Anda di halaman 1dari 37

“DIABETES MELITUS TIPE 1”

Presented by :
Ni Putu Nadya Agustine Anandito
Lalu Arista Suwaji

Pembimbing Klinik :
dr. Endah Tjiptaningsih Sp.A
PENDAHULUAN
Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik ditandai oleh

hiperglikemia yang disebabkan berkurangnya produksi atau kerja insulin.

Kekurangan insulin absolut didapatkan di pasien penyakit diabetes melitus

tipe 1. Hal ini disebabkan karena ada kerusakan sel ß pankreas, sehingga

insulin tidak dapat dibuat oleh kelenjar tersebut. Banyak faktor yang

berkontribusi dalam patogenesis DM tipe-1, di antaranya faktor genetik,

epigenetik, lingkungan, dan imunologis.


DEFINISI
DM tipe-1 adalah kelainan sistemik akibat terjadinya gangguan
metabolisme glukosa yang ditandai oleh hiperglikemia kronik.
Keadaan ini disebabkan oleh kerusakan sel b pankreas baik oleh
proses autoimun maupun idiopatik sehingga produksi insulin
berkurang bahkan terhenti. Sekresi insulin yang rendah
mengakibatkan gangguan pada metabolisme karbohidrat, lemak,
dan protein.
EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pada tahun 2018,

tercatat 1220 anak penyandang DM tipe-1 di Indonesia. Insiden DM tipe-1 pada

anak dan remaja meningkat sekitar tujuh kali lipat dari 3,88 menjadi 28,19 per

100 juta penduduk.

Terdapat 2 puncak insiden DM tipe 1 , pada anak yatu pada usia 5 - 11 tahun.

Namun patut di carat bahwa lebih dari 50% penderia baru berusia >20 tahun

dm tipe 1
Klasifikasi DM
DM tipe 1 yang sebelumnya dikenal dengan Insulin Dependent

Diabetes Mellitus (IDDM) atau diabetes mellitus juvenil;

DM tipe 2 atau Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)

yang umumnya terjadinya setelah dewasa;

DM gestasional (selama masa kehamilan);

DM oleh karena penyebab lain


PATOGENESIS
» Banyak faktor yang berkontribusi dalam patogenesis DM
tipe-1, di antaranya faktor genetik dan lingkungan.
a. Faktor genetik dikaitkan dengan pola HLA tertentu, tetapi
sistem HLA berperan sebagai suatu susceptibiity gene atau
faktor kerentanan.
b. Faktor pemicu yang berasal dari lingkungan untuk
menimbulkan gejala klinis DM tipe-1 pada seseorang yang
rentan, antara lain, infeksi virus dan diet. Sindrom rubella
kongenital dan infeksi human enterovirus diketahui dapat
mencetuskan DM tipe-1.
 Enterovirus berhubungan dengan
timbulnya autoantibodi pada sel islet.
 Anak dengan Hiperglikemi pada GDP,
akan ditemukan marker antibodi yaitu sel
islet, (GAD); (IA2); (IAA);
PATOFISIOLOGI
Pada penderita DM tipe 1 terjadi kelainan reaksi autoimun. Reaksi autoimun ini

menyerang sel beta pankreas yang memproduksi insulin, akibatnya terjadi

defisiensi insulin sehingga sekresi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan

metabolisme harian. Akibat penurunan prduksi insulin, penggunaan glukosa

sebagai sumber energi terganggu. Tubuh akan menggunakan lemak dan

protein. Karena metabolisme yang btidak semurna, terjadi ketoasidosis.


Perjalanan Penyakit
» 1. Pre Diabetes
» 2. Manifestasi Klinik Diabetes
» 3. Periode Honeymoon
» 4. Ketergantungan Insulin yang
menetap
1. Pre Diabetes
Terjadinya kerusakan total sel B pankreas, menurunnya sekresi c- peptide, ditemukan
antibodi (ICA, GAD, IA)

2. Manifestasi klinis
1. Terdapat poliuria, polidipsia, polifagia, berat badan turun, luka sulit sembuh, kulit
kering dan gatal, kebal rasa di kaki atau kesemutan, dan pandangan kabur.

2. Pada keadaan yang berat dapat terjadi muntah, nyeri perut, napas dalam dan cepat,
dehidrasi bahkan dapat terjadi gangguan kesadaran sampai koma ( Wati, et al, 2017 )
3. Periode Honeymoon
 Setelah awal permulaan klinis DM tipe 1, terjadi kontrol glikemik yang
baik dengan atau tanpa insulin eksogen yang dikenal dengan fase
honeymoon.

 Fase honeymoon juga dapat disebut sebagai suatu remisi parsial


dengan kebutuhan insulin perhari pada pasien adalah < 0,5 U/kgBB/hari
dengan HbA1c < 7%. Karena insulin pada penderita DM tipe 1 setelah
klinis awal sekitar 40% dengan jumlah sel beta yang normal 10%.
Lanjiutan

3. Periode Honeymoon
Faktor yang mempengaruhi fase honeymoon atau remisi parsial antara lain
usia, dekompensasi metabolik dan autoantibodi.
1. Usia : anak-anak yang terdiagnosis pada usia 5-12 tahun memiliki rata-
rata remisi lebih tinggi dibandingkan anak-anak usia 0-5 tahun.
2. Dekompensasi metabolik : Pada pasien yang terdiagnosis DM tipe 1
dengan awitan klinis berupa hiperglikemi dan asidosis metabolik
mengalami remisi parsial atau fase honeymoon setelah pemberian
insulin eksogen beberapa bulan .
3. Autoantibodi : Pada keadaan remisi parsial awitan klinis yang muncul
kembali pada umumnya dipicu oleh infeksi terutama infeksi saluran
pernapasan bagian bawah dan infeksi saluran kemih.
4. Ketergantungan Insulin yang menetap
 Penggunaan insulin seumur hidup.
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIK
Pemeriksaan Laboratorium
GULA DARAH HbA1C

C-peptide Insulin Antibodies (IA)

Glutamic Acid
Decarboxylase (GAD) Islet-cell antibodies (ICAs)

URINE REDUKSI KETON URINE


Laboratorium
1. Gejala klasik diabetes atau krisis hiperglikemi
dengan kadar plasma glukosa ≥200 mg/dL (11.1
mmol/L )

2. Kadar plasma glukosa puasa ≥126 mg/dL (7.0


mmol/L). Puasa adalah tidak ada asupan kalori
selama 8 jam terakhir..

3. HbA1c > 6.5%


DIAGNOSIS BANDING

Ketoasidosis Diabetik

(1) kadar pH arteri kurang dari 7,25

(2) kadar bikarbonat serum kurang dari 15 mEq/L,

(3) keton dalam serum atau urin meningkat.


PENATALAKSANAAN
• 1. Insulin

• 2. Pengaturan Makan

• 3. Olahraga

• 4. Edukasi

• 5. Pemantauan Mandiri
Pemberian Insulin
• Pemilihan regimen insulin harus memperhatikan beberapa faktor yaitu: umur,
lama menderita diabetes melitus, gaya hidup penderita

• Regimen apapun yang digunakan, insulin tidak boleh dihentikan pada keadaan
sakit

• Bagi anak-anak sangat dianjurkan paling tidak menggunakan 2 kali injeksi


insulin per hari (campuran insulin kerja cepat/ pendek dengan insulin basal).

• Dosis insulin harian, tergantung pada: Umur, berat badan, status pubertas, lama
menderita, fase diabetes, asupan makanan, pola olahraga, aktifitas harian, hasil
monitoring glukosa darah dan HbA1c, serta ada tidaknya komorbiditas.
DOSIS INSULIN
• Dosis Total : 0,5 - 1 IU/KgBB/Hari

• Dosis selama fase remisi parsial, total dosis harian


insulin <0,5 IU/ kg/ hari.

• Prepubertas (diluar fase remisi parsial) dalam


kisaran dosis 0,7–1 IU/kg/hari.

• Selama pubertas kebutuhan biasanya meningkat


menjadi 1.2–2 IU/kg/hari.
CARA PEMBERIAN INSULIN
Insulin harus disuntikkan secara subkutan dalam dengan
melakukan pinched (cubitan) dan jarum suntik . harus
membentuk sudut 450, atau 900 apabila jaringan
subkutannya tebal. Tempat penyuntikkan dapat dilakukan
di abdomen, paha bagian depan, pantat, dan lengan atas.
Penyuntikan dapat dilakukan di daerah yang sama setiap
hari, tetapi tidak dianjurkan di titik yang sama
yang sama
Regimen Insulin
» 1. Injeksi sekali sehari
» 2. Injeksi 2 kali sehari
» 3. Injeksi 3 kali sehari
» Basal Bolus Regimen
Food Management
PENGATURAN MAKAN

1. Jumlah kalori

2. Pembagian kalori

3. Komposisi diet
JUMLAH KALORI

a. Usia sampai 12 th: 1000 + (100 x tahun (umur))

kal atau berdasarkan BB ideal

b. Usia >12 tahun: 2000 kal/m2


PEMBAGIAN KALORI
Pembagian kalori per 24 jam diberikan 3 kali makanan

utama dan 3 kali makanan kecil sebagai berikut :

1) 20% berupa makan pagi.

2) 10% berupa makanan kecil.

3) 25% berupa makan siang.

4) 10% berupa makanan kecil.

5) 25% berupa makan malam.

6) 10% berupa makanan kecil.


KOMPOSISI DIET
a. Karbohidrat 50-55%

b. Lemak 25-30%

c. Protein 15-20%
Pengaturan Olahraga

• Olahraga dianjurkan kepada anak untuk


membantu meningkatkan kapasitas kerja
jantung, membantu kerja metabolisme tubuh
sehingga dapat mengurangi kebutuhan insulin.
• Perlu diperhatikan saat olahraga adalah
terjadinya hipoglikemia atau hiperglikemia saat
atau pasca olahraga.
Pengaturan Olahraga

■ Frekuensi : 3-5 kali per minggu


■ Intensitas : ringan dan sedang (60-70%
Maximum Heart Rate)
■ Durasi : 30-60 menit
■ Jenis : aerobik, jogging, bersepeda, berenang
Edukasi dan Motivasi

■ Edukasi dilakukan dgn penyuluhan atau


konseling pengobatan maksimal
tergantung dari kepatuhan pasien dan
motivasi pasien untuk sehat
• Pemantauan sendiri atau home monitoring bertujuan agar anak
mampu mengelola penyakitnya secara mandiri.
KOMPLIKASI
KETOASIDOSIS
AKUT
HIPERGLIKEMIA

Makrovaskular
Vaskular Mikrovaskular
KRONIS

Non Vaskular kelainan kulit


kehilangan pendengaran
KESIMPULAN
Diabetes mellitus tipe-1 terjadi akibat destruksi sel beta pankreas.

Berdasarkan data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pada tahun 2018, tercatat

1220 anak penyandang DM tipe-1 di Indonesia. Hal pertama yang harus

dipahami oleh semua pihak bahwa DM tipe-1 tidak dapat disembuhkan

tetapi kualitas hidup penderita dapat dipertahankan seoptimal mungkin

dengan mengusahakan kontrol metabolik yang baik dengan cara,

pemberian insulin, pengaturan makan, olahraga, edukasi, pemantauan

mandiri (home monitoring).

Anda mungkin juga menyukai