Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Praktek Profesi Keperawatan Departemen
Keperawatan Gadar dan Kritis
Di Ruang IGD RSD Idaman Kota Banjarbaru
Oleh:
NIM : P17212215113
Laporan pendahuluan pada pasien dengan diagnosis medis Diabetes Melitus Type II dan
asuhan keperawatan gawat darurat di Ruang IGD RSD Idaman Kota Banjarbaru periode
tanggal 07 s/d 12 Maret Tahun Akademik 2021/2022.
Telah disetujui dan disahkan pada tanggal … Bulan Maret Tahun 2022
Mengetahui,
Kepala Ruang IGD
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
Diabetes Melitus Tipe II adalah gangguan metabolik yang ditandai oleh
hiperglikemia( kenaikan kadar glukosa) akibat kurangnya hormon insulin, menurunnya
efek insulin atau keduanya. (kowalak, dkk. 2016 ).Diabetes melitus merupakan penyebab
hiperglikemi. Hiperglikemi disebabkan oleh berbagai hal, namun hiperglikemi paling
sering disebabkan oleh diabetes melitus. Pada diabetes melitus gula menumpuk dalam
darah sehingga gagal masuk kedalam sel. Kegagalan tersebut terjadi akibat
hormoninsulin jumlahnya kurang atau cacat fungsi. Hormon insulin merupakan hormon
yang membantu masuknya gula darah (WHO, 2016).
2. Manifestasi Klinis
a. Poliuri
Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melaluimembrane dalam sel
menyebabkan hiperglikemia sehinggaserum plasma meningkat atau hiperosmolar iti
menyebabkancairan intrasel berdifusi kedalam sirkulasi atau cairanintravaskuler, aliran
darah ke ginjal meningkat sebagai akibatdari hiperosmolaritas dan akibatnya akan
terjadi diuresis osmotic(poliuria).
b. Polidipsia
Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel kedalam vaskuler menyebabkan
penurunan volume intrasel sehingga efeknya adalah dehidrasi sel. Akibat dari dehidrasi
sel mulut menjadi kering dan sensor haus teraktivasi menyebabkan seseorang haus terus
dan ingin selalu minum (polidipsia).
c. Poliphagia
Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya kadar insulin maka
produksi energi menurun, penurunan energi akan menstimulasi rasa lapar. Maka reaksi
yang terjadi adalah seseorang akan lebih banyak makan(poliphagia).
d. Penurunan berat badan
Karena glukosa tidak dapat di transport kedalam sel maka sel kekurangan cairan dan
tidak mampu mengadakan metabolisme, akibat dari itu maka sel akan menciut,
sehingga seluruh jaringan terutama otot mengalami atrofidan penurunan secara
otomatis.
e. Malaise atau kelemahan
Kesemutan ,Lemas dan Mata kabur.
(Brunner & Suddart, 2015)
3. Pohon Masalah
4. Pemeriksaan Penunjang
5. Penatalaksanaan
Pada penyandang diabetes tipe II yang obesitas, latihan dan penatalaksanaan diet akan
memperbaiki metabolisme glukosa serta meningkatkan penghilang lemak tubuh.
Latihan yang digabung dengan penurunan BB akan memperbaiki sensitivitas insulin
dan menurunkan kebutuhan pasien terhadap insuline atau obat hipoglikemia oral.
Pada akhirnya, toleransi glukosa dapat kembali normal. Penderita diabetes tipe II yang
tidak mengguanakan insuline mungkin tidak memerlukan makanan ekstra sebelum
melakukan latihan.
c. Obat Hipoglikemik
1) Sulfonilurea. Obat golongan sulfonylurea bekerja dengan cara : Menstimulas i
penglepasan insulin yang tersimpan, Menurunkan ambang sekresi
insulin.Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa. Obat
golongan ini biasanya diberikan pada pasien dengan BB normal dan masih bisa dipakai
pada pasien yang beratnya sedikit lebih.
2) Insulin
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang akan muncul pada kasus Diabetes Melitus dengan menggunaka n
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia dalam Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017)
yaitu:
a. Ketidakseimbangan Kadar Glukosa Dalam Darah (D.0027)
b. Gangguan Integritas Jaringan (D.0129)
c. Defisit Nutrisi (D.0019)
3. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. (D.0027) L.03022 I.03115
Ketidakstabilan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Hiperglikemia
Kadar Glukosa Darah selama 3 x 24 jam diharapkan kadar Observasi:
b.d Resistensi Insulin glukosa darah pasien stabil dengan kriteria Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
hasil : Monitor kadar glukosa darah, jika perlu
a) Gula darah dalam rentang stabil 70 – Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
130 mg/dl Monitor intake dan output cairan
b) Pasien dan keluarga dapat mematuhi Monitor keton urine, kadar analisa gas darah, elektrolit,
terapi pasien dan keluarga mampu tekanan darah ortostatik dan frekuensi nadi
mengontrol glukosa darah secara Terapeutik:
mandiri Berikan asupan cairan oral
Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala hiperglike mia
tetap ada atau memburuk
Edukasi
Anjurkan kepatuhan diet dan olahraga
Ajarkan pengelolaan diabetes
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian insulin, jika perlu
Kolaborasi pemberian cairan IV, jika perlu
Kolaborasi pemberian kalium, jika perlu
2. (D.0129) Kerusakan L.14125 Perawatan Integritas Kulit
Integritas Jaringan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi:
b.d Perubahan 2x24 jam diharapkan integritas kulit dan Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
Hormonal jaringan meningkat. Dengan kriteria Terapeutik:
hasil : Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
a) Kerusakan lapisan kulit menurun Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada kulit
b) Perdarahan menurun kering
c) Nyeri menurun Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit
Edukasi
Anjurkan menggunakan pelembab
Anjurkan minum air yang cukup
Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem
Anjurkan mandi dan menggunkan sabun secukupnya
Perawatan Luka
Observasi
Monitor karakteristik luka
Monitor tanda-tanda infeksi
Terapeutik
Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih nontoksik
Bersihkan jaringan nekrotik
Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu
Pasang balutan sesuai jenis luka
Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka
Edukasi
Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan protein
Kolaborasi
Kolaborasi prosedur debridement
Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu
3. (D.0019) Defisit (L.03030) I.03119
nutrisi berhubunga n Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nutrisi
dengan selama 3 x 24 jam diharapkan ststus Observasi
ketidakmampuan nutrisi adekuat/membaik dengan Identifikasi status nutrisi
menelan makanan kriteria hasil: Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
a) Adanya peningkatan berat badan Identifikasi makanan yang disukai
sesuai dengan tujuan Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
b) Berat badan ideal sesuai dengan tinggi Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
badan Monitor asupan makanan
c) Mampu mengidentifikasi kebutuhan Monitor berat badan
nutrisi Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
d) Tidak ada tanda-tanda mal nutrisi Terapeutik
e) Menujukkan peningktan fungsi Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
pengecapan dari menelan dan tidak Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida
terjadi penurunan berat badan yang makanan)
berarti Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
Berikan makan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Berikan suplemen makanan, jika perlu
Hentikan pemberian makan melalui selang nasigastrik jika
asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi
Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda
nyeri, antiemetik), jika perlu
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
DAFTAR PUSAKA
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Rencana Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tujuan Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI