: Bapak L
: 006xxx
: Laki-laki
: 50 tahun
: Jalan Danau Poso
: Wiraswasta
: SMA
: 162 cm
: 65 kg
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis terhadap pasien di Puskesmas Jalan
Kutai, tanggal 8 Oktober 2013 pukul 10.05.
Keluhan utama:
Luka di kaki yang tidak kunjung sembuh sejak 1 bulan lalu.
Keluhan tambahan:
Sering haus dan sering buang air kecil, berat badan turun.
Riwayat penyakit sekarang:
Pasien datang ke Puskesmas Jalan Kutai dengan keluhan luka yang tidak kunjung
sembuh sejak 1 bulan yang lalu. Awalnya pasien hanya mengalami luka abrasi
kecil pada telapak kaki akibat berjalan di halaman rumah tanpa alas kaki, namun
luka tersebut semakin membesar. Pasien sendiri tidak merasakan sakit akibat luka
tersebut. Pasien merasa sering haus dan sering buang air kecil sejak 2 bulan yang
lalu, namun hal ini tidak mengganggu aktivitasnya. Berat badan pasien turun
dalam 1 bulan terakhir, dari 72 kg menjadi 65 kg.
Pemeriksaan penunjang:
Hasil tes gula darah sewaktu pasien adalah 264 mg/dL.
Riwayat penyakit dahulu:
Pasien belum pernah mengalami gejala seperti ini sebelumnya. Pasien juga tidak
pernah menderita penyakit berat apapun sebelumnya, mengalami trauma, maupun
menjalani operasi.
sebanding dengan konsumsi kalori dan berat badan berlebih atau bahkan obesitas
(BMI >25, obesitas BMI >30).
Patogenesis
Patogenesis DM tipe 2 ditandai dengan adanya resistensi insulin perifer,
gangguan produksi glukosa hati, dan penurunan fungsi yang kemudian
menyebabkan kerusakan sel . Mula-mula timbul resistensi insulin yang
kemudian diikuti peningkatan sekresi insulin sebagai mekanisme kompensasi
untuk menjaga agar kadar glukosa darah tetap normal. Pada akhirnya sel tidak
dapat lagi mengkompensasi resistensi insulin sehingga kadar glukosa darah
meningkat.
Manifestasi klinis
Pada awal perjalanan penyakit, gejala yang tampak yaitu: banyak makan
(poliphagia), banyak minum (polidipsia), dan banyak buang air kecil (poliuria).
Bila keadaan tersebut tidak segera ditangani, akan timbul gejala yaitu nafsu
makan berkurang, berat badan turun dengan cepat (turun 510 kg dalam 2-4
minggu), dan mudah lelah. Bila tidak segera diobati, dapat timbul rasa mual,
bahkan pasien dapat mengalami koma.
Gejala kronik yang sering dialami adalah neuropati perifer, capai, mudah
mengantuk, mata kabur, gatal di sekitar kemaluan (terutama wanita), infeksi atau
luka yang sulit sembuh, gigi goyah dan mudah lepas, kemampuan seksual
menurun, serta impotensi. Ibu hamil sering mengalami keguguran janin dalam
kandungan, atau melahirkan bayi dengan berat lahir lebih dari 4 kg.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang utama yang mendukung diagnosis DM tipe 2 adalah
glukosa darah sewaktu yang lebih tinggi dari 200 mg/dL, glukosa darah puasa
yang lebih tinggi dari 126 mg/dL, atau hasil tes toleransi glukosa oral dengan 75
g glukosa yang lebih tinggi dari 200 mg/dL. Tes lain yang dapat dilakukan yaitu
hemoglobin terglikasi (HbA1c), dengan hasil pada penderita DM lebih dari 6,5%.
Pengobatan
Terapi yang paling utama adalah perubahan gaya hidup, yaitu penurunan berat
badan, olahraga, dan pengurangan konsumsi karbohidrat sederhana. Bila glukosa
darah tidak dapat dikendalikan dengan pengaturan pola makan dan olahraga,
maka dilakukan terapi farmakologi dengan memberikan obat-obatan oral penurun
kadar glukosa darah seperti metformin, dan suntikan insulin bila diperlukan.
Prognosis
Prognosis pasien penderita DM tipe 2 sebenarnya baik jika pasien cepat
didiagnosis dan diobati. Namun, jika terlambat didiagnosis dan diobati, maka
prognosis menjadi buruk karena tingkat mortalitas dan morbiditasnya meningkat
akibat terjadinya komplikasi.
Daftar pustaka
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33760/4/Chapter%20II.pdf
http://emedicine.medscape.com/article/117853