Anda di halaman 1dari 6

DM Tipe II

(ICD X: E11)
No. Dokumen : SOP/KB1/I/UKP/
014/2019
SO No. Revisi :0
P
Tanggal terbit: 1 Pebruari 2019
Halaman : 1/4

UPTD PUSKESMAS dr. Gede Andre Darmawan


KARANGASEM I NIP.19840910 2014081001

1. PENGERTIAN Definisi: Diabetes mellitus tipe II merupakan kumpulan gejala yang ditandai
oleh hiperglikemia akibat defek pada kerja insulin (resistensi insulin) dan
sekresi insulin atau kedua-duanya.
Faktor risiko:
 Berat badan lebih dan obese (IMT ≥ 25 kg/m2)
 Riwayat penyakit DM di keluarga
 Mengalami hipertensi (TD ≥ 140/90 mmHg atau sedang dalam terapi
hipertensi)
 Riwayat melahirkan bayi dengan BBL > 4000 gram atau pernah
didiagnosis DM Gestasional
 Perempuan dengan riwayat PCOS (polycistic ovary syndrome)
 Riwayat GDPT (Glukosa Darah Puasa Terganggu) / TGT (Toleransi
Glukosa Terganggu)
 Aktifitas jasmani yang kurang
Manifestasi Klinis:
 Keluhan klasik DM: polifagia, poliuri, polidipsi, penurunan berat badan
yang tidak jelas sebabnya.
 Keluhan tidak khas dapat berupa lemah, kesemutan (rasa baal di ujung-
ujung ekstremitas), gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pada pria,
pruritus vulvae pada wanita, luka yang sulit sembuh
Pemeriksaan Fisik:
1. Penilaian berat badan
2. Mata : Penurunan visus, lensa mata buram
3. Extremitas : Uji sensibilitas kulit dengan mikrofilamen
Pemeriksaan Penunjang: Gula darah puasa, gula darah 2 jam Post Prandial,
urinalisis, funduskopi, pemeriksaan fungsi ginjal, EKG, Xray thoraks.
Diagnosis Klinis:
Kriteria diagnostik DM dan gangguan toleransi glukosa:
1. Gejala klasik DM (poliuria, polidipsia, polifagi) + glukosa plasma
sewaktu ≥ 200 mg/dL (11,1 mmol/L). Glukosa plasma sewaktu
merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa
memperhatikan waktu makan terakhir ATAU
2. Gejala Klasik DM + Kadar glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl. Puasa
diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam
ATAU
3. Kadar glukosa plasma 2 jam pada tes toleransi glukosa oral (TTGO)>
200 mg/dL (11,1 mmol/L) TTGO dilakukan dengan standard WHO,
menggunakan beban glukosa anhidrus 75 gram yang dilarutkan dalam
air.
Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM, maka
dapat digolongkan ke dalam kelompok Toleransi Glukosa Terganggu (TGT)
atau Gula Darah Puasa Teranggu (GDPT) tergantung dari hasil yang diperoleh.
Kriteria gangguan toleransi glukosa:
1. GDPT ditegakkan bila setelah pemeriksaan glukosa plasma puasa
didapatkan antara 100–125 mg/dl (5,6–6,9 mmol/l)
2. TGT ditegakkan bila setelah pemeriksaan TTGO kadar glukosa plasma
140–199 mg/dl pada 2 jam sesudah beban glukosa 75 gram (7,8 -11,1
mmol/L)
3. HbA1C 5,7 -6,4%

Komplikasi:
1. Akut: ketoasidosis diabetik, hiperosmolar non ketotik, hipoglikemia
2. Kronik: makroangiopati, pembuluh darah jantung, pembuluh darah
perifer, pembuluh darah otak
3. Mikroangiopati: pembuluh darah kapiler retina, pembuluh darah kapiler
renal
4. Neuropati
5. Gabungan: kardiomiopati, rentan infeksi, kaki diabetik, disfungsi ereksi
Penatalaksanaan:
Terapi untuk Diabetes Melitus dilakukan dengan modifikasi gaya hidup sehat
dan pengobatan.
 Dosis OHO
Cara Pemberian OHO, terdiri dari:
1. OHO dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan secara bertahap
sesuai respons kadar glukosa darah, dapat diberikan sampai dosis
optimal.
2. Sulfonilurea: 15 –30 menit sebelum makan.
3. Metformin : sebelum/pada saat/sesudah makan.
4. Penghambat glukosidase (Acarbose): bersama makan suapan pertama.
 Konseling dan Edukasi
Edukasi meliputi pemahaman tentang:
1. Penyakit DM tipe 2 tidak dapat sembuh tetapi dapat dikontrol
2. Gaya hidup sehat harus diterapkan pada penderita misalnya olahraga,
menghindari rokok, dan menjaga pola makan.
Pemberian obat jangka panjang dengan kontrol teratur setiap 2 minggu
 Terapi Nutrisi medis:
1. Pada penderita diabetes perlu ditekankan mengenai pentingnya
keteraturan jadwal makan, jenis, dan jumlah makanan
2. Karbohidrat dianjurkan sebesar 45-65% total asupan energi
3. Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori, dan
pembatasan makanan yang mengandung lemak jenuh, seperti daging
berlemak dan susu
Asupan protein sebesar 10-20% dari total asupan energi. Pada pasien nefropati
jumlah asupan protein yaitu 0,8g/Kg BB/hari atau 10% dari kebutuhan energi.
 Latihan Jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan teratur (3-5 kali seminggu selama
kurang lebih 30-60 menit minimal 150 menit/minggu intensitas sedang).
Kegiatan sehari-hari seperti berjalan kaki ke pasar, menggunakan tangga,

2
berkebun, harus tetap dilakukan.

Kriteria Rujukan:
Untuk penanganan tindak lanjut pada kondisi berikut:
1. DM tipe 2 dengan komplikasi
2. DM tipe 2 dengan kontrol gula buruk
3. DM tipe 2 dengan infeksi berat
Prognosis: prognosis umumnya adalah dubia. Karena penyakit ini adalah
penyakit kronis, quo ad vitam umumnya adalah dubia ad bonam, namun quo
ad fungsionam dan sanationamnya adalah dubia ad malam.
2. TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk:
- Penanganan pasien DM tipe II
- Mengurangi gejala klinis DM tipe II
- Mencegah terjadinya komplikasi
3. KEBIJAKAN SK Kepala Puskesmas Karangasem I nomor: 024/KB1/I /2019 tentang Layanan
Klinis yang Menjamin Kesinambungan Layanan
4. REFERENSI Keputusan Menteri Kesehatan RI No. HK.02.02/MENKES/514 Tahun 2015
tentang panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Tingkat Pertama

5. PROSEDUR/ 1. Alat
a. Stetoskop
LANGKAH-
b. Thermometer
LANGKAH c. Tensimeter
d. Glukometer sederhana
2. Bahan
a. Alat Perlindungan Diri
b. Stick GDS

Anamnesa Pasien
- Memperkenalkan diri
- Menanyakan identitas pasien
- Menanyakan keluhan utama pasien yang dapat berupa keluhan klasik
diabetes atau yang tidak khas, riwayat perjalanan penyakit hingga
keluhan menggunakan konsep Sacred seven dan Fundamental Four
Menanyakan riwayat kesehatan terdahulu seperti, hipertensi, diabetes
melitus, jantung, asthma,obat – obatan yang dikonsumsi, riwayat kesehatan
keluarga serta riwayat sosial yang berkaitan dengan penyakit dan
komplikasi yang saat ini diderita pasien.

Pemeriksaan Fisik
- Petugas melakukan informed consent tentang tindakan yang dilakukan.
- Petugas melakukan cuci tangan dan mengenakan APD
- Petugas melakukan pemeriksaan vital sign
- Petugas melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh
- Petugas melakukan pemeriksaan laboratorium sederhana
- Petugas melakukan cuci tangan
- Penegakan diagnosis dan evaluasi gizi, evaluasi penyulit DM, evaluasi

3
perencanaan makan sesuai kebutuhan.
Tatalaksana Kasus
- Golongan Biguanid : Metformin, dosis awal 500 mg dosis maksimal
2500 mg diberikan 1 – 3 kali/hari
- Golongan sulfonylurea: Glibenclamid dosis awal 2.5 mg dosis
maksimal 15 mg/hari diberikan 15 – 30 menit sebelum makan, 1 – 2
kali/ hari.
- Golongan inhibitor α glukosidase : Acarbose dosis awal 50 mg dosis
maksimal 300 mg diberikan 1 – 3 kali/ hari
- Insulin : short acting atau long acting
- Konseling dan edukasi sesuai dengan terapi non farmakologis dan efek
samping obat
Pencatatan rekam medis dan register
Rujuk apabila menemukan komplikasi atau tanda – tanda infeksi berat.

6. DIAGRAM ALIR
Anamnesa
Pasien
datang
Pemeriksaaan vital sign
Pemeriksan fisik

Pemeriksaan penunjang
Laboratorium (jika diperlukan)

Penegakan diagnosa

Terapi, KIE
Rekam
medis
Layanan Sekunder Rujukan
(jika diperlukan)
Data
Apotik entry

Pasien
pulang

7. UNIT Ruangan Pemeriksaan Umum, Ruangan UGD, Ruangan Laboratorium,


TERKAIT Ruangan Konseling
8. DOKUMEN Rekam medis, buku register
TERKAIT
9. REKAMAN
HISTORIS Tanggal mulai
No Yang Diubah Isi Perubahan
PERUBAHAN diberlakukan

4
TATALAKSANA HIPERTENSI ESENSIAL
(ICD X: I10)
No. Dokumen : /UKP/III/2022
No. Revisi :0
Daftar
Tilik Tanggal terbit: 1 Pebruari 2019
Halaman : 5/4

UPTD PUSKESMAS dr. Gede Andre Darmawan


KARANGASEM I NIP.19840910 2014081001
TIDAK
NO LANGKAH YA TIDAK
BERLAKU
1 Apakah dokter melakukan anamnesis?
2 Apakah dokter melakukan pemeriksaan fisik yang
diperlukan?
3 Apakah dokter melakukan pemeriksaan penunjang
yang diperlukan?
4 Apakah dokter menegakkan diagnosis klinis
berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik?
5 Apakah dokter memberikan terapi sesuai dengan
diagnosis yang ditegakkan?
6 Apakah dokter memberikan edukasi kepada pasien:
pola hidup sehat, minum obat dan kontrol teratur?
7 Apakah jika ada indikasi Dokter melakukan rujukan ke
layanan tingkat sekunder: Diabetes dengan komplikasi,
KAD, HHD?
8 Apakah dokter memberikan resep kepada pasien untuk
diserahkan ke apotik?
9 Apakah dokter mendokumentasikan semua hasil
anamnesis, pemeriksaan, diagnose, terapi, rujukan yang
telah dilakukan ke dalam rekam medis pasien?
Compliance Rate (CR)

5
Auditor Karangasem,..............
Auditee

(________________)
Rumus Compliance Rate :...............................% (_______________)
Ket. Skoring:
Ya :1
Tidak :0

Compliance rate (CR) = Σ Ya x 100%


Σ Ya + Tidak
Sumber (Standar Penyusunan Dokumen Akreditasi, 2015 )

Anda mungkin juga menyukai