LAPORAN KASUS
IDENTITAS PENDERITA
• Nama pasien : Ny. Tumiut
• Jenis kelamin : Perempuan
• Umur : 53 tahun
• Alamat : Jl. Raya Gendong RW/RT 13/03 Probolinggo
• Suku : Jawa
• Agama : Islam
• Status marital : Menikah
• Pendidikan : SD
• Pekerjaan : Tani
• Ruangan : Poli Saraf
• Tanggal pemeriksaan : 20 Agustus 2019
Nyeri sejak 1 bulan yang lalu, nyerinya berupa cekot – cekot. Nyeri
dirasakan terus menerus dan sedikit berkurang dengan berbaring dan berubah
posisi serta bertambah berat jika beraktivitas seperti pasien duduk dan berdiri,
sehingga menyebabkan pasien sulit untuk duduk dan berjalan. Menurut
pengakuan pasien, keluhan ini belum diobati sama sekali dan sudah diderita
selama 2 tahun, pasien hanya berbaring untuk mengurangi nyeri. Nafsu makan
1
pasien berkurang tetapi tidak terjadi penurunan berat badan yang bermakna, gejala
tidak didahului dengan demam, mual, muntah, batuk, kelemahan anggota gerak
serta baal. Tidak ada keluhan pada BAB dan BAK.
Riwayat pengobatan:
Belum berobat.
Riwayat intoksikasi :
Tidak ada alergi obat
Riwayat keluarga:
tidak terdapat riwayat penyakit yang sama pada keluarga pasien,
Riwayat hipertensi (-), DM (-), Asma (-)
Riwayat kebiasaan:
(-)
Riwayat sosial ekonomi:
(-)
OBYEKTIF (O)
Status Interna Singkat
- Tensi : 100/70 mmhg
- Nadi : 80 x/menit regular pulsasi kuat
- RR : 20 x/menit
- Suhu : 35,5 ° C
2
- Gizi : Baik
- Kepala : a/i/c/d = -/-/-/-
- Leher : Pembesaran tyroid & KGB = -/-
- Paru-paru : Vesikuler = +/+, Rhonki / Wheezing = -/-
- Jantung : Suara S1S2 tunggal regular, murmur = -
- Abdomen : Datar, Nyeri tekan (-), BisingUsus = + (Normal)
- Hepar & Lien : Tidak ada pembesaran
- Ekstremitas : Akral hangat (+), Edema (-)
Status Neurologik
A. Kesan Umum :
- Kesadaran
Kualitatif : Composmentis
Kuantitatif : G C S : E4—V5—M6
- Pembicaraan
Disartri : (-)
Monoton : (-)
Scanning : (-)
3
Afasia :
- Motorik : (-)
- Sensorik : (-)
- Amnestik (anomik) : (-)
- Kepala
Bentuk /besar : Bulat
Asimetris : (-)
Sikap paksa : (-)
Torticollis : (-)
- Muka
Mask : (-)
Myopathik : (-)
Fullmoon : (-)
Lain – lain : (-)
B. Pemeriksaan Khusus :
1. Rangsangan Meningeal dan test provokasi
- Kaku Kuduk : (-)
- Laseque Test : (+) didaatkan rasa nyeri
- Patrick Test : (+) didapatkan rasa nyeri
- Contra Patrick : (+) didapatkan rasa nyeri
- Kernig Test : (-)
- Brudzinski Tanda Leher : (-)
- Brudzinski Tungkai Kontra lateral : (-)
- Brudzinski Tanda Pipi : (-)
- Brudzinski Tanda simpisis pubis : (-)
4
2. Saraf Otak
Nervus I KANAN KIRI
Anosmia (-) (-)
Hiposmia (-) (-)
Parosmia (-) (-)
Halusinasi (-) (-)
5
Letak Sentral Sentral
Perbedaan lebar Isokor Isokor
Refleks cahaya langsung miosis miosis
Refleks cahaya tidak langsung miosis miosis
Refleks akomodasi (+) (+)
Refleks konvergensi (+) (+)
Waktu gerak
Mengerut dahi (+) (+)
Menutup mata (+) (+)
Bersiul (+) (+)
Memperlihatkan gigi (+) (+)
6
Pengecapan 2/3 depan lidah (tde) (tde)
Hyperakusis Tidak dievaluasi
Nervus IX , X
Bagian Motorik
Suara biasa / parau / tak bersuara : Biasa
Menelan : (+)
Kedudukan arcus pharynx : simetris
Kedudukan uvula : Tengah
Pergerakan arcus pharynx / uvula : Terangkat +/+
Detik jantung : Normal reguler
Bising usus : Normal
Bagian sensorik
Refleks muntah (pharynx) : (+)
7
Refleks pallatum molle : tde
8
3. Extremitas KANAN KIRI
A. Superior
Inspeksi
Atrofi otot (-) (-)
Pseudohypertrofi (-) (-)
Palpasi
Nyeri (-) (-)
kontraktur (-) (-)
konsistensi padat kenyal padat kenyal
Perkusi
normal normal normal
reaksi myotonik (-) (-)
Motorik
Kekuatan otot
(N.B : 5 = normal (100%) , 4 = dapat melawan tahanan minimal (75 %),
3 = dapat melawan gravitasi (50%), 2 = dapat menggerakan sendi (25%),
1 = masih ada kontraksi otot (10%), 0 = tidak ada gerak sama sekali (0%)).
Lengan KANAN KIRI
- M. Deltoid (abduksi lengan atas): 5 5
- M. biceps (flexi lengan bawah): 5 5
- M. Triceps (ekstensi lengan bawah): 5 5
- Flexi sendi pergelangan tangan: 5 5
- Ekstensi pergelangan tangan : 5 5
- Membuka jari – jari tangan : 5 5
- Menutup jari – jari tangan : 5 5
Tonus otot KANAN KIRI
- Tonus Otot Lengan Normal Normal
- Hypotoni (-) (-)
- Spastik (-) (-)
- Rigid (-) (-)
- Rebound Phenomen (-) (-)
9
Refleks fisiologis
- BPR (+2) (+2)
- TPR (+2) (+2)
- KPR (+2) (+2)
- APR (+2) (+2)
Refleks Patologis
- Hoffman (-) (-)
- Tromner (-) (-)
SENSIBILITAS
Eksteroseptik
- Rasa nyeri superficial normal normal
- Rasa suhu tde tde
- Rasa raba ringan normal normal
Proprioseptik
- Rasa getar normal normal
- Rasa tekan normal normal
- Rasa nyeri tekan normal normal
- Rasa gerak dan posisi normal normal
Enteroseptik
Refered pain (-) (-)
Rasa kombinasi
- Stereognosis normal normal
- Barognosis normal normal
- Grapestesia normal normal
- Sensory extinction normal normal
- Loss of body image tde tde
- Two point tactile discrimination normal normal
Perkusi
Normal normal normal
Reaksi myotonik (-) (-)
Motorik
Kekuatan otot
(N.B : 5 = normal (100%) , 4 = dapat melawan tahanan minimal (75 %),
3 = dapat melawan gravitasi (50%), 2 = dapat menggerakan sendi (25%),
1 = masih ada kontraksi otot (10%), 0 = tidak ada gerak sama sekali (0%)).
Refleks fisiologis
- KPR (+2) (+2)
- APR (+2) (+2)
Refleks patologis
Babinski (-) (-)
Chaddok (-) (-)
Oppenheim (-) (-)
Gordon (-) (-)
Gonda (-) (-)
Schaffer (-) (-)
Rossolimo (-) (-)
Mendel-Bechterew (-) (-)
Stransky (-) (-)
SENSIBILITAS
Eksteroseptik
- Rasa nyeri superficial normal normal
- Rasa suhu tde tde
- Rasa raba ringan normal normal
Proprioseptik
- Rasa getar normal normal
- Rasa tekan normal normal
- Rasa nyeri tekan nyeri normal
- Rasa gerak dan posisi nyeri normal
Enteroseptik
Refered pain (-) (-)
Rasa kombinasi
- Stereognosis normal normal
- Barognosis normal normal
- Grapestesia normal normal
- Sensory extinction normal normal
- Loss of body image tde tde
- Two point tactile discrimination normal normal
12
4. Badan
Inspeksi : Normal
Palpasi
Otot perut : Dalam Batas Normal
Otot pinggang : Dalam Batas Normal
Kedudukan diafragma: - gerak : simetris
- istirahat : simetris
Motorik
- Gerak Cervical vertebrae
Fleksi : Normal
Ekstensi : Normal
Rotasi : Normal
Lateral deviation : Normal
- Gerakan dari tubuh
Membungkuk : nyeri
Ekstensi : tde
Lateral deviation : tde
- Refleks-refleks
Refleks dinding abdomen : Normal
Refleks interscapula : Normal
Refleks gluteal : Normal
Refleks cremaster : Normal
13
5. Kolumna Vertebralis
Kelainan lokal
Skoliosis : (-)
Kifose : (-)
Kifoskoliosis : (-)
Gibbus : (-)
Nyeri tekan/ketok lokal : (+)
Nyeri tekan sumbu : (+)
Nyeri tarik sumbu : (+)
Besar otot
Atrofi : (-)
Pseudohipertrofi : (-)
Respon terhadap perkusi
Normal Tidak dievaluasi
14
Palpasi otot
Nyeri
Kontraktur Tidak dievaluasi
Konsistensi
6. Gerakan-gerakan involunter
Tremor
o Waktu istirahat : (-)
o Waktu gerak : (-)
Chorea : (-)
Athetose : (-)
Myokloni : (-)
Ballismus : (-)
Torsion spasme : (-)
Fasikulasi : (-)
Myokymia : (-)
7. Gait dan keseimbangan
Koordinasi
Jari tangan-jari tangan : tidak terganggu
Jari tangan-hidung : tidak terganggu
Ibu jari kaki-tangan : tidak terganggu
Tumit-lutut : tidak terganggu
Pronasi-supinasi : tidak terganggu
Tapping dgn jari-jari tangan : tidak terganggu
Tapping dgn jari-jari kaki : tidak terganggu
Gait
Jalan diatas tumit :
Tidak dievaluasi
Jalan diatas jari kaki :
Tandem walking : tidak terganggu
Tidak dilakukan
Jalan lurus lalu berputar : tidak terganggu
Jalan mundur : tidak terganggu
Hoping : tidak terganggu
15
Berdiri dengan satu kaki : terganggu
Fungsi Luhur
Apraxia : (-)
Alexia : (-)
Agraphia : (-)
Fingeragnosia : (-)
Membedakan kanan dan kiri : (-)
Acalculia : (-)
8. Refleks-refleks Primitif
Grasp reflex :
Snout reflex :
Tidak dievaluasi
Sucking reflex :
Palmo-mental refleks :
17
- Suhu : 3,5 ° C
- Gizi : Baik
- Kepala : a/i/c/d = -/-/-/-
- Leher : Pembesaran tyroid & KGB = -/-
- Paru-paru : Vesikuler = +/+, Rhonki / Wheezing = -/-
- Jantung : Suara S1S2 tunggal regular, murmur = -
- Abdomen : Datar, Nyeri tekan (-), BisingUsus = + (Normal)
- Hepar & Lien : Tidak ada pembesaran
- Ekstremitas : Akral hangat (-), Edema (-)
Status Neurologi:
- Kesadaran : GCS 4,5,6 composmentis
- Meningeal sign : (-)
- Test provokasi :
o Laseque Test : (+) didapatk an rasa nyeri
o Patrick Test : (+) didapatk an rasa nyeri
o Contra Patrick : (+) didapatk an rasa nyeri
N I,N II : Dalam batas normal
N III, N IV, N IV : Ptosis (-), Pupil bulat, letak central, hitam,
isokor, diameter 3mm/3mm, R.Cahaya
(+)/(+), Nistagmus (-), Akomodasi (+)
normal
N V, N VII : Dalam batas normal
N VIII : Finger to finger (-) tidak terganggu
Finger to nose (-) tidak terganggu
Test Romberg (-) tidak terganggu
Steping test (-) tidak terganggu
N IX, N X, N XI, : Dalam batas normal
NXII : Bicara Pelo (-),
Melet : Tidak deviasi
Buka Mulut : Normal
18
Dorong pipi : Kuat kiri kanan
- Motorik
55
Kekuatan Motorik :
55
nn
Tonus :
nn
Diagnosis Banding :
Spondylolisthesis
Spondilosis
Bamboo Spine
ASSESMENT
DIAGNOSA :
- Diagnosis Klinis : nyeri punggung bawah tipe extrusion
- Diagnosis Topik : Radiks Spinalis dari L4 – L5
- Diagnosis Etiologi : Hernia Nukleus Pulposus
PLANNING
Terapi :
Tirah baring / Istirahat
Po : Tab. Meloxicam 7,5 mg 2 x 1 setelah makan
Tab. Esperison 2 x 1 setelah makan
Tab. Gabapentin 100 mg 1 x 1 malam setelah makan
Rehabilitas Medik : Fisioterapi
19
EDUKASI :
1. Memberitahu pasien untuk tidak bekerja yang terlalu berat ( menunduk,
terlalu lama berdiri dan mengangkat benda – benda yang berat )
2. Menghindari posisi duduk yang salah
3. Lebih banyak beristirahat
MONITORING :
- Monitor keluhan pasien
PROGNOSIS :
Lebih dari 85% penderita dengan HNP akan membaik tanpa operasi dalam jangka
waktu rerata 6 minggu, dan 70% dalam 4 minggu (Greenberg, 2002). Sebagian
besar penderita NPB akut (60%) akan dapat bekerja kembali dalam waktu 1 bulan
dan 90% dapat bekerja kembali dalam 3 bulan (Bratton, 1999). Pada penderita
HNP tanpa komplikasi, sebagian besar akan membaik secara nyata dalam 4
minggu (Humprhey, 1999).
20
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Low back pain (LBP) merupakan rasa nyeri yang dirasakan pada
punggung bawah yang sumbernya adalah tulang belakang daerah spinal
(punggung bawah), otot, saraf, atau struktur lainnya di sekitar daerah tersebut.
Low back pain (LBP) dapat disebabkan oleh penyakit atau kelainan yang berasal
dari luar punggung bawah misalnya penyakit atau kelainan pada testis atau
ovarium . Low back pain (LBP) adalah gangguan muskuloskeletal yang terjadi
pada daerah punggung bawah yang disebabkan oleh berbagai penyakit dan
aktivitas tubuh yang kurang baik. (Suma’mur.2009)
Hernia nukleus pulposus adalah keadaan dimana terjadi penonjolan
sebagian atau seluruh bagian dari nukleus pulposus atau anulus fibrosus diskus
intervertebralis, yang kemudian dapat menekan ke arah kanalis spinalis atau
radiks saraf melalui anulus fibrosus yang robek.( Dorland, 2007)
B. Epidemiologi
C. Etiologi
22
melingkar maupun radial. Beberapa robekan anular dapat menyebabkan
pemisahan lempengan, yang menyebabkan berkurangnya nutrisi dan
hidrasi nukleus. Perpaduan robekan secara melingkar dan radial
menyebabkan massa nukleus berpindah keluar dari annulus lingkaran ke
ruang epidural dan menyebabkan iritasi ataupun kompresi akar saraf
(Wheeler,2004).
2.Non-diskogenik
Biasanya penyebab low back pain yang non-diskogenik adalah
iritasi pada serabut sensorik saraf perifer, yang membentuk nervus
ischiadicus dan bisa disebabkan oleh neoplasma, infeksi, proses toksik
atau imunologis, yang mengiritasi nervus ischiadicus dalam perjalanannya
dari pleksus lumbosakralis, daerah pelvik, sendi sakro-iliaka, sendi pelvis
sampai sepanjang jalannya n.Iskiadikus (neuritis nervus
iskiadikus).(Sidharta, 1980).
D. Faktor Resiko
E. Klasifikasi
Bagian yang bergerak (mobile) dengan bagian yang relatif tidak bergerak
(immobile), misalnya junctura cervicothoracalis dan junctura lumbosacralis
(Snell, 2003). Klasifikasi hernia nukleus pulposus, yaitu :
1. Diskus servikal
Diskus yang sering terjadi herniasi adalah vertebra servikalis kelima,
keenam, dan ketujuh (C5, C6, C7) (Snell, 2003). Hernia diskus servikal terjadi
di leher, belakang kranium, bahu, skapula, lengan, dan tangan (Brunicardi,
2015).
2. Diskus torakal
Herniasi diskus biasanya terjadi pada spina torakalis bawah dan cenderung
menghasilkan defisit neurologis. Lesi diduga berdasarkan riwayat trauma pada
tulang torakalis. Diagnosa dapat dilakukan dengan menggunakan X-ray dan
ditemukan penyempitan di sela vertebra (Brunicardi, 2015).
3. Diskus lumbal
Herniasi diskus lumbalis lebih sering terjadi dibandingkan dengan herniasi
pada diskus lainnya dan biasanya terjadi pada diskus L4 dan L5 (Snell, 2003).
Herniasi diskus lumbal terjadi di bagian punggung bawah, paling sering pada
vertebra L4, L5 dan S1 serta biasanya unilateral. Gejala yang timbul bisa
melibatkan punggung bawah, bokong, paha, dan bisa menjalar ke kaki
24
dan/atau jari-jari kaki karena melibatkan nervus skiatik. Nervus femoral juga
bisa terkena dan menyebabkan kebas pada satu atau kedua kaki serta rasa
terbakar di pinggang dan kaki (Brunicardi, 2015).
Menurut gradasinya (Gambar 2.1), hernia ini dapat dibagi atas (Ekayuda,
2005) :
Protruded intervertebral disc
Nukleus terlihat menonjol ke satu arah tanpa kerusakan anulus
fibrosus.
Prolapsed intervertebral disc
Nukleus berpindah, tetapi masih dalam lingkaran anulus fibrosus.
Extruded intervertebral disc
Nukleus keluar dan anulus fibrosus berada di bawah ligamentum,
longitudinalis posterior.
Sequestrated intervertebral disc
Nukleus telah menembus ligamentum longitudinal posterior.
25
F. Patofisiologi
1. Proses Degenaratif
Diskus intervertebralis tersusun atas jaringan fibrokartilago yang
berfungsi sebagai shock absorber, menyebarkan gaya pada kolumna
vertebralis dan juga memungkinkan gerakan antar vertebra. Kandungan air
diskus berkurang dengan bertambahnya usia (dari 90% pada bayi sampai
menjadi 70% pada orang usia lanjut). Selain itu serabut-serabut menjadi
kasar dan mengalami hialinisasi yang ikut membantu terjadinya perubahan
ke arah herniasi nukleus pulposus melalui anulus dan menekan radiks saraf
spinal. Pada umumnya hernia paling mungkin terjadi pada bagian kolumna
vertebralis dimana terjadi peralihan dari segmen yang lebih mobil ke yang
kurang mobil (perbatasan lumbosakral dan servikotolarak). (Autio,
2006)(Meli,2003)(Sylvia,1995)
2. Proses Traumatik
Dimulainya degenerasi diskus mempengaruhi mekanika sendi
intervertebral, yang dapat menyebabkan degenerasi lebih jauh. Selain
degenerasi, gerakan repetitive, seperti fleksi, ekstensi, lateral fleksi, rotasi,
dan mengangkat beban dapat memberi tekanan abnormal pada nukleus.
Jika tekanan ini cukup besar sampai bisa melukai annulus, nucleus
pulposus ini berujung pada herniasi. Trauma akut dapat pula menyebabkan
herniasi, seperti mengangkat benda dengan cara yang salah dan jatuh).
(Autio, 2006)(Meli,2003)
Hernia Nukleus Pulposus terbagi dalam 4 grade berdasarkan keadaan
herniasinya, dimana ekstrusi dan sequestrasi merupakan hernia yang
sesungguhnya, yaitu: ). (Company,2000)(Autio, 2006)(Meli,2003)
Protrusi diskus intervertebralis : nukleus terlihat menonjol ke satu
arah tanpa kerusakan annulus fibrosus.
Prolaps diskus intervertebral : nukleus berpindah, tetapi masih
dalam lingkaran anulus fibrosus.
26
Extrusi diskus intervertebral : nukleus keluar dan anulus fibrosus
dan berada di bawah ligamentum, longitudinalis posterior.
G. Gejala Klinis
Gejala klinik bervariasi tergantung pada derajatnya dan radiks yang
terkena. Pada stadium awal, gejala asimtomatik. Gejala klinis muncul ketika
nucleus pulposus menekan saraf. Gejala klinis yang paling sering adalah iskialgia
(nyeri radikuler). Nyeri biasanya bersifat tajam, seperti terbakar dan berdenyut
27
menjalar sampai bawah lutut. Bila saraf sensoris kena maka akan memberikan
gejala kesemutan atau rasa baal sesuai dermatomnya. Bila mengenai conus atau
cauda ekuina dapat terjadi gangguan miksi, defekasi dan disfungsi seksual. Nyeri
yang timbul sesuai dengan distribusi dermatom (nyeri radikuler) dan kelemahan
otot sesuai dengan miotom yang terkena.(Autio,2006)(Sylvia,1995)
2. Pemeriksaan Fisik
Posisi berdiri:
- Perhatikan cara penderita berdiri dan sikap berdirinya.
- Perhatikan bagian belakang tubuh: adakah deformitas, gibus,
scoliosis, lordosis lumbal (normal, mendatar, atau hiperlordosis),
pelvis yang miring tulang panggul kanan dan kiri tidak sama
tinggi, atrofi otot.
- Derajat gerakan (range of motion) dan spasme otot.
- Hipersensitif denervasi (piloereksi terhadap hawa dingin).
- Palpasi untuk mencari trigger zone, nodus miofasial, nyeri pada
sendi sakroiliaka, dan lain-lain.
- Perhatikan cara penderita berjalan/gaya jalannya.
Posisi duduk:
- Perhatikan cara penderita duduk dan sikap duduknya.
- Perhatikan bagian belakang tubuhnya.
Posisi berbaring :
- Perhatikan cara penderita berbaring dan sikap berbaringnya.
- Pengukuran panjang ekstremitas inferior.
- Pemeriksaan abdomen, rektal, atau urogenital.
- Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan adanya
kemungkinan suatu keadaan psikologis di bawahnya (psychological
overlay).
- Kadang-kadang bisa ditentukan letak segmen yang menyebabkan
nyeri dengan menekan pada ruangan intervertebralis atau dengan
jalan menggerakkan ke kanan ke kiri prosesus spinosus sambil
melihat respons pasien.
- Pada spondilolistesis yang berat dapat diraba adanya ketidak-rataan
(step-off) pada palpasi di tempat/level yang terkena.
- Penekanan dengan jari jempol pada prosesus spinalis dilakukan
untuk mencari adanya fraktur pada vertebra.
- Pemeriksaan fisik yang lain memfokuskan pada kelainan
neurologis.
- Refleks yang menurun atau menghilang secara simetris tidak begitu
berguna pada diagnosis LBP dan juga tidak dapat dipakai untuk
melokalisasi level kelainan, kecuali pada sindroma kauda ekuina
atau adanya neuropati yang bersamaan.
- Refleks patella terutama menunjukkan adanya gangguan dari radiks
L4 dan kurang dari L2 dan L3. Refleks tumit predominan dari S1.
- Harus dicari pula refleks patologis seperti babinski, terutama bila
ada hiperefleksia yang menunjukkan adanya suatu gangguan upper
motor neuron (UMN).
- Dari pemeriksaan refleks ini dapat membedakan akan kelainan
yang berupa UMN atau LMN.
3. Pemeriksaan Neurologis
Untuk memastikan bahwa nyeri yang timbul termasuk dalam
gangguan saraf. Meliputi pemeriksaan sensoris, motoric dan
reflex.(Lumbantobing, FKUI)
Pemeriksaan sensoris; pada pemeriksaan sensoris ini apakah ada
gangguan sensoris, dengan mengetahui dermatom mana yang
terkena akan dapat diketahui radiks mana yang terganggu.
Pemeriksaan motoric; apakah ada tanda paresis, atropi otot.
Pemeriksaan reflex. Bila ada penurunan atau reflex tendon
menghilang, misal APR (Achilles Pee Reflex) menurun atau
menghilang berarti menunjukkan segmen S1 terganggu.
Gambar 2.3 Level lokalisasi neurologik
4. Diagnosis Penunjang
X-Ray
X-Ray tidak dapat menggambarkan struktur jaringan lunak
secara akurat. Nucleus pulposus tidak dapat ditangkap di X-
Ray dan tidak dapat mengkonfirmasikan herniasi diskus
maupun jebakan akar saraf.Namun, X-Ray dapat
memperlihatkan kelainan pada diskus dengan gambaran dengan
penyempitan celah atau perubahan alignment dari vertebra.
Myelogram
Pada myelogram dilakukan injeksi kontras bersifat radio-
opaque dalam columna spinalis.Kontras masuk dalam columna
spinalis sehingga pada X-Ray dapat Nampak adanya
penyumbatan atau hambatan kanalis spinalis.
MRI
Merupakan Gold Standard diagnosis HNP karena dapat melihat
struktur columna vertebra dengan jelas dan mengidentifikasi
letak herniasi.
Elektromyografi
Untuk melihat konduksi dari nervus, dilakukan untuk
mengidentifikasi kerusakan nervus.
I. Diagnosis Banding
b. Tumor primer dan metastatis dari cauda equina atau area panggul.
h. Lumbar Stenosis
Gejala klinis yang paling sering muncul adalah nyeri pada
punggung bawah dan ekstremitas bawah, gangguan berjalan dan disabilitas
lainnya (Katz & Harris, 2008).
i. Rematik
Biasanya nyeri dirasakan lebih berat pada pagi hari dan berangsur-
angsur berkurang pada siang dan sore hari (Mahadewa & Maliawan,
2009).
J. Penatalaksanaan
Terapi Konservatif (Meli;2003) (Rahim dkk)
a. Terapi Non Farmakologis
1) Terapi Fisik Pasif
Terapi fisik pasif biasanya digunakan untuk mengurangi nyeri
punggung bawah akut, misalnya:
a. Kompres hangat/dingin
Kompres hangat/dingin ini merupakan modalitas yang mudah
dilakukan. Untuk mengurangi spasme otot dan
inflamasi.Beberapa pasien merasakan nyeri hilang pada
pengkompresan hangat, sedangkan yang lain pada
pengkompresan dingin.
b. Unit TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulator)
Sebuah unit transcutaneous electrical nerve stimulator (TENS)
menggunakan stimulasi listrik untuk mengurangi sensasi nyeri
punggung bawah dengan mengganggu impuls nyeri yang
dikirimkan ke otak
c. Ultrasound
Ultrasound merupakan suatu bentuk penghangatan di lapisan
dalam dengan menggunakan gelombang suara pada kulit yang
menembus sampai jaringan lunak dibawahnya.Ultrasound
terutama berguna dalam menghilangkan serangan nyeri akut dan
dapat mendorong terjadinya penyembuhan jaringan.
d. High frequency current( HFC CFM)
Arus kontinu elektromagnetik (CEM) berfrekuensi 27MHz
dan panjang gelombang 11,06 m, dapat memberikan efek lokal
antara lain :
- Mempercepat resolusi inflamasi kronik
- Mengurangi nyeri
- Mengurangi spasme
- Meningkatkan ekstensibilitas jaringan fibrous
e. Bugnet Exercises
Bugnet exercises (terapi tahanan sikap) adalah metode
pengobatan berdasarkan kesanggupan dan kecenderungan
manusia untuk mempertahankan sikap badan melawan kekuatan
dari luar. Kemampuan mempertahankan sikap tubuh melibatkan
aktivitas sensomotorik dan mekanisme refleks sikap.Aktivitas
motorik terapi ini bersifat umum yang diikuti oleh fungsi
sensorik untuk bereaksi mempertahankan sikap tubuh. Tujuan
terapi ini:
- Memelihara dan meningkatkan kualitas postur tubuh dan
gerakan tubuh
- Mengoreksi sikap tubuh yang mengalami kelainan
- Memelihara dan meningkatkan kekuatan dan kemampuan
fisik dan psikis sehingga tidak mudah lelah melalui perbaikan
sirkulasi darah dan pernafasan.
- Mengurangi nyeri
K. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi dari HNP adalah nyeri punggung untuk
jangka waktu yang lama, kehilangan sensasi di tungkai yang diikuti penurunan
fungsi kandung kemih dan usus (Sastrodiwirjo, 2000). Selain itu, kerusakan
permanen pada akar saraf dan medula spinalis dapat terjadi bersamaan dengan
hilangnya fungsi motorik dan sensorik. Hal ini dapat terjadi pada servikal stenosis
dan spondilosis yang menekan medulla spinalis dan pembuluh darah, sehingga
dapat menimbulkan mielopati dengan spastik paraplegia atau kuadriplegia (Way,
2003).
L. Prognosis
Pada HNP servikalis 75% pasien akan pulih dengan penanganan terapi
medis yang memadai (10-14 hari), walaupun pada beberapa kasus berlanjut
dengan ketidaknyamanan dan parestesis ringan. Pada beberapa pasien, gejala
radikular atau mielopati kambuh setelah kembali beraktivitas penuh. Untuk 25%
pasien yang tidak respon terhadap terapi konservatif, dibutuhkan operasi.
Perbaikan tampak pada sekitar 80% pasien yang melakukan terapi operatif pada
diskus servikalis. Pada hernia diskus lumbalis sekitar 10-20% kasus
membutuhkan penangan terapi bedah dan 85% pasien akan pulih sepenuhnya
setelah penanganan bedah. (Way, 2003).
M. Pencegahan (Priguna,Shidarta;2004)
1. Latihan Punggung Setiap Hari
Berbaringlah terlentang pada lantai atau matras yang keras. Tekukan
satu lutut dan gerakkanlah menuju dada lalu tahan beberapa detik.
Kemudian lakukan lagi pada kaki yang lain. Lakukanlah beberapa kali.
Berbaringlah terlentang dengan kedua kaki ditekuk lalu luruskanlah ke
lantai. Kencangkanlah perut dan bokong lalu tekanlah punggung ke
lantai, tahanlah beberapa detik kemudian relaks. Ulangi beberapa kali.
Berbaring terlentang dengan kaki ditekuk dan telapak kaki berada flat di
lantai. Lakukan sit up parsial,dengan melipatkan tangan di tangan dan
mengangkat bahu setinggi 6 -12 inci dari lantai. Lakukan beberapa kali.
2. Berhati-Hatilah Saat Mengangkat
Gerakanlah tubuh kepada barang yang akan diangkat sebelum
mengangkatnya.
Tekukan lutut , bukan punggung, untuk mengangkat benda yang lebih
rendah
Peganglah benda dekat perut dan dada
Tekukan lagi kaki saat menurunkan benda
Hindari memutarkan punggung saat mengangkat suatu benda
3. Lindungi Punggung Saat Duduk dan Berdiri
Hindari duduk di kursi yang empuk dalam waktu lama
Jika memerlukan waktu yang lama untuk duduk saat bekerja, pastikan
bahwa lutut sejajar dengan paha. Gunakan alat Bantu (seperti
ganjalan/bantalan kaki) jika memang diperlukan.
Jika memang harus berdiri terlalu lama,letakkanlah salah satu kaki pada
bantalan kaki secara bergantian. Berjalanlah sejenak dan mengubah
posisi secara periodic.
Tegakkanlah kursi mobil sehingga lutut daapt tertekuk dengan baik
tidak teregang.
Gunakanlah bantal di punggung bila tidak cukup menyangga pada saat
duduk dikursi
4. Tetaplah Aktif dan Hidup Sehat
Berjalanlah setiap hari dengan menggunakan pakaian yang nyaman dan
sepatu berhak rendah
Makanlah makanan seimbang, diit rendah lemak dan banyak
mengkonsumi sayur dan buah untuk mencegah konstipasi.
Tidurlah di kasur yang nyaman.
Hubungilah petugas kesehatan bila nyeri memburuk atau terjadi trauma.
DAFTAR PUSTAKA
Dorland, W.A.N, 2007. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 31. Jakarta : EGC,
1992.
Highsmith, J.M., 2014. Exam and Test for a Herniated Disc, Vertical Health.
Available From http://www.spineuniverse.com/conditions/herniated-
disc/exams-tests-herniated-disc.
Jordon,2009.Available from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2907819/.lumbar. Volume
38. 2000
Meli Lucas, Suryami antradi. Nyeri Punggung. Use Neurontin. 2003. Hal 133-148
Rahim H. A., Priharto K. Terapi Konservatif untuk Low Back Pain. Available
from http://www.jamsostek.co.id. Hal 1-15
Rasad, Sjahriar. Radiologi Doagnostik. Jakarta. Balai Penerbit FK Universitas
Indonesia. Jakarta.2005. Hal 337