Anda di halaman 1dari 5

DM TIPE II

No. Dokumen : 440/…..-


SOPPkmSdPsr/I/2022
SOP No. Revisi : 00
Tgl. Terbit : 17 Januari 2022
Halaman : 1/5

KEPALA UPT PUSKESMAS


UPT PUSKESMAS
drg. Febriyanti
SADENG PASAR
NIP. 198102062011012003

1. Pengertian Definisi: Diabetes mellitus tipe II merupakan kumpulan gejala yang ditandai
oleh hiperglikemia akibat defek pada kerja insulin (resistensi insulin) dan
sekresi insulin atau kedua-duanya.
Faktor risiko:
 Berat badan lebih dan obese (IMT ≥ 25 kg/m2)
 Riwayat penyakit DM di keluarga
 Mengalami hipertensi (TD ≥ 140/90 mmHg atau sedang dalam terapi
hipertensi)
 Riwayat melahirkan bayi dengan BBL > 4000 gram atau pernah
didiagnosis DM Gestasional
 Perempuan dengan riwayat PCOS (polycistic ovary syndrome)
 Riwayat GDPT (Glukosa Darah Puasa Terganggu) / TGT (Toleransi
Glukosa Terganggu)
 Aktifitas jasmani yang kurang
Manifestasi Klinis:
 Keluhan klasik DM: polifagia, poliuri, polidipsi, penurunan berat badan
yang tidak jelas sebabnya.
 Keluhan tidak khas dapat berupa lemah, kesemutan (rasa baal di
ujung-ujung ekstremitas), gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pada
pria, pruritus vulvae pada wanita, luka yang sulit sembuh
Pemeriksaan Fisik:
1. Penilaian berat badan
2. Mata : Penurunan visus, lensa mata buram
3. Extremitas : Uji sensibilitas kulit dengan mikrofilamen
Pemeriksaan Penunjang:Gula darah puasa, gula darah 2 jam Post Prandial,
urinalisis, funduskopi, pemeriksaan fungsi ginjal, EKG, Xray thoraks.

Diagnosis Klinis:
Kriteria diagnostik DM dan gangguan toleransi glukosa:
1. Gejala klasik DM (poliuria, polidipsia, polifagi) + glukosa plasma
sewaktu ≥ 200 mg/dL (11,1 mmol/L). Glukosa plasma sewaktu
merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa
memperhatikan waktu makan terakhir ATAU
2. Gejala Klasik DM + Kadar glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl. Puasa
diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam
ATAU
3. Kadar glukosa plasma 2 jam pada tes toleransi glukosa oral (TTGO)>
200 mg/dL (11,1 mmol/L) TTGO dilakukan dengan standard WHO,
menggunakan beban glukosa anhidrus 75 gram yang dilarutkan
dalam air.
Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM, maka
dapat digolongkan ke dalam kelompok Toleransi Glukosa Terganggu (TGT)
atau Gula Darah Puasa Teranggu (GDPT) tergantung dari hasil yang
diperoleh
Kriteria gangguan toleransi glukosa:
1. GDPT ditegakkan bila setelah pemeriksaan glukosa plasma puasa
didapatkan antara 100–125 mg/dl (5,6–6,9 mmol/l)
2. TGT ditegakkan bila setelah pemeriksaan TTGO kadar glukosa
plasma 140–199 mg/dl pada 2 jam sesudah beban glukosa 75 gram
(7,8 -11,1 mmol/L)
3. HbA1C 5,7 -6,4%
Komplikasi:
1. Akut: ketoasidosis diabetik, hiperosmolar non ketotik, hipoglikemia
2. Kronik: makroangiopati, pembuluh darah jantung, pembuluh darah
perifer, pembuluh darah otak
3. Mikroangiopati: pembuluh darah kapiler retina, pembuluh darah
kapiler renal
4. Neuropati
5. Gabungan: kardiomiopati, rentan infeksi, kaki diabetik, disfungsi ereksi
Penatalaksanaan:
Terapi untuk Diabetes Melitus dilakukan dengan modifikasi gaya hidup sehat
dan pengobatan.
 Dosis OHO
Cara Pemberian OHO, terdiri dari:
1. OHO dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan secara bertahap
sesuai respons kadar glukosa darah, dapat diberikan sampai dosis
optimal.
2. Sulfonilurea: 15 –30 menit sebelum makan.
3. Metformin : sebelum/pada saat/sesudah makan.
4. Penghambat glukosidase (Acarbose): bersama makan suapan
pertama.
 Konseling dan Edukasi
Edukasi meliputi pemahaman tentang:
1. Penyakit DM tipe 2 tidak dapat sembuh tetapi dapat dikontrol
2. Gaya hidup sehat harus diterapkan pada penderita misalnya olahraga,
menghindari rokok, dan menjaga pola makan.
Pemberian obat jangka panjang dengan kontrol teratur setiap 2 minggu
 Terapi Nutrisi medis:
1. Pada penderita diabetes perlu ditekankan mengenai pentingnya
keteraturan jadwal makan, jenis, dan jumlah makanan
2. Karbohidrat dianjurkan sebesar 45-65% total asupan energi
3. Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori, dan
pembatasan makanan yang mengandung lemak jenuh, seperti daging
berlemak dan susu
Asupan protein sebesar 10-20% dari total asupan energi. Pada pasien
nefropati jumlah asupan protein yaitu 0,8g/Kg BB/hari atau 10% dari
kebutuhan energi.
 Latihan Jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan teratur (3-5 kali seminggu
selama kurang lebih 30-60 menit minimal 150 menit/minggu intensitas
sedang). Kegiatan sehari-hari seperti berjalan kaki ke pasar,
menggunakan tangga, berkebun, harus tetap dilakukan.
Kriteria Rujukan:
Untuk penanganan tindak lanjut pada kondisi berikut:
1. DM tipe 2 dengan komplikasi
2. DM tipe 2 dengan kontrol gula buruk
3. DM tipe 2 dengan infeksi berat
Prognosis: prognosis umumnya adalah dubia. Karena penyakit ini adalah
penyakit kronis, quo ad vitam umumnya adalah dubia ad bonam, namun quo
ad fungsionam dan sanationamnya adalah dubia ad malam.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk tata laksana DM Tipe II di
UPT Puskesmas Sadeng Pasar

3. Kebijakan Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sadeng Pasar nomor


440/…..SK.PkmSdPsr/I/2022 tentang pelayanan klinis
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/MENKES/514/2015 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.
5. Langkah - Anamnesa Pasien
Langkah - Memperkenalkan diri
- Menanyakan identitas pasien
- Menanyakan keluhan utama pasien yang dapat berupa keluhan klasik
diabetes atau yang tidak khas, riwayat perjalanan penyakit hingga
keluhan menggunakan konsep Sacred seven dan Fundamental Four
Menanyakan riwayat kesehatan terdahulu seperti, hipertensi, diabetes
melitus, jantung, asthma,obat – obatan yang dikonsumsi, riwayat
kesehatan keluarga serta riwayat sosial yang berkaitan dengan penyakit
dan komplikasi yang saat ini diderita pasien
Pemeriksaan Fisik
- Petugas melakukan informed consent tentang tindakan yang akan
dilakukan.
- Petugas cuci tangan dan menggunakan APD
- Petugas melakukan pemeriksaan vital sign
- Petugas melakukan fisik menyeluruh
- Petugas melakukan pemeriksaan laboratorium sederhana
- Petugas melakukan cuci tangan
- Penegakan diagnose dan evaluasigizi, evaluasi penyulit DM, evaluasi
perencanaan makan sesuai kebutuhan
Tatalaksana Kasus
- Golongan Biguanid: Metformin, dosis awal 500 mg dosis maksimal
2500 mg diberikan 1-3 kali/hari
- Golongan Sulfonilurea: Glibenklamid dosis awal 2.5 mg dosis
maksimal 15 mg/hr diberikan 15 – 30 menit sebelum mkan, 1-2
kali/hari.
- Golongan Inhibitor α glukosidase: Acarbose dosis awal 50 mg dosis
maksimal 300 mg diberikan 1-3 kali/hari
- Insulin : short acting atau long acting
- Konseling dan edukasi sesuai dengan terapi non farmakologis dan
efek samping obat
Pencatatan rekam medis dan register
Rujuk apabila menemukan komplikasi atau tanda-tanda infeksi berat
6. Diagram Alir

Pasien datang
Anamnesa
7. Unit Terkait Pel. Umum, Pel. Farmasi

8. RIWAYAT PERUBAHAN DOKUMEN

No Halaman Yang Diubah Perubahan Tanggal Diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai