Anda di halaman 1dari 11

A.

Etiologi
Penyebab diabetes melitus dikelompokkan menjadi 2 :
1. Diabetes Melitus tergantung insulin ( Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)).
a. Faktor genetic Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi
mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes
tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe
antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen
yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor imunologi pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun.
Ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh
dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah
sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas,
sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat
memicu proses autuimun yang dapat menimbulkan destuksi sel pancreas.

2. Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)


Virus dan kuman leukosit antigen tidak nampak memainkan peran terjadinya NIDDM.
Faktor herediter memainkan peran yang sangat besar. Riset melaporkan bahwa obesitas
salah satu faktor determinan terjadinya NIDDM sekitar 80% klien NIDDM adalah
kegemukan. Overweight membutuhkan banyak insulin untuk metabolisme. Terjadinya
hiperglikemia disaat pankreas tidak cukup menghasilkan insulin sesuai kebutuhan tubuh
atau saat jumlah reseptor insulin menurun atau mengalami gangguan. Faktor resiko dapat
dijumpai pada klien dengan riwayat keluarga menderita DM adalah resiko yang besar.
Pencegahan utama NIDDM adalah mempertahankan berat badan ideal. Pencegahan
sekunder berupa program penurunan berat badan, olahraga dan diet. Oleh karena DM
tidak selalu dapat dicegah maka sebaiknya sudah dideteksi pada tahap awal
tanda-tanda/gejala yang ditemukan adalah kegemukan, perasaan haus yang berlebihan,
lapar, diuresis dan kehilangan berat badan, bayi lahir lebih dari berat badan normal,
memiliki riwayat keluarga DM, usia diatas 40 tahun, bila ditemukan peningkatan gula
darah (Brunner & Suddart, 2016)

B. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala diabetes melitus antara lain:
1. Banyak kencing (polyuria) : Oleh karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan
menyebabkan banyak kencing
2. Banyak minum (polidipsia) : Oleh karena sering kencing maka memungkinkan sering
haus banyak minum
3. Banyak makan (polifagia) : Penderita diabetes militus mengalami keseimbangan kalori
negative, sehingga timbul rasa lapar yang besar
4. Penurunan berat badan dan lemah : Hal ini disebabkan dalam darah tidak dapat masuk ke
dalam sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. Untuk
kelangsungan hidup, sumber tenaga terpaksa diambil dari cadangan lain.yaitu sel lemak
dan otot. Akibatnya penderita kehilangan jaringan lemak dan dan otot sehingga menjadi
kurus
5. Keletihan (rasa cepat lelah) dan kelemahan yang disebabkan penggunaan glukosa oleh sel
menurun
6. Kulit kering, lesi kulit atau luka yang lambat sembuhnya, dan rasa gatal pada kulit.
7. Sakit kepala, mengantuk, dan gangguan pada aktivitas disebabkan oleh kadar glukosa
intrasel yang rendah

8. Kram pada otot, iritabilitas, serta emosi yang labil akibat ketidak seimbangan elektrolit

9. Gangguan penglihatan seperti pemandangan kabur yang disebabkan karena


pembengkakan akibat glukosa

10. Sensasi kesemutan atau kebas di tangan dan kaki yang disebabkan kerusakan jaringan
saraf

11. Gangguan rasa nyaman dan nyeri pada abdomen yang disebabkan karena neuropati
otonom yang menimbulkan konstipasi

12. Mual, diare, dan konstipasi yang disebabkn karena dehidrasi dan ketida kseimbangan
eletrolit serta neuropati otonom

C. Patofisiologi

DM Tipe 1 (DMT 1=Diabetes Mellitus Tergantung Insulin ) DMT 1 merupakan DM


yang tergantung insulin. Pada DMT 1 kelainan terletak pada sel beta yang bisa idiopatik atau
imunologik. Pankreas tidak mampu mensintesis dan mensekresi insulin dalam kuantitas dan
atau kualitas yang cukup, bahkan kadang-kadang tidak ada sekresi insulin sama sekali. Jadi
pada kasus ini terdapat kekurangan insulin secara absolut. Pada DMT 1 biasanya reseptor
insulin di jaringan perifer kuantitas dan kualitasnya cukup atau normal ( jumlah reseptor
insulin DMT 1 antara30.000-35.000 ) jumlah reseptor insulin pada orang normal ± 35.000.
sedang pada DM dengan obesitas ± 20.000 reseptor insulin. DMT1, biasanya terdiagnosa
sejak usia kanak-kanak. Pada DMT 1 tubuh penderita hanya sedikit menghasilkan insulin
atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan insulin, oleh karena itu untuk bertahan hidup
penderita harus mendapat suntikan insulin setiap harinya. DMT 1 tanpa pengaturan harian,
pada kondisi darurat dapat terjadi. (Brunner & Suddart, 2016).
DM Tipe 2 (Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin=DMT 2). DMT 2 adalah DM
tidak tergantung insulin. Pada tipe ini, pada awalnya kelainan terletak pada jaringan perifer
(resistensi insulin) dan kemudian disusul dengan disfungsi selbeta pankreas (defeksekresi
insulin), yaitu sebagai berikut : Sekresi insulin oleh pankreas mungkin cukup atau
kurang,sehingga glukosa yang sudah diabsorbsi masuk ke dalam darah tetapi jumlah insulin
yang efektif belum memadai, jumlah reseptor di jaringan perifer kurang (antara 20.000-
30.000) pada obesitas jumlah reseptor bahkan hanya 20.000, kadang-kadang jumlah reseptor
cukup, tetapi kualitas reseptor jelek, sehingga kerja insulin tidak efektif (insulin binding atau
afinitas atau sensitifitas insulin terganggu), terdapat kelainan di pasca reseptor sehingga
proses glikolisisi intraselluler terganggu, adanya kelainan campuran diantara nomor 1,2,3 dan
4. DM tipe2 ini biasanya terjadi di usia dewasa. Kebanyakan orang tidak menyadari telah
menderita dibetes tipe2, walaupun keadaannya sudah menjadi sangat serius. Diabetes tipe2
sudah menjadi umum di Indonesia, dan angkanya terus bertambah akibat gaya hidup yang
tidak sehat, kegemukan dan malas berolahraga (Brunner & Suddart, 2016)

D. Pathway
E. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan penunjangmeliputi:
1. Glukosa darah sewaktu
2. Kadar glukosa darah puasa
3. Tes toleransi glukosa : Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring
diagnosis DM (mg/dl)

Kriteria diagnostic WHO untuk diabetes militus sedikitnya 2 kali pemeriksaan:

- Glukosa plama sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)

- Glukosa plama puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)

- Glukosa plasma dari sampel yang di ambil 2 jam kemudian sesudah mengkomsumsi 75
gr karbohidrat (2 jam post prandial(pp)>200 mg/dl.

F. Penatalaksanaan Medis
1. Medis
a. Obat
1) Tablet OAD (Oral Antidiabetes)
a) Mekanisme kerja sulfanilurea
- kerja OAD tingkat prereseptor : pankreatik, ekstra pancreas
- kerja OAD tingkat reseptor
b) Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain yang
dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu: Biguanida pada tingkat
prereseptor  ekstra pankreatik
- Menghambat absorpsi karbohidrat
- Menghambat glukoneogenesis di hati
- Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
- Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor insulin
- Biguanida pada tingkat pascareseptor : mempunyai efek intraseluler
b. Insulin 
1) Indikasi penggunaan insulin
- DM tipe I
- DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
- DM kehamilan
- DM dan gangguan faal hati yang berat
- DM dan infeksi akut (selulitis, gangren)
- DM dan TBC paru akut
- DM dan koma lain pada DM
- DM operasi
2) Insulin diperlukan pada keadaan :

- Penurunan berat badan yang cepat.


- Hiperglikemia berat yang disertai ketoasidosis.
- Ketoasidosis diabetik.
- Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.
2. Keperawatan
Usaha perawatan dan pengobatan yang ditujukan terhadap ulkus antara lain dengan
antibiotika atau kemoterapi. Perawatan luka dengan mengompreskan ulkusdengan larutan
klorida atau larutan antiseptic ringan. Misalnya rivanol dan larutan kalium permanganate
1 : 500 mg dan penutupan ulkus dengan kassa steril. Alat-alat ortopedi yang
secaramekanik yang dapat merata tekanan tubuh terhadap kaki yang luka amputasi
mungkin diperlukan untuk kasus DM. Tujuan utama penatalaksanaan terapi
pada Diabetes Melitus adalah menormalkan aktifitas insulin dan kadar glukosa darah,
sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk menghindari terjadinya komplikasi.
Ada beberapa komponen dalam penatalaksanaan Ulkus Diabetik:
a. Diet
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar untuk memberikan semua unsur
makanan esensial, memenuhi kebutuhan energi, mencegah kadar glukosa darah yang
tinggi dan menurunkan kadar lemak.
Prinsip diet DM, adalah:
- Jumlah sesuai kebutuhan
- Jadwal diet ketat
- Jenis: boleh dimakan/tidak
b. Latihan
Dengan latihan ini misalnya dengan berolahraga yang teratur akan menurunkan kadar
glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki
pemakaian kadar insulin.
c. Pemantauan
Dengan melakukan pemantaunan kadar glukosa darah secara mandiri diharapkan
pada penderita diabetes dapat mengatur terapinya secara optimal.
d. Terapi (jika diperlukan)
Penyuntikan insulin sering dilakukan dua kali per hari untuk mengendalikan kenaikan
kadar glukosa darah sesudah makan dan pada malam hari.
e. Pendidikan
Tujuan dari pendidikan ini adalah supaya pasien dapat mempelajari keterampilan
dalam melakukan penatalaksanaan diabetes yang mandiri dan mampu menghindari
komplikasi dari diabetes itu sendiri.
A. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Nama, jenis kelamin, umur, alamat, tgl masuk RS, tgl pengkajian, diagnosa medis,
nomor medrek.
b. Keluhan utama
Keluhan yang sering muncul pada pasien burst abdomen adalah nyeri pada daerah
sekitar luka operasi di perut akibat membukanya luka bekas operasi atau akibat perut
distended dikarenakan adanya infeksi
c. Riwayat Penyakit dahulu
Perlu dikaji apakah pasien mempunyai riwayat penyakit yang berhubungan dengan
burst abdomen. Seperti anemia, DM, hipoproteinemia, defesiensi vitamin C,
hipoalbumin, dan lain-lain.
d. Riwayat penyakit keluarga
Perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang memiliki gejala penyakit yang sama
seperti pasien.
e. Riwayat Alergi
Perlu dikaji apakah pasien memiliki riwayat alergi atau tidak
f. Aktivitas Dasar
Perlu dikaji apakah aktivitas dasarnya bisa dilakukan sendiri atau dibantu orang lain,
seperti makan/minum, toileting, personal hyegine, berpakaian, mobilisasi dari tempat
tidur, berpindah, ambulasi

2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipovolemia (SDKI: D. 0023)
b. Defisit nutrisi (SDKI: D. 0019)
c. Ketidakstabilan kadar glukosa darah (SDKI: D. 0027)
3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi


Keperawatan
1 Hipovolemia (D. Setelah dilakukan Manajemen hipovolemia (.03116)
0023) asuhan keperawatan Observasi:
selama 3x24 jam, maka - Periksa tanda dan gejala hipovolemia.
diharapkan dengan ( mis. Frekuensi nadi meningkat, nadi
kriteria hasil : teraba lemah, tekanan darah menurun,
- Kekuatan nadi membaik tekanan nadi menyempit, turgor kulit
- Turgor kulit membaik menurun, membrane mukosa kering,
volume urine menurun, hematocrit
meningkat, haus, lemah)
- Monitor intake dan output cairan.
Terapeutik
- Hitung kebutuhan cairan
- Berikan posisi modified
trendelenbung
- Berikan asupan cairan oral
Edukasi
- Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
- Anjurkan menghindari perubahan
posisi mendadak
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan IV
isotonis (mis. NaCI, RL)
- Kolaborasi pemberian cairan IV
hipotonis (mis. Glukosa 2,5%, NaCI
0,4%)
- Kolaborasi pemberian cairan koloid
(mis. Albumin, plasmanate)
4. Kolaborasi pemberian produk darah.

2 Defisit nutrisi (D. Setelah dilakukan Manajemen nutrisi (I. 03119)


0019) asuhan keperawatan Observasi:
selama 3x24 jam, maka - Identifikasi status nutrisi
diharapkan dengan
kriteria hasil : - Identifikasi alergi dan intoleransi
- Nafsu makan meningkat makanan
- Identifikasi kebutuhan kalori dan
Janis nutrient
- Identifikasi perluhnya penggunaan
selang nasogastric
Terapeutik
- Lakukan oral hygiene sebelum
makan, jika perlu
- Fasilitasi menentukan pedoman diet.
- Sajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
Edukasi
- Anjurkan posisi duduk, jika perlu
- Ajarkan diet yang di programkan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antiametik), jika perlu

3 Ketidakstabilan Setelah dilakukan Manajemen Hiperglikemia (I. 03115)


kadar glukosa darah asuhan keperawatan Observasi:
( D.0027) selama 3x24 jam, maka - Identifikasi kemungkinan penyebab
diharapkan dengan hiperglikemia
kriteria hasil :
- Kadar gula darah dalam - Identifikasi situasi yang
rentang normal menyebabkan kebutuhan insulin
meningkat (mis. Penyakit
kambuhan).
- Monitor kadar glukosa darah, jika
perlu
Terapeutik:
- Berikan asupan cairan
- Konsultasi dengan medis jika tanda
dan gejala hiperglikemia tetap ada
atau memburuk
- Fasilitasi ambulasi jika ada hipotensi
ortostatik
Edukasi:
- Anjurkan menghindari olahraga saat
glukosa darah lebih dari 250 mg/dl
- Anjurkan monitor kadar glukosa
darah secara mandiri
- Anjurkan kepatuhan terhadap diet
dan olahraga
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian insulin, jika
perlu
Daftar Pustaka

Mughfuri, A. (2016). Buku Pintar Perawatan Luka Diabetes Mellitus. Salemba Medika:
jAKARTA
Suddert, & B. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. vol 2. EKG: Jakarta
Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2018.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. edisi 1. cetakan III
Tim Pokja SLKI DPP PPNI.2018.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. edisi 1. cetakan
III..
Tim Pokja SIKI DPP PPNI.2018.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. edisi 1. cetakan III

Anda mungkin juga menyukai