Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

Mual dan muntah merupakan hal yang normal dalam kehamilan. Mual dan
muntah sering terjadi pada kehamilan berusia muda, yaitu dimulai dari minggu ke 6
setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu.1
Mual dan muntah terjadi pada 50-90% dari seluruh wanita yang hamil.2 Namun pada
beberapa kondisi, dapat terjadi suatu keadaan dimana mual dan muntah pada ibu hamil
terjadi sangat parah sehingga menyebabkan segala yang dimakan dan diminum
dimuntahkan, sehingga berat badan berkurang, turgor kulit dan volume buang air kecil
berkurang dan timbul asetonuri, yang disebut sebagai hiperemesis gravidarum.3
Hiperemesis gravidarum (HEG) terjadi di seluruh dunia dengan angka kejadian
yang beragam mulai dari 1-3% dari seluruh kehamilan di indonesia, 0,9% di Norwegia,
0,8% di Canada, 0,5% di California, 0,3% di Swedia, 0,5-2%, di Amerika Serikat,
prevalensi HEG tertinggi di China yaitu 10,8%. Beberapa faktor risiko yang dapat
menyebabkan kondisi HEG adalah usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun,
kadar hormon korionik gonadotropin, estrogen dan progesteron di dalam darah ibu,
jumlah gravida, pekerjaan dan aktivitas ibu hamil.4-8
Hiperemesis gravidarum merupakan kondisi yang cukup berbahaya bagi
kesehatan ibu. Apabila berlangsung dengan durasi yang cukup lama, dapat
menyebabkan penurunan berat badan, gangguan metabolisme tubuh dan menyebabkan
komplikasi seperti kekurangan gizi, lemah dan dehidrasi pada ibu. Komplikasi lain
yang dapat terjadi adalah defisiensi vitamin, terutama vitamin B1(thiamin) dan vitamin
K. Pada defisiensi vitamin B1, dapat menyebabkan Wernicke encephalopathy yang
ditandai dengan pusing, gangguan penglihatan, ataxia dan nistagmus. Sedangkan pada
kondisi defisiensi vitamin K, dapat menyebabkan koagulopati yang disertai dengan
epistaksis.9,10

1
Berdasarkan pemaparan mengenai bahaya HEG dan tinginya kejadian yang
terjadi, penulis tertarik untuk membahas laporan kasus tentang ibu hamil dengan
hiperemesis gravidarum (HEG).

2
BAB II
LAPORAN KASUS

II. 1 IDENTITAS PASIEN


Nama Pasien : Ny. IDK
Usia : 29 tahun
Tanggal Lahir : 20 Desember 1989
No. Rekam Medis : 460xxx
Status Pernikahan : Menikah
Agama : Islam
Alamat : Dusun Krajan 03/02 Triwung
Pekerjaan : Bidan di RSU (pegawai swasta)
Tanggal Masuk : 25 Maret 2019
Tanggal Periksa : 27 Maret 2019
DPJP : dr. Hytriawan Posma Putra, SpOG

II.2 ANAMNESIS
a. Keluhan Utama
Pasien mengeluh mual-muntah setiap masuk makanan.

b. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien mengeluh mual-muntah setiap masuk makanan atau minum. Keluhan
mual tidak muntah dirasakan sejak 2 minggu sebelum masuk RS. Keluhan
mual awalnya hanya terjadi pada pagi hari saja, namun keluhan memberat
disertai muntah sejak 2 hari sebelum masuk RS. Muntah dalam sehari
mencapai ± 10 kali, dengan volume 50 – 100 cc per kali muntah, sehingga
pasien tidak mau makan atau minum. Muntah berwarna putih-kekuningan,
tidak ada darah. Keluhan disertai lemas, tidak mampu melakukan aktivitas
sehari-hari seperti biasanya, pusing ditengah kepala, bibir terasa kering, dan

3
nyeri ulu hati yang disertai rasa panas dan perih. Pasien merasa hamil 1 bulan.
Berat badan pasien saat hamil naik 22 kilogram. Saat keluhan mual muntah
berlangsung, sejak 2 minggu sebelum masuk RS pasien mengalami penurunan
berat badan sebanyak 4 kilogram. HPHT tanggal 7 Februari 2019, UK 6+4
minggu, HTP tanggal 14 November 2019.
Pasien tidak mengeluh pusing berputar, pandangan kabur, dan sesak napas.
BAB terakhir 1 hari SMRS, tidak ada keluhan dan BAK pagi hari SMRS
sedikit dan berwarna kuning pekat. Riwayat demam, kejang, keputihan, keluar
darah atau cairan selama kehamilan disangkal.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat hipertensi (-), diabetes melitus (-), asma (+), alergi (+) udang,
penyakit jantung (-), gangguan pembekuan darah (-).
Riwayat abortus pada kehamilan anak pertama.

d. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat diabetes melitus (-), asma (+) ibu pasien, penyakit jantung (-),
hipertensi (-), gangguan pembekuan darah (-).

e. Riwayat Menstruasi
Menarche usia 12 tahun, siklus haid teratur 28 hari, lama haid 7 hari/siklus,
ganti pembalut 3 – 4x/hari, nyeri saat haid (+).

f. Riwayat Menikah
Pernikahan ke-2, usia menikah 26 tahun.

g. Riwayat Obstetrik
G3P1A1
1. Abortus saat kehamilan usia 3 bulan.

4
2. 2017, perempuan, cukup bulan, lahir normal di bidan RSU, dengan berat
badan lahir 2200.
3. Hamil saat ini.

h. Riwayat Kontrasepsi
Pasien tidak menggunakan alat kontrasepsi jenis apapun.

i. Riwayat sosial ekonomi


- Pasien adalah bidan pegawai swasta, dengan pendidikan terakhir akademi
kebidanan. Suami adalah wiraswasta. Pasien tinggal bersama suami dan
anaknya.
- Pasien menggunakan jaminan kesehatan BPJS kesehatan.
- Pasien tidak pernah merokok ataupun menggunakan NAPZA.

II.3 PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 108/87 mmHg
Frekuensi Nadi : 102 x/menit
Frekuensi Napas : 20 x/menit
Suhu : 36,3°C
Status Gizi : Berat badan 76 kg, tinggi badan 158 cm, LILA 28cm.
: Berat badan sebelum hamil 54 kg.

A. STATUS GENERALIS
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), cekung +/+
Mulut : Bibir sianosis (-), mukosa kering +
THT : Tidak ada sekret, tidak ada mukus
Jantung : Bunyi jantung S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru : Suara napas vesikular (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

5
Abdomen : Status Obstetrik
Genitalia : Status Obstetrik
Ekstretnitas : Akral hangat, edema (-/-), CRT <2s

B. STATUS OBSTETRIK
Abdomen
Inspeksi : Perut tampak membuncit sesuai kehamilan
Auskultasi : BU (+) normal
Palpasi : TFU tidak teraba, turgor kulit menurun, nyeri tekan (+)
epigastrium
Perkusi : Timpani
Genitalia
Inspeksi : pervaginam blood sign (-)
In spekulo : tidak dilakukan
VT : tidak dilakukan

II.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Laboratorium
Waktu Pemeriksaan : 25 Maret 2019

Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Pasien


Hematologi
Hemoglobin 14,2 12.0 – 16.0 g/dl
Hematokrit 41,5 35.0 – 40.0 %
Leukosit 12.580 (H) 4000 – 11000/µL
Trombosit 478.000 (H) 150000 – 450000 /µL
Diff Count 63,5 / 27,6 / 6,5 / 50-60 / 25-40 / 3-7 / 1-4 / 0,5-
2,3 / 0,1 1 (%)
Reagen
HbsAg Non reaktif

6
II.5 DIAGNOSIS
G3P1A1 hamil 6 – 7 minggu, dengan mild hyperemesis gravidarum.

II.6 PLANNING
- Observasi keadaan umum, tanda vital, tanda dehidrasi
- IVFD Hydromal 20tpm
- Injeksi Omeprazole 2 x 40mg
- Injeksi Ondansetron 3 x 8mg

II.7 FOLLOW UP
Pasien Ny. IDK dirawat di bangsal Melati kelas II.

Tabel 2. Follow up Pasien


Tanggal S O A P
26 Mual, muntah, TD : 110/70mmHg - G3P1A1 hamil - Observasi KU, TTV,
Maret lemas, BAB dan N : 87 x/menit 6-7 minggu tanda dehidrasi
2019 BAK tidak ada RR : 20 x/menit dengan mild - IVFD RL 500cc 20 tpm
keluhan T : 36,4 C hyperemesis - Inj Pantoprazole 2 x 40mg
- A/I/C/D -/-/-/- gravidarum on (IV)
- Thoraks: therapy - Inj Ondansetron 3 x 8mg
ves+/+, S1-2 reg (IV)
- Abdomen:
BU (+) reg,
TFU tidak
teraba, turgor
kulit baik, NT
(+) epigastrium
(minimal)
- Ekstremitas:
Hangat, CRT
<2s

7
27 Mual (-), muntah TD : 110/70mmHg - G3P1A1 hamil - Observasi KU, TTV,
Maret (-), BAB dan N : 82 x/menit 6-7 minggu tanda dehidrasi
2019 BAK tidak ada RR : 20 x/menit dengan mild - Aff infus
keluhan T : 36,1 C hyperemesis - Ondansetron 3x4mg (PO)
- A/I/C/D -/-/-/- gravidarum - Asam folat 2x1 (PO)
- Thoraks: perbaikan
ves+/+, S1-2 reg
- Abdomen:
BU (+) reg,
TFU tidak
teraba, turgor
kulit kembali
cepat, NT (-)
epigastrium
- Ekstremitas:
Hangat, CRT
<2s

8
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

III.1 EMESIS GRAVIDARUM


Ada beberapa gejala yang sering muncul di trimester pertama kehamilan, salah
satunya adalah mual dan muntah yang disebut emesis gravidarum. Emesis gravidarum
adalah mual dan muntah yang terjadi pada saat kehamilan. Emesis gravidarum sering
juga disebut morning sickness.2

III.2 HIPEREMESIS GRAVIDARUM


III.2.1 Definisi
Hiperemesis gravidarum (HEG) adalah suatu kondisi dimana ibu hamil
memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum hingga berat badannya sangat
turun, turgor kulit berkurang, diuresis berkurang dan timbul asetonuria.2 Sedangkan
dari literatur lain menyebutkan bahwa HEG adalah kondisi muntah-muntah pada ibu
hamil yang dapat menyebabkan kehilangan berat badan, dehidrasi, alkalosis dari
kehilangan asam hidroklorid saat muntah dan hipokalemia.7,11
Sehingga, dapat dikatakan bahwa HEG dikarakteristikkan sebagai mual dan
muntah yang berat pada wanita hamil, terutama pada kehamilan trimester awal,
sehingga dapat menyebabkan dehidrasi, gangguan asam basa dan elektrolit, ketosis
sampai penurunan berat badan lebih dari 5% berat badan sebelum hamil.12,13

III.2.2 Epidemiologi
Mual dan muntah ini terjadi pada 50-90% wanita hamil.2 Mual dan muntah dalam
kehamilan biasanya terjadi dalam trimester pertama, yaitu muncul pada minggu ke 6
setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu,
mencapai puncaknya pada minggu ke 11 sampai 13, dan biasanya mulai membaik pada
minggu 12 sampai ke 16, walau pada 1-10% kehamilan mengalami mual dan muntah
yang berlanjut menetap sepanjang kehamilan.1,14

9
Hiperemesis gravidarum (HEG) terjadi di seluruh dunia dengan angka kejadian
yang beragam mulai dari 1-3% dari seluruh kehamilan di indonesia, 0,9% di Norwegia,
0,8% di Canada, 0,5% di California, 0,3% di Swedia, 0,5-2%, di Amerika Serikat,
prevalensi HEG tertinggi di China yaitu 10,8%.5-8
Insidensi bervariasi antar populasi. Diperkirakan terdapat predileksi etnis dan
keturunan. Angka rawat inap akibat HEG berkisar 0,5 – 0,8%.11

III.3 Etiologi
Penyebab utama HEG belum diketahui secara jelas, namun telah banyak yang
meneliti tentang teori-teori yang dapat menyebabkan HEG, seperti peningkatan kadar
hormon korionik gonadotropin dan estrogen, kadar hormon tiroksin, infeksi
Helicobacter pylori, faktor sosial dan psikologis.4,9,10
Beberapa faktor resiko penyakit hiperemesis gravdarum antara lain :
a. Usia ibu, merupakan faktor resiko yang berhubungan dengan kondisi
psikologis ibu hamil. Literatur menyebutkan bahwa ibu dengan usia kurang
dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun lebih sering mengalami HEG.
b. Usia gestasi atau usia kehamilan, merupakan faktor resiko yang berhubungan
dengan kadar hormon korionik gonadotropin, estrogen dan progesteron di
dalam darah ibu. Kadar hormon korionik gonadotropin merupakan salah satu
etiologi yang dapat menyebabkan HEG. Kadar hormon gonadotropin dalam
darah mencapai puncaknya pada trimester pertama, tepatnya sekitar mingu ke
14-16. Oleh karena itu, mual dan muntah lebih sering terjadi pada trimester
pertama.
c. Jumlah gravida. Hal ini berhubungan dengan kondisi psikologis ibu hamil,
dimana ibu hamil yang baru pertama kali hamil akan mengalami stress yang
lebih besar dari ibu yang sudah pernah melahirkan dan dapat menyebabkan
HEG. Ibu primigravida juga belum mampu beradaptasi terhadap perubahan
korionik gonadotropin, hal tersebut menyebabkan ibu yang baru pertama kali
hamil lebih sering mengalami HEG.

10
d. Pekerjaan juga merupakan faktor resiko HEG. Pekerjaan berhubungan dengan
kondisi sosial ekonomi yang juga mempengaruhi pola makan, aktifitas dan
stres pada ibu hamil.4,15

III.4 Patofisiologi
Adanya teori yang menyebutkan bahwa perasaan mual adalah akibat dari
meningkatnya kadar korionik gonadotropin, estrogen dan progesteron karena keluhan
ini mucul pada 6 minggu pertama kehamilan yang dimulai dari hari pertama haid
terakhir dan berlangsung selama 10 minggu. Pengaruh fisiologis hormon ini korionik
gonadotropin, estrogen dan progesteron ini, berasal dari sistem saraf pusat akibat
berkurangnya sistem pengosongan lambung. Selain itu, perubahan pada fisiologis
pencernaan seperti penurunan HCO3 serta penurunan motilitas otot selama kehamilan,
dapat menimbulkan gejala mual. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan ibu hamil,
meskipun demikian mual dan muntah dapat berlangsung berbulan-bulan.11,13
Selain teori hormon korionik gonadotropin, estrogen dan progesteron ini, masih
ada beberapa teori lain yang dapat menyebabkan HEG seperti infeksi Helicobacter
Pylori. Berdasarkan penelitian, diketahui bahwa infeksi H.pylori dapat menyebabkan
HEG.15
Secara umum berdasarkan berbagai teori dan faktor risiko yang ada, pada HEG
terjadi mual, muntah dan penolakan semua makanan dan minuman yang masuk,
sehingga apabila terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi, tidak imbangnya kadar
elektrolit dalam darah, dan alkalosis hipokloremik. Selain itu HEG mengakibatkan
cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi karena energi
yang didapat dari makanan tidak mencukupi, lalu karena oksidasi lemak yang tidak
sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi
butirik dan aseton dalam darah, sehingga menimbulkan asidosis.
Selanjutnya, dehidrasi yang telah terjadi, menyebabkan aliran darah ke jaringan
berkurang, hal tersebut menyebabkan pasokan zat makanan dan oksigen berkurang dan
mengakibatkan penimbunan zat metabolik yang bersifat toksik didalam darah.
Kemudian, HEG juga dapat menyebabkan kekurangan kalium akibat muntah dan

11
ekskresi lewat ginjal, yang menambah frekuensi muntah yang lebih banyak, dan
membuat lingkaran setan yang sulit untuk dipatahkan.4,10,13

III.5 Manifestasi Klinis


Batas antara mual dan muntah dalam kehamilan yang masih fisiologik, dengan
HEG masih belum jelas, akan tetapi muntah yang menyebabkan gangguan kehidupan
sehari-hari dan dehidrasi memberikan petunjuk bahwa wanita hamil tersebut
memerlukan perawatan yang intensif.15
Pada HEG, gejala-gejala yang dapat terjadi adalah:
a. Mual, muntah yang hebat
b. Haus, mulut kering
c. Tanda-tanda dehidrasi (hipotensi postural dan takikardia)
d. Foetor ex ore (mulut berbau)
e. Berat badan turun
f. Gangguan serebral (kesadaran menurun)pada kondisi berat10

III.6 Klasifikasi
Hiperemesis gravidarum dibagi berdasarkan berat ringannya gejala menjadi
3 tingkat, yaitu:
a. Ringan (mild)
Ditandai dengan muntah terus menerus yang membuat keadaan umum ibu
berubah, ibu merasa sangat lemah, penurunan nafsu makan, berat badan
menurun, dan nyeri epigastrium. Pada pemeriksaan fisik ditemukan denyut
nadi sekitar 100 kali permenit, tekanan darah sistolik menurun, mata cekung,
lidah kering, turgor kulit berkurang, jumlah urin menurun.
b. Sedang (moderate)
Pasien terlihat lebih lemah dan apatis, tidak ada nafsu makan, berat badan
menurun, rasa haus yang berlebihan, turgor kulit berkurang, mata cekung dan
sedikit ikterik, lidah mengering dan tampak kotor, denyut nadi lemah dan
cepat ± 100 – 140 kali per menit, suhu akan naik, tensi turun dengan sistolik

12
< 80 mmHg, hemokonsetrasi, oliguria, dan konstipasi. Bau aseton dapat
tercium dari nafas dan dapat pula ditemukan dalam urin.
c. Berat (severe)
Keadaan umum tampak lebih parah, dapat dikatakan kelanjutan HEG derajat
sedang. Muntah berkurang atau berhenti, penurunan kesadaran, bisa somnolen
sampai koma. Nadi lemah dan cepat, tekanan darah menurun dan suhu
meningkat. Mata ikterik, mukosa bibir sianosis dan akral lembab. Dapat
disertai komplikasi pada susunan saraf yang fatal dapat terjadi, dikenal dengan
ensefalopati wernicke, dengan gejala nistagmus, diplopia dan perubahan
mental. Keadaan tersebut diakibatkan oleh kekurangan zat makanan, terutama
vitamin B1 dan B2.12,16

III.7 Diagnosis
Pada diagnosis harus ditentukan adanya kehamilan dan muntah yang terus
menerus, sehingga mempengaruhi keadaan umum.
a. Anamnesis, meliputi adanya tanda-tanda kehamilan, menanyakan riwayat
kehamilan sebelumnya, aktivitas sehari-hari dan menggali secara detail
kondisi mual-muntah yang terjadi.
b. Pemeriksaan fisik pada pasien HEG, biasanya tidak memberikan tanda-tanda
yang khusus, kecuali jika sudah terjadi dehidrasi. Lakukan pemeriksaan tanda
vital, keadaan membran mukosa, turgor kulit, nutrisi dan berat badan.
c. Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan antara lain:
1. Darah rutin  Menilai adakah anemia, infeksi, peningkatan hematocrit
2. Elektrolit  Mendeteksi gangguan elektrolit
3. BUN dan Cr  Mengetahui fungsi ginjal
4. Urinalisis  Mendeteksi keton dan kadar beta HcG
5. Gula darah  Menyingkirkan kondisi ketoasidosis diabetikum
6. Fungsi tiroid  Mendeteksi faktor risiko hipo/hiper tiroid
7. Fungsi hati  Menyingkirkan gangguan hepatobiliaris

13
d. Lakukan pemeriksaan ultrasonografi untuk konfirmasi kehamilan dan
menyingkirkan kehamilan gemelli atau mola.11,15

III.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada ibu dengan HEG dapat dilakukan dimulai dengan non
medikamentosa:
a. Informasi
Informasi yang diberikan pada ibu hamil adalah informasi bahwa mual dan
muntah dapat menjadi gejala kehamilan yang fisiologis dan dapat hilang
sendiri setelah kehamilan berlangsung beberapa bulan. Namun tidak
ketinggalan diberikan informasi, bahwa apabila mual dan muntah yang terjadi
sudah mengganggu dan menyebabkan dehidrasi, maka ibu tersebut harus
segera melaporkannya ke fasilitas kesehatan terdekat.17
b. Istirahat
Tirah baring jika diperlukan. Perawatan rumah sakit diindikasikan apabila
muntah bertahan setelah rehidrasi atau gagalnya upaya rawat jalan.11
c. Isolasi
Isolasi dilakukan di ruangan yang tenang, cerah dan ventilasi udara yang baik.
Lalu dicatat pula cairan yang masuk dan keluar dan tidak diberikan makan dan
minum selama 24 jam, karena kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-
gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.16
d. Terapi psikologik
Pada terapi psikologik, perlu diyakinkan pada pasien bahwa penyakit dapat
disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh kehamilan, dan mengurangi masalah
yang dipikirkan.4,16
e. Diet
Diet hiperemesis adalah lebih diutamakan karbohidrat kompleks terutama
pada pagi hari, menghindari makanan yang berlemak dan berminyak untuk
menekan rasa mual dan muntah, lalu sebaiknya diberi jarak untuk pemberian
makan dan minum. Syarat pemberian makanan pada pasien HEG adalah

14
karbohidrat tinggi 75-80% dari kebutuhan energi total, lemak rendah, yaitu
kurang dari 10% dari kebutuhan energi total, dan protein sedang, yaitu 10-
15% dari kebutuhan energi total. Makanan diberikan dalam bentuk yang
halus, diberikan dalam jumlah yang sedikit tapi dalam frekuensi yang sering.
Lalu diberikan juga cairan sesuai dengan keadaan pasien, yaitu sekitar 7-10
gelas per hari.16
Penatalaksanaan medikamentosa pada ibu hamil dengan HEG, diindikasikan
apabila terapi non-medikamentosa tidak ditemukan adanya perbaikan:
a. Rehidrasi dengan pemberian cairan kristaloid. Hal ini ditujukan untuk koreksi
dehidrasi, ketonemia, kelainan elektrolit serta gangguan asam basa.
b. Anti emetik:
1. Kombinasi Doksilamin 10mg dan Piridoksin 10mg hingga 4 tablet per hari
(1 tablet pagi hari, 1 tablet siang hari dan 2 tablet sebelum tidur),
2. Dimenhidrinat 50 – 100mg per oral, 4 – 6 kali sehari (maksimal 200 mg per
hari), atau
3. Prometazin 5 – 10mg per oral 3 – 4 kali sehari
Bila belum teratasi dengan obat-obatan diatas, pasien tidak ada tanda
dehidrasi, berikan salah satu obat dibawah ini:
1. Klorpromazin 10 – 25mg per oral atau 50 – 100mg IM tiap 4 – 6 jam
2. Prometazin 12,5 – 25mg per oral atau IM tiap 4 – 6 jam
3. Metoklopramid 5 – 10mg per oral atau IM tiap 8 jam
4. Ondansetron 8mg per oral tiap 12 jam
Bila belum teratasi dengan obat-obatan diatas, pasien disertai tanda dehidrasi,
pasang jalur intravena, berikan cairan, kemudian berikan:
1. Dimenhidrinat 50mg dalam 50ml NaCl 0,9% IV selama 20 menit, tiap 4 –
6 jam
2. Bila perlu tambahkan obat dibawah ini:
a) Klorpromazin 25 - 50mg IV tiap 4 – 6 jam
b) Proklorperazin 5 – 10mg IV tiap 6 – 8 jam
c) Prometazin 12,5 – 25mg IV tiap 4 – 6 jam

15
d) Metoklopramid 5 – 10mg per oral tiap 8 jam
3. Bila perlu tambahkan Metilprednisolon 15 – 20mg IV tiap 8 jam atau
Ondansetron 8mg selama 15 menit IV tiap 12 jam atau 1 mg/jam terus-
menerus selama 24 jam.12

III.9 Komplikasi
Hiperemesis gravidarum merupakan kondisi yang cukup berbahaya bagi
kesehatan ibu. Apabila berlangsung dengan durasi yang cukup lama, dapat
menyebabkan penurunan berat badan, gangguan metabolisme tubuh dan menyebabkan
komplikasi seperti kekurangan gizi, lemah dan dehidrasi pada ibu. Komplikasi lain
yang dapat terjadi adalah defisiensi vitamin, terutama vitamin B1(thiamin) dan vitamin
K. Pada defisiensi vitamin B1, dapat menyebabkan Wernicke encephalopathy yang
ditandai dengan pusing, gangguan penglihatan, ataxia dan nistagmus. Sedangkan pada
kondisi defisiensi vitamin K, dapat menyebabkan koagulopati yang disertai dengan
epistaksis.9,10
Komplikasi lainnya adalah robekan Mallory Weis, yaitu akibat mual dan muntah
yang menyebabkan jejas pada esofagus berupa robekan.11

16
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada laporan kasus ini akan dibahas pasien Ny. IDK usia 29 tahun, G3P1A1,
hamil 6 – 7 minggu dengan hiperemesis gravidarum. Pasien datang ke IGD RSUD
Moh. Saleh dengan keluhan mual-muntah setiap masuk makanan atau minum.
Keluhan mual tidak muntah dirasakan sejak 2 minggu sebelum masuk RS. Keluhan
mual awalnya hanya terjadi pada pagi hari saja, namun keluhan memberat disertai
muntah sejak 2 hari sebelum masuk RS. Muntah dalam sehari mencapai ± 10 kali,
dengan volume 50 – 100 cc per kali muntah, sehingga pasien tidak mau makan atau
minum. Keluhan disertai lemas, tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari
seperti biasanya, pusing ditengah kepala, bibir terasa kering, dan nyeri ulu hati yang
disertai rasa panas dan perih. Berat badan pasien saat hamil naik 22 kilogram. Hanya
saja saat keluhan mual muntah berlangsung, sejak 2 minggu sebelum masuk RS
pasien mengalami penurunan berat badan sebanyak 4 kilogram. BAB terakhir 1 hari
SMRS, tidak ada keluhan dan BAK pagi hari SMRS sedikit dan berwarna kuning
pekat. HPHT tanggal 7 Februari 2019, UK 6+4 minggu, HTP tanggal 14 November
2019.
Hiperemesis gravidarum (HEG) dikarakteristikkan sebagai mual dan muntah
yang berat pada wanita hamil, terutama pada kehamilan trimester awal, sehingga dapat
menyebabkan dehidrasi, gangguan asam basa dan elektrolit, ketosis sampai penurunan
berat badan lebih dari 5% berat badan sebelum hamil.12,13
Pada kasus ini, pasien didiagnosis dengan HEG, karena berdasarkan anamnesis
pada pasien ini ditemukan adanya gejala mual dan muntah yang berat, dimana keluhan
tersebut sampai menggangu aktivitas sehari-hari atau pekerjaannya dan menyebabkan
penurunan berat badan pada pasien. Muntah tersebut juga menimbulkan komplikasi
dehidrasi karena kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena
muntah. Sehingga hal ini menjelaskan mengapa pada pemeriksaan fisik didapatkan,
keadaan umum tampak lemas, tekanan darah 108/87 mmHg, nadi 102bpm, frekuensi

17
pernapasan 20x/menit teratur, suhu 36,30C, mata cekung (+/+), mukosa bibir kering
(+), turgor kulit menurun dan nyeri tekan pada epigastrium (+).
Hiperemesis gravidarum dibagi berdasarkan berat ringannya gejala menjadi 3
tingkat, yaitu ringan (mild), sedang (moderate), dan berat (severe). PasienNy. IDK
termasuk kategori HEG dengan derajat ringan (mild) karena memenuhi kriteria yang
ditandai dengan muntah terus menerus yang membuat keadaan umum ibu menjadi
lemah, penurunan nafsu makan, berat badan menurun, dan adanya nyeri epigastrium.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan denyut nadi sekitar 100 kali permenit, tekanan darah
sistolik menurun, mata cekung, lidah kering, turgor kulit berkurang, jumlah urin
menurun.
Untuk mencegah komplikasi yang tidak diinginkan, dilakukan penatalaksanaan
yang terdiri dari non-medikamentosa dan medikamentosa. Terapi cairan dilakukan
untuk mengatasi dehidrasi dengan pemberian cairan rehidrasi. Umumnya kehilangan
air dan elektrolit diganti dengan cairan isotonik, misalnya ringer laktat, ringer asetat
atau normal salin. Cairan yang digunakan untuk memperbaiki keadaan pasien ini
adalah kristaloid yaitu Hydromal yang terdiri dari 3g NaCl, 0,15g KCl, 0,1g CaCl2
dihidrat, 1,55g Na laktat dan 25g Maltose, dengan pertimbangan bahwa pada pasien
terjadi penurunan volume cairan intravaskuler dan kecenderungan defisit cairan
intraseluler dan interstisial. Resusitasi dikatakan adekuat bila terdapat perbaikan
parameter seperti tanda vital, ekstremitas hangat dengan pengisian kapiler baik,
susunan saraf pusat baik, produksi urine baik 0,5-1 ml/kgBB/jam. Pada pasien ini
diberikan terapi obat-obatan antara lain injeksi Omeprazole 2 x 40mg yang ditujukan
sebagai proton pump inhibitor untuk menurunkan asam lambung, sehingga diharapkan
akan mengurangi nyeri epigastrium yang dialami pasien. Serta diberikan injeksi
Ondansetron 3 x 8mg sebagai anti emetik pilihan.

18
BAB V
KESIMPULAN

Hiperemesis gravidarum (HEG) dikarakteristikkan sebagai mual dan muntah


yang berat pada wanita hamil, terutama pada kehamilan trimester awal, sehingga dapat
menyebabkan dehidrasi, gangguan asam basa dan elektrolit, ketosis sampai penurunan
berat badan lebih dari 5% berat badan sebelum hamil. Hiperemesis gravidarum dibagi
berdasarkan berat ringannya gejala menjadi 3 tingkat, yaitu ringan (mild), sedang
(moderate), dan berat (severe).
HEG merupakan kondisi yang cukup berbahaya bagi kesehatan ibu. Apabila
berlangsung dengan durasi yang cukup lama, dapat menyebabkan beberapa komplikasi
yang tidak diinginkan. Sehingga, dilakukan penatalaksanaan segera yang terdiri dari
penatalaksanaan non-medikamentosa dan medikamentosa. Prinsip penatalaksanaan
medikamentosa pada pasien dengan HEG adalah rehidrasi dan pemberian anti emetik.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Winkjosastro H, 2009, Ilmu Kebidanan, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo, p. 275.
2. Mose JC, 2005, Gestosis dalam: Sastrawinata S, Maartadisoebrata D,
Wirakusumah FF, editors. Obtetri Patologi, Jakarta: Buku Kedokteran EGC,
p.64.
3. Macgibbon, K. (n.d.). What Is Hyperemesis Gravidarum ? An Educational Guide
for Patients.
4. Manuaba IBG, Manuaba IAC, Manuaba IBGF, 2007, Pengantar Kuliah Obstetri,
Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
5. Hanretty KP, 2008, Obstetrics Illustrated, Philadelphia : Churchill Livingstone,
Inc, p.103.
6. Winkjosastro H, 2002, Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
7. Mullin PM, Bray A, Schoenberg F, Macgibbon KW & Romero R, 2011, Prenatal
exposure to hyperemesis gravidarum linked to increased risk of psychological
and behavioral disorders in adulthood, Journal of Developmental Origins of
Health and Disease.
8. Zhang Y, Cantor RM, MacGibbon K, Romero R, Goodwin TM, Mullin PM &
Fejzo MS, 2011, Familial aggregation of hyperemesis gravidarum, United
States of America : American journal of obstetrics and gynecology.
9. Cunningham FG, Leveno KJ, Gant NF, et al, 2010, Williams Obstetrics 23rd
Edition, United States of America : McGraw-Hill Companies, Inc, p.1113 –
1114.
10. Sastrawinata S, Martadisoebrata D, Wirakusumah FF, 2005, Obtetri Patologi,
Jakarta : Buku Kedokteran EGC, p. 65.
11. Tanto C, Kayika IPG 2014, Hiperemesis gravidarum dalam Kapita selekta
kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius, p.415-6.

20
12. Aditya DP, Afif AF, Ahmad HS, et.al, Hiperemesis gravidarum dalam CITO!
Buku praktis kegawatdaruratan untuk dokter umum, Jakarta : PHMedical, p.
227-30.
13. Hanretty KP, 2008, Obstetrics Illustrated, Philadelphia : Churchill Livingstone,
Inc, p.102.
14. Irmansyah F, 2010, Hiperemesis gravidarum, Jakarta: POGI.
15. Rukiyah AY, Yulianti L, 2010, Asuhan Kebidanan IV, Jakarta : Trans Info Media,
p.120-122.
16. Mose JC, 2005, Gestosis dalam: Sastrawinata S, Maartadisoebrata D,
Wirakusumah FF, editors. Obtetri Patologi, Jakarta: Buku Kedokteran EGC,
p.66.
17. Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, Lamson L, et al,
2008, Harrison’s Principles of Internal Medicine. 17th, United States of
America : McGraw-Hill.

21

Anda mungkin juga menyukai