B. Etiologi
Diabetes mellitus dibagi menjadi 2, yaitu diabetes mellitus primer dan diabetes
mellitus sekunder.
a. Diabetes Mellitus primer disebabkan oleh faktor herediter, obesitas,
kelainan pancreas dan pertambahan usia.
1) Insulin Dependent Diabetes Mellitus ( IDDM ) atau diabetes mellitus
tergantung insulin disebabkan oleh rusaknya sel beta pulau langerhens
akibat proses auto imun.
2) Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus ( NIDDM ) atau diabetes
mellitus tidak tergantung insulin disebabkan kegagalan relatif sel beta
tidak mampu mengimbangi resistensi insulin sepenuhnya atau terjadi
defisiasi relative insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari
berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa, maupun pada
rangsangan glukosa bersama dengan bahan terangsang sekresi insulin
lain.
b. Diabetes Mellitus sekunder di sebabkan oleh kelainan hormonal, karena
obat, kelainan insulin dan sindrom genetik. Selain itu juga terdapat faktor
resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes mellitus :
1) Usia. Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65
tahun.
2) Obesitas dan genetik. Diperkirakan terdapat suatu sifat genetik yang
belum teridentifikasi yang menyebabkan pancreas mengeluarkan
insulin yang berbeda, atau reseptor insulin tidak dapat merespon
secara adekuat terhadap insulin. Hal ini diperkirakan ada kaitannya
antara genetik dan rangsangan berkepanjangan reseptor–respektor
insulin
3) Malnutrisi disertai kekurangan protein yang nyata. Diduga zat sianida
yang terdapat pada cassava atau singkong yang menjadi sumber
karbohidrat di beberapa kawasan asia dan afrika berperan dalam
patogenisnya.
4) Riwayat keluarga. Keturunan adalah satu faktor yang berperan dalam
diabetes mellitus, bila kedua orang tua menderita penyakit ini, maka
semua anaknya juga menderita penyakit yang sama. (5)
C. Management Medis
1. Diet
Jumlah sesuai dengan kebutuhan. Kebutuhan zat gizi pada pasien DM
adalah :
a. Protein American Diabetes Association (ADA), merekomendasikan
protein yang dikonsumsi pasien diabetes mellitus sebesar 10-20%.
b. Lemak. Asupan lemak yang dibutuhkan 20-25% tapi jika pasien
dengan kadar trigliserida > 1000 mg/dl dianjurkan untuk diet
dyslipidemia tahap II yaitu < 7% energy total dari lemak jenuh, tidak
lebih dari lemak total dan kandungan kolesterol 200 mg/hari.
c. Karbohidrat. Rekomendasi jumlah karbohidrat untuk penderita DM
adalah 60-70% kalori.
d. Serat. Serat yang direkomendasikan pada penderita DM adalah serat
larut dengan jumlah yang dikonsumsi sebesar 20-30% dari berbagai
sumber makanan.
e. Natrium. Asupan natrium pada pasien DM sama dengan yang tidak
menderita DM yaitu sebesar tidak lebih dari 300 mg dan pasien
hipertensi ringan sampai sedang dianjurkan 2400 mg natriun perhari.
f. Alkohol. Alkohol diminum oleh penderita DM sebaiknya pada saat
makan karena mengakibatkan hipoglikemia. Tapi jika penggunaan
alkohol dikonsumsi dengan jumlah sedang tidak akan mempengaruhi
kadar gula darah jika gula darah terkontrol.
2. Latihan
Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes karena efeknya
dapat menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi faktor risiko
kardiovaskuler. Latihan akan menurunkan kadar glukosa darah dengan
meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki
pemakaian insulin. Sirkulasi darah dan tonus otot juga diperbaiki dengan
berolahraga.
Latihan dengan cara melawan tahanan (resistance training) dapat
meningkatkan lean body mass dan dengan demikian menambah laju
metabolisme istirahat (resting metabolic rate).
Latihan juga akan mengubah kadar lemak darah yaitu meningkatkan
kadar HDL kolesterol dan menurunkan kadar kolesterol total serta
trigliserida. Semua manfaat ini sangat penting bagi penyandang diabetes
mengingat adanya peningkatan risiko untuk terkena penyakit
kardiovaskuler pada diabetes.
3. Terapi Insulin
Jarum suntik insulin premixed atau predrawn digunakan untuk
menentukan dosis insulin secara tepat dalam terapi insulin. Dosis, lama
kerja insulin, jenis insulin, frekuensi penyuntikan akan berbeda antar
individu tergantung pada keparahan penyakit yang diderita dan sesuai
dengan resep dokter.
Macam-macam insulin:
1) Insulin reguler atau short-acting (Kerja pendek) :
Digunakan pada waktu makan, mulai bekerja dalam waktu 30 menit,
bekerja maksimal dalam waktu 2 hingga 3 jam dan efek
mempertahankan kadar gula darah dapat bertahan hingga 6 jam.
Contoh : Humulin R.
2) Insulin kerja-cepat:
Digunakan pada waktu makan, mulai bekerja dalam waktu 15 menit,
bekerja maksimal dalam waktu sekitar 1 jam, dan efek mempertahankan
kadar gula darah dapat bertahan hingga 4 jam.
Contoh : glulisine (apidra), lispro (humalog), dan aspart (novorapid).
3) Insulin kerja-sedang :
Digunakan sehari sekali, bekerja maksimal 4 hingga 8 jam setelah injeksi,
efeknya bertahan hingga 18 jam, jika diinjeksikan sebelum tidur, insulin
akan bekerja maksimal pada dini hari.
Contoh : Humulin N dan Novolin N.
4) Insulin kerja-panjang :
Menurunkan kadar glukosa secara bertahap, efeknya dapat bertahan
hingga 24 jam
Contoh : detemir (Levemir) dan glargine (Lantus).
5) Ultralong-acting insulin :
Digunakan sehari sekali, efeknya dapat bertahan lebih dari 24 jam.
Contoh : degludec (Tresiba) (1)
A. Pengkajian
I. Identitas
DM bisa terjadi pada laki-laki maupun perempuan. Pada DM-1 banyak
terjadi pada usia anak-anak, sedangkan pada DM-2 banyak terjadi pada
usia 30 tahun - >65 tahun. Pendidikan rata-rata SMP hingga SMA. (4)
II. Keluhan Utama
Pada pasien DM bervariasi namun biasanya merasa kesemutan, pusing,
nyeri, dan lelah.
III. Riwayat Keperawatan
1. Riwayat penyakit sekarang
Pada umumnya klien masuk ke RS dengan keluhan kesemutan
pada ekstremitas, nyeri, luka yang tidak kunjung sembuh, sakit
kepala, menyatakan seperti lelah, bingung, kelemahan otot, dan
ingin muntah.
2. Riwayat penyakit dahulu
Pada klien DM biasanya mempunyai Riwayat hipertensi dan
penyakit jantung seperti Infark miokard.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Pada klien dengan DM biasanya terdapat juga anggota keluarga
yang juga menderita DM (genetik)
IV. Pola-Pola Kesehatan
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada klien dengan diabetes terjadi perubahan persepsi dan tatalaksana
hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak diabetes,
sehingga klien kurang berhati-hati.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Akibat adanya defisiensi insulin maka kadar gula darah tidak dapat
dipertahankan sehingga menimbulkan keluhan sering kencing,
makan banyak, minum banyak, berat badan menurun, muntah, dan
mudah lelah. Keadaan tersebut berakibat terjadinya gangguan
nutrisi dan metabolisme.
c. Pola eliminasi
Hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik sehingga
pasien sering kencing (poliuri) dan pengeluaran glukosa pada urine
(glukosuria). Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan.
d. Pola ativitas dan latihan
Kelemahan, susah berjalan dan bergerak, kram otot, gangguan
istirahat dan tidur, takikardi/ takipnea pada waktu melakukan
aktivitas dan bahkan sampai terjadi koma. Jika terdapat luka
gangren dan kelemahan otot otot pada tungkai bawah membuat
klien tidak mampu melakukan aktivitas sehari hari secara
maksimal, penderita mudah mengalami kelelahan.
e. Pola tidur dan istirahat
Pada saat istirahat sering terbangun karena adanya poliuri, nyeri pada kaki
yang luka, sehingga klien mengalami kesulitan tidur.
f. Kongnitif persepsi
Klien yang terdapat luka gangren cenderung mati rasa pada luka sehingga
tidak peka terhadap adanya nyeri. Pengecapan mengalami penurunan,
gangguan penglihatan.
g. Persepsi dan konsep diri
Klien DM biasanya mengalami gangguan pada gambaran diri karena
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh. Luka yang sukar sembuh
menyebabkan klien mengalami kecemasan dan gangguan peran pada
keluarga.
h. Pola hubungan
Jika terdapat luka gangren yang sulit sembuh dan berbau membuat klien
malu dan menarik diri dari pergaulan.
V. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Vital Sign
Tekanan darah dan pernafasan pada pasien DM bisa tinggi atau normal,
Nadi dalam batas normal, sedangkan suhu akan mengalami perubahan jika
terjadi infeksi.
b. Pemeriksaan Kulit
Kulit akan tampak pucat karena Hb kurang dari normal dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit akan tidak elastis. kalau sudah terjadi
komplikasi kulit terasa gatal.
c. Pemeriksaan Kepala dan Leher
Pada umumnya tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar
getah bening, dan JVP (Jugularis Venous Pressure) normal 5-2
cmH2.
d. Pemeriksaan Dada (Thorak)
Pada pasien dengan penurunan kesadaran acidosis metabolic
pernafasan cepat dan dalam.
e. Pemeriksaan Jantung (Cardiovaskuler)
Pada keadaan lanjut bisa terjadi adanya kegagalan sirkulasi.
f. Pemeriksaan Abdomen
Tidak terdapat gangguan
g. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Klien akan sering buang air kecil (BAK)
h. Pemeriksaan Muskuloskeletal.
Sering merasa lelah dalam melakukan aktivitas, sering merasa kesemutan.
i. Pemeriksaan Ekstremitas
Kadang terdapat luka pada ekstermitas bawah bisa terasa nyeri, ataupun
juga mati rasa.
j. Pemeriksaan Neurologi
Biasannya penderita DM mengalami disorientasi, mengantuk,
stupor/koma , gangguan memori, kekacauan mental, reflek tendon
menurun dan aktivitas kejang.
VI. Pemeriksaan Penunjang
1. Kadar glukosa darah
1) gula darah sewaktu/random >200 mg/dl
2) gula darah puasa > 140 mg
3) gula darah 2 jam PP > 200 mg/dl
2. Aseton plasma – hasil ( +) mencolok
3. Aseton lemak bebas – peningkatan lipid dan kolestrol
4. Osmolaritas serum ( >330 osm/l)
5. Urinalisis – proteinuria, ketonuria, glukosuria. Tes Laboratorium
DM (2)
VII. Terapi yang sedang berjalan
Pada orang dengan DM terapi yang dilakukan yaitu diet, terapi insulin
levomir dan novorapid.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipovolemia (D.0023) berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
2. Ketidakstabilan kadar gula darah (D.0027) berhubungan dengan
resistensi insulin.
3. Defisit nutrisi (D.0019) berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolisme.
4. Gangguan integritas jaringan (D.0129) berhubungan dengan Neuropati
perifer.
5. Nyeri Akut (D.0077) berhubungan dengan Agen cedera fisik.
C. Intervensi Keperawatan
1. Ketidakstabilan kadar gula darah (D.0027) berhubungan dengan
resistensi insulin.
Terapeutik
Edukasi
Edukasi
Kolaborasi
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan langkah keempat dalam tahap proses
keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan
(tindakan keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencana tindakan
keperawatan. Implementasi merupakan serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat berdasarkan tindakan yang telah di rencanakan di
tahap intervensi sebelumnya, implementasi terdiri dari melakukan dan
mendokumentasikan tindakan yang diberikan merupakan suatu tindakan
keperawatan khusus yang diperlukan untuk melaksanakan intervensi
keperawatan. Perawat melaksanakan tindakan keperawatan untuk
melakukan intervensi yang disusun dalam tahap perencanaan dan
kemudian mengakhiri tahap implementasi dengan mencatat tindakan
keperawatan dan respons klien terhadap tindakan yang telah diberikan.
(Siregar, 2020).
E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan juga terdiri dari berbagai macam yaitu :
1. Evaluasi Proses :
Evaluasi dilakukan setiap selesai tindakan,berorientasi pada etiologi,
dilakukan secara terus-menerus samapi tujun yang telah ditentukan
tercapai.
2. Evaluasi Hasil :
Evaluasi dilakukan setelah akhir dari tindakan keperawatan,
berorientasi pada masalah keperawatan, menjelaskan keberhasilan /
ketidakberhasilan, mengumpulkan dan kesimpulan status kesehatan
pasien sesuai dengan kerangka waktu yang ditetapkan.
Evaluasi asuhan keperawatan di dokumentasikan dalam bentuk SOAP
yaitu S (Subjektif) dimana perawatan menemui keluhan pasien yang masih
dirasakan setelah dilakukan tindakan keperawatan, O (Objektif) adalah
data yang berdasarkan hasil pengukuranatau observasi perawat secara
langsung pada pasien dan yang dirasakan pasien setelah tindakan
keperawatan, A (Assesment) yaitu interpretasi makna data subjektif dan
objektif untuk menilai sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dalam
rencana keperawatan tercapai. Dapat dikatakan tujuan tercapai apabila
pasien mampu menunjukkan perilaku sesuai kondisi yang ditetapkan pada
tujuan, sedangkan tidak tercapai apabila pasien tidak mampu menunjukkan
perilaku yang diharapkan sesuai dengan tujuan, dan yang terakhir adalah P
(Planing) merupakan rencana tindakan berdasarkan analisis. Jika tujuan
telah dicapai, maka perawat akan menghentikan rencana apabila belum
tercapai, perawat akan melakukan modifikasi rencana untuk melanjutkan
rencana keperawatan pasien. Evaluasi ini disebut juga evaluasi proses
(Dinarti dkk, 2013).
PATHWAY
DM tipe 1 DM tipe 2
Defisiensi Insulin
Hipovolemia
Gaangguan
integritas
jaringan
PEMBAHASAN
Pada pengkajian yang dilakukan pada Tn. H, didapatkan Tn. H 49 tahun memiliki
diabetes Melitus tipe 2 sudah 5 tahun yang lalu. Diabetes melitus ini didapatkan
melalui faktor keturunan genetik dari ayahnya. Saat ini Tn. H mengeluh merasa
lelah, nyeri pada bagian luka, dan bengkak pada kaki. Pada pola kesehatan, Tn. H
menyatakan jika di rumah, beliau tidak menjalankan diitnya. Tn. H memakan apa
saja yang disukainya dengan porsi besar dan dalam keadaan hangat. Untuk minum
klien hanya 5-6 gelas dikarenakan adanya penyakit komorbid yaitu CKD yang
membuatnya tidak memungkinkan asupan minum dalam jumlah besar.
Pada pengkajian fisik didapatkan luka pada ekstremitas bawah sinistra (kaki kiri)
dengan diameter ± 3 cm yang didapat karena gatal dan kemudian Tn. H
menggaruknya. Luka terasa nyeri. TD: 167/102 mmHg, nadi: 104x/menit, RR:
24x/menit, SpO2: 99%, skala nyeri 5, dan suhu: 36,1. Mata terlihat sedikit sayu
dan lesu. Tampak meringis. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan GDA stik
195 mg/dl, BSN (puasa) 84 mg/dl, 2 JPP 77 mg/dl, glukosa HBA1C (Tinea) 7,6%,
glukosa urin 50 mg/dl (+1), protein urin 500 mg/dl (+4), BUN 52 mg/dl, dan
creatinin serum 7.9 mg/dl.
Pada beberapa literatur penderita DM tipe 2 terjadi pada usia 40-60 tahun (01).
Penatalaksanaan diabetes melitus terkait 4 diagnosa keperawatan yang penulis
ambil berdasarkan jurnal diantaranya:
Untuk itu jika terdapat riwayat penyakit diabetes melitus maka perlu diperhatikan
pola makan, pola aktivitas dan latihan, patuh pengobatan, dan rutin insulin. Agar
tidak terjadi komplikasi-komplikasi yang tidak diharapkan, seperti CKD atau
gagal ginjal.
Efektivitas sabun antibakteri terhadap penurunan biofilm pada luka kaki diabetik:
Literature review.
https://pdfs.semanticscholar.org/8cb0/494be6464f049b6788569ce6e4fc12afc8b8.
pdf
DAFTAR PUSTAKA
11. Efektivitas sabun antibakteri terhadap penurunan biofilm pada luka kaki
diabetik: Literature review.
https://pdfs.semanticscholar.org/8cb0/494be6464f049b6788569ce6e4fc12
afc8b8.pdf