Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II

ANTIDIABETES

NAMA : Rizka Fitri Silalahi


NIM : 1800039
KELAS : D3 3A
JADWAL : senin (14.00-17.00) A1

DOSEN PEMBIMBING :
Mira Febrina, M.Sc, Apt

ASISTEN DOSEN :
Guswan Ferdiansyah
Cahya Purwaningsih
Rima Mutia

PROGRAM STUDI DIPLOMA-III FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
YAYASAN UNIV RIAU
PEKANBARU
2020
a. Tujuan
1. Memahami efek hipoglikemik suatu bahan/obat.
2. Agar mahasiswa mengerti mekanisme kerja obat penurun glukosa darah.
3. Agar mahasiswa dapat memahami gejala-gejala dan dasar farmakologi efek toksis
obat penurun glukosa darah.

b. Tinjauan pustaka
Diabetes melitus adalah penyakit gangguan metabolisme yaitu terganggunya
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh berkurangnya
sekresi insulin atau penurunan sensitivitas jaringan terhadap insulin.
Diabetes adalah suatu penyakit dimana metabolisme glukosa tidak normal, suatu
resiko komplikasi spesifik perkembangan mikrovaskular dan ditandai dengan adanya
peningkatan komplikasi perkembangan makrovaskuler. Secara umum, ketiga elemen diatas
telah digunakan untuk mencoba menemukan diagnosis atau penyembuhan diabetes.

Tipe – tipe diabetes


a. Diabetes melitus tipe 1
Diabetes mellitus tipe 1 (Insulin Dependent Diabetes mellitus, IDDM) adalah
diabetes yang terjadi karena berkurangnya rasio insulin dalam sirkulasi darah akibat
rusaknya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau Lagerhans pankreas. IDDM dapat
diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa.
Saat ini, diabetes tipe 1 hanya dapat diobati dengan menggunakan insulin,
dengan pengawasan yang teliti terhadap tingkat glukosa darah melalui alat monitor
pengujian darah. Pengobatan dasar diabetes tipe 1, bahkan untuk tahap paling awal
sekalipun, adalah penggantian insulin. Tanpa insulin, ketosis dan diabetic ketoacidosis
bisa menyebabkan koma bahkan bisa mengakibatkan kematian. Penekanan juga
diberikan pada penyesuaian gaya hidup (diet dan olahraga). Terlepas dari pemberian
injeksi pada umumnya, juga dimungkinkan pemberian insulin melalui pompa, yang
memungkinkan untuk pemberian.
b. Diabetes melitus tipe 2
Diabetes mellitus tipe 2 (Non-Insulin-Dependent Diabetes mellitus,NIDDM)
merupakan tipe diabetes mellitus yang terjadi bukan disebabkan oleh rasio insulin di
dalam sirkulasi darah, melainkan merupakan kelainan metabolisme yang disebabkan
oleh mutasi pada banyak gen, termasuk yang mengekspresikan disfungsi sel β, gangguan
sekresi hormon insulin, resistansi sel terhadap insulin terutama pada hati menjadi
kurang peka terhadap insulin serta yang menekan penyerapan glukosa oleh otot lurik
namun meningkatkan sekresi gula darah oleh hati. Mutasi gen tersebut sering terjadi
pada kromosom 19 yang merupakan kromosom terpadat yang ditemukan pada
manusia.

Diabetes tipe 2 dapat terjadi tanpa ada gejala sebelum hasil diagnosis. Diabetes
tipe 2 biasanya, awalnya, diobati dengan cara perubahan aktivitas fisik (olahraga), diet
(umumnya pengurangan asupan karbohidrat), dan lewat pengurangan berat badan. Ini
dapat memugar kembali kepekaan hormon insulin, bahkan ketika kerugian berat/beban
adalah rendah hati,, sebagai contoh, di sekitar 5 kg ( 10 sampai 15 lb), paling terutama
ketika itu ada di deposito abdominal yang gemuk. Langkah yang berikutnya, jika perlu,,
perawatan dengan lisan [antidiabetic drugs. [Sebagai/Ketika/Sebab] produksi hormon
insulin adalah pengobatan pada awalnya tak terhalang, lisan ( sering yang digunakan di
kombinasi) kaleng tetap digunakan untuk meningkatkan produksi hormon insulin ( e.g.,
sulfonylureas) dan mengatur pelepasan/release yang tidak sesuai tentang glukosa oleh
hati ( dan menipis pembalasan hormon insulin sampai taraf tertentu ( e.g., metformin),
dan pada hakekatnya menipis pembalasan hormon insulin ( e.g., thiazolidinediones).
Jika ini gagal, ilmu pengobatan hormon insulin akan jadilah diperlukan untuk
memelihara normal atau dekat tingkatan glukosa yang normal. Suatu cara hidup yang
tertib tentang cek glukosa darah direkomendasikan dalam banyak kasus, paling
terutama sekali dan perlu ketika mengambil kebanyakan pengobatan.

Sebuah zat penghambat dipeptidyl peptidase 4 yang disebut sitagliptin, baru-


baru ini diperkenankan untuk digunakan sebagai pengobatan diabetes mellitus tipe 2.
Seperti zat penghambat dipeptidyl peptidase 4 yang lain, sitagliptin akan membuka
peluang bagi perkembangan sel tumor maupun kanker.

c. Diabetes melitus tipe 3

Diabetes mellitus gestasional (bahasa Inggris: gestational diabetes, insulin-


resistant type 1 diabetes, double diabetes, type 2 diabetes which has progressed to
require injected insulin, latent autoimmune diabetes of adults, type 1.5" diabetes, type
3 diabetes, LADA) atau diabetes melitus yang terjadi hanya selama kehamilan dan pulih
setelah melahirkan, dengan keterlibatan interleukin-6 dan protein reaktif C pada
lintasan patogenesisnya.[29] GDM mungkin dapat merusak kesehatan janin atau ibu, dan
sekitar 20–50% dari wanita penderita GDM bertahan hidup.

Diabetes melitus pada kehamilan terjadi di sekitar 2–5% dari semua kehamilan.
GDM bersifat temporer dan dapat meningkat maupun menghilang setelah melahirkan.
GDM dapat disembuhkan, namun memerlukan pengawasan medis yang cermat selama
masa kehamilan.

Meskipun GDM bersifat sementara, bila tidak ditangani dengan baik dapat
membahayakan kesehatan janin maupun sang ibu. Resiko yang dapat dialami oleh bayi
meliputi makrosomia (berat bayi yang tinggi/diatas normal), penyakit jantung bawaan
dan kelainan sistem saraf pusat, dan cacat otot rangka. Peningkatan hormon insulin
janin dapat menghambat produksi surfaktan janin dan mengakibatkan sindrom
gangguan pernapasan. Hyperbilirubinemia dapat terjadi akibat kerusakan sel darah
merah. Pada kasus yang parah, kematian sebelum kelahiran dapat terjadi, paling umum
terjadi sebagai akibat dari perfusi plasenta yang buruk karena kerusakan vaskular.
Induksi kehamilan dapat diindikasikan dengan menurunnya fungsi plasenta. Operasi
sesar dapat akan dilakukan bila ada tanda bahwa janin dalam bahaya atau peningkatan
resiko luka yang berhubungan dengan makrosomia, seperti distosia bahu.
Gejala diabetes melitus

Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis
yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula
dalam darah mencapai nilai 160 - 180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis yang
mengandung gula (glucose), sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut.

       Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini meskipun
tidak semua dialami oleh penderita :

1.  Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)


2.  Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
3.  Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
4.  Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
5.  Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
6.  Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
7.  Cepat lelah dan lemah setiap waktu
8.  Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
9.  Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
10. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.

Faktor penyebab diabetes

Berikut ini faktor penyebab penyakit Diabetes Melitus :


1. Riwayat Keluarga
Faktor keturunan atau genetik punya kontribusi yang tidak bisa diremeh untuk
seseorang terserang penyakit diabetes. Menghilangkan faktor genetik sangatlah
sulit. Yang bisa dilakukan untuk seseorang bisa terhindar dari penyakit diabetes
melitus karena sebab genetik adalah dengan memperbaiki pola hidup dan pola
makan.
2. Obesitas Atau Kegemukan
Kegemukan bisa menyebabkan tubuh seseorang mengalami resistensi terhadap
hormon insulin. Sel-sel tubuh bersaing ketat dengan jaringan lemak untuk menyerap
insulin. Akibatnya organ pankreas akan dipacu untuk memproduksi insulin sebanyak-
banyaknya sehingga menjadikan organ ini menjadi kelelahan dan akhirnya rusak.
3. Mengkonsumsi Makanan Berkolesterol Tinggi
Makanan berkolesterol tinggi juga diyakini memberi kontribusi yang cukup tinggi
untuk seseorang mudah terserang penyakit diabetes melitus. Batasi konsumsi
kolestorol Anda tidak lebih dari 300mg per hari.
4. Hipertensi Atau Darah Tinggi
Jagalah tekanan darah Anda tetap di bawah 140/90 mmHg. Jangan terlalu banyak
konsumsi makanan yang asin-asin. Garam yang berlebih memicu untuk seseorang
teridap penyakit darah tinggi yang pada akhirnya berperan dalam meningkatkan
resiko untuk Anda terserang penyakit diabetes melitus.
5. Terlalu Sering Konsumsi Obat-Obatan Kimia
Konsumsi obatan kimia dalam jangka waktu yang lama diyakini akan memberika efek
negatif yang tidak ringan. Salah satu obat kimia yang sangat berpotentsi sebagai
penyebab diabetes adalah THIAZIDE DIURETIK dan BETA BLOKER. Kedua jenis obat
tersebut sangat meningkatkan resiko terkena diabetes melitus karena bisa merusak
pankreas.

Kadar glukosa normla pada orang dewasa

 Gula darah normal sebelum makan, yaitu sekitar 70-130 miligram per desiliter.
 Gula darah normal 2 jam setelah makan, yaitu kurang dari 140 miligram per desiliter.
 Gula darah normal setelah berpuasa selama delapan jam, yaitu kurang dari 100 miligram
per desiliter.
 Gula darah normal menjelang tidur, yaitu 100-140 miligram per desiliter.

Kriteria Penderita Diabetes Melitus :


a. Seseorang dikatakan menderita penyakit diabetes mellitus bila hasil pemeriksaaan kadar
glukosa darah puasanya ≥ 126 mg/dl (plasma vena) atau pada pemeriksaan kadar glukosa
darah 2 jam setelah minum larutan glukosa 75 gram hasilnya ≥ 200 mg/dl.
b. Seseorang dikatakan terganggu terhadap toleransi glukosa bila hasil pemeriksaan kadar
glukosa dara puasanya 110-125 mg/dl (plasma vena) atau pada kadar glukosa darah 2 jam
setelah minum larutan glukosa 75 gram hasilnya antara 140-199 mg/dl.
c. Seseorang dikatakan normal (tidak mengidap DM) jika hasil pemeriksaan kadar glukosa
darah puasanya ≤ 110 mg/dl (plsma vena) atau pada pemeriksaan kadar glukosa darah 1
jam setelah minum larutan glukosa ‹ 180 mg/dl dan hasil pemeriksaan kadar kadar
glukosa darah 2 jam setelah minum larutan glukosa ‹140 mg/dl.

Obat – obat yang digunakan dalam praktikum ini

Nama obat indikasi dosis


glibenklamide Membantu menurunkan
Dosis awal glibenclamide adalah 2,5-5 mg per
kadar gula dalam darah,
hari. Dosis bisa ditingkatkan per minggu
khususnya pada
sampai dosis maksimal 20 mg per hari. Dosis
penderita diabetes tipe
lebih dari 10 mg akan dibagi menjadi dua
2.
jadwal konsumsi dalam satu hari.

Untuk penderita lanjut usia, dosis dimulai dari


1,25 mg per harinya.

novorapid mengobati diabetes tipe Dosis dewasa untuk diabetes tipe 1


1 dan diabetes tipe 2.
Kebutuhan insulin sehari-hari: 0.5-1
unit/kilogram (kg) berat badan (BB)
Umumnya, 50-70% dari total kebutuhan
insulin biasanya dipenuhi dengan insulin
prandial.
Dosis individual biasanya ditentukan oleh
dokter berdasarkan kebutuhan metabolisme
dan hasil pemeriksaan gula darah.
Biasanya obat ini diberikan dengan cara
dilarutkan ke dalam cairan infus sebanyak
0.05-1 unit/mililiter (mL)

Dosis dewasa untuk diabetes tipe 2

Dosis individual biasanya ditentukan oleh


dokter berdasarkan kebutuhan metabolisme
dan hasil pemeriksaan gula darah.
Biasanya obat ini diberikan dengan cara
dilarutkan ke dalam cairan infus sebanyak
0.05-1 unit/mililiter (mL)

Novomix mengurangi tingkat gula Dosis individual Penyuntikan subcutan.


darah tinggi pada orang Dosis awal yang disarankan: 6 U saat sarapan
dewasa, remaja dan & 6 U saat makan malam atau sekali sehari
anak-anak berusia 10 dengan 12 U saat makan malam. Dapat
tahun ke atas dengan diintensifkan dari sekali sehari menjadi dua kali
diabetes mellitus sehari ketika mencapai 30 U dengan membagi
(kencing manis). dosis sama menjadi dosis sarapan & makan
malam. Dari dua kali sehari hingga tiga kali
sehari, dosis pagi dapat dibagi menjadi dosis
pagi & makan siang.

d. alat dan bahan


alat : alat suntik, jarum oral, timbangan, gunting, dan glucose meter.
Bahan : Na CMC, glukosa, glibenclamide, novorapide, dan novomix.
Hewan uji : mencit

e. Cara kerja
1. Timbang mencit dan cek glukosa normal mencit (mencit dipuasakan terlebih
dahulu).
2. Hitung VAO dan suntikkan insulin secara IM.
3. Setelah 5 menit suntikkan induksi secara oral yaitu glukosa
4. Lalu periksa kadar glukosa mencit dengan cara memotong ujung ekor mencit
1 cm ke ujung dan teteskan darah mencit ke strip pengukur glucose meter
setelah 15 menit, selanjutnya setelah 60 menit.
5. Tabelkan hasil pengamatan dan hitung persen proteksi.

f. Hasil
glukosa :
0,024 kg x 2mg/kgbb
VAO = = 0,12 ml
0,4 mg/ml

Kel 1 : 1% x bb  1% x 0,028 kg = 0,28 ml

0,022 kg x 1 mg/kgbb
Kel 2 : VAO : b x d / c  = 0,22 ml
0,1 mg/ml
0,028 kg x 1,5 mg/kgbb
Kel 3 : VAO : = 0,42 ml
0,1 mg /ml

0,027 kg x 25 ui/ kgbb


Kel 4 : VAO : = 0,027 ml
25 ui /ml

0,023 kg x 50 ui/ kgbb


Kel 5 : VAO : = 0,023 ml
50 ui /ml

0,022 kg x 25 ui/ kgbb


Kel 6 : VAO : = 0,022 ml
25 ui /ml

0,024 kg x 50ui/ kgbb


Kel 7 : VAO : = 0,024 ml
50 ui /ml

0,027 kg x 100 ui /kgbb


Kel 8 : VAO : = 0,027 ml
100 ui/ml

klp perlakuan Bb VAO Kadar glukosa daraha


(kg) (ml) Glukosa Glukosa 15 60 menit
awal diabetes menit
1 Kontrol NaCl 0,028 0,28 107 mg/dl 186 mg/dl 184 mg/dl 158 mg/dl
2 Glibenclamide 0,022 0,22 110 mg/dl 215 mg/dl 200 mg/dl 146 mg/dl
1 mg/kgBB
3 Glibenclamide 0,028 0,42 110 mg/dl 215 mg/dl 196 mg/dl 128 mg/dl
1,5 mg/kgBB
4 Novorapide 0,027 0,027 105 mg/dl 196 mg/dl 150 mg/dl 116 mg/dl
25 ui/kgBB
5 Novorapide 0,023 0,023 117 mg/dl 205 mg/dl 128 mg/dl 105 mg/dl
50 mg/kgBB
6 Novomix 25 0,022 0,022 103 mg/dl 185 mg/dl 138 mg/dl 123 mg/dl
ui/kgBB
7 Novomix 50 0,024 0,024 115 mg/dl 180 mg/dl 126 mg/dl 102 mg/dl
ui/kgBB
8 Novomix 100 0,027 0,027 120 mg/dl 210 mg/dl 108 mg/dl 92 mg/dl
ui/kgBB

suhu demam−suhu perlakuan


% proteksi : x 100%
suhu demam−suhu normal

39° c−39 ° c
Menit ke 15 : 39° c−36,5 ° c x 100% = 0%

39° c−38,8 ° c
Menit ke 30 : 39° c−36,5 ° c x 100% = 8%

39° c−38,5 ° c
Menit ke 45 : 39 c−36,5 ° c x 100% = 20%

39° c−38 ° c
Menit ke 60 : 39° c−36,5 ° c x 100% = 40%
persen proteksi
70

60 60

50
45
40
waktu

30 30

20
15
10

0
0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40% 45%
persen proteksi

% Proteksi Obat untuk tubuh

450

350

250

150

50

15 30 45 60
-50

Kontrol NaCmC 1% Antalgin 100mg/kg Antalgin 150kg/kg


Ibuprofen 100mg/kg Ibuprofen 150mg/kg Paracetamol 100mg/kg
Paracetamol 150mg/kg Acetosal 100mg/kg
Perbandingan Penurunan Suhu Tubuh
Mencit
40

39.5

39

38.5

38

37.5

37

36.5

36

35.5
15 30 45 60

Kontrol NaCmC 1% Antalgin 100mg/kg Antalgin 150kg/kg


Ibuprofen 100mg/kg Ibuprofen 150mg/kg Paracetamol 100mg/kg
Paracetamol 150mg/kg Acetosal 100mg/kg

s
g. Pembahasan
Pada praktikum kali ini praktikum yang kami lakukan melalu online berjudul
antipiretik. Dengan tujuan memahami teknik evaluasi obat antipiretik dan memahami
manifestasi dari demam dan penggunaan obat-obatan antipiretik serta penggunaannya
secara kimia.
Antipiretik adalah kelompok obat-obatan yang dapat menurunkan temperatur
tubuh. Hanya menurunkan temperatur tubuh saat panas dan tidak berefektif pada orang
normal. Oba golongan ini bekerja dengan cara menghambat produksi prostaglandin di
hipotalamus anterior (yang meningkat sebagai respon adanya pirogen endogen).
Pada praktikum ini kami menggunakan obat antipiretik yaitu, asetosal, ibuprofen,
paracetamol, dan antalgin. Dengan mekanisme kerja untuk kelompok 1 menggunakan Na
CMC sebagai kontrol, kelompok 2 dan 3 menggunakan antalgin, kelompok 4 dan 5
ibuprofen, kelompok 6 dan 7 menggunakan paracetamol, dan kelompok 8 menggunakan
asetosal.

Suhu tubuh normal Pada orang dewasa yang sehat, suhu normal dapat dikenali
melalui empat bagian tubuh: rektum atau anus/dubur, mulut (oral), telinga (otik), atau
ketiak (aksila). Berbagai suhu dubur yang normal adalah 34,4-37,8°C sedangkan
suhu mulut yang normal adalah 33,2-38,2°C. Di sisi lain, suhu telinga yang normal
adalah 35,4-37,8°C, dan suhu ketiak yang normal adalah 35,5-37,0°C. atau secara
umum yaitu 36° C. Jadi bisa dikatakan jika suhu tubuhnya adalah 37 ° C sudah
termasuk demam.

Dari hasil yang didapat untuk kelompok satu yaitu suhu normalnya 36,5° C dan
suhu demamnya 39° C yang mana sudah sesuai denga ketentuan yaitu, tidak mengalami
penurunan suhu tubuh dikarenakan tidak diberikan obat penurun panas sama sekali,
sesuai dengan tujuan awalnya yaitu sebagai kontrol.
Untuk kelompok 2 mendapatkan suhu normalnya dengan berat badan mencit 24 g
adalah 35° C dan suhu demamnya adalah 37° C, setelah diberi obat demam, maka suhu
tubuh nya menurun.
 Antalgin 100mg/kgbb : pada menit 15, 30, 45, dan 60 adalah 37,9° C, 37,9
° C, 37,8° C, 37,6° C.

Sedangkan untuk kelompok 3 yaitu dengan berat mencit 25 g suhu normalny adalah 36 ° C
dan suhu demamnya adalah 37,9° C dengan obat demam yang sama yaitu antalgin.

 Antalgin 150mg/kgbb : pada menit 15, 30, 45, 60 adalah 37,8° C, 37,8° C,
37,7° C, 37,5° C.
Jika dibandingkan kedua kelompok ini sudah sesuai, karena kelompok 2 dengan
konsentrasi antalgin lebih tinggi yaitu 150mg/kgbb maka suhu tubuh mencit pun lebih
cepat turun dibandingkan dengan kelompok 1 yang konsentrasinya lebih rendah yaitu
100mg/kgbb.

Lalu kelompok 4 dengan berat mencit 26 g mendapatkan hasil ssuhu tubuh


normal mencit adalah 37° C dan suhu demamnya adalah 38,6° C, lalu obat uang diberikan
dalah ibuprofen dengan hasil

 Ibuprofen 100mg/kgbb : pada menit ke 15, 30, 45, 60 adalah 38,7 ° C, 38°
C, 38° C, 37,5° C.

Sedangkan kelompok 5 mendapat mencit dengan berat 23 g dengan suhu tubuh


normal/awalnya adalah 37° C dan suhu demamnya adalah 38° C dan diberikan obat
antipiretik yang sama dengan kelompok 4 yaitu ibuprofen dengan konsentrsi yang lebih
tinggi, maka didapat hasilnya.

 Ibuprofen 150mg/kgbb : pada menit ke 15, 30, 45, 60 adalah 38° C, 37° C,
36,8° C , 36° C.

Dari hasil perbandingan kelompok 4 dan 5 maka didapat kelompok 5 dengan konsentrasi
yang lebih besar maka suhu tubuhya pun lebih cepat turun dan dengan penurunan suhu
tubuh yang lumayan signifikan. Maka bisa dikatan bahwa data yang dihasil kan sudah
benar sesuai dengan aturan.

Selanjutnya kelompok 6 dengan berat mencit 26 g, dengan suhu tubuh normalnya


atau suhu tubuh awalnya adalah 37,5° C dan suhu tubuh demamnya 39,8° C lalu obat yang
diberikan adalah paracetamol dengan hasil yang diperoleh yaitu

 Paracetamol 100mg/kgbb : pada menit ke 15, 30, 45, 60 adalah 39,6° C, 39


° C, 39,5° C, 38,6° C.

Sedangkan untuk kelompok 7 dengan berat mencit 24 g dan dengan suhu tubuh normal
adalah 36,5° C dan suhu demamnya adalah 39° C dengan obat yang diberikan adalah
paracetamol, dan didapat hasil
 Paracetamol 150mg/kgbb : pada menit 15, 30, 45, 60 adalah 39° C, 38,8°
V, 38,6° C, 38° C.

Maka dapat dibandingkan hasil kelompok 6 dan 7, hasilnya sudah benar sesuai dengan
ketentuan yaitu kelompok 7 suhu tubuhnya turun dengan lebih cepat dan signifikan
sedangkan kelompok 6 sedikit lebih lambat. Pada menit 15 pertama kelompok 7 sudah
memberikan hasil, suhu tubuhnya sudah turun sedangkan kelompok 6 belum.

Dan kelompok terakhir yaitu kelompok 8 dengan berat mencit 23 g dan suhu
tubuh normalnya adalah 37,6° C dan suhu demamnya 38° C dan obat antipiretik yang
diberikan adalah asetosal, dengan hasil

 Asetosal 100mg/kgbb : pada menit ke 15, 30, 45, 60 adalah 37,9° C, 36° C,
36,5° C, 36° C.

Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi hasil pengamatan adalah :

 Berat badan mencit: berat badan yang lebih berat dengan dosis yang kecil
maka suhu tubuh pun akan lambat turun.
 Jenis kelamin mencit
 Dosis yang diberikan
 Jenis antipiretik yang diberikan
 Kosndisi mencit pada saat dilakukan pengamatan : dapat dilihat dari suhu
normal atau suhu awal mencit, bahkan salah satu mencit ada yang memilki
suhu tubuh awal 37,5° C dan 37,6° C.

h. Kesimpulan
 antipiretik adalah obat yang dapat menurunkan panas atau untuk obat mengurangi
suhu tubuh (suhu tubuh yang tinggi).
 Obat antipiretik : antalgin, ibuprofen, paracetamo, asetosal.
 Faktor yang dapat mempengaruhi kerja obat :
- Berat badan
- Jenis kelamin
- Dosis obat
- Kondisi tubuh
- Jenis obat antipiretik yang diberikan.

i. Pertanyaan
1. Jelaskan tempat pengaturan temperatur tubuh di otak.
Jawab :
Suhu tubuh diatur oleh hipotalamus yang terletak diantara dua hemisfer otak.
Fungsi hipotalamus adalah seperti termostart. Suhu yang nyaman merupakan set point
untuk operasi system pemanas. Penurunan suhu lingkungan akan mengaktifkan pemanas,
sedangkan peningkatan suhu akan mematikan system pemanas tersebut. Pada umumnya
penjalaran sinyal suhu hampir selalu sejajar, namun tidak persis sama seperti sinyal.
nyeri. Sewaktu memasuki medulla spinalis, sinyal akan menjalar dalam traktus lissaueri
sebanyak beberapa segmen diatas atau dibawah dan selanjutnya akan berakhir terutama
pada lamina I, II, III radiks dorsalis sama seperti untuk rasa nyeri.

Sesudah ada percabangan satu atau lebih neuron dalam medulla spinalis maka
sinyal akan menjalarkan keserabut termal asenden yang menyilang ke traktus sensorik
anterolateral sesi berlawanan dan akan berakhir di
(1) area reticular batang otak dan
(2) kompleks vetro basal thalamus.
Setelah dari thalamus sinyal di hantarkan ke hipotalamus. Dihipotalamus mengandung
dua pusat pengaturan suhu. Hipotalamus bagian anterior berespon terhadap peningkatan
suhu dengan menyebabkan vasodilatasi dan karenanya panas menguap. Sedangkan
hipotalamus bagian posterior berespon terhadap penurunan suhu dengan menyebabkan
vasokontriksi dan mengaktivasi pembentukan panas lebih lanjut.

2. Bagaimana mekanisme kerja obat antipiretika ? kemukakan efek samping yang dapat
muncul akibat penggunaannya.
Jawab :
Antipiretik adalah obat-obat atau zat-zat yang dapat menurunkan suhu tubuh pada
keadaan demam. Antipiretik akan mencegah terjadinya peningkatan suhu tubuh sebagai
respon terhadap pirogen endogen dan mikroba.
Kerja antipiretik adalah dengan mengembalikan fungsi thermostat keposisi
normal dengan cara pembuangan panas melalui bertambahnya aliran darah ke perifer
disertai dengan keluarnya keringat.Penurunan suhu tubuh tersebut adalah hasil kerja obat
pada sistem saraf pusat yang melibatkan pusat kontrol suhu di hipotalamus.

Efek samping obat antipiretik


1. Gangguan Saluran Cerna
Selain menimbulkan demam dan nyeri, ternyata prostaglandin berperan
melindungi saluran cerna. Senyawa ini dapat menghambat pengeluaran asam lambung
dan mengeluarkan cairan (mukus) sehingga mengakibatkan dinding saluran cerna rentan
terluka, karena sifat asam lambung yang bisa merusak.
2. Gangguan Hati (hepar)
Obat yang dapat menimbulkan gangguan hepar adalah parasetamol. Untuk
penderita gangguan hati disarankan mengganti denganobat lain.
3. Gangguan Ginjal
Hambatan pembentukan prostaglandin juga bisa berdampak pada ginjal. Karena
prostaglandin berperan homestasis di ginjal. Jika pembentukan terganggu, terjadi
gangguan homeostasis.
4. Reaksi Alergi
Penggunaan obat aspirin dapat menimbulkan raksi alergi. Reaksi dapat
berupa rinitis vasomotor, asma bronkial hingga mengakibatkan syok.

j. Daftar pustaka
Guyton, A.C. & Hall, J.E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (9th ed.) (Setiawan,
I., Tengadi, K.A., Santoso, A.,penerjemah). Jakarta : EGC, 1997

Katzung, B.G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik buku 2. Jakarta : Salemba Medika.
Rukmono.1973. Kumpulan kuliah patologi. Jakarta: Bagian patologi anatomic FK UI.

Sardjono, Santoso dan Hadi rosmiati D.1995. Farmakologi dan Terapi, bagian


farmakologi FK-UI. Jakarta : Universitas Indonesia

Sutistia G.Ganiswara .2007. Farmakologi Dan Terapi edisi V. Jakarta, Gaya Baru

Tan Hoan Tjay dan Kirana Raharja. 2005. Obat-Obat Penting . Jakarta : PT Gramedia

Tjay, Tan howan dan Kirana Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting edisi ke VI. Jakarta :
Elex Media Kompetindo

Anda mungkin juga menyukai