: 445.1/C/IX/
No. Dokumen SOP/3/18/3
94
SOP
No. Revisi :
Tgl. Terbit : 05/03/2018
Halaman : 1/2
UPT
SILVIA
Puskesmas
NIP. 197802072006042018
Damai
1. Pengertian Definisi: Diabetes mellitus tipe II merupakan kumpulan gejala yang
ditandai oleh hiperglikemia akibat defek pada kerja insulin (resistensi
insulin) dan sekresi insulin atau kedua-duanya.
Faktor risiko:
Berat badan lebih dan obese (IMT ≥ 25 kg/m2)
Riwayat penyakit DM di keluarga
Mengalami hipertensi (TD ≥ 140/90 mmHg atau sedang dalam
terapi hipertensi)
Riwayat melahirkan bayi dengan BBL > 4000 gram atau pernah
didiagnosis DM Gestasional
Perempuan dengan riwayat PCOS (polycistic ovary syndrome)
Riwayat GDPT (Glukosa Darah Puasa Terganggu) / TGT
(Toleransi Glukosa Terganggu)
Aktifitas jasmani yang kurang
Manifestasi Klinis:
Keluhan klasik DM: polifagia, poliuri, polidipsi, penurunan
berat badan yang tidak jelas sebabnya.
Keluhan tidak khas dapat berupa lemah, kesemutan (rasa baal di
ujung-ujung ekstremitas), gatal, mata kabur, disfungsi ereksi
pada pria, pruritus vulvae pada wanita, luka yang sulit sembuh
Pemeriksaan Fisik:
1. Penilaian berat badan
2. Mata : Penurunan visus, lensa mata buram
3. Extremitas : Uji sensibilitas kulit dengan mikrofilamen
Pemeriksaan Penunjang:Gula darah puasa, gula darah 2 jam Post
Prandial, urinalisis, funduskopi, pemeriksaan fungsi ginjal, EKG, Xray
thoraks.
Diagnosis Klinis:
Kriteria diagnostik DM dan gangguan toleransi glukosa:
1. Gejala klasik DM (poliuria, polidipsia, polifagi) + glukosa
plasma sewaktu ≥ 200 mg/dL (11,1 mmol/L). Glukosa plasma
sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari
tanpa memperhatikan waktu makan terakhir ATAU
2. Gejala Klasik DM + Kadar glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl.
Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan
sedikitnya 8 jam ATAU
3. Kadar glukosa plasma 2 jam pada tes toleransi glukosa oral
(TTGO)> 200 mg/dL (11,1 mmol/L) TTGO dilakukan dengan
standard WHO, menggunakan beban glukosa anhidrus 75 gram
yang dilarutkan dalam air.
Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM,
maka dapat digolongkan ke dalam kelompok Toleransi Glukosa
Terganggu (TGT) atau Gula Darah Puasa Teranggu (GDPT) tergantung
dari hasil yang diperoleh
Kriteria gangguan toleransi glukosa:
1. GDPT ditegakkan bila setelah pemeriksaan glukosa plasma puasa
didapatkan antara 100–125 mg/dl (5,6–6,9 mmol/l)
2. TGT ditegakkan bila setelah pemeriksaan TTGO kadar glukosa
plasma 140–199 mg/dl pada 2 jam sesudah beban glukosa 75 gram
(7,8 -11,1 mmol/L)
3. HbA1C 5,7 -6,4%
Komplikasi:
1. Akut: ketoasidosis diabetik, hiperosmolar non ketotik, hipoglikemia
2. Kronik: makroangiopati, pembuluh darah jantung, pembuluh darah
perifer, pembuluh darah otak
3. Mikroangiopati: pembuluh darah kapiler retina, pembuluh darah
kapiler renal
4. Neuropati
5. Gabungan: kardiomiopati, rentan infeksi, kaki diabetik, disfungsi ereksi
Penatalaksanaan:
Terapi untuk Diabetes Melitus dilakukan dengan modifikasi gaya hidup sehat
dan pengobatan.
Dosis OHO
Cara Pemberian OHO, terdiri dari:
1. OHO dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan secara bertahap
sesuai respons kadar glukosa darah, dapat diberikan sampai dosis
optimal.
2. Sulfonilurea: 15 –30 menit sebelum makan.
3. Metformin : sebelum/pada saat/sesudah makan.
4. Penghambat glukosidase (Acarbose): bersama makan suapan
pertama.
Konseling dan Edukasi
Edukasi meliputi pemahaman tentang:
1. Penyakit DM tipe 2 tidak dapat sembuh tetapi dapat dikontrol
2. Gaya hidup sehat harus diterapkan pada penderita misalnya olahraga,
menghindari rokok, dan menjaga pola makan.
Pemberian obat jangka panjang dengan kontrol teratur setiap 2 minggu
Pemeriksaan Fisik
- Petugas melakukan informed consent tentang tindakan yang akan
dilakukan.
- Petugas cuci tangan dan menggunakan APD
- Petugas melakukan pemeriksaan vital sign
- Petugas melakukan fisik menyeluruh
- Petugas melakukan pemeriksaan laboratorium sederhana
- Petugas melakukan cuci tangan
- Penegakan diagnose dan evaluasigizi, evaluasi penyulit DM, evaluasi
perencanaan makan sesuai kebutuhan
Tatalaksana Kasus
- Golongan Biguanid: Metformin, dosis awal 500 mg dosis maksimal
2500 mg diberikan 1-3 kali/hari
- Golongan Sulfonilurea: Glibenklamid dosis awal 2.5 mg dosis
maksimal 15 mg/hr diberikan 15 – 30 menit sebelum mkan, 1-2
kali/hari.
- Golongan Inhibitor α glukosidase: Acarbose dosis awal 50 mg dosis
maksimal 300 mg diberikan 1-3 kali/hari
- Insulin : short acting atau long acting
- Konseling dan edukasi sesuai dengan terapi non farmakologis dan
efek samping obat
Pencatatan rekam medis dan register
Rujuk apabila menemukan komplikasi atau tanda-tanda infeksi berat
6. Diagram Alir
Pasien datang
Anamnesa
Penegakan Diagnosa
3/3
Pemberian Edukasi Gaya Hidup
Sehat dan pemberian terapi
sesuai pedoman yang berlaku
Pulang