Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELITUS PADA KARDIOVASKULAR

DISUSUN OLEH:

Ceni Merti
PO.62.20.1.17.321

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA


JURUSAN KEPERAWAWATAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
KELAS REGULER ANGKATAN IV SEMESTER VIII
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolisme kronis yang
ditandai peningkatan glukosa darah (hiperglikemia), disebabkan karena
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan insulin.
Sedangkan komplikasi kardiovaskuler pada diabetes didasari pada terjadinya
abnormalitas fungsi endothel dan otot polos pembuluh darah, dimana akan
mempermudah terjadinya trombosis yang berperan besar pada proses aterosklerosis
dan komplikasi-komplikasi yang lain.
2. Etiologi
Faktor penyebab terjadinya Diabetes Mellitus yaitu :
1) Faktor keturunan
Karena adanya kelainan fungsi atau jumlah sel-sel beta pankreas yang bersifat
genetik dan diturunkan secara autosom dominan sehingga mempengaruhi sel
beta serta mengubah kemampuannya dalam mengenali dan menyebarkan
rangsangan yang merupakan bagian dari sintesis insulin
2) Fungsi sel pankreas dan sekresi insulin berkurang
Jumlah glukosa yang diambil dan dilepaskan oleh hati dan yang digunakan
oleh jaringan perifer tergantung keseimbangan fisiologis beberapa hormon.
Hormon yang menurunkan glukosa darah yaitu insulin yang dibentuk sel beta
pulau pankreas.
3) Kegemukan atau obesitas
Terjadinya karena hipertrofi sel beta pankreas dan hiperinsulinemia dan
intoleransi glukosa kemudian berakhir dengan diabetes mellitus dan insulin
insufisiensi relative.
4) Perubahan pada usia lanjut berkaitan dengan resistensi insulin
Pada usia lanjut terjadi penurunan maupun kemampuan insulin terutama pada
post resptor.

3. Fatofisiologi
Diabetes disebabkan oleh berbagai macam etiologi yang menyebabkan menurunnya
sekresi insulin atau resistensi insulin. Seperti yang sudah diketahui bahwa DM
memberikan dampak komplikasi pada mikrovaskular maupun makrovaskular,
komplikasi mikrovaskular berupa nefropati, neuropati dan retinopati, sedangkan
makrovaskular berupa aterosklerosis koroner, serebral dan arteri perifer. Komplikasi
pada penyakit kardiovaskular sangat berpengaruh pada tingkat morbiditas dan
mortalitas pasien DM. Dari berbagai penelitian disebutkan bahwa DM berhubungan
langsung dengan meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas terutama penyakit
jantung koroner (PJK). Penyebab komplikasi PJK pada pasien DM bersifat multi
faktorial, melibatkan interaksi komplek dari berbagai keadaan seperti hiperglikemia,
hiperlipidemia, stres oksidatif, resistensi insulin/hiperinsulnemia, dan/atau
hiperproinsulinemia serta perubahan-perubahan pada proses koagulasi dan
fibrinolisis. Patofisiologi terjadinya komplikasi kardiovaskular pada diabetes didasari
pada terjadinya abnormalitas fungsi endothel dan otot polos pembuluh darah,
dimana akan mempermudah terjadinya trombosis yang berperan besar pada proses
aterosklerosis dan komplikasi-komplikasi yang lain.

4. Tanda Dan Gejala


1. Meningkatnya frekuensi buang air kecil ( poliuria)
Adanya hiperglikemia menyebabkan sebagian glukosa dikeluarkan oleh ginjal
bersama urin karena keterbatasan kemampuan filtrasi ginjal dan kemampuan
reabsorpsi dari tubulus ginjal. Untuk mempermudah pengeluaran glukosa maka
diperlukan banyak air, sehingga frekuensi miksi menjadi meningkat.
2. Meningkatnya rasa haus (polidipsia)
Semakin banyak air yang dikeluarkan tubuh melalui urin, semakin banyak tubuh
kekurangan air sehingga mengakibatkan timbulnya rangsangan otak pada
penderita dengan adanya rasa haus.
3. Meningkatnya rasa lapar (polipagia)
Kadar glukosa yang tidak dapat masuk ke dalam sel, menyebabkan rangsangan
ke otak untuk mengirim pesan rasa lapar pada penderita. Akibatnya, penderita
semakin sering makan, yang menyebabkan kadar glukosa semakin tinggi, tetapi
tidak dapat dimanfaatkan seluruhnya oleh tubuh untuk masuk ke dalam sel.
4. Penurunan berat badan
Hal ini disebabkan karena glukosa darah tidak dapat masuk ke dalam sel,
sehingga sel menjadi kekurangan darah. Kondisi demikian menyebabkan sel
kekurangan bahan bakar sehingga sumber tenaga akan diambil dari cadangan
lemak dan otot. Dengan demikian tubuh akan kehilangan energi cadangan
tubuh, termasuk lemak dan otot, yang mengakibatkan badan semakin kurus dan
berat badan semakin menurun.
5. Kelemahan dan keletihan
Kurangnya cadangan energi, adanya kelaparan sel, menjadi akibat pasien
mudah lelah dan letih.
6. Terkadang tanpa gejala
Pada keadaan tertentu, tubuh sudah dapat beradaptasi dengan peningkatan
glukosa darah
5. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Gula Darah Puasa
Normal : 80 – 120 mg/dl
Abnormal : ≥ 120 mg/dl
2. Pemeriksaan Gula Darah Postprandial
Normal : ≤ 120 mg/dl
Abnormal : ≥ 200 mg/dl
3. HbA1c
Normal : ≤ 6,5%
Abnormal : ≥ 8%
4. Pemeriksaan Albumin.
5. Pemeriksaan Darah Urea Nitrogen (BUN) dan kreatinin.
6. Pemeriksaan Toleransi Glukosa Oral (TTGO)
Normal : Puncaknya jam pertama setelah pemberian 140 mg/dl
dan kembali normal 2 atau 3 jam kemudian.
Abnormal : Peningkatan glukosa pada jam pertama tidak kembali
setelah 2 atau 3 jam, urine positive glukosa.
7. Pemeriksaan Urine
- Glukosa urine meningkat.
- Pemeriksaan keton dan albumin urine.
8. Pemeriksaan jantung dengan EKG, Ekokardiograf
6. Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Tujuan penatalaksanaan pasien dengan Diabetes Melitus (DM) adalah :
a. Menormalkan fungsi dari insulin dan menurunkan kadar glukosa darah.
b. Mencegah komplikasi
c. Mencegah terjadinya hipoglikemia dan ketoasidosis
Ada 5 pilar penatalaksanaan Diabetes Melitus (DM) yaitu :
1. Managemen Diet DM
Kontrol nutrisi, diet dan berat badan merupakan dasar penanganan pasien DM.
Tujuan yang paling penting dalam manajemen nutrisi dan diet adalah mengontrol
total kebutuhan kalori tubuh, intake yang dibutuhkan. Komposisi nutrisi pada diet DM
adalah kebutuhan kalori, karbohidrat, lemak, protein, dan serat.

2. Latihan Fisik
Latihan fisik bagi penderita DM sangat dibutuhkan, karena pada saat latihan fisik
energi yang dipakai adalah glukosa dan asam lemak bebas. Latihan fisik bertujuan :
1) Menurunkan gula darah dengan meningkatkan metabolisme karbohidrat.
2) Menurunkan berat badan dan mempertahankan berat badan normal.
3) Meningkatkan sensifitas insulin.
4) Meningkatkan kadar HDL (high density lipoprotein) dan menurunkan
trigliserida.
3. Obat-Obatan
a. Obat antidiabetik oral atau Oral Hypoglikemik Agent (OH) Efektif pada DM tipe II,
jika mangemen nutrisi dan latihan fisik gagal.
Jenis obat-obatan antidiabetik oral diantaranya :
1) Sulfonilurea : Bekerja dengan merangsang sel beta pankreas untuk
melepaskan cadangan insulinnya. Yang termasuk obat jenis ini adalah
Glibenklamid, Tolbutamid, Klorpropamid.
2) Biguanida : Bekerja dengan menghambat penyerapan glukosa di
usus, misalnya mitformin, glukophage.
b. Pemberian hormon insulin
Pasien dengan DM tipe I tidak mampu memproduksi insulin dalam tubuhnya,
sehingga sangat tergantung pada pemberian insulin. Berbeda dengan DM tipe II
yang tidak tergantung pada insulin, tetapi memerlukannya sebagai pendukung
untuk menurunkan glukosa darah dalam mempertahankan kehidupan.
Tujuan pemberian insulin adalah meningkatkan transport glukosa ke dalam sel
dan menghambat konversi glikogen dan asam amino menjadi glukosa.
Berdasarkan daya kerjanya insulin dibedakan menjadi :
1) Insulin dengan masa kerja pendek (2 – 4 jam) seperti Reguler insulin,
actrapid.
2) Insulin dengan masa kerja menengah (6 – 12 jam) seperti NPH ( Neutral
Protamine Hagedorn) insulin, Lente insulin.
3) Insulin dengan masa kerja panjang (18 – 24 jam) seperti Protamine zinc
insulin dan Ultralente insulin.
4) Insulin campuran yaitu kerja cepat dan menengah, misalnya 70% NPH,
30% reguler.
4. Pendidikan Kesehatan
Edukasi diabetes adalah pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan dan
keterampilan bagi pasien diabetes yang bertujuan menunjang perubahan perilaku
untuk meningkatkan pemahaman pasien akan penyakitnya, yang diperlukan untuk
mencapai keadaan sehat optimal, dan penyesuaian keadaan psikologik serta
kualitas hidup yang lebih baik.
5. Monitoring Glukosa Darah
Pasien dengan DM perlu diperkenalkan tanda dan gejala hiperglikemia dan
hipoglikemia serta yang paling penting adalah bagaimana memonitor glukosa darah
secara mandiri. Pemeriksaan glukosa darah dapat dilakukan secara mandiri dengan
menggunakan glukometer. Pemeriksaan ini penting untuk memastikan glukosa darah
dalam keadaan stabil.
Pengukuran glukosa darah dapat dilakukan pada sewaktu-waktu atau pengukuran
gula sewaktu yaitu pasien tanpa melakukan puasa, pengukuran 2 jam setelah makan
dan pengukuran pada saat puasa.
B. Pengkajian Keperawatan
1. Riwayat Penyakit Sekarang
a. Sejak kapan pasien mengalami tanda dan gejala penyakit Diabetes Melitus (DM)
dan apakah sudah dilakukan untuk mengatasi gejala tersebut.
b. Pengunaan obat-obatan atau zat kimia.
c. Hipertensi lebih dari 140/90 mmHg atau kolesterol atau trigliserida lebih dari 150
mg/dl.
d. Perubahan pola makan, minum, dan eliminasi urin.
e. Apakah ada riwayat keluarga dengan penyakit Diabetes Melitus (DM).
f. Adakah riwayat luka yang lama sembuh.
g. Penggunaan obat DM sebelumnya.
2. Keluhan Utama Pasien Saat Ini
a. Nutrisi : Peningkatan nafsu makan, mual, muntah, penurunan atau
peningkatan berat badan, banyak minum dan perasaan haus.
b. Eliminasi : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, kesulitan berkemih,
diare.
c. Neurosensori : Nyeri kepala, parasthesia, kesemutan pada ekstremitas,
penglihatan kabur, gangguan penglihatan.
d. Integumen : Gatal pada kulit, gatal pada sekitar penis dan vagina, luka
gangrene.
e. Muskuluskeletal : Kelemahan dan keletihan.
f. Fungsi seksual : Ketidakmampuan ereksi, penurunan libido, kesulitan
orgasme pada wanita.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Integumen
- Kulit kering dan kasar.
- Gatal-gatal pada kulit dan sekitar alat kelamin.
- Luka gangren.
b. Muskuloskeletal
- Kelamahan otot.
- Nyeri tulang.
- Kelainan bentuk tulang.
- Adanya kesemutan, dan kram ekstremitas.
- Osteomilitas.
c. Sistem Persarafan
- Menurunnya kesadaran.
- Kehilangan memori, iritabilitas.
- Neuropati pada ekstremitas.
- Penurunan sensasi.
- Penurunan reflex tendon.
d. Sistem Pernafasan
- Napas bau keton
- Perubahan pola nafas
e. Sistem Kardiovaskuler
- Hipertensi
- Takhikardia, palpitasi.
C. Daftar Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung b/d peningkatan kerja jantung
2. Gangguan pertukaran gas b/d sesak nafas
3. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan
4. Risiko ketidakstabilan kadar gula darah
Dengan faktor risiko :
- Umur
- Pemantaun glukosa darah
- Penurunan berat badan
- Pengobatan
D. Intervensi Keperawatan
NO Diagnosa keperawatan Intervensi Kolaborasi
1 Penurunan curah jantung b/d peningkatan 1.Catat bunyi jantung 1.Berikan oksigen
kerja jantung Rasional   : S1 dan S2 tambahan sesuai dengan
mungkin melemah indikasi
karena menurunya Rasional   : meningkatkan
kerja pompa, irama sediaan oksigen untuk
gallop (S3 dan S4) kebutuhan miokard untuk
dihasilkan sebagai melawan efek hipoksia
aliran darah kedalam atau iskemia
serambi yang distensi. 2.Berikan diuretik sesuai
2.Monitoring TTV indikasi
Rasional   : TD dapat Rasional   : diuretik blok
meningkat sehubungan reabsorbsi diuretik,
dengan tahanan sehingga mempengaruhi
vaskuler sistemik, tubuh reabsorbsi natrium dan
tidak mampu lagi air.
mengkompensasi dan 3.Berikan obat vasodilator
hipotensi tak dapat sesuai indikasi
normal dan penurunan Rasional   : digunakan
curah jantung dapat untuk meningkatkan curah
menunjukan jantung, menurunkan
menurunya nadi radial, volume sirkulasi dan
nadi mungkin cepat tahanan vascular sistemik,
hilang atau tidak teratur juga kerja ventrikel.
untuk dipalpasi.
3. Kaji kulit terhadap
pucat dan sianosis
Rasional  :pucat
menunjukan
menurunya perfusi
perifer sekunder
terhadap tidak
adekuatnya curah
jantung, vasokonstriksi
dan anemia
4.Periksa nyeri tekan
betis, menurunya nadi
pedal, pembengkakan,
kemerahan lokal atau
pucat pada ekstremitas.
Rasional   : menurunya
curah jantung,
bendungan atau statis
vena dan tirah baring
lama meningkatkan
resiko tromboflebitis.

2 Gangguan pertukaran gas b/d sesak nafas 1.Auskultasi bunyi 1.Berikan oksigen
napas, catat krekels, tambahan sesuai indikasi
mengi Rasional   : meningkatkan
Rasional   : konsentrasi oksigen
menyatakan adanya alveolar, yang dapat
kongesti memperbaiki/menurunkan
paru/pengumpulan hipoksemia jaringan
sekret menunjukan 2.Berikan obat
kebutuhan untuk bronkodilator sesuai
intervensi lanjut. indikasi
2.Anjurkan pasien Rasional   :  Meningkatkan
untuk batuk efektif, aliran oksigen dengan
napas dalam. mendilatasi jalan napas
Rasional   : kecil dan mengeluarkan
membersihkan jalan efek diuretik ringan untuk
napas dan menurunkan kongesti
memudahkan aliran paru
oksigen
3.Pertahankan duduk
dikursi/tirah baring
dengan kepala tempat
tidur tinggi 20-30
derajat, posisi semi
fowler. Sokong tangan
dengan bantal.
Rasional   :
menurunkan konsumsi
oksigen atau kebutuhan
dan meningkatkan
inflamasi paru
maksimal.

3 Intoleransi aktivitas b/d kelemahan 1.Anjurkan untuk


membatasi aktivitas
Rasional : Membetasi
aktifitas bertujuan untuk
menimalkan
penggunaan energi
yang tidak penting.
2.Observasi TTV
Rasional : Untuk
mengetahui tanda-
tanda vital pasien.
3.Anjurkan klien dibantu
dalam melakukan
aktifitas yang berat.
Rasional : Membantu
klien dalam melakukan
aktifitas yang berat
untuk mengurangi
pemborosan energi.
4.Anjurkan klien
melakukan aktivitas
semampunya
Rasional :
Meningkatkan aktivitas
secara bertahap
sampai normal dan
memperbaiki tonus otot.
5.Anjurkan untuk
mendekatkan alat atau
barang yang
dibutuhkan supaya
tidak beraktifitas terlalu
berat.
Rasional : Aktifitas yang
tidak terlalu berat
meminimalkan
penggunaan energi
yang berlebihan.

4 Risiko ketidakstabilan kadar gula darah 1.Pantau kadar gula


darah
Rasional : Gula darah
akan menurun perlahan
dan terapi insulin dapat
terkontrol.
2.Kaji tanda dan gejala
hipoglikemia dan
hiperglikemia
Rasional : Sebagai
petunjuk dalam
memberikan
penanganan lebih
cepat.
3.Anjurkan pasien
beraktivitas sesuai
toleransi tubuh
Rasional : Menurunkan
kadar glukosa darah.
4.Pantau kepatuhan
diet
Rasional : Agar glukosa
darah stabil.
5.Berikan insulin secara
rutin.
Rasional : Agar kadar
gula darah terkontrol.

E. Implementasi
Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan rencana yang telah disusun dengan
cermat dan rinci. Implementasi ini biasanya selesai setelah dianggap permanen.
F. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan evaluasi ini adalah
membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi keperawatan dengan
tujuan yang diharapkan dalam perencanaan.
Perawat mempunyai tiga kriteria dalam menentukan sejauh mana tujuan tercapai:
a. Berhasil :perilaku pasien sesuai pernyataan tujuan dalam waktu atau tanggal yang
ditetapkan di tujuan.
b. Tercapai sebagian :pasien menunujukan perilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukan
dalam pernyataan tujuan.
c. Belum tercapai : pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan perilaku yang
diharapakan sesuai dengan pernyataan tujuan.

DAFTAR PUSTAKA

Thomas W., Irene L.R.Z., Sabine,H. r\R.,et al. (2016). Hypertension and coronary artery
disesase: Epidemiology, physiology, Effects of treatment, and recommendations, Journal of
Nursing. Volume 4 number 2, august 2016. Austrian Society of Cardiology and the Austrian
Society of Hypertension.
Fukumoto, et al. (2017). Conflicting relationship between agedependent disorders, valvular
heart disease and coronary artery disease by covariance structure analysis: Possible
contribution of natriuretic peptide. Research Article. Division of cardiology, Department of
internal medicine, The jikei University school of medicine, Tokyo, Japan, Volume 2, Number 4
October 2017.
https://www.scribd.com/document/379212740/Lp-Dm-komplikasi-Kardiovaskuler
http://perpus.fikumj.ac.id/index.php?p=fstream-pdf&fid=13192&bid=4846
http://spesialis1.kardio.fk.unair.ac.id/wp-content/uploads/2017/03/5.2.7-Modul-Penyakit-
jantung-Diabetes.doc

Anda mungkin juga menyukai