ANTIDIABETES
DOSEN PEMBIMBING :
Mira Febrina, M.Sc, Apt
ASISTEN DOSEN :
Guswan Ferdiansyah
Cahya Purwaningsih
Rima Mutia
b. Tinjauan pustaka
Diabetes melitus adalah penyakit gangguan metabolisme yaitu terganggunya
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh berkurangnya
sekresi insulin atau penurunan sensitivitas jaringan terhadap insulin.
Diabetes adalah suatu penyakit dimana metabolisme glukosa tidak normal, suatu
resiko komplikasi spesifik perkembangan mikrovaskular dan ditandai dengan adanya
peningkatan komplikasi perkembangan makrovaskuler. Secara umum, ketiga elemen diatas
telah digunakan untuk mencoba menemukan diagnosis atau penyembuhan diabetes.
Diabetes tipe 2 dapat terjadi tanpa ada gejala sebelum hasil diagnosis. Diabetes
tipe 2 biasanya, awalnya, diobati dengan cara perubahan aktivitas fisik (olahraga), diet
(umumnya pengurangan asupan karbohidrat), dan lewat pengurangan berat badan. Ini
dapat memugar kembali kepekaan hormon insulin, bahkan ketika kerugian berat/beban
adalah rendah hati,, sebagai contoh, di sekitar 5 kg ( 10 sampai 15 lb), paling terutama
ketika itu ada di deposito abdominal yang gemuk. Langkah yang berikutnya, jika perlu,,
perawatan dengan lisan [antidiabetic drugs. [Sebagai/Ketika/Sebab] produksi hormon
insulin adalah pengobatan pada awalnya tak terhalang, lisan ( sering yang digunakan di
kombinasi) kaleng tetap digunakan untuk meningkatkan produksi hormon insulin ( e.g.,
sulfonylureas) dan mengatur pelepasan/release yang tidak sesuai tentang glukosa oleh
hati ( dan menipis pembalasan hormon insulin sampai taraf tertentu ( e.g., metformin),
dan pada hakekatnya menipis pembalasan hormon insulin ( e.g., thiazolidinediones).
Jika ini gagal, ilmu pengobatan hormon insulin akan jadilah diperlukan untuk
memelihara normal atau dekat tingkatan glukosa yang normal. Suatu cara hidup yang
tertib tentang cek glukosa darah direkomendasikan dalam banyak kasus, paling
terutama sekali dan perlu ketika mengambil kebanyakan pengobatan.
Diabetes melitus pada kehamilan terjadi di sekitar 2–5% dari semua kehamilan.
GDM bersifat temporer dan dapat meningkat maupun menghilang setelah melahirkan.
GDM dapat disembuhkan, namun memerlukan pengawasan medis yang cermat selama
masa kehamilan.
Meskipun GDM bersifat sementara, bila tidak ditangani dengan baik dapat
membahayakan kesehatan janin maupun sang ibu. Resiko yang dapat dialami oleh bayi
meliputi makrosomia (berat bayi yang tinggi/diatas normal), penyakit jantung bawaan
dan kelainan sistem saraf pusat, dan cacat otot rangka. Peningkatan hormon insulin
janin dapat menghambat produksi surfaktan janin dan mengakibatkan sindrom
gangguan pernapasan. Hyperbilirubinemia dapat terjadi akibat kerusakan sel darah
merah. Pada kasus yang parah, kematian sebelum kelahiran dapat terjadi, paling umum
terjadi sebagai akibat dari perfusi plasenta yang buruk karena kerusakan vaskular.
Induksi kehamilan dapat diindikasikan dengan menurunnya fungsi plasenta. Operasi
sesar dapat akan dilakukan bila ada tanda bahwa janin dalam bahaya atau peningkatan
resiko luka yang berhubungan dengan makrosomia, seperti distosia bahu.
Gejala diabetes melitus
Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis
yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula
dalam darah mencapai nilai 160 - 180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis yang
mengandung gula (glucose), sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut.
Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini meskipun
tidak semua dialami oleh penderita :
Gula darah normal sebelum makan, yaitu sekitar 70-130 miligram per desiliter.
Gula darah normal 2 jam setelah makan, yaitu kurang dari 140 miligram per desiliter.
Gula darah normal setelah berpuasa selama delapan jam, yaitu kurang dari 100 miligram
per desiliter.
Gula darah normal menjelang tidur, yaitu 100-140 miligram per desiliter.
e. Cara kerja
1. Timbang mencit dan cek glukosa normal mencit (mencit dipuasakan terlebih
dahulu).
2. Hitung VAO dan suntikkan insulin secara IM.
3. Setelah 5 menit suntikkan induksi secara oral yaitu glukosa
4. Lalu periksa kadar glukosa mencit dengan cara memotong ujung ekor mencit
1 cm ke ujung dan teteskan darah mencit ke strip pengukur glucose meter
setelah 15 menit, selanjutnya setelah 60 menit.
5. Tabelkan hasil pengamatan dan hitung persen proteksi.
f. Hasil
glukosa :
0,024 kg x 2mg/kgbb
VAO = = 0,12 ml
0,4 mg/ml
0,022 kg x 1 mg/kgbb
Kel 2 : VAO : b x d / c = 0,22 ml
0,1 mg/ml
0,028 kg x 1,5 mg/kgbb
Kel 3 : VAO : = 0,42 ml
0,1 mg /ml
39° c−39 ° c
Menit ke 15 : 39° c−36,5 ° c x 100% = 0%
39° c−38,8 ° c
Menit ke 30 : 39° c−36,5 ° c x 100% = 8%
39° c−38,5 ° c
Menit ke 45 : 39 c−36,5 ° c x 100% = 20%
39° c−38 ° c
Menit ke 60 : 39° c−36,5 ° c x 100% = 40%
persen proteksi
70
60 60
50
45
40
waktu
30 30
20
15
10
0
0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40% 45%
persen proteksi
450
350
250
150
50
15 30 45 60
-50
39.5
39
38.5
38
37.5
37
36.5
36
35.5
15 30 45 60
s
g. Pembahasan
Pada praktikum kali ini praktikum yang kami lakukan melalu online berjudul
antipiretik. Dengan tujuan memahami teknik evaluasi obat antipiretik dan memahami
manifestasi dari demam dan penggunaan obat-obatan antipiretik serta penggunaannya
secara kimia.
Antipiretik adalah kelompok obat-obatan yang dapat menurunkan temperatur
tubuh. Hanya menurunkan temperatur tubuh saat panas dan tidak berefektif pada orang
normal. Oba golongan ini bekerja dengan cara menghambat produksi prostaglandin di
hipotalamus anterior (yang meningkat sebagai respon adanya pirogen endogen).
Pada praktikum ini kami menggunakan obat antipiretik yaitu, asetosal, ibuprofen,
paracetamol, dan antalgin. Dengan mekanisme kerja untuk kelompok 1 menggunakan Na
CMC sebagai kontrol, kelompok 2 dan 3 menggunakan antalgin, kelompok 4 dan 5
ibuprofen, kelompok 6 dan 7 menggunakan paracetamol, dan kelompok 8 menggunakan
asetosal.
Suhu tubuh normal Pada orang dewasa yang sehat, suhu normal dapat dikenali
melalui empat bagian tubuh: rektum atau anus/dubur, mulut (oral), telinga (otik), atau
ketiak (aksila). Berbagai suhu dubur yang normal adalah 34,4-37,8°C sedangkan
suhu mulut yang normal adalah 33,2-38,2°C. Di sisi lain, suhu telinga yang normal
adalah 35,4-37,8°C, dan suhu ketiak yang normal adalah 35,5-37,0°C. atau secara
umum yaitu 36° C. Jadi bisa dikatakan jika suhu tubuhnya adalah 37 ° C sudah
termasuk demam.
Dari hasil yang didapat untuk kelompok satu yaitu suhu normalnya 36,5° C dan
suhu demamnya 39° C yang mana sudah sesuai denga ketentuan yaitu, tidak mengalami
penurunan suhu tubuh dikarenakan tidak diberikan obat penurun panas sama sekali,
sesuai dengan tujuan awalnya yaitu sebagai kontrol.
Untuk kelompok 2 mendapatkan suhu normalnya dengan berat badan mencit 24 g
adalah 35° C dan suhu demamnya adalah 37° C, setelah diberi obat demam, maka suhu
tubuh nya menurun.
Antalgin 100mg/kgbb : pada menit 15, 30, 45, dan 60 adalah 37,9° C, 37,9
° C, 37,8° C, 37,6° C.
Sedangkan untuk kelompok 3 yaitu dengan berat mencit 25 g suhu normalny adalah 36 ° C
dan suhu demamnya adalah 37,9° C dengan obat demam yang sama yaitu antalgin.
Antalgin 150mg/kgbb : pada menit 15, 30, 45, 60 adalah 37,8° C, 37,8° C,
37,7° C, 37,5° C.
Jika dibandingkan kedua kelompok ini sudah sesuai, karena kelompok 2 dengan
konsentrasi antalgin lebih tinggi yaitu 150mg/kgbb maka suhu tubuh mencit pun lebih
cepat turun dibandingkan dengan kelompok 1 yang konsentrasinya lebih rendah yaitu
100mg/kgbb.
Ibuprofen 100mg/kgbb : pada menit ke 15, 30, 45, 60 adalah 38,7 ° C, 38°
C, 38° C, 37,5° C.
Ibuprofen 150mg/kgbb : pada menit ke 15, 30, 45, 60 adalah 38° C, 37° C,
36,8° C , 36° C.
Dari hasil perbandingan kelompok 4 dan 5 maka didapat kelompok 5 dengan konsentrasi
yang lebih besar maka suhu tubuhya pun lebih cepat turun dan dengan penurunan suhu
tubuh yang lumayan signifikan. Maka bisa dikatan bahwa data yang dihasil kan sudah
benar sesuai dengan aturan.
Sedangkan untuk kelompok 7 dengan berat mencit 24 g dan dengan suhu tubuh normal
adalah 36,5° C dan suhu demamnya adalah 39° C dengan obat yang diberikan adalah
paracetamol, dan didapat hasil
Paracetamol 150mg/kgbb : pada menit 15, 30, 45, 60 adalah 39° C, 38,8°
V, 38,6° C, 38° C.
Maka dapat dibandingkan hasil kelompok 6 dan 7, hasilnya sudah benar sesuai dengan
ketentuan yaitu kelompok 7 suhu tubuhnya turun dengan lebih cepat dan signifikan
sedangkan kelompok 6 sedikit lebih lambat. Pada menit 15 pertama kelompok 7 sudah
memberikan hasil, suhu tubuhnya sudah turun sedangkan kelompok 6 belum.
Dan kelompok terakhir yaitu kelompok 8 dengan berat mencit 23 g dan suhu
tubuh normalnya adalah 37,6° C dan suhu demamnya 38° C dan obat antipiretik yang
diberikan adalah asetosal, dengan hasil
Asetosal 100mg/kgbb : pada menit ke 15, 30, 45, 60 adalah 37,9° C, 36° C,
36,5° C, 36° C.
Berat badan mencit: berat badan yang lebih berat dengan dosis yang kecil
maka suhu tubuh pun akan lambat turun.
Jenis kelamin mencit
Dosis yang diberikan
Jenis antipiretik yang diberikan
Kosndisi mencit pada saat dilakukan pengamatan : dapat dilihat dari suhu
normal atau suhu awal mencit, bahkan salah satu mencit ada yang memilki
suhu tubuh awal 37,5° C dan 37,6° C.
h. Kesimpulan
antipiretik adalah obat yang dapat menurunkan panas atau untuk obat mengurangi
suhu tubuh (suhu tubuh yang tinggi).
Obat antipiretik : antalgin, ibuprofen, paracetamo, asetosal.
Faktor yang dapat mempengaruhi kerja obat :
- Berat badan
- Jenis kelamin
- Dosis obat
- Kondisi tubuh
- Jenis obat antipiretik yang diberikan.
i. Pertanyaan
1. Jelaskan tempat pengaturan temperatur tubuh di otak.
Jawab :
Suhu tubuh diatur oleh hipotalamus yang terletak diantara dua hemisfer otak.
Fungsi hipotalamus adalah seperti termostart. Suhu yang nyaman merupakan set point
untuk operasi system pemanas. Penurunan suhu lingkungan akan mengaktifkan pemanas,
sedangkan peningkatan suhu akan mematikan system pemanas tersebut. Pada umumnya
penjalaran sinyal suhu hampir selalu sejajar, namun tidak persis sama seperti sinyal.
nyeri. Sewaktu memasuki medulla spinalis, sinyal akan menjalar dalam traktus lissaueri
sebanyak beberapa segmen diatas atau dibawah dan selanjutnya akan berakhir terutama
pada lamina I, II, III radiks dorsalis sama seperti untuk rasa nyeri.
Sesudah ada percabangan satu atau lebih neuron dalam medulla spinalis maka
sinyal akan menjalarkan keserabut termal asenden yang menyilang ke traktus sensorik
anterolateral sesi berlawanan dan akan berakhir di
(1) area reticular batang otak dan
(2) kompleks vetro basal thalamus.
Setelah dari thalamus sinyal di hantarkan ke hipotalamus. Dihipotalamus mengandung
dua pusat pengaturan suhu. Hipotalamus bagian anterior berespon terhadap peningkatan
suhu dengan menyebabkan vasodilatasi dan karenanya panas menguap. Sedangkan
hipotalamus bagian posterior berespon terhadap penurunan suhu dengan menyebabkan
vasokontriksi dan mengaktivasi pembentukan panas lebih lanjut.
2. Bagaimana mekanisme kerja obat antipiretika ? kemukakan efek samping yang dapat
muncul akibat penggunaannya.
Jawab :
Antipiretik adalah obat-obat atau zat-zat yang dapat menurunkan suhu tubuh pada
keadaan demam. Antipiretik akan mencegah terjadinya peningkatan suhu tubuh sebagai
respon terhadap pirogen endogen dan mikroba.
Kerja antipiretik adalah dengan mengembalikan fungsi thermostat keposisi
normal dengan cara pembuangan panas melalui bertambahnya aliran darah ke perifer
disertai dengan keluarnya keringat.Penurunan suhu tubuh tersebut adalah hasil kerja obat
pada sistem saraf pusat yang melibatkan pusat kontrol suhu di hipotalamus.
j. Daftar pustaka
Guyton, A.C. & Hall, J.E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (9th ed.) (Setiawan,
I., Tengadi, K.A., Santoso, A.,penerjemah). Jakarta : EGC, 1997
Katzung, B.G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik buku 2. Jakarta : Salemba Medika.
Rukmono.1973. Kumpulan kuliah patologi. Jakarta: Bagian patologi anatomic FK UI.
Sutistia G.Ganiswara .2007. Farmakologi Dan Terapi edisi V. Jakarta, Gaya Baru
Tan Hoan Tjay dan Kirana Raharja. 2005. Obat-Obat Penting . Jakarta : PT Gramedia
Tjay, Tan howan dan Kirana Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting edisi ke VI. Jakarta :
Elex Media Kompetindo