Anda di halaman 1dari 3

DIABETES MELITUS TIPE 2

No. Dokumen : 104.2/SOP/IV/2023


No. Revisi : 00
SOP
Tanggal Terbit : 10 Februari 2023
Halaman : 1/1

UPTD
DENNY DONAL PELAMONIA
PUSKESMAS
NIP 196709091995011001
WAIBHU
1. Pengertian Diabetes Melitus adalah gangguan metabolik yang ditandai gejala
hiperglikemia akibat defek pada kerja insulin (resistensi insulin) dan
sekresi insulin atau kedua-duanya.
2. Tujuan Agar petugas dapat menegakkan diagnosis diabetes melitus dan
melakukan pengobatan dan penyuluhan untuk pencegahan diabetes
melitus.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Waibhu Nomor 80 Tahun 2023 tentang Prosedur
Pemeriksaan Penyakit Tidak Menular.
4. Referensi Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 tahun
2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.
5. Prosedur 1. Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut.
2. Petugas menulis identitas pasien di buku register .
3. Petugas melakukan anamnesa pada pasien apakah pasien
mengeluhkangejala klasik DM yang berupa poliuria (sering kencing),
polidipsi(sering haus) dan polifagi (sering lapar) dan penurunan berat
badan yang tidak jelas sebabnya.
4. Petugas menanyakan pada pasien apakah terdapat keluhan lain seperti
lemah, kesemutan, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pada pria,
pruritus vulva pada Wanita, serta adakah luka yang sulit sembuh.
5. Petugas melakukan pemeriksaan tekanan darah.
6. Petugas melakukan pemeriksaan fisik termasuk ekstremitas atas dan
bawah termasuk jari.
7. Bila diperlukan petugas membuat permintaan pemeriksaan penunjang
yaitu gula darah puasa, gula darah 2 jam PP.
8. Petugas menyerahkan surat permintaan kepada pasien untuk
selanjutnya pasien ke laboratorium
9. Petugas menerima hasil laboratorium dari pasien
10. Petugas membaca hasil laboratorium dan menegakan diagnose
berdasarkan hasil lab dan anamnesis, yaitu :
Gejala klasik DM ( poliuria, polidipsia, polifagi) + glukosa plasma
sewaktu > 200mg/dL. Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil
pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu
makan terakhir
a. Gejala klasik DM + kadar glukosa plasma puasa > 126 mg/dL.
Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan
sedikitnya 8 jam.
b. Kadar glukose plasma 2 jam pada tes toleransi glukosa terganggu
200 mg/dL.
11. Pemilihan jenis obat Hipoglikemik Oral ( OHO ) dan insulin bersifat
individual tergantung kondisi pasien dan sebaiknya mengkombinasi
obat dengan cara kerja yang berbeda.
Cara pemberian OHO, terdiri dari :
a. Obat hipoglikemik oral (OHO) dimulai dengan dosis kecil dan
ditingkatkan secara bertahap sesuai respons kadar glukosa
darah, dapat diberikan sampai dosis optimal.
b. Golongan biguanid: Metformin, dosis awal 500 mg dosis
maksimal 2500 mg diberikan 1-3 kali/hari sebelum/pada
saat/sesudah makan.
c. Golongan Sulfonilurea: Glibenklamid dosis awal 2.5 mg dosis
maksimal 15 mg/hr diberikan 15 – 30 menit sebelum makan, 1-2
kali/hari.
12. Petugas mengedukasi pasien tentang penyakit DM, perlunya
pengendalian dan pemantauan DM, penyulit DM, interfensi
farmakologi, bagaimana mengatasi sementara keadaan gawat darurat
akibat DM (rasa sakit dan hipoglikemia).
13. Petugas mengedukasi pasien tentang terapi gizi medis (TGM) Standart
yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi :
a. Karbohidrat 45 – 65 %
b. Protein 15 – 20%
c. Lemak 20 – 25%
14. Petugas mengedukasi pasien tentang latihan jasmani secara teratur 4
kali seminggu selama kurang lebih 30 menit.
15. Petugas menulis resep
16. Petugas menyerahkan resep kepada pasien
17. Petugas menulis hasil pemeriksaan fisik, laboraturium, diagnose, dan
terapi kedalam rekam medis pasien
18. Petugas menandatangani rekam medis
19. Petugas menulis diagnose ke buku register rawat jalan

6. Bagan Alir -
7. Hal–hal yang Tim manajemen risiko mampu mengidentifikasi, menganalisis,
Perlu mengevaluasi,dan mengendalikan risiko
diperhatikan
8. Unit Terkait Ruang Pelayanan, Laboraturium, PTM

9. Rekaman
Tanggal Mulai
Historis No. Yang Diubah Isi Perubahan
Berlaku
Perubahan

Anda mungkin juga menyukai