DISUSUN OLEH:
Ceni Merti
PO.62.20.1.17.321
3. Fatofisiologi
Diabetes disebabkan oleh berbagai macam etiologi yang menyebabkan menurunnya
sekresi insulin atau resistensi insulin. Seperti yang sudah diketahui bahwa DM
memberikan dampak komplikasi pada mikrovaskular maupun makrovaskular,
komplikasi mikrovaskular berupa nefropati, neuropati dan retinopati, sedangkan
makrovaskular berupa aterosklerosis koroner, serebral dan arteri perifer. Komplikasi
pada penyakit kardiovaskular sangat berpengaruh pada tingkat morbiditas dan
mortalitas pasien DM. Dari berbagai penelitian disebutkan bahwa DM berhubungan
langsung dengan meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas terutama penyakit
jantung koroner (PJK). Penyebab komplikasi PJK pada pasien DM bersifat multi
faktorial, melibatkan interaksi komplek dari berbagai keadaan seperti hiperglikemia,
hiperlipidemia, stres oksidatif, resistensi insulin/hiperinsulnemia, dan/atau
hiperproinsulinemia serta perubahan-perubahan pada proses koagulasi dan
fibrinolisis. Patofisiologi terjadinya komplikasi kardiovaskular pada diabetes didasari
pada terjadinya abnormalitas fungsi endothel dan otot polos pembuluh darah,
dimana akan mempermudah terjadinya trombosis yang berperan besar pada proses
aterosklerosis dan komplikasi-komplikasi yang lain.
2. Latihan Fisik
Latihan fisik bagi penderita DM sangat dibutuhkan, karena pada saat latihan fisik
energi yang dipakai adalah glukosa dan asam lemak bebas. Latihan fisik bertujuan :
1) Menurunkan gula darah dengan meningkatkan metabolisme karbohidrat.
2) Menurunkan berat badan dan mempertahankan berat badan normal.
3) Meningkatkan sensifitas insulin.
4) Meningkatkan kadar HDL (high density lipoprotein) dan menurunkan
trigliserida.
3. Obat-Obatan
a. Obat antidiabetik oral atau Oral Hypoglikemik Agent (OH) Efektif pada DM tipe II,
jika mangemen nutrisi dan latihan fisik gagal.
Jenis obat-obatan antidiabetik oral diantaranya :
1) Sulfonilurea : Bekerja dengan merangsang sel beta pankreas untuk
melepaskan cadangan insulinnya. Yang termasuk obat jenis ini adalah
Glibenklamid, Tolbutamid, Klorpropamid.
2) Biguanida : Bekerja dengan menghambat penyerapan glukosa di
usus, misalnya mitformin, glukophage.
b. Pemberian hormon insulin
Pasien dengan DM tipe I tidak mampu memproduksi insulin dalam tubuhnya,
sehingga sangat tergantung pada pemberian insulin. Berbeda dengan DM tipe II
yang tidak tergantung pada insulin, tetapi memerlukannya sebagai pendukung
untuk menurunkan glukosa darah dalam mempertahankan kehidupan.
Tujuan pemberian insulin adalah meningkatkan transport glukosa ke dalam sel
dan menghambat konversi glikogen dan asam amino menjadi glukosa.
Berdasarkan daya kerjanya insulin dibedakan menjadi :
1) Insulin dengan masa kerja pendek (2 – 4 jam) seperti Reguler insulin,
actrapid.
2) Insulin dengan masa kerja menengah (6 – 12 jam) seperti NPH ( Neutral
Protamine Hagedorn) insulin, Lente insulin.
3) Insulin dengan masa kerja panjang (18 – 24 jam) seperti Protamine zinc
insulin dan Ultralente insulin.
4) Insulin campuran yaitu kerja cepat dan menengah, misalnya 70% NPH,
30% reguler.
4. Pendidikan Kesehatan
Edukasi diabetes adalah pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan dan
keterampilan bagi pasien diabetes yang bertujuan menunjang perubahan perilaku
untuk meningkatkan pemahaman pasien akan penyakitnya, yang diperlukan untuk
mencapai keadaan sehat optimal, dan penyesuaian keadaan psikologik serta
kualitas hidup yang lebih baik.
5. Monitoring Glukosa Darah
Pasien dengan DM perlu diperkenalkan tanda dan gejala hiperglikemia dan
hipoglikemia serta yang paling penting adalah bagaimana memonitor glukosa darah
secara mandiri. Pemeriksaan glukosa darah dapat dilakukan secara mandiri dengan
menggunakan glukometer. Pemeriksaan ini penting untuk memastikan glukosa darah
dalam keadaan stabil.
Pengukuran glukosa darah dapat dilakukan pada sewaktu-waktu atau pengukuran
gula sewaktu yaitu pasien tanpa melakukan puasa, pengukuran 2 jam setelah makan
dan pengukuran pada saat puasa.
B. Pengkajian Keperawatan
1. Riwayat Penyakit Sekarang
a. Sejak kapan pasien mengalami tanda dan gejala penyakit Diabetes Melitus (DM)
dan apakah sudah dilakukan untuk mengatasi gejala tersebut.
b. Pengunaan obat-obatan atau zat kimia.
c. Hipertensi lebih dari 140/90 mmHg atau kolesterol atau trigliserida lebih dari 150
mg/dl.
d. Perubahan pola makan, minum, dan eliminasi urin.
e. Apakah ada riwayat keluarga dengan penyakit Diabetes Melitus (DM).
f. Adakah riwayat luka yang lama sembuh.
g. Penggunaan obat DM sebelumnya.
2. Keluhan Utama Pasien Saat Ini
a. Nutrisi : Peningkatan nafsu makan, mual, muntah, penurunan atau
peningkatan berat badan, banyak minum dan perasaan haus.
b. Eliminasi : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, kesulitan berkemih,
diare.
c. Neurosensori : Nyeri kepala, parasthesia, kesemutan pada ekstremitas,
penglihatan kabur, gangguan penglihatan.
d. Integumen : Gatal pada kulit, gatal pada sekitar penis dan vagina, luka
gangrene.
e. Muskuluskeletal : Kelemahan dan keletihan.
f. Fungsi seksual : Ketidakmampuan ereksi, penurunan libido, kesulitan
orgasme pada wanita.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Integumen
- Kulit kering dan kasar.
- Gatal-gatal pada kulit dan sekitar alat kelamin.
- Luka gangren.
b. Muskuloskeletal
- Kelamahan otot.
- Nyeri tulang.
- Kelainan bentuk tulang.
- Adanya kesemutan, dan kram ekstremitas.
- Osteomilitas.
c. Sistem Persarafan
- Menurunnya kesadaran.
- Kehilangan memori, iritabilitas.
- Neuropati pada ekstremitas.
- Penurunan sensasi.
- Penurunan reflex tendon.
d. Sistem Pernafasan
- Napas bau keton
- Perubahan pola nafas
e. Sistem Kardiovaskuler
- Hipertensi
- Takhikardia, palpitasi.
C. Daftar Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung b/d peningkatan kerja jantung
2. Gangguan pertukaran gas b/d sesak nafas
3. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan
4. Risiko ketidakstabilan kadar gula darah
Dengan faktor risiko :
- Umur
- Pemantaun glukosa darah
- Penurunan berat badan
- Pengobatan
D. Intervensi Keperawatan
NO Diagnosa keperawatan Intervensi Kolaborasi
1 Penurunan curah jantung b/d peningkatan 1.Catat bunyi jantung 1.Berikan oksigen
kerja jantung Rasional : S1 dan S2 tambahan sesuai dengan
mungkin melemah indikasi
karena menurunya Rasional : meningkatkan
kerja pompa, irama sediaan oksigen untuk
gallop (S3 dan S4) kebutuhan miokard untuk
dihasilkan sebagai melawan efek hipoksia
aliran darah kedalam atau iskemia
serambi yang distensi. 2.Berikan diuretik sesuai
2.Monitoring TTV indikasi
Rasional : TD dapat Rasional : diuretik blok
meningkat sehubungan reabsorbsi diuretik,
dengan tahanan sehingga mempengaruhi
vaskuler sistemik, tubuh reabsorbsi natrium dan
tidak mampu lagi air.
mengkompensasi dan 3.Berikan obat vasodilator
hipotensi tak dapat sesuai indikasi
normal dan penurunan Rasional : digunakan
curah jantung dapat untuk meningkatkan curah
menunjukan jantung, menurunkan
menurunya nadi radial, volume sirkulasi dan
nadi mungkin cepat tahanan vascular sistemik,
hilang atau tidak teratur juga kerja ventrikel.
untuk dipalpasi.
3. Kaji kulit terhadap
pucat dan sianosis
Rasional :pucat
menunjukan
menurunya perfusi
perifer sekunder
terhadap tidak
adekuatnya curah
jantung, vasokonstriksi
dan anemia
4.Periksa nyeri tekan
betis, menurunya nadi
pedal, pembengkakan,
kemerahan lokal atau
pucat pada ekstremitas.
Rasional : menurunya
curah jantung,
bendungan atau statis
vena dan tirah baring
lama meningkatkan
resiko tromboflebitis.
2 Gangguan pertukaran gas b/d sesak nafas 1.Auskultasi bunyi 1.Berikan oksigen
napas, catat krekels, tambahan sesuai indikasi
mengi Rasional : meningkatkan
Rasional : konsentrasi oksigen
menyatakan adanya alveolar, yang dapat
kongesti memperbaiki/menurunkan
paru/pengumpulan hipoksemia jaringan
sekret menunjukan 2.Berikan obat
kebutuhan untuk bronkodilator sesuai
intervensi lanjut. indikasi
2.Anjurkan pasien Rasional : Meningkatkan
untuk batuk efektif, aliran oksigen dengan
napas dalam. mendilatasi jalan napas
Rasional : kecil dan mengeluarkan
membersihkan jalan efek diuretik ringan untuk
napas dan menurunkan kongesti
memudahkan aliran paru
oksigen
3.Pertahankan duduk
dikursi/tirah baring
dengan kepala tempat
tidur tinggi 20-30
derajat, posisi semi
fowler. Sokong tangan
dengan bantal.
Rasional :
menurunkan konsumsi
oksigen atau kebutuhan
dan meningkatkan
inflamasi paru
maksimal.
E. Implementasi
Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan rencana yang telah disusun dengan
cermat dan rinci. Implementasi ini biasanya selesai setelah dianggap permanen.
F. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan evaluasi ini adalah
membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi keperawatan dengan
tujuan yang diharapkan dalam perencanaan.
Perawat mempunyai tiga kriteria dalam menentukan sejauh mana tujuan tercapai:
a. Berhasil :perilaku pasien sesuai pernyataan tujuan dalam waktu atau tanggal yang
ditetapkan di tujuan.
b. Tercapai sebagian :pasien menunujukan perilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukan
dalam pernyataan tujuan.
c. Belum tercapai : pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan perilaku yang
diharapakan sesuai dengan pernyataan tujuan.
DAFTAR PUSTAKA
Thomas W., Irene L.R.Z., Sabine,H. r\R.,et al. (2016). Hypertension and coronary artery
disesase: Epidemiology, physiology, Effects of treatment, and recommendations, Journal of
Nursing. Volume 4 number 2, august 2016. Austrian Society of Cardiology and the Austrian
Society of Hypertension.
Fukumoto, et al. (2017). Conflicting relationship between agedependent disorders, valvular
heart disease and coronary artery disease by covariance structure analysis: Possible
contribution of natriuretic peptide. Research Article. Division of cardiology, Department of
internal medicine, The jikei University school of medicine, Tokyo, Japan, Volume 2, Number 4
October 2017.
https://www.scribd.com/document/379212740/Lp-Dm-komplikasi-Kardiovaskuler
http://perpus.fikumj.ac.id/index.php?p=fstream-pdf&fid=13192&bid=4846
http://spesialis1.kardio.fk.unair.ac.id/wp-content/uploads/2017/03/5.2.7-Modul-Penyakit-
jantung-Diabetes.doc