DIABETES MELITUS
1. Pengertian (Definisi) Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang
ditandai oleh hiperglikemia akibat defek pada :
1. Kerja insulin (resistensi insulin) di hati (peningkatan produksi glukosa
hepatik) dan di jaringan perifer (otot dan lemak).
2. Sekresi insulin oleh sel beta pancreas atau keduanya.
1
6.Diagnosis Banding 1. Hiperglikemia reaktif
2. Toleransi glukosa terganggu (TGT)
3. Glukosa darah puasa terganggu(GDPT)
Latihan Jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan teratur (3-4 kali seminggu selama
kurang lebih 30 menit). Prinsip : continous –Rythmical-Interval-
Progressive-Endurance.
Intervensi Farmakologis
Obat Hipoglikemia oral (OHO) :
Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue) : sulfoniurea, glinid
Penambah sensitivitas terhadap insulin : metformin, tiazolidindion
Penghambat absorpsi glukosa : penghambat glukosidase alfa
Insulin
Terapi kombinasi :
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk
2
kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respons kadar glukosa
darah. Kalau dengan OHO tunggal sasaran kadar glukosa darah belum
tercapai, perlu kombinasi dua kelompok obat hipoglikemik oral yang
berbeda mekanisme kerjanya
Pengelolaan DM tipe 2 gemuk :
Non-farmakologis evaluasi 2-4 minggu (sesuai keadaan klinis)
Sasaran tidak tercapai : penekanan kembali tata laksana non
farmakologis
evaluasi 2-4 minggu (sesuai keadaan klinis).
Sasaran tidak tercapai : + 1 macam OHO
evaluasi 2-4 minggu (sesuai keadaan klinis).
Sasaran tidak tercapai : kombinasi 2 macam OHO, antara
Biguanid/Penghambat glukosidase α/glitazon
evaluasi 2-4 minggu (sesuai keadaan klinis).
Sasaran tidak tercapai : kombinasi 3 macam OHO:
Biguanid+Penghambat glukosidase α+ glitazon atau
Terapi kombinasi OHO siang hari + insulin malam
evaluasi 2-4 minggu (sesuai keadaan klinis):
Sasaran terapi kombinasi 3 OHO tidak tercapai :
kombinasi 4 macam OHO:
Biguanid+Penghambat glukosidase α + glitazon + Secretagogue
atau
Terapi kombinasi OHO siang hari + insulin malam
evaluasi 2-4 minggu (sesuai keadaan klinis):
Sasaran terapi kombinasi 4 OHO tidak tercapai :
Insulin
Atau
Terapi kombinasi OHO siang hari + insulin malam
Sasaran terapi kombinasi OHO + insulin tidak tercapai :
Insulin
Bila sasaran tercapai : teruskan terapi terakhir
3
glukosidase α+Biguanid+Glitazon atau
Terapi Kombinasi OHO siang hari +
Insulin malam
Evaluasi 2-4 minggu (sesuai keadaan
Klinis)
Sasaran terapi kombinasi 4 OHO tidak tercapai :
Insulin , atau
Terapi Kombinasi OHO siang hari +Insulin malam
Evaluasi 2-4 minggu (sesuai keadaan Klinis)
4
dr. Hikmawati Sp.S,. M.Kes dr. Hermawati Azikin, Sp.PD
NIP: 19720820 200212 2 005 NIP: 19731203 200212 2 005
5
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
KSM : INTERNA
RSUD SINJAI
2018
TUBERKULOSIS PARU
1. Pengertian (Definisi) Tuberkulosis paru adalah infeksi paru yang menyerang
jaringan parenkim paru, disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis berdasarkan hasil
pemeriksaan sputum, TB dibagi dalam :
1. TB paru BTA positif : sekurangnya 2 dari 3
spesimen sputum BTA positif.
2. TB paru BTA negatif, dari 3 spesimen sputum
BTA negatif, foto thoraks positif.
Berdasarkan tingkat keparahan penyakt yang ditunjukkan
oleh foto thoraks , TB paru di bagi dalam :
1. TB paru dengan kelainan paru luas
2. TB paru dengan kelainan paru sedikit
Berdasarkan organ selain paru yang terserang, TB paru
dibagi dalam :
1. TB Paru extra paru ringan : TB kelenjar limfe,
TB tulang non-vertebra, TB sendi, TB adrenal
2. TB extra paru berat : meningitis, TB milier, TB
diseminata, perikarditis,pleuritis, peritonitis,TB
vertebra, TB usus, TB genitourinarius
Berdasarkan riwayat pengobatannya, TB paru dibagi
dalam :
1. Kasus baru
2. Kambuh (relaps)
3. Drop-out/default
4. Gagal terapi
6
4. Kriteria diagnosis 1. Anamnesis batuk-batuk > 3 minggu, batuk berdarah,
sesak nafas, nyeri dada, malaise,lemah, berat badan
turun, nafsu makan turun, keringat malam, demam.
2. Laboratorium : LED meningkat
3. Mikrobiologis :
1. BTA sputum positif minimal 2 dari 3 spesimen
SPS
2. Kultur Mycobacterium tuberculosis positif
(diagnosis pasti)
4. Radiologis :
1. Foto thoraks PA + lateral (hasil bervariasi) :
infiltrat, pembesaran KGB hilus/KGB paratrakeal,
milier,atelektasis, efusi
pleura,kalsifikasi,brokhiektasis, kavitas, destroyed
lung
7
8. Terapi Obat anti TB (OAT) :
Kategori 1 : untuk
1. Penderita baru TB paru, sputum BTA positif
2. Penderita baru TB paru, sputum BTA negatif,
rotgen positif dengan kelainan paru luas
3. Penderita TB Extra paru berat diterapi dengan
4. 2 RHZE/4 RH-2 RHZE/4 R3H3- 2 RHZE/ 6 HE
Kategori 2 : untuk
1. Penderita kambuh
2. Penderita gagal
3. Penderita after default di terapi dengan :
- 2 RHZES/1 RHZE/ 5RHE
- 2 RHZ/ 4R3H3
- 2 RHZ/ 6 HE
Kategori 4 : untuk
1. Penderita TB kronik diterapi dengan
- H seumur hidup
9. Edukasi 1. Istirahat
2. Stop Merokok
3. Hindari Polusi
4. Nutrisi
5. Vitamin
10. Prognosis dubia tergantung derajat berat, kepatuhan pasien,
sensivitas bakteri, gizi, status imun, komorbidit
11. Tingkat Evidens II
12. Tingkat Rekomendasi B
13. Penelaah Kritis - dr.Hermawati Azikin, Sp.PD
- dr. H. Amaluddin, Sp.PD
8
- dr. Megawati, Sp.PD
- dr. Mutmainna S.
14. Indikator Medis Insiden : 139/100.000 orang
Prevalensi : 219/100.000 orang
9
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
KSM : INTERNA
RSUD SINJAI
2018
7. Pemeriksaan 1. Urinalisis
Penunjang 2. Tes fungsi ginjal dan gula darah
3 . Foto BNO-IVP
4. USG ginjal
10
8. Terapi Antimikroba berdasarkan pola kuman yang ada; bila hasil
Resistensi kuman sudah ada, pemberian antimikroba disesuaikan
:
Antimikroba pada ISK : Trimetoprim-
sulfametoksazol,Trimetoprim,siprofloksasin,Levofloksasin,Nitro
furantoin makrokristal,Amoksisilin/klavulanat,Gentamicin.
Dispepsia
1. Pengertian (Definisi) Dispepsia merupakan kumpulan gejala atau sindrom yang
terdiri atas nyeri ulu hati,mual, kembung, muntah, rasa
11
penuh atau cepat kenyang dan sendawa.
2. Anamnesis Terdapatnya kumpulan gejala yang terdiri atas :
1. Nyeri ulu hati
2. Mual Muntah
3. Kembung
4. Rasa penuh atau cepat kenyang
12
dr. Hikmawati Sp.S,. M.Kes dr. Hermawati Azikin, Sp.PD
NIP: 19720820 200212 2 005 NIP: 19731203 200212 2 005
ASMA BRONKIAL
1. Pengertian (Definisi) Asma bronchial adalah peyakit inflamasi kronik saluran
nafas yang ditandai dengan obstruksi jalan nafas yang
dapat hilang dengan atau tanpa pengobatan akibat
hiperreaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan
yang melibatkan sel-sel dan elemen seluler terutama
13
mastosit, eosinofil, limfosit T, makrofag, neutrofil, dan
epitel.
2. Anamnesis Pada riwayat penyakit ada keluhan : batuk, sesak nafas
dengan atau tanpa mengi, atau rasa berat di dada
3. Pemeriksaan Fisis Ekspirasi memanjang
Mengi
Hiperinflasi dada
Pernafasan cepat
4. Kriteria Diagnosis 1. Asma intermitten, gejala asma < 1 kali/minggu,
asimptomatik, APE diantara serangan normal, asma
malam< 2 kali/bulan, APE> 80%, variabilitas < 20%
2. Asma persisten ringan, gejala asma > kali/minggu, < 1
kali/hari, asma malam > 2 kali/bulan, APE > 80%,
variabilitas < 20-30%
3. Asma persisten sedang, gejala asma tiap hari, tiap hari
menggunakan beta 2 agonis kerja singkat, aktivitas
terganggu saat serangan, asma malam > 1 kali/minggu,
APE > 60% dan 80% prediksi atau , variabilitas >
30%.
4. Asma persisten berat, gejala asma terus menerus, asma
malam sering, aktivitas terbatas, dan APE <60%
prediksi atau , variabilitas > 30%. Asma eksaserbasi
akut dapat terjadi pada semua tingkatan derajat asma.
5. Diagnosis Diagnosis berdasarkan anamnesis adanya keluhan batuk,
sesak nafas dan rasa berat di dada
Pemeriksaa fisis berupa ekspirasi memanjang, mengi
Pemeriksaan penunjang laboratorium : jumlah eosinofil
dan sputum
Foto thoraks
6. Diagnosis Banding 1. Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)
2. Gagal jantung
14
ekivalennya + antileukotrien.
4. Asma persisten berat memerlukan kortikosteroid
inhalasi (1000 ug BDP atau ekuivalennya) + LABA
Inhalasi + salah asatu pilihan berikut ;
- Teofilin lepas lambat
- Antileukotrien
- LABA oral
Sedangkan untuk penghilang sesak pada pasien dapat
diberikan inhalasi beta 2-agonis keja singkat etapi tidak
boleh lebih dari 3-4 kali sehari. Inhalasi antikolinergik,
agonis beta-2 kerja singkat oral dan teofilin lepas lambat
dapat diberikan sebagai pilihan lain selain agonis beta 2-
kerja singkat inhalasi. Bila terjadi eksaserbasi akut maka
tahap penatalaksanaannya sebagai berikut :
1. Oksigen
2. Inhalasi agonis beta 2 tiap 20 menit sampai 3 kali
selanjutnya tergantung respon terapi awal
3. Inhalasi antikolenergik (ipatropium bromida)
setiap 4-6 jam terutama pada obstruksi berat (atau
dapat diberikan bersama-sama dengan agonis beta
2)
4. Kortikosteroid oral atau parenteral dengan dosis
40-60 mg/hari setara prednison
5. Aminofilin tidak dianjurkan (bila diberikan dosis
awal 5-6mg/kgBB dilanjutkan infuse aminofilin
0,5-0,6mg/kgBB/jam.
6. Antibiotik bila ada infeksi sekunder
7. Pasien diobservasi 1-3jam kemudian dengan
pemberian agonis beta 2 tiap 60 menit. Bila setelh
masa observasi terus membaik pasien dapat
dipulangkan dengan pengobatan (3-5 hari);
inhalasi beta 2 agonis diteruskan, steroid oral
diteruskan, penyuluhan dan pengobatan
lanjut,antibiotik diberikan bila ada indikasi,
perjanjian control berobat.
8. Bila setelah observasi 1-2 jam tidak ada perbaikan
atau pasien termasuk golongan resiko tinggi :
pemeriksaan fisik tambah berat, APE (arus
puncak eskpirasi) > 50% dan 70% dan tidak ada
perbaikan hipoksemia (dari hasil analisis gas
darah) pasien harus dirawat
9. Edukasi Menghindari faktor pencetus
10. Prognosis tergantung berat gejala
11. Tingkat Evidens II
12. Tingkat Rekomendasi B
13. Penelaah Kritis - dr.Hermawati Azikin, Sp.PD
- dr. H. Amaluddin, Sp.PD
- dr. Megawati, Sp.PD
- dr. Mutmainna S.
15
14. Indikator Medis prevalensi asma dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur,
status atopi, factor keturunan, serta factor lingkungan.
Prevalensi di Indonesia sekitar 5-7%
15. Kepustakaan 1. PAPDI, Panduan Pelayanan medik, Jakarta; 2006. hal
301.
2. Sundaru H, Asma bronchial.Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II, edisi ketiga.Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.hal 21-32
16
2. Anamnesis Anamnesis riwayat paparan dengan factor resiko,
riwayat penyakit sebelumnya, riwayat keluarga PPOK,
riwayat eksaserbasi dan perawatan di RS, komorbiditas,
dampak penyakit terhadap aktivitas,dll
Keluhan : sesak nafas, batuk-batuk kronis
Sputum produktif
Faktor resiko (+)
PPOK ringan dapat tanpa keluhan atau gejala
Riwayat eksaserbasi dan perawatan di RS
sebelumnya
Komorbiditas
Dampak penyakit terhadap aktivitas
17
11. Tingkat Evidens II
12. Tingkat Rekomendasi B
13. Penelaah Kritis dr. Hermawati Azikin, Sp.PD
dr. H. Amaluddin, Sp.PD
18
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
KSM : INTERNA
RSUD SINJAI
2018
19
3. Pemeriksaan Fisis Anemis
Kulit kering
Edema tungkai atau palpebra
Tanda bendungan paru
21
dr. Hikmawati Sp.S,. M.Kes dr. Hermawati Azikin, Sp.PD
NIP: 19720820 200212 2 005 NIP: 19731203 200212 2 005
ULKUS PEPTIK
1. Pengertian (Definisi) Ulkus peptik adalah salah satu penyakit saluran cerna
bagian atas yang kronis.
2. Anamnesis Terdapat nyeri epigastrium, dyspepsia, nausea,
vomitus,anoreksia dan kembung
3. Pemeriksaan Fisis Nyeri palpasi yang terlokalisasi,kadang-kadang dapat
ditunjuk dengan satu jari di sebelah kanan garis tengah atau
pada garis tengah epigastrium
4. Kriteria Diagnosis Nyeri palpasi yang terlokalisasi pada epigastrium
5. Diagnosis 1. Faktor resiko : umur, penggunaan obat-obat aspirin atau
OAINS, kuman Helicobacter pylori
2. Diagnosis berdasarkan anamnesis adanya keluhan nyeri
epigastrium, dyspepsia, nausea, vomitus,anoreksia dan
kembung.pemeriksaan fisis terdapat nyeri palpasi yang
terlokalisasi pada epigastrium
22
6. Diagnosis Banding 1. Ulkus gaster
2. Ulkus duodenum
3. dispepsia non ulkus
7. Pemeriksaan Penunjang
24
Tanda perdarahan
25
8. Terapi Terapi penunjang :
1. Transfusi komponen darah (PRC dan/atau TC) sesuai
indikasi.
2. Menghindari dan mengatasi infeksi
3. Kortikosteroid :Prednison 1-2 mg/kgBB/hari
9. Edukasi
HIPERTENSI
1. Pengertian (Definisi) Hipertensi adalah keadaan tekanan darah yang sama atau
melebihi 140 mmHg sisitolik dan/atau sama atau melebihi 90
mmHg diastolik pada seseorang yang tidak sedang makan
obat antihipertensi
2. Anamnesis Adanya keluhan: sakit kepala,epistaksis, sukar tidur, rasa
tegang di tengkuk, pusing dan migren.
3. Pemeriksaan Fisis Pengukuran tekanan darah yang dilakukan minimal 2 kali tiap
kunjungan pada 2 kali kunjungan atau lebih .
Pengukuran pertama harus pada kedua sisi lengan untuk
menghindari kelainan pembuluh darah perifer.
4. Kriteria Diagnosis Adanya keluhan: sakit kepala,epistaksis, sukar tidur, rasa
tegang di tengkuk, pusing dan migren.
Klasifikasi TD systole TD diastole
(mmHg) (mmHg)
Normal <120 dan <80
Pre hipertensi 120-139 atau 80-89
HT stage I 140-159 atau 90-99
HT stage II > 160 atau > 100
5. Diagnosis Diagnosis berdasarkan anamnesis adanya keluhan: sakit
kepala,epistaksis, sukar tidur, rasa tegang di tengkuk, pusing
dan migren.
27
Pemeriksaan fisis: pengukuran tekanan darah yang dilakukan
minimal 2 kali tiap kunjungan pada 2 kali kunjungan atau
lebih
6.Diagnosis Banding 1. Peningkatan tekanan darah akibat white coat hypertention
2. Rasa nyeri
3. Peningkatan tekanan intraserebral
4. Ensefalitis
5. Akibat obat
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Urinalisis, tes fungsi ginjal, gula darah, elektrolit, profil
lipid
2. Foto thoraks
3. EKG
4. Sesuai penyakit penyerta : asam urat, USG ginjal
8. Terapi Modifikasi gaya hidup dengan target tekanan darah <
140/90 mmHg atau < 130/80 mmHg pada pasien DM atau
penyakit ginjal kronis. Bila target tidak tercapai maka
diberikan obat inisial.
Obat inisial diberikan berdasarkan :
1. Hipertesi tanpa compelling indication
a. Pada HT stage I dapat diberikan diuretik.
Pertimbangkan pemberian penghambat ACE, penyekat
reseptor beta, penghambat kalsium, atau kombinasi
b. Pada HT stage II dapat diberikan kombinasi 2 obat
biasanya golongan diuretik, tiazid dan penghambat
ACE atau antagonis reseptor AII atau penyekat reseptor
beta atau penghambat kalsium.
2. Hipertensi dengan compelling indication
1. Gagal jantung obat yang direkomendasikan :
diuretik,penyekat reseptor beta,Penghambat ACE,
antagonis reseptor AII. Antagonis aldosteron.
2. Pasca infark miokard : penyekat reseptor
beta,Penghambat ACE, Antagonis aldosteron.
3. Resiko tinggi penyakit koroner :
diuretik,penyekat reseptor beta,Penghambat ACE,
dan penghambat kalsium.
4. DM : diuretik,penyekat reseptor
beta,Penghambat ACE, antagonis reseptor AII,
penghambat kalsium.
5. Penykit ginjal kronik : Penghambat ACE,
antagonis reseptor AII.
Pencegahan stroke berulang : diuretik, penghambat ACE.
9. Edukasi 1. Diet rendah garam
2. Menurunkan berat badan
3. Olahraga
28
4. Pembatasan minuman beralkohol
29
PANDUAN PRAKTIS KLINIS
KSM : INTERNA
RSUD SINJAI
2019
PNEUMONIA
(ICD X J.18.9)
1. Pengertian (Definisi) Peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dar
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius
dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan
pertukaran gas setempat.
31
dr. H. Amaluddin, Sp.PD
Nip :19630618 198910 1 002
32