasien dengan diet tinggi karbohidrat dan kadar
glukosa plasma puasa kurang dari 180 mg/dl. Akarbose bekerja
menghambat alfa-glukosidase sehingga memperlambat dan
menghambat penyerapan karbohidrat (DEPKES RI, 2000).
-        Thiazolidindion
Thiazolidindion merupakan obat baru yang efek
farmakologinya dan berupa penurunan kadar glukosa darah dan
insulin dengan jalan meningkatkan kepekaan insulin dari otot,
jaringan lemak, dan hati. Zat ini tidak mendorong pankreas
untuk meningkatkan pelepasan insulin seperti pada sulfonilurea
-        Meglitinida
Kelompok obat terbaru ini bekerja menurunkan suatu
mekanisme khusus, yaitu mencetuskan pelepasan insulin dari
pankreas segera sesudah makan. Meglitinida harus diminum
cepat sebelum makan, dan karena reabsorpsinya cepat maka
mencapai kadar puncak dalam satu jam. Insulin yang
dilepaskan menurunkan glukosa darah secukupnya.
Ekskresinya juga cepat, dalam 1 jam sudah dikeluarkan tubuh.
b. Terapi Non-Farmakologi
1) Pencegahan komplikasi
2) Berhenti  merokok
3) Mengoptimalkan  kadar kolesterol
4) Menjaga  berat tubuh yang stabil
5) Mengontrol  tekanan darah tinggi
6) Olahraga teratur dapat bermanfaat :
-     Mengendalikan kadar glukosa darah
-     Menurunkan kelebihan berat badan (mencegah
kegemukan)
-     Membantu mengurangi stres
-     Memperkuat otot dan jantung
-     Meningkatkan kadar kolesterol ‘baik’ (HDL)
-     Membantu menurunkan tekanan darah.

Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes (Brunner and Suddarth,


2002) :
1)  Diet
Prinsip penatalaksanaan diet pada diabetes mellitus adalah:
-        Jumlah kalori sesuai kebutuhan
                                        Cara menentukan kebutuhan kalori:
·         Kurus       :  BBx 40-60 kal/ hari
·         Normal     :  BBx 30 kal/ hari
·         Gemuk     :  BBx 20 kal/ hari
·         Obesitas   :  BBx 10-15 kal/ hari
-        Jadwal makan (6 kali) makan pagi- selingan pagi- makan
siang- selingan sore- makan malam- menjelang tidur. Jenis
makanan, karbohidrat 60- 70% kebutuhan kalori, protein 10-
15%, lemak 20- 25%, dan unsure kelumit atau vitamin sesuai
kebutuhan.
2)      Latihan
3)      Pemantauan
4)      Terapi (jika diperlukan)
5)      Pendidikan
Tujuannya untuk mendidik pengidap/ keluarganya
mengenai pengetahuan dan ketrampilan praktis diabetes mellitus
sehingga ketaatan dan peran sertanya meningkat, dan memiliki
gaya hidup yang baik.

H. Pemeriksaan penunjang

 Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
1)      Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula
darah puasa >120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200
mg/dl. Aseton plasma (aseton) : positif secara mencolok.
Osmolaritas serum : meningkat tapi < 330 m osm/lt • Gas darah
arteri pH rendah dan penurunan HCO3 (asidosis metabolik) •
Alkalosis respiratorik • Trombosit darah : mungkin meningkat
(dehidrasi), leukositosis, hemokonsentrasi, menunjukkan
respon terhadap stress/infeksi. • Ureum/kreatinin : mungkin
meningkat/normal lochidrasi/penurunan fungsi ginjal. •
Amilase darah : mungkin meningkat > pankacatitis akut.
Insulin darah : mungkin menurun sampai tidak ada (pada tipe
I), normal sampai meningkat pada tipe II yang
mengindikasikan insufisiensi insulin.
2)      Pemeriksaan fungsi tiroid 
peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
3)      Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine.
Pemeriksaan dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil
dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau ( + ),
kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).
4)      Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan
antibiotik yang sesuai dengan jenis kuman.
BAB II

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian

 Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan
alamat, status perkawinan, suku bnagsa, nomor register, tanggal masuk
rumah sakit dan diagnosa medis.

 Riwayat Kesehatan

a.       Riwayat kesehatan sekarang


Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan nyeri,
kesemutan pada ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh,
kulit kering, merah, dan bola mata cekung, Sakit kepala,
menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot,
disorientasi, letargi, koma dan bingung.
b.      Riwayat kesehatan lalu
Biasanya klien DM mempunyai Riwayat hipertensi,
penyakit jantung seperti Infark miokard
c.       Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya Ada riwayat anggota keluarga yang menderita DM

B. Diagnosa keperawatan

1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan


keseimbangan insulin,makanan dan aktivitas jasmani.
2. Resiko syok b.d ketidakmampuan eletrolit kedalam sel tubuh, hipovolemia
3. Kerusakan integritas jaringan b.d nekrosis kerusakan jaringan ( nekrosis
luka gangrene)
4. Resiko infeksi b.d trauma pada jaringan, proses penyakit ( diabetes
melitus)
5. Retensi urun b.d inkomplit pengosongan kandung kemih, sfingter kuat dan
poliuri
6. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan sirkulasi darah
keperifer, proses penyakit (DM)
7. Resiko ketidakseimbnagan elektrolit b.d gejala poliuria dan dehidrasi
8. Keletihan.
C. Intervensi Keperawatan

No DIAGNOSA TUJUAN & KRITERIA HASIL INTERVENSI


KEPERAWATAN NOC : NIC :
1. Ketidakseimbangan NOC : NIC :
nutrisi kurang dari - Nutritional status : - Nutrition Management
kebutuhan tubuh - Nutriotional status : food
b.d gangguan and fluid 1. Kaji adanya alergi
keseimbangan - Nutritional status : nutrient makanan
insulin, makanan intake 2. Kolaborasi dengan ahli
dan aktivitas - Weight control gizi untuk menentukan
jasmani kriteria hasil : jumlah kalori dan
1. Adanya peningkatan berat nutrisi yang dibutuhkan
badan sesuai dengan pasien.
tujuan 3. Anjurkan pasien untuk
2. Berat badan ideal sesuai meningkatkan intake fe
dengan tinggi badan 4. Anjurkan pasien untuk
3. Mampu mengidentifikasi meningkatkan protein
kebutuhan nutrisi dan vitamin C
4. Tidak ada tanda malnutrisi 5. Berikan substansi gula
5. Menunjukkan peningkatan 6. Yakinkan diet yang
fungsi pengecapan dari dimakan mengandung
menelan tinggi serat untuk
6. Tidak terjadi penurunan mencegah konstipasi
berat badan yang berarti 7. Berikan makanan yang
terpilih (sudah
dikonsultasikan dengan
ahli gizi )
8. Ajarkan pasien
bagaimana membuat
catatan makanan harian
9. Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori
10. Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
11. Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan
- Nutrition Monitoring :
1. BB pasien dalam
batas normal
2. Monitor adanya
penurunan berat
badan
3. Monitor tipe dan
jumlah aktivitas
yang biasa
dilakukan
4. Monitor
interaksi anak
atau orangtua
selama makan
5. Monitor
lingkungan
selama makan
6. Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak
selama jam
makan
7. Monitor kulit
kering dan
perubahan
pegmentasi
8. Monitor turgor
kulit
9. Monitor
kekeringan,
rambut kusam,
dan mudah patah
10. Monitor mual
dan muntah
11. Monitor kadar
albumin, total
protein,Hb, dan
kadar Ht.
12. Monitor
pertumbuhan
dan
perkembangan
13. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan
jaringan
konjungtiva
14. Monitor kalori
dan intake
nutrisi
15. Catat adanya
edema,
hiperemik,hipert
onik papila lidah
dan cavitas oral
16. Catat jika lidah
berwarna
magenta,scarlet.

2. Resiko syok b.d NOC : NIC :


Ketidakmampuan - Syok prevention - Syok Prevention
elektrolit kedalam - Syok management 1. Monitor status
sel tubuh, Kriteria Hasil : sirkulasi BP,
hipovolemia 1. Nadi dalam batas yang di warna kulit,
harapkan suhu kulit,
2. Irama jantung dalam batas denyut jantung,
yang diharapkan HR dan ritme,
3. Irama jantung dalam batas nadi perifer, dan
yang diharapkan kapiler refill.
4. Frekuensi nafas dalam 2. Monitor suhu
batas yang diharapkan dan pernafasan
5. Irama pernafasan dalam 3. Monitor input
batas yang diharapakan dan output
6. Natrium serum dbn 4. Pantau nilai
7. Kalium serum dbn labor :
8. Klorida serum dbn HB,HT,AGD
9. Kalsium serum dbn dan eleltrolit
10. Magmesium serum dbn 5. Monitor
11. PH darah serum dbn hemodinamik
Hidrasi : invasi yang
1. Indicator : sesuai
2. Mata cekung tidak 6. Monitor tanda
ditemukan dan gejala asites
3. Demam tidak ditemukan 7. Monitor tanda
4. TD dbn awal syok
5. Menatokrit DBN 8. Tempatkan
pasien pada
posisi supine,
kaki elevasi
untuk untuk
peningkatan
preload dengan
tepat
9. Lihat dan
pelihara
kepatenan jalan
nafas
10. Berikan
vasodilator yang
tepat
11. Ajarkan
keluarga dan
pasien tentang
tanda dan gejala
datangnya syok
12. Ajarkan
keluarga dan
pasien tentang
langkah untuk
mengatasi gejala
syok
- Syok management
1. Monitor fungsi
neurologis
2. Monitor fungsi
renal
3. Monitor tekanan
nadi
4. Monitor status
cairan, input
output
5. Catat gas darah
arteri dan
oksigen
dijaringan
6. Monitor EKG
sesuai
7. Memanfaatkan
pemantauan
jalur arteri untuk
meningkatkan
akurasi
pembacaan
tekanan darah
8. Menggambar
gas darah arteri
dan memonitor
jaringan
oksigenasi
9. Memantau tren
dalam parameter
hemodinamik
(misalnya
CVP,MAP,tekan
an kapiler
pulmonal/arteri
10. Memantau
faktor penentu
pengerimanjarin
gan oksigen
(misalnya, PaO2
kadar
hemoglobin
SaO2,CO) jika
tersedia
11. Memantau
tingkat karbon
dioksida
sublingual dan
atau tonometry
lambung
12. Memonitor
gejala gagal
pernafasan
( misalnya,renda
h PaO2
peningkatan
PaCO2 tingkat,
kelelahan otot
pernafasan )
13. Monitor nilai
laboratorium
(misalnya CBC
dengan
deferensial)
koagulasi profil,
ABC, tingkat
laktat, budaya
dan profil
kimia )
14. Masukkan dan
memelihara
besarnya
kobosanan akses
IV.
3. Kerusakan NOC : NIC :
Integritas Jaringan - Tissue integrity : skin and - Prssure ulcer prevention
b.d nekrosis mucous wound care
kerusakan jaringan - Wound healing : primary 1. Anjurkan pasien
and secondary intention untuk
Kriteria Hasil : menggunakan
1. Perfusi jaringan normal pakaian yang
2. Tidak ada tanda-tanda longgar
infeksi 2. Jaga kult agar
3. Ketebalan dan tekstur tetap bersih dan
jaringan normal kering
4. Menunjukkan pemahaman 3. Mobilisasi
dalam proses perbaikan pasien ( ubah
kulit dan mencegah posisi pasien )
terjadinya cidera berulang setiap dua jam
5. Menunjukkan terjadinya sekali
proses penyembuhan luka 4. Monitor kulit
akan adanya
kemerahan
5. Oleskan lotion
atau
minyak/baby oil
pada daerah
yang tertekan
6. Monitor
aktivitas dan
mobilisasi
pasien
7. Monitor status
nutrisi pasien
8. Memandikan
pasien dengan
sabun dan air
hangat
9. Observasi luka :
lokasi, dimensi,
kedalaman luka,
jaringan
nekrotik, tanda-
tanda infeksi
lokal, formasi
traktus
10. Ajarkan
keluarga tentang
luka dan
perawatan luka
11. Kolaborasi ahli
gizi pemberian
diet TKTP
( tinggi kalori
tinggi protein )
12. Cegah
kontaminasi fese
dan urin
13. Lakukan tehnik
perawatan luka
dengan steril
14. Berikan posisi
yang
mengurangi
tekanan pada
luka
15. Hindari kerutan
pada tempat
tidur
4. Resiko infeksi b.d NOC : NIC :
trauma pada - Immune status - Infektion Control
jaringan, proses - Knowledge : infection ( Kontrol infeksi )
penyakit (diabetes control 1. Bersihkan
melitus) - Risk control lingkungan
Kriteria Hasil : setelah dipakai
1. Klien bebas dari tanda dan pasien lain
gejala infeksi 2. Pertahankan
2. Mendeskripsikan proses tehnik isolasi
penularan penyakit, faktor 3. Batasi
yang mempengaruhi pengunjung bila
penularan serta perlu
penatalaksanaanya 4. Instruksikan
3. Menunjukkan kemampuan pada
untuk mencegah timbulnya pengunjung
infeksi untuk mencuci
4. Jumlah leukosit dalam tangan saat
batas normal berkunjung dan
5. Menunjukkan perilaku setelah
hidup sehat berkunjung
meninggalkan
pasien
5. Gunakan sabun
antimikrobia
untuk cuci
tangan
6. Cuci tangan
setiap
sebelumdan
sesudah tindakan
keperawatan
7. Gunakan baju,
sarung tangan
sebagai alat
pelindung
8. Pertahankan
lingkungan
aseptik selama
pemasangan alat
9. Ganti letak IV
perifer dan line
central dan
dressing sesuai
dengan petunjuk
umum
10. Gunakan kateter
intermiten untuk
menurunkan
infeksi kandung
kencing
11. Tingkatkan
intake nutrisi
12. Berikan terapi
antibiotik bila
perlu Infektion
Protection
( proteksi
terhadap
infeksi )
13. Monitor tanda
dan gejala
infeksi sistemik
dan lokal
14. Monitor hitung
granulosit, WBC
15. Monitor
kerentanan
terhadap infeksi
16. Batas
pengunjung
17. Sering
pengunjung
terhadap
penyaikit
menular
18. Pertahankan
tehnik aspesik
pada pasien
yang beresiko
19. Pertahankan
teknik isolasi
20. Berikan
perawatan kulit
pada area
epidema
21. Inspeksi kulit
dan membran
mukosa terhadap
kemerahan,
panas,drainase
22. Inspeksi kondisi
luka / insisi
bedah
23. Dorong
masukkan
nutrisi yang
cukup
24. Dorong
masukan cairan
25. Dorong istirahat
26. Instruksikan
pasien untuk
minum
antibiotik sesuai
resep
27. Ajarkan pasien
dan keluargaa
tanda dan gejala
infeksi
28. Ajarkan cara
menghindari
infeksi
29. Laporkan
kecurigaan
infeksi
30. Laporkan kultur
posistif
5. Retensi urine b.d NOC : NIC :
inkomplit - Urinary elimination - Urinary Retention Care
pengosongan - Urinary continence 1. Monitor intake
kandung kemih, Kriteria Hasil dan output
sfingter kuat dan 2. Monitor
poliuri penggunaan obat
antikolionergik
3. Monitor derajat
distensi bladder
4. Instruksikan
pada pasien dan
keluarga untuk
mencatat output
urine
5. Sediakan
privacy untuk
eliminasi
6. Stimulasi refleks
bladder dengan
kompres dingin
pada abdomen
7. Katerisasi jika
8. Monitor tanda
dan gejala ISK
(panas,
hematuria,
perubahan bau
dan konsistensi
urine )
Urinary Elimination
Management
6. Ketidakefektifan NOC : NIC :
perfusi jaringan - Circulation status - Peripheral Sensation
perifer b.d - Tissue Perfusion : Management
penurunan sirkulasi Kriteria Hasil : ( Management sensasi
darah keperifer, Mendemonstrasikan status perifer )
proses penyakit sirkulasi yang di tandai dengan : 1. Monitor adanya
(DM) 1. Tekanan systole daerah tertentu
dan diastole dalam yang hanya peka
rentang yang terhadap
diharapkan panas/dingin/taja
2. Tidak ada m/tumpul
ortostatik 2. Monitor adanya
hipertensi paretese
3. Tidak ada tanda- 3. Instruksikan
tanda peningkatan keluarga untuk
tekanan mengobservasi
intrakranial (tidal kulit jika ada isi
lebih dari 15 atau laserasi
mmHg) 4. Gunakan sarun
Mendemonstrasikan kemampuan tangan untuk
kognitif yang ditandai dengan : proteksi
1. Berkomunikasi dengan 5. Batasi gerakan
jelas dan sesuai dengan pada kepala,
kemampuan leher dan
2. Menunjukkan perhatian, punggung
konsentrasi dan orientasi 6. Monitor
3. Memproses informasi kemampuan
4. Membuat keputusan BAB
dengan benar 7. Kolaborasi
Menunjukkan fungsi sensori pemberian
motori cranial yang utuh : tingkat analgetik
kesadaran membaik, tidak ada 8. Monitor adanya
gerakan gerakan involunter. tromboplebitis
9. Diskusikan
mengenai
penyebab
perubahan sensai

7. Resiko NOC : NIC :


ketidakseimbnagan - Fluid balance - Fluid management
elektrolit b.d gejala - Hydration 1. Timbang
poliuria dan - Nutritional status : food popok/pembalut jika
dehidrasi and fluid diperlukan
- Intake 2. Pertahankan catatan
Kriteria Hasil : intake dan output yang
1. Mempertahankan urine akurat
output sesuai dengan usia 3. Monitor status hidrasi
dan BB,BJ urine normal, (kelembaban membran
HT normal mukosa, nadi adekuat,
2. Tekanan darah,nadi,suhu tekanan darah
tubuh dalam batas normal ortostatik) jika
3. Tidak ada tanda-tanda diperlukan
dehidrasi, elastisitas turgor 4. Monitor vital sign
kulit baik, membran 5. Monitor masukan
mukosa lembab, tidak ada makanan/cairan dan
rasa haus yang berlebihan hitung intake kalori
harian
6. Kolaborasikan
pemberian cairan IV
7. Monitor status nutrisi
8. Berikan cairan IV pada
suhu ruangan
9. Dorong masukan oral
10. Berikan penggantian
nesogatrik sesuai output
11. Dorong keluarga untuk
membantu pasien
makan
12. Tawarkan snack
(jus,buah,buahsegar )
berlebih muncul
memburuk
13. Atur kemungkinan
transfusi
8. Keletihan NOC : NIC :
- Endurance - Energy management
- Concentrance 1. Observasi
- Energy conservation adanya
- Nutritional status : energy pembatasan
Kriteria Hasil : klien dalam
1. Memverbalisasikan melakukan
peningkatan energy dan aktivitas
merasa lebih baik 2. Doorng anak
2. Menjelaskan penggunaan untuk
energy untuk mengatasi mnegungkapkan
kelelahan perasaan
3. Kecemasan menurun terhadap
4. Kualitas hidup meningkat keterbatasan
5. Istirahat cukup 3. Kaji adanya
6. Mempertahankan faktor yang
kemampuan untuk menyebabkan
berkonsentrasi kelahan
4. Monitor nutrisi
dan sumber
energy yang
adekuat
5. Monitor
pasienakan
adanya
kelalahan fisik
dan emosi secara
berlebihan
6. Monitor respon
kardiovaskuler
terhadap
aktivitas
7. Monitor pola
tidur dan
lamanya
tidur/istirahat
pasien
8. Dukung pasien
dan keluarga
untuk
mengungkapkan
perasaan ,
berhubungan
dengan
perubahan hidup
yang disebabkan
keletihan
9. Bantu aktivitas
sehari hari
sesuai dengan
kebutuhan
10. Tingkatkan tirah
baring dan
pembatasan
aktivitas
(tingkatkan
periode istrahat )
11. Konsultasi
dengan ahli gizi
untuk
meningkatkan
asupan makanan
yang berenergi
tinggi
Behavior Management
Energy Terapy
Energy Management
Nutrition Management

Anda mungkin juga menyukai