Anda di halaman 1dari 4

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

Tentang
DIABETES MELITUS TIPE 2 NON
INSULIN DEPENDEN
(ICD10: E11)

No. Dokumen : PPK/UKP/03

PUSKESMAS : 01
BAWANGAN PLOSO Revisi Ke
Drg.ARIES ENANDY
Tanggal Terbit : 10 Juli 2022
NIP.196304121989031019
Diabetes melitus tipe 2 adalah kelompok penyakit metabolik dengan
1. PENGERTIAN karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan seksresi insulin,
kerja insulin atau kedua-duanya.
 Keluhan khas DM: banyak kencing, banyak minum, cepat lapar,
penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
 Keluhan tidak khas DM: lemah, kesemutan, gatal, mata kabur,
disfungsi ereksi pada pria, rasa gatal di sekitar kemaluan pada
wanita.
2. ANAMNESIS
 Faktor risiko terkait diabetes seperti riwayat keluarga, gestational
diabetes, melahirkan bayi lebih dari 4000 gram
 Hasil pemeriksaan laboratorium terdahulu meliputi: glukosa
darah, A1C, dan hasil pemeriksaan khusus yang terkait DM
 Pola makan, status nutrisi, dan riwayat perubahan berat badan
 Tinggi badan, berat badan, tekanan darah, lingkar pinggang.
 Tanda neuropati
3. PEMERIKSAAN
 Mata (visus, lensa mata dan retina)
FISIK
 Gigi mulut
 Keadaan kaki (termasuk rabaan nadi kaki), kulit dan kuku
 Kadar glukosa darah sewaktu (plasma vena) ≥ 200 mg/dL, atau
 Kadar glukosa darah puasa (plasma vena) ≥ 126 mg/dl, atau
 Kadar glukosa plasma >200 mg/dL pada 2 jam sesudah beban
4. KRITERIA glukosa 75 gram pada TTGO
DIAGNOSIS  Pemeriksaan HbA1C>6.5% dengan menggunakan metode High
Performance Liquid Chromatography (HPLC) yang
berstandarisasi oleh National Glycohaemoglobin Standarization
Program (NGSP)
5. DIAGNOSIS Diabetes Melitus Tipe 2 Non Insulin Dependen
KERJA
1. DM Tipe 1
2. LADA (Latent Autoimmune Diabetes in Adult)
6. DIAGNOSIS
3. Hiperglikemia reaktif
BANDING
4. Toleransi glukosa terganggu (TGT)
5. Glukosa darah puasa terganggu (GDPT)
Berdasarkan atas tersedianya sarana-prasarana penunjang di
pelayanan Puskesmas Bawangan Ploso maka dapat dibagi menjadi 2
kelompok, yaitu pemeriksaan ideal (komprehensif) dan pemeriksaan
optimal. Pemeriksaan komprehensif adalah pemeriksaan ideal dilakukan
sesuai dengan teori dan bukti ilmiah yang ada, sedangkan pemeriksaan
optimal disesuaikan saran-prasarana yang tersedia, tanpa mengurangi
kualitas pelayanan.

7. PEMERIKSAAN
PENUNJANG

8. TATALAKSANA Berdasarkan atas tersedianya sarana-prasarana, termasuk obat-obatan


di Puskesmas Bawangan Ploso, maka terapi dapat dibagi menjadi 2
kelompok, yaitu terapi ideal (komprehensif) dan terapi optimal. Terapi
komprehensif adalah terapi yang bersifat ideal yang diberikan sesuai
dengan teori dan bukti ilmiah yang ada (Terapi berbasis bukti/ Evidence-
based medicine), sedangkan terapi yang optimal adalah terapi yang
disesuaikan saran-prasarana, termasuk obat-obatan yang tersedia
(masuk dalam formularium nasional/e-katalog), tanpa mengurangi
kualitas pelayanan.
Jika target pengobatan tidak tercapai, maka pasien diabetes dengan
kadar gula tidak mencapai target dengan dua golongan terapi obat oral,
maka pasien akan dilakukan tindak lanjut di rumah sakit.
Untuk penanganan tindak lanjut pada kondisi
berikut:
1. DM tipe 2 dengan komplikasi
2. DM tipe 2 dengan kontrol gula buruk
3. DM tipe 2 dengan infeksi berat
Cara Pemberian OHO, terdiri dari:
1. OHO dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan secara bertahap
sesuai respon kadar glukosa darah, dapat diberikansampai dosis
optimal.
2. Sulfonilurea: 15 –30 menit sebelum makan.
3. Metformin : sebelum/pada saat/sesudah makan.
4. Penghambat glukosidase (Acarbose): bersama makan suapan
pertama.

9. EDUKASI Penyakit DM, makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM,
(HEALTH penyulit DM, intervensi farmakologis dan non-farmakologis,
PROMOTION) hipoglikemia, masalah khusus yang dihadapi, cara mengembangkan
sistem pendukung dan mengajarkan keterampilan, cara
mempergunakan fasilitas perawatan Kesehatan
Edukasi meliputi pemahaman tentang:
1. Penyakit DM tipe 2 tidak dapat sembuh tetapi dapat dikontrol
2. Gaya hidup sehat harus diterapkan pada penderita misalnya
olahraga, menghindari rokok, dan menjaga pola makan.
3. Pemberian obat jangka panjang dengan kontrol teratur setiap 2
minggu
Perencanaan Makan, standar yang dianjurkan adalah makanan dengan
komposisi:
1. Karbohidrat 45 – 65 %
2. Protein 15 – 20 %
3. Lemak 20 – 25 %
Latihan Jasmani:
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan teratur (3-5 kali seminggu
selama kurang lebih 30-60 menit minimal 150 menit/minggu intensitas
sedang). Kegiatan sehari-hari seperti berjalan kaki ke pasar,
menggunakan tangga, berkebun, harus tetap dilakukan.
 Ad vitam : dubia ad bonam
10. PROGNOSIS  Ad fungsionam : dubia ad malam
 Ad sanationam : dubia ad malam
1. PERKENI. Konsensus Pengelolaan Diabetes Mel itus Tipe 2 di
Indonesia. 2015.
2. PERKENI. Petunjuk Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2. 2002.
3. The Expert Committee on The Diagnosis and Class Wcation
ofDiabetes Mellitus. Report of The Expert Committee on The
Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. Diabetes Care,
Jan 2003;26(Suppl. 1):S5-20.
4. PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS
PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
11. KEPUSTAKAAN 5. Sudoyo, A.W. Setiyohadi, B. Alwi, I. Simadibrata, M. Setiati,
S.Eds.Buku ajar ilmu penyakit dalam. Ed 4. Vol. III. Jakarta:
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2006.
6. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsensus Pengelolaan
dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. 2011.
(Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, 2006)
7. Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI dan Persadia.
Penatalaksanaan Diabetes Mellitus pada Layanan Primer, ed.2,
2012. (Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas Indonesia FKUI,
2012)

Anda mungkin juga menyukai