Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Diabetes Melitus

Penyakit Diabetes Melitus (DM) adalah kelainan yang bersifat kronis yang ditandai dengan

gangguan metabolisme: karbohidrat, protein dan lemak yang disebabkan oleh kekurangan insulin

baik absolut atau relatif. Kekurangan insulin absolut didapatkan di pasien penyakit diabetes melitus

tipe 1. Hal ini disebabkan karena ada kerusakan sel ß pankreas, sehingga insulin tidak dapat dibuat

oleh kelenjar tersebut. ( Zunirah,ridwan at all. 2016 )

Pengelompokan penyakit diabetes melitus menurut American Diabetes Association (ADA)

dibedakan atas empat bentuk yaitu; DM tipe 1 yang sebelumnya dikenal dengan Insulin Dependent

Diabetes Mellitus (IDDM) atau diabetes mellitus juvenil; DM tipe 2 atau Non-Insulin Dependent

Diabetes Mellitus (NIDDM) yang umumnya terjadinya setelah dewasa; DM gestasional (selama

masa kehamilan); DM oleh karena penyebab lain. ( Zunirah,ridwan at all. 2016 )

2.2 Patogenesis Diabetes Melitus Tipe 1

Diabetes mellitus tipe-1 terjadi akibat destruksi sel beta pankreas akibat proses autoimun,

walaupun pada sebagian kecil pasien tidak didapatkan bukti autoimunitas atau idiopatik. Umumnya,

gejala klinis timbul ketika kerusakan sel-sel pankreas mencapai ≥90%. Banyak faktor yang

berkontribusi dalam patogenesis DM tipe-1, di antaranya faktor genetik, epigenetik, lingkungan,

dan imunologis. Namun, peran spesifik masing-masing faktor terhadap patogenesis DM tipe-1

masih belum diketahui secara jelas. ( Pulungan,aman . At all 2019 )

Risiko untuk mengalami DM tipe-1 berhubungan dengan kerusakan gen, saat ini diketahui

lebih dari 40 lokus gen yang berhubungan dengan kejadian DM tipe-1. Riwayat keluarga jarang
dijumpai, hanya 10%-15% pasien memiliki keluarga derajat pertama dan kedua dengan DM tipe-1.

( Pulungan, aman. At all 2019 )

Faktor lingkungan yang berhubungan dengan DM tipe-1, antara lain, infeksi virus dan diet.

Sindrom rubella kongenital dan infeksi human enterovirus diketahui dapat mencetuskan DM tipe-1.

Konsumsi susu sapi, konsumsi sereal dini, dan vitamin D maternal diduga berhubungan dengan

kejadian DM tipe-1, tetapi masih dibutuhkan investigasi lebih lanjut. ( Pulungan,aman . At all 2019

Pada beberapa pasien dengan awitan baru DM tipe- 1, sebagian kecil sel β belum mengalami

kerusakan. Dengan pemberian insulin, fungsi sel β yang tersisa membaik sehingga kebutuhan

insulin eksogen berkurang. Periode ini disebut sebagai periode bulan madu atau honeymoon period

di mana kontrol glikemik baik. Umumnya, fase ini diawali pada beberapa minggu setelah mulai

terapi sampai 3-6 bulan setelahnya, pada beberapa pasien dapat mencapai dua tahun. (

Pulungan,aman . At all 2019 )

2.3 Epidemiologi Diabetes Melitus Tipe 1

Berdasarkan data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pada tahun 2018, tercatat 1220 anak

penyandang DM tipe-1 di Indonesia. Insiden DM tipe-1 pada anak dan remaja meningkat sekitar

tujuh kali lipat dari 3,88 menjadi 28,19 per 100 juta penduduk pada tahun 2000 dan 2010.2-4 Data

tahun 2003-2009 menunjukkan pada kelompok usia 10-14 tahun, proporsi perempuan dengan DM

tipe 1 (60%) lebih tinggi dibandingkan laki-laki (28,6%).4 Pada tahun 2017, 71% anak dengan DM

tipe-1 pertama kali terdiagnosis dengan Ketoasidosis Diabetikum (KAD), meningkat dari tahun

2016 dan 2015, yaitu 63%.2 Diduga masih banyak pasien DM tipe-1 yang tidak terdiagnosis atau

salah diagnosis saat pertama kali berobat ke rumah sakit. ( Pulungan,aman . At all 2019 )

Insiden DM tipe-1 pada anak di Indonesia tidak diketahui secara pasti karena sulitnya

pendataan secara nasional. Sampai saat ini, Unit Kelompok Kerja (UKK) Endokrinologi Ikatan
Dokter Anak Indonesia (IDAI) berusaha mengumpulkan data pasien anak DM di Indonesia. Data

ini diperoleh melalui kerjasama berbagai pihak, termasuk dokter anak endokrinologi, spesialis

penyakit dalam, perawat, edukator DM, data Ikatan Keluarga Penyandang DM Anak dan Remaja

(IKADAR), penelusuran rekam medis pasien, dan kerjasama dengan perawat edukator National

University Hospital Singapura untuk memperoleh data penyandang DM anak Indonesia yang

berobat di Singapura. Berdasarkan sensus penduduk 2010, total populasi penduduk Indonesia

adalah sekitar 267.556.363, dan lebih dari 83 juta adalah anak-anak. Dengan tingginya angka

penduduk anak dan remaja, data saat ini hanya permukaan gunung es yang belum menggambarkan

kondisi sebenarnya. Angka sesungguhnya diduga lebih tinggi. ( Pulungan aman . At all 2019 )

2.4 Diagnosis Diabetes Melitus Tipe 1

Gejala DM tipe-1 pada anak sama dengan gejala pada dewasa, yaitu poliuria dan nokturia,

polifagia, polidipsia, dan penurunan berat badan. Gejala lain yang dapat timbul adalah kesemutan,

lemas, luka yang sukar sembuh, pandangan kabur, dan gangguan perilaku. Kriteria Diagnosis DM

tertera pada Tabel 2.4.1. ( Pulungan, aman . At all 2019 )

Setelah dilakukan langkah awal penegakkan diagnosis diabetes, selanjutnya tipe diabetes

perlu untuk diketahui karena berimplikasi pada terapi dan edukasi. Membedakan DM tipe-1 dan 2

seringkali sulit pada remaja overweight atau obesitas sehingga pada kelompok pasien ini perlu

ditelusuri riwayat keluarga lengkap, pengukuran autoantibodi islet, dan konsentrasi C-peptida

plasma atau urin.Cho dkk melaporkan bahwa kadar C-peptida puasa dapat membantu klasifikasi

tipe DM saat diagnosis pada anak dan remaja. ( Pulungan, aman . At all 2019 )

Pemeriksaan autoantibodi pada anak dengan DM belum menjadi pemeriksaan yang rutin

dilakukan karena ketersediaan pemeriksaan yang belum luas dan relatif mahal di Indonesia.

Penanda serologi untuk autoimunitas terhadap sel β pankreas, antara lain, (1) glutamic acid

decarboxylase 65 autoantibodies (GAD), (2) Tyrosine phosphatase-like insulinoma antigen 2

(IA2), (3) insulin autoantibodies (IAA), dan (4) β-cell- specific zinc transporter 8 autoantibodies
(ZnT8). Hasil positif pada salah satu penanda serologi tersebut memastikan diagnosis DM tipe-

1.Skrining DM tipe- 1 pada anak asimtomatik dengan panel antibodi hanya direkomendasikan

dalam penelitian dan jika memiliki anggota keluarga derajat pertama dengan DM tipe-1. (

Pulungan, aman . At all 2019 ).

Tabel 2.4.1 Kriteria diagnosis DM ( Pulungan, aman . At all 2019 )

2.5 Manifestasi Klinis Diabetes Melitus tipe 1

Manifestasi Klinis
Perjalanan klinis biasanya akut
1. Terdapat poliuria, polidipsia, polifagia, berat badan turun, luka sulit sembuh, kulit kering dan
gatal, kebal rasa di kaki atau kesemutan, dan pandangan kabur.
2. Pada keadaan yang berat dapat terjadi muntah, nyeri perut, napas dalam dan cepat, dehidrasi
bahkan dapat terjadi gangguan kesadaran sampai koma (Wati, KDK. At all. 2017)

Kriteria Diagnostik
Diagnosis DM dapat ditegakkan apabila memenuhi salahsatu kriteria sebagai berikut:
1. Ditemukannya gejala klinis poliuria, polidipsi, polifagia, berat badan yang menurun, dan kadar
glukasa darah sewaktu > 200 mg/dL (11.1 mmol/L).
2. Pada penderita yang asimptomatis ditemukan kadar glukosa darah sewaktu >200 mg/dL atau
kadar glukosa darah puasa lebih tinggi dari normal dengan tes toleransi glukosa yang terganggu
pada lebih dari satu kali pemeriksaan. (Wati, KDK. At all. 2017)

Pemeriksaan Penunjang
1. Penderita baru: gula darah, urin reduksi dan keton urin, HbA1C, C-peptide, Insulin Antibodies
(IA), Glutamic Acid Decarboxylase (GAD) , Islet-cell antibodies (ICAs), danIGFBP-1 puasa.
2. Penderita lama: HbA1C setiap 3 bulan sebagai parameter kontrol metabolik. (Wati, KDK. At all.
2017)
2.6 Tatalaksana Diabetes Melitus Tipe 1

Hal pertama yang harus dipahami oleh semua pihak bahwa DM tipe-1 tidak dapat
disembuhkan tetapi kualitas hidup penderita dapat dipertahankan seoptimal mungkin dengan
mengusahakan kontrol metabolik yang baik. Yang dimaksud kontrol metabolik yang baik adalah
mengusahakan kadar glukosa darah berada dalam batas normal atau mendekati nilai normal, tanpa
menyebabkan hipoglikemia. (Wati, KDK. At all. 2017)

Tabel 2.6.1 Sasaran dan Tujuan Kontrol metabolic (Wati, KDK. At all. 2017)

Untuk mencapai sasaran dan tujuan tersebut, komponen pengelolaan DM tipe-1 meliputi:
1. Pemberian insulin
2. Pengaturan makan
3. Olahraga
4. Edukasi
5. Pemantauan mandiri (home monitoring).
Terdapat berbagai jenis insulin berdasar asal maupun lama kerjanya. Kerja insulin dibagi
menjadi: kerja cepat (rapid acting), kerja pendek (regular/soluble), menengah, panjang dan
campuran (mix). Dosis anak bervariasi berkisar antara 0,7 – 1,0 U/kg/ hari. Dosis insulin ini
berkurang sedikit pada adanya fase remisi (parsial/total) yang dikenal sebagai honeymoon periode
dan kemudian meningkat pada saat pubertas. Pada follow up selanjutnya dosis dapat disesuaikan
dengan hasil monitoring glukosa darah hariannya. Saat awal pengobatan insulin diberikan 3 – 4 kali
injeksi (kerja pendek). Bila dosis optimal dapat diperoleh diusahakan untuk mengurangi jumlah
suntikan menjadi 2 kali dengan menggunakan insulin kerja menengah atau kombinasi kerja pendek
dan menengah. Regimen insulin ini disebut split-mix regimen. Selain itu ada juga regimen insulin
yang lain seperti basal bolus regimen dan pompa insulin. Penyuntikan setiap hari secara subkutan di
paha, lengan atas, sekitar umbilikus secara bergantian. (Wati, KDK. At all. 2017)
Insulin relatif stabil pada suhu ruangan asal tidak terpapar panas yang berlebihan. Insulin
sebaiknya disimpan dalam lemari es pada suhu 4-80C bukan dalam freezer. Potensi insulin baik
pada vial atau penfill yang telah dibuka, masih bertahan 3 bulan bila disimpan di lemari es , setelah
melewati masa tersebut insulin harus dibuang. (Wati, KDK. At all. 2017)

Pengaturan makan
Bertujuan mencapai kontrol metabolik yang baik, tanpa mengabaikan kalori yang
dibutuhkan untuk metabolisme basal, pertumbuhan, pubertas ataupun untuk aktivitas yang
dilakukan. (Wati, KDK. At all. 2017)
1. Jumlah kalori
a. Usia sampai 12 th: 1000 + (100 x tahun (umur)) kal atau berdasarkan BB ideal
b. Usia >12 tahun: 2000 kal/m2
2. Pembagian kalori:
a. Pembagian kalori per 24 jam diberikan 3 kali makanan
utama dan 3 kali makanan kecil sebagai berikut :
1) 20% berupa makan pagi.
2) 10% berupa makanan kecil.
3) 25% berupa makan siang.
4) 10% berupa makanan kecil.
5) 25% berupa makan malam.
6) 10% berupa makanan kecil.
3. Komposisi diet:
a. Karbohidrat 50-55%
b. Lemak 25-30%
c. Protein 15-20%
Tidak ada pengaturan makan khusus yang dianjurkan pada anak, tetapi pemberian makanan
yang mengandung banyak serat seperti buah-buahan, sayur-sayuran dan cereal akan membantu
mencegah lonjakan-lonjakan kadar glukosa darah.
Olahraga
Olahraga akan membantu meningkatkan jati diri anak, membantu mempertahankan berat
badan ideal. Olahraga juga dapat meningkatkan kapasitas kerja jantung, mengurangi terjadinya
komplikasi jangka panjang, membantu kerja metabolisme tubuh sehingga dapat mengurangi
kebutuhan insulin.
Yang perlu diperhatikan penderita dalam berolahraga ialah pemantuan terhadap
kemungkinan terjadinya hipoglikemia atau hiperglikemia saat atau paska olahraga. (Wati, KDK. At
all. 2017)

Edukasi
Penyuluhan dan tata laksana merupakan bagian integral dari terapi. DM tipe-1 merupakan
suatu life long disease yang keberhasilan untuk mencapai normoglikemia sangat bergantung dari
cara dan gaya hidup penderita/keluarga atau dinamika keluarga sehingga pengendalian utama
metabolik yang ideal tergantung pada penderita sendiri. Kegiatan edukasi harus terus menerus
dilakukan oleh semua pihak, meliputi pemahaman dan pengertian mengenai penyakit dan
komplikasinya, memotivasi penderita dan keluarga agar patuh berobat.
Edukasi pertama dilakukan selama perawatan di rumah sakit yang meliputi: pengetahuan
dasar mengenai DM tipe-1 (terutama perbedaan mendasar dengan DM tipe lainnya mengenai
kebutuhan insulin), pengaturan makan, insulin (jenis, dosis, cara penyuntikan, penyimpanan, efek
samping, dan pertolongan pertama pada kedaruratan medik akibat DM tipe-1(hipoglikemia,
pemberian insulin pada sakit sakit).
Edukasi selanjutnya berlangsung selama konsultasi di poliklinik. Selain itu penderita dan
keluarganya diperkenalkan dengan sumber informasi yang banyak terdapat di perpustakaan, media
massa maupun internet. (Wati, KDK. At all. 2017)

Pemantauan mandiri
Oleh karena DM tipe-1 merupakan penyakit kronik dan memerlukan pengobatan seumur
hidup, maka pasien serta keluarga harus dapat melakukan pemantauan kadar glukosa darah serta
penyakitnya dirumah untuk menunjang upaya pencapaian normoglikemia. Pemantauan dapat
dilakukan secara langsung (darah) dan secara tidak langsung (urin).
Pemeriksaan glukosa darah secara langsung lebih tepat menggambarkan kadar glukosa pada
saat pemeriksaan. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan secara teratur pada saat awal perjalanan
penyakit, pada setiap penggantian dosis insulin atau pada saat sakit. (Wati, KDK. At all. 2017)
Tabel 2.6.2 Kontrol Metabolik Yang diharakan (Wati, KDK. At all. 2017)

Kriteria untuk menyatakan kontrol yang baik: (Wati, KDK. At all. 2017)
1. Tidak terdapat glukosuria atau hanya minimal.
2. Tidak terdapat ketonuria.
3. Tidak ada ketoasidosis.
4. Jarang terjadi hipoglikemia.
5. Glukosa PP normal.
6. HbA1C normal.
7. Sosialisasi baik.
8. Pertumbuhan dan perkembangan normal.
9. Tidak terdapat komplikasi.

Tabel 2.6.3 Penegahan Dan Pendidikan DM tipe 1 (Wati, KDK. At all. 2017)
Sumber : Wati, KDK. At all. 2017. BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS ILMU KESEHATAN ANAK.
Sudira, PG. At all, editor. Bali. UNUD Press.

2.7 Komplikasi Diabetes Melitus Tipe 1

Komplikasi Akut Diabetes Mellitus


Komplikasi akut diabetes mellitus adalah diabetes keto-acidosis dan hiperglikemik hiperosmolar
state, DKA adalah komplikasi paten dari T1DM, walaupun begitu keadaan ini dapat terjadi juga
pada diabetes mellitus tipe 2 yang tidak mendapatkan perawatan adekuat, sedangkan HHS lebih
sering terjadi pada T2DM. Kedua keadaan ini berhubungan erat dengan resistensi maupun
defisiensi absolut insulin. (Hay, W. William et al. 2018)

Komplikasi Kronis Diabetes mellitus


Komplikasi kronis diabetes mellitus terkait dengan keadaan hiperglikemia kronis yang
mencakup kelainan non vaskular dan kelainan vaskular, kelainan vaskular terbagi atas 2 bagian
yaitu mikrovaskular (Retinopati, nefropati, neuropati) dan makrovaskular (penyakit jantung
koroner, penyakit vaskular perifer, penyakit vaskular cerebrospinal). Kelainan non vaskular terdiri
dari gastroparesis, kelainan kulit dan kehilangan pendengaran. (Hay, W. William et al. 2018)

Sumber :
Hay, W. William et al : Chapter 31 Diabetes Mellitus , Current Diagnosis And Treatment 24th edition, McGraw-Hill
Companies Lange Medical Series, CHTML e-Book, 2018, available from digitallibrary.

2.8 Prognosis Diabetes Melitus Tipe 1

Prognosis
Diabetes Mellitus tipe 1 adalah penyakit kronis yang serius, menurut beberapa literatur
mengenai penyakit ini disebutkan bahwa umur dari penderita 10 tahun lebih pendek dibandingkan
dengan orang yang bukan penderita. Pada anak yang menderita kemungkinan akan mengalami
penghambatan pertumbuhan sehingga akan menjadi lebih pendek dibandingkan dengan orang
normal. Sedangkan perkembang seksual dari anak penderita diabetes mellitus tipe 1 juga akan
terhambat sehingga pencapaian umur pubertas akan lebih tua dari anak yang normal. Prognosis
akan menjadi buruk bila penyakit tidak dideteksi secara cepat, hal ini juga akan mengakibatkan
komplikasi akut maupun kronis yang cukup berat sehingga dapat mengancam jiwa penderita.
Perubahan pola hidup yang ekstrem seperti kebutuhan insulin absolut setiap hari juga merupakan
sebuah masalah bagi orangtua penderita maupun penderita itu sendiri terutama bagi penderita
dengan umur dibawah 10 tahun. Prognosis baik akan didapatkan apabila pengelolaan status
hiperglikemia dan ketogenesis terlaksana dengan baik, kecepatan dan ketepatan deteksi dini
penyakit serta pendidikan tentang penyakit T1DM serta pengelolaannya yang jelas kepada orangtua
pasien akan membantu mencegah komplikasi yang mengancam jiwa. (Hay, W. William et al. 2018)

BAB III

Kesimpulan
Diabetes Mellitus merupakan penyakit terkait dengan sistem endokrinologi dan pankreas
sebagai penghasil insulin yang menjadi pusat kajian serta studi penyakit ini. Insulin memegang
peranan pokok dalam metabolisme glukosa serta alur energi tubuh manusia. Diabetes Mellitus
adalah penyakit dengan banyak gejala yang menyertai dan memiliki faktor dalam dan faktor luar
sebagai pencetusnya. Ada 2 etiologi utama dari diabetes mellitus yang menjadi dasar klasifikasi
penyakitnya.
Diabetes mellitus tipe 1 yang dicetuskan oleh tidak cukupnya jumlah insulin sampai tidak
terbentuknya insulin oleh pankreas ( Sel Beta Pulau Langerhans ) disebabkan oleh proses
autoimunitas yang menghancurkan sel beta pulau langerhans pankreas. Diabetes tipe 1 menyerang
anak dengan umur < 18 tahun dengan rataan umur penderita 4 - 10 tahun. T1DM menyebabkan
ketergantungan abosolut insulin eksogenik untuk mengatur kadar gula darah, dan menjaga status
diabetes tidak berkembang menjadi penyakit dengan banyak komplikasi. Penatalaksanaan dengan
insulin bertujuan untuk menghentikan proses pembentukan gula hati dan menghentikan ketogenesis.

Anda mungkin juga menyukai