Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN DIABETES MELITUS (DM)


DI RUANG LAVENDER ATAS
RSUD KARDINAH KOTA TEGAL

Disusun untuk memenuhi tugas PKK Keperawatan Medikal Bedah (KMB) 1

Dosen Pembimbing :
1. Munjiati, S.Kep.Ns.MH
2. Widjijati, MN

Disusun Oleh :
Gesti Augina Mulyandari
P1337420220007
2A

POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PURWOKERTO
PROGRAM DIPLOMA III
2022
I. TEORI
A. Pengertian
Kata diabetes berasal dari bahasa latin yang berarti "melewati", mengacu
pada poliuria - gejala khas diabetes mellitus (DM). Kata mellitus berarti "dari
madu", yang berarti glikosuria, merupakan ciri dari diabetes insipidu (Rodriguez-
Saldana, 2019).
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit atau gangguan
metabolik dengan karakteristik hipeglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
urin, kerja insulin, atau kedua – duanya ( ADA,2017).

B. Etiologi
Dalam (Walker, 2020) Semua sel tubuh Anda membutuhkan energi. Sumber
utamanya adalah glukosa, yang membutuhkan hormon insulin untuk masuk ke
dalam sel. Pada penyakit diabetes, terdapat kekurangan insulin atau insulin tidak
dapat bekerja dengan baik, yang menyebabkan berbagai gejala dan gangguan
kesehatan.
Pada penderita diabetes, glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke sel tubuh
sehingga kehilangan sumber energi yang biasa. Tubuh mencoba membuang
kelebihan glukosa dalam darah dengan mengeluarkannya melalui urin, dan
menggunakan lemak dan protein (dari otot) sebagai sumber energi alternatif. Hal
ini mengganggu proses tubuh dan menyebabkan gejala diabetes. Akibatnya,
glukosa menumpuk di dalam darah dan menyebabkan gejala seperti
mengeluarkan banyak air seni, karena tubuh Anda mengeluarkan kelebihan
glukosa dengan menyaringnya ke dalam urin. Karena tubuh Anda tidak dapat
menggunakan glukosa untuk energi, ia menggunakan otot dan simpanan
lemaknya, yang dapat menyebabkan gejala seperti penurunan berat badan. Kadar
glukosa darah yang hanya sedikit.
Penyebab dari penyakit diabetes melitus (Susanti, 2019)
1. Genetik
Riwayat keluarga merupakan salah satu faktor risiko dari penyakit Diabetes
Melitus. Sekitar 50% penderita diabetes tipe 2 mempunyai orang tua yang
menderita diabetes, dan lebih dari sepertiga penderita diabetes mempunyai
saudara yang mengidap diabetes. Diabetes tipe 2 lebih banyak kaitannya
dengan faktor genetik dibanding diabetes tipe 1.
2. Ras atau etnis
Ras Indian di Amerika, Hispanik dan orang Amerika Afrika, mempunyai
risiko lebih besar untuk terkena diabetes tipe 2. Hal ini disebabkan karena
ras-ras tersebut kebanyakan mengalami obesitas sampai diabetes dan
tekanan darah tinggi. Pada orang Amerika di Afrika, usia di atas 45 tahun,
mereka dengan kulit hitam lebih banyak terkena diabetes dibanding dengan
orang kulit putih. Suku Amerika Hispanik terutama Meksiko mempunyai
risiko tinggi terkena diabetes 2-3 kali lebih sering daripada non-hispanik
terutama pada kaum wanitanya.
3. Obesitas
Obesitas merupakan faktor risiko diabetes yang paling penting untuk
diperhatikan. Lebih dari 8 diantara 10 penderita diabetes tipe 2 adalah
orang yang gemuk. Hal disebabkan karena semakin banyak jaringan lemak,
maka jaringan tubuh dan otot akan semakin resisten terhadap kerja insulin,
terutama jika lemak tubuh terkumpul di daerah perut. Lemak ini akan
menghambat kerja insulin sehingga gula tidak dapat diangkut ke dalam sel
dan menumpuk dalam peredaran darah.
4. Metabolic syndrome
Metabolic syndrome adalah suatu keadaan seseorang menderita tekanan
darah tinggi, kegemukan dan mempunyai kandungan gul dan lemak yang
tinggi dalam darahnya. Menurut WHO dan NCEP-ATP III, orang yang
menderita metabolic syndrome adalah mereka yang mempunyai kelainan
yaitu tekanan darah tinggi lebih dari 140/90 mg/dl, kolesterol HDL kurang
dari 40 mg/dl, trigliserida darah lebih dari 150 mg/dl, obesitas sentral
dengan BMI lebih dari 30, lingkar pinggang lebih dari 102 cm pada pria
dan 88 cm pada wanita atau sudah terdapat mikroalbuminuria.
5. Pola makan dan pola hidup
Pola makan yang terbiasa dengan makanan yang banyak mengandung
lemak dan kalori tinggi sangat berpotensi untuk meningkatkan resiko
terkena diabetes. Adapun pola hidup buruk adalah pola hidup yang tidak
teratur dan penuh tekanan kejiwaan seperti stres yang berkepanjangan,
perasaan khawatir dan takut yang berlebihan dan jauh dari nilai-nilai
spiritual. Hal ini diyakini sebagai faktor terbesar untuk seseorang mudah
terserang penyakit berat baik diabetes maupun penyakit berat lainnya. Di
samping itu aktivitas fisik yang rendah juga berpotensi untuk seseorang
terjangkit penyakit diabetes.
6. Usia
Pada diabetes melitus tipe 2, usia yang berisiko ialah usia diatas 40 tahun.
Tingginya usia seiring dengan banyaknya paparan yang mengenai
seseorang dari unsur-unsur di lingkungannya terutama makanan.
7. Riwayat endokrinopati
Riwayat endokrinopati yaitu adanya riwayat sakit gangguan hormone
(endokrinopati) yang melawan insulin seperti peningkatan glukagon,
hormone pertumbuhan, tiroksin, kortison dan adrenalin.
8. Riwayat infeksi pancreas
Riwayat infeksi pancreas yaitu adanya infeksi pancreas yang mengenai sel
beta penghasil insulin. Infeksi yang menimbulkan kerusakan biasanya
disebabkan karena virus rubella, dan lain-lain
9. Konsumsi obat
Konsumsi obat yang dimaksud ialah riwayat mengonsumsi obatobatan
dalam waktu yang lama seperti adrenalin, diuretika, kortokosteroid, ekstrak
tiroid dan obat kontrasepsi.

C. Klasifikasi
Diabetes Melitus diklasifikasikan dalam 8 kategori Klinis (Walker, 2020)
yaitu :
1. Diabetes Melitus tipe 1
Pada diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat memproduksi insulin karena sel-
sel penghasil insulin di pankreas telah dihancurkan. Pada kebanyakan orang,
hal ini disebabkan oleh respons autoimun di mana sistem kekebalan secara
keliru menyerang sel-sel yang mensekresi insulin. Penyebab reaksi ini
belum diketahui. Terlepas dari orang yang memiliki kerusakan pada
pankreas, diabetes tipe 1 hanya terjadi pada mereka yang memiliki
kecenderungan genetik terhadap kondisi tersebut. Diabetes tipe 1
tampaknya datang tiba-tiba, tetapi penghancuran sel-sel penghasil insulin
dapat dimulai beberapa bulan atau tahun sebelumnya, dan baru sekitar 80
persen atau lebih dari selsel ini telah dihancurkan sehingga gejala biasanya
muncul.
2. Diabetes Melitus tipe 2
Pada jenis diabetes ini, pankreas tidak dapat menghasilkan cukup insulin
atau sel kurang dapat meresponsnya. Ini berarti glukosa tetap berada di
dalam darah dan tidak dapat digunakan untuk energi. Awalnya, pankreas
merespons resistensi insulin dengan memproduksi lebih banyak insulin,
tetapi seiring waktu, pankreas tidak dapat mengatasi peningkatan
permintaan. Inilah sebabnya mengapa pengobatan diabetes tipe 2 sering
berubah seiring waktu dan pada akhirnya cenderung membutuhkan insulin.
Diabetes tipe 2 seringkali, meskipun tidak selalu, dikaitkan dengan
kelebihan berat badan, dan juga dengan penumpukan timbunan lemak di
sekitar hati dan pankreas.
3. Diabetes gestasional
Diabetes yang muncul pertama kali dalam kehamilan dikenal sebagai
diabetes gestasional. Terkadang, diabetes tipe 1 atau tipe 2 tidak
terdiagnosis sebelum kehamilan. Lebih sering, bagaimanapun, pertama kali
muncul selama kehamilan, sekitar 24-28 minggu, dan menghilang saat bayi
lahir. Wanita yang mengidap diabetes tipe ini berisiko tinggi terkena
diabetes gestasional lagi di kehamilan berikutnya dan juga mengembangkan
diabetes tipe 2 permanen dalam beberapa tahun. Saat Anda hamil, tubuh
Anda meningkatkan glukosa darahnya untuk memenuhi kebutuhan bayi
yang sedang tumbuh dan dibutuhkan lebih banyak insulin. Namun, hormon
yang diproduksi oleh plasenta membuat insulin menjadi kurang efektif. Jika
produksi insulin Anda tidak dapat mengatasi penurunan efektivitas ini,
glukosa tetap berada dalam darah dan diabetes gestasional berkembang.
Kondisi ini mungkin tidak menimbulkan gejala tetapi akan terdeteksi
selama pemeriksaan antenatal rutin. Jika Anda mengalami diabetes
gestasional, Anda akan ditawari perawatan dan perawatan yang
dipersonalisasi selama kehamilan.
4. Kematangan diabetes pada anak muda
Umumnya dikenal sebagai MODY (Maturity Onset Diabetes of the Young),
ini adalah jenis diabetes genetik langka yang terjadi pada orang di bawah
25 tahun yang memiliki riwayat keluarga diabetes setidaknya dalam dua
generasi. MODY sering secara tidak sengaja didiagnosis sebagai diabetes
tipe 1 atau tipe 2. Selain itu, MODY sering kali dirawat dengan insulin
ketika pada banyak orang dapat berhasil dikelola dengan obat diabetes lain
atau, pada beberapa orang, tanpa obat apa pun.
5. Diabetes autoimun laten pada orang dewasa
Kondisi ini (sering disebut hanya LADA Latent autoimmune diabetes in
adults) memiliki ciri-ciri diabetes tipe 1 dan tipe 2 sehingga kadang-kadang
disebut sebagai “diabetes tipe satu setengah”. LADA biasanya berkembang
dari usia 30-an dan seterusnya. Seperti tipe 1, ini terjadi karena pancreas
berhenti memproduksi insulin, yang diduga disebabkan oleh sistem
kekebalan yang menyerang sel-sel penghasil insulin. Namun, tidak seperti
tipe 1, sel penghasil insulin terus memproduksi insulin selama
berbulanbulan atau bahkan bertahun-tahun. Gejala LADA khas diabetes
dan cenderung datang secara bertahap: kelelahan terus-menerus; buang air
kecil berlebihan haus terus menerus; dan penurunan berat badan. Jika
dicurigai menderita LADA, pengobatan akan dilakukan dengan tablet dan /
atau insulin, tergantung kadar glukosa darah.
6. Diabetes neonatal
Jenis diabetes ini sangat jarang dan didefinisikan sebagai diabetes yang
didiagnosis sebelum usia 6 bulan. Ini disebabkan oleh mutasi genetik yang
mempengaruhi produksi insulin. Ada dua jenis kondisi yaitu: sementara dan
permanen. Pada tipe sementara, kondisi biasanya menghilang pada usia
sekitar 12 bulan. Jenis permanen seumur hidup dan dapat dikonfirmasi
dengan pengujian genetik. Perawatan mungkin dengan tablet atau insulin.
7. Diabetes sekunder
Diabetes yang diakibatkan oleh masalah kesehatan lain atau perawatan
medis dikenal sebagai diabetes sekunder. Ada berbagai kemungkinan
penyebab, termasuk infeksi virus yang menghancurkan sel-sel penghasil
insulin di pankreas; kerusakan pankreas akibat kondisi seperti fibrosis
kistik atau pankreatitis; operasi pengangkatan pankreas; kelainan hormonal
tertentu, misalnya penyakit Cushing; atau sebagai efek samping dari
beberapa obat, seperti kortikosteroid. Perawatan bervariasi sesuai dengan
penyebab yang mendasari.
8. Pradiabetes
Istilah "pradiabetes" mengacu pada glukosa darah yang sedikit meningkat
tetapi tidak cukup tinggi untuk digolongkan sebagai diabetes. Jika Anda
didiagnosis dengan pradiabetes, Anda dapat mengurangi risiko terkena
diabetes tipe 2 dengan nasihat praktis dan dukungan dari ahli kesehatan
Anda.

D. Manifestasi Klinis
Seseorang dapat dikatakan menderita diabetes mellitus apabila menderita dua dari
tiga gejala yaitu :
1. Keluhan TRIAS : banyak minum, banyak kencing, dan penurunan berat
badan.
2. Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120mg/dl
3. Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl keluhan
yang sering terjadi pada penderita diabetes mellitus adalah polyuria,
polidipsi, polifagia, berat badan menurun, lemah, kesemutan gatal, visus
menurun, bisul/luka, keputihan (M.Clevo Rendy Margaret TH, 2019).

E. Patofisiologi
Bermacam-macam penyebab diabetes mellitus yang berbeda-beda, akhirnya
akan mengarah kepada defisiensi insulin. Diabetes Mellitus mengalami defisiensi
insulin, menyebabkan glikogen meningkat, sehingga terjadi proses pemecahan
gula baru (glukoneugenesis) yang menyebabkan metabolisme lemak meningkat.
Kemudian terjadi proses pembentukan keton (ketogenesis). Terjadinya
peningkatan keton didalam plasma akan menyebabkan ketonuria (keton dalam
urin) dan kadar natrium menurun serta pH serum menurun yang menyebabkan
asidosis.
Defisiensi insulin menyebabkan penggunaan glukosa oleh sel menjadi
menurun, sehingga kadar gula dalam plasma tinggi (Hiperglikemia). Jika
hiperglikemia ini parah dan melebihi ambang ginjal maka akan timbul Glukosuria.
Glukosuria ini akan menyebabkan diuresis osmotik yang meningkatkan
pengeluaran kemih (poliuri) dan timbul rasa haus (polidipsi) sehingga terjadi
dehidrasi. Glukosa yang hilang melalui urin dan resistensi insulin menyebabkan
kurangnya glukosa yang akan diubah menjadi energi sehingga menimbulkan rasa
lapar yang meningkat (polifagia) sebagai kompensasi terhadap kebutuhan energi.
Penderita akan merasa mudah lelah dan mengantuk jika tidak ada kompensasi
terhadap kebutuhan energi tersebut.
Hiperglikemia dapat mempengaruhi pembuluh darah kecil, arteri kecil
sehingga suplai makanan dan oksigen ke perifer menjadi berkurang, yang akan
menyebabkan luka tidak cepat sembuh, karena suplai makanan dan oksigen tidak
adekuat akan menyebabkan terjadinya infeksi dan terjadinya gangguan.
Gangguan pembuluh darah akan menyebabkan aliran darah ke retina
menurun, sehingga suplai makanan dan oksigen ke retina berkurang, akibatnya
pandangan menjadi kabur. Salah satu akibat utama dari perubahan mikrovaskuler
adalah perubahan pada struktur dan fungsi ginjal, sehingga terjadi nefropati.
Diabetes mempengaruhi syaraf-syaraf perifer, sistem syaraf otonom dan
sistem syaraf pusat sehingga mengakibatkan gangguan pada saraf (Neuropati) .
(Hanum, 2013).

F. Pathway
G. Komplkasi
Menurut (Laurentia, 2015) komplikasi yang timbul pada diabetus melitus adalah :
a. Penderita diabetes memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena penyakit
jantung, stroke, aterosklerosis, dan tekanan darah tinggii
b. Kerusakan saraf atau neuropati
Kadar gula darah yang berlebihan dapat merusak saraf dan pembuluh darah
halus. Kondisi ini bisa menyebabkan munculnya sensasi kesemutan atau
perih yang biasa berawal dari ujung jari tangan dan kaki, lalu menyebar ke
bagian tubuh lain. Neuropati pada sistem pencernaan dapat memicu mual,
muntah, diare, atau konstipasi.
c. Kerusakan mata, salah satunya dibagian retina.
Retinopati muncul saat terjadi masalah pada pembuluh darah di retina yang
dapat mengakibatkan kebutaan jika dibiarkan. Glaukoma dan katarak juga
termasuk komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita diabetes.
d. Gangren
Sulistriani (2013) menyatakan faktor yang berpengaruh terhadap kejadian
gangrene pada penderita DM diantaranya adalah neuropati, tidak terkontrol
gula darah (hiperglikemi yang berkepanjangan akan menginisiasi terjadinya
hiperglisolia (keadaan dimana sel kebanjiran masuknya glukosa akibat
hiperglikemia kronik), hiperglisolia kronik akan mengubah homeostasis
biokimiawi sel yang kemudian berpotensi untuk terjadinya perubahan dasar
terbentuknya komplikasi DM.
Gangren adalah rusak dan membusuknya jaringan, daerah yang terkena
gangren biasanya bagian ujung-ujung kaki atau tangan. Gangren kaki
diabetik luka pada kaki yang merah kehitam-hitaman dan berbau busuk
akibat sumbatan yang terjadi dipembuluh darah sedang atau besar ditungkai,
luka gangren merupakan salah satu komplikasi kronik DM.

H. Masalah yang mungkin muncul


Masalah keperawatan yang muncul yaitu :
1. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
2. Kekurangan volume cairan
3. Resiko perfusi jaringan serebral tidak efektif
4. Kerusakan integritas kulit
5. Resiko cedera

I. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Smelzer dan Bare, pemeriksaan penunjang untuk penderita diabetes
melitus antara lain :
a. Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi : melihat pada daerah kaki bagaimana produksi keringatnya
(menurun atau tidak), kemudian bulu pada jempol kaki berkurang (-).
2. Palpasi : akral teraba dingin, kulit pecah-pecah , pucat, kering yang tidak
normal, pada ulkus terbentuk kalus yang tebal atau bisa juga teraba lembek.
b. Pemeriksaan Vaskuler
1. Pemeriksaan Radiologi yang meliputi : gas subkutan, adanya benda asing,
osteomelietus.
c. Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan darah yang meliputi : GDS (Gula Darah Sewaktu), GDP (Gula
Darah Puasa),
2. Pemeriksaan urine , dimana urine diperiksa ada atau tidaknya kandungan
glukosa pada urine tersebut.

J. Penatalaksanaan
Insulin pada DM tipe 2 diperlukan pada keadaan (Nurarif & Kusuma, 2015):
1. Penurunan berat badan yang cepat
2. Hiperglikemia berat disertai ketosis
3. Ketoasidosis diabetik (KAD) atau Hiperglikemia hyperosmolar non ketotik
(HONK)
4. Hiperglikemia dengan asidosis laktat
5. Gagal dengan kombinasi obat hipoglikemik oral (OHO) dosis optimal
6. Stress berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA atau infark miokard akut,
stroke) Kehamilan dengan DM/diabetes mellitus gestasional yang tidak
terkendali dengan perencanaan makanan
7. Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
8. Kontraindikasi dan atau alergi terhadap obat hipoglikemik oral (OHO)
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Asuhan keperawatan pada tahap pertama yaitu pengkajian. Dalam pengkajian
perlu dikaji biodata pasien dan data data untuk menunjang diagnosa. Data tersebut
harus seakurat akuratnya, agar dapat digunakan dalam tahap berikutnya, meliputi
nama pasien,umur, keluhan utama.
1. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan nyeri, kesemutan pada
esktremitas,luka yang sukar sembuh Sakit kepala, menyatakan seperti mau
muntah, kesemutan, lemah otot, disorientasi, letargi, koma dan bingung
b. Riwayat kesehatan lalu
Biasanya klien DM mempunyai Riwayat hipertensi, penyakit jantung
seperti Infark miokard
c. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya Ada riwayat anggota keluarga yang menderita DM
2. Pengkajian Pola Gordon
a. Pola persepsi
Pada pasien gangren kaki diabetik terjadi perubahan persepsi dan
tatalaksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak
gangren pada kaki diabetik, sehingga menimbulkan persepsi negatif
terhadap diri dan kecendurangan untuk tidak mematuhi prosedur
pengobatan dan perawatan yang lama,lebih dari 6 juta dari penderita DM
tidak menyadari akan terjadinya resiko kaki diabetik bahkan mereka takut
akan terjadinya amputasi (Debra Clair,Jounal Februari 201)
b. Pola nutrisi metabolik
Akibat produksi insulin yang tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin
maka kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan
keluhan sering kencing, banyak makan, banyak minum, berat badan
menurun dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan
terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengarui
status kesehatan penderita. Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor
kulit jelek , mual muntah.
c. Pola eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang
menyebabkan pasien sering kencing(poliuri) dan pengeluaran glukosa pada
urine(glukosuria). Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan.
d. Pola ativitas dan latihan
Kelemahan, susah berjalan dan bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan
tidur,tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan bahkan
sampai terjadi koma. Adanya luka gangren dan kelemahanotot otot pada
tungkai bawah menyebabkan penderita tidak mampu melakukan aktivitas
sehari hari secara maksimal, penderita mudah mengalami kelelahan
e. Pola tidur dan istirahat
Istirahat tidak efektif adanya poliuri,nyeri pada kaki yang luka,sehingga
klien mengalami kesulitan tidur
f. Kongnitif persepsi
Pasien dengan gangren cendrung mengalami neuropati/ mati rasa pada luka
sehingga tidak peka terhadap adanya nyeri. Pengecapan mengalami
penurunan, gangguan penglihatan.
g. Persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh menyebabkan penderita
mengalami gangguan pada gambaran diri. Luka yang sukar sembuh ,
lamanya perawatan, banyaknya baiaya perawatan dan pengobatan
menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan gangguan peran pada
keluarga (self esteem)
h. Peran hubungan
Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan penderita malu
dan menarik diri dari pergaulan.
i. Seksualitas
Angiopati dapat terjadi pada pebuluh darah diorgan reproduksi sehingga
menyebabkan gangguan potensi sek,gangguan kualitas maupun ereksi seta
memberi dampak dalam proses ejakulasi serta orgasme. Adanya perdangan
pada vagina, serta orgasme menurun dan terjadi impoten pada pria. Risiko
lebih tinggi terkena kanker prostat berhubungan dengan nefropatai.
j. Koping toleransi
Lamanya waktu perawatan,perjalannya penyakit kronik, persaan tidak
berdaya karena ketergantungan menyebabkan reasi psikologis yang negatif
berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung, dapat menyebabkan
penderita tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang
kontruktif/adaptif.
k. Nilai kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta luka
pada kaki tidak menghambat penderita dalam melaksanakan ibadah tetapi
mempengarui pola ibadah penderita.
3. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan Vital Sign
Yang terdiri dari tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu. Tekanan darah
dan pernafasan pada pasien dengan pasien DM bisa tinggi atau normal,
Nadi dalam batas normal, sedangkan suhu akan mengalami perubahan jika
terjadi infeksi
b. Pemeriksaan Kulit
Kulit akan tampak pucat karena Hb kurang dari normal dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit akan tidak elastis. kalau sudah terjadi
komplikasi kulit terasa gatal
c. Pemeriksaan Kepala dan Leher
Kaji bentuk kepala,keadaan rambut Biasanya tidak terjadi pembesaran
kelenjar tiroid, kelenjar getah bening, dan JVP (Jugularis Venous Pressure)
normal 5-2 cmH2
d. Pemeriksaan Dada (Thorak)
Pada pasien dengan penurunan kesadaran acidosis metabolic pernafasan
cepat dan dalam
e. Pemeriksaan Jantung (Cardiovaskuler)
Pada keadaan lanjut bisa terjadi adanya kegagalan sirkulasi.
f. Pemeriksaan Abdomen
Dalam batas normal
g. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Sering BAK
h. Pemeriksaan Muskuloskeletal
Sering merasa lelah dalam melakukan aktifitas, sering merasa kesemutan
i. Pemeriksaan Ekstremitas
Kadang terdapat luka pada ekstermitas bawah bisa terasa nyeri, bisa terasa
baal
j. Pemeriksaan Neurologi
GCS :15, Kesadaran Compos mentis Cooperative (CMC).

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap pengalaman atau
respon individu, keluarga, atau komunitas pada masalah kesehatan, pada resiko
masalah kesehatan atau pada proses kehidupan. Diagnosa keperawatan
merupakan bagian vital dalam menentukan asuhan keperawatan yang sesuai
untuk membantu pasien mencapai kesehatan yang optimal (PPNI, 2016)
Diagnosa keperawatan :
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
2. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan hiperglikemia

C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
SDKI SLKI (L.05047) SIKI (I.05186) 1. Untuk
(D.0056) Toleransi Aktivitas Terapi Aktivitas mengetahu
Intoleransi Setelah dilakukan Observasi keadaan umum
aktivitas b.d tindakan 1. Monitor respons dan tanda-tanda
kelemahan keperawatan selama emosional, fisik, vital pasien
fisik 1x7 jam diharapkan sosial, dan 2. Agar pasien
keluhan berkurang spiritual terhadap lebih nyaman
dengan kriteria aktivitas 3. Agar
hasil : Terapeutik memudahkan
1. Kemudahan 2. Fasilitasi pasien dalam
dalam melakukan dan keluarga melakukan
aktivitas sehari- dalam aktivitas sehari-
hari meningkat
menyesuaikan hari
2. Keluhan lemas
lingkungan 4. Agar terapi
menurun
3. Tekanan darah untuk sesuai advice
membaik mengakomodasi dokter dapat
aktivitas yang mengurangi
dipilih keluhan yang
Edukasi dialami pasien
3. Anjurkan
melakukan
aktivitas fisik,
sosial, spiritual,
dan kognitif
dalam menjaga
fungsi dan
kesehatan
Kolaborasi
4. Kolaborasi
dengan terapis
okupasi dalam
merencanakan
dan memonitor
program
aktivitas, jika
sesuai

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana
keperawatan. Tindakan mencakup tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi.
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu pasien dari masalah status Kesehatan yang dihadapi
kestatus Kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan
klien, faktor – faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi
implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi (Dinarti & Muryanti, 2017).
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses keberhasilan tindakan keperawatan yang
membandingkan antara proses dengan tujuan yang telah ditetapkan, dan menukai
efektif tidaknya dari proses keperawatan yang dilaksanakan serta hasil dari
penilaian keperawatan tersebut digunakan untuk bahan perencanaan selanjutnya
apabila masalah belum teratasi.
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses
keperawatan guna tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai
atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan mengukur keberhasilan dari
rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi
kebutuhan pasien (Dinarti & Muryanti, 2017).
DAFTAR PUSTAKA

MUTHIA VARENA, M. V. (2019). Asuhan keperawatan pada Ny Z dengan diabetes


melitus di ruang rawat inap ambun suri lantai 3 RSAM Bukittinggi tahun
2019 (Doctoral dissertation, stikes perintis padang). Diakses pada tanggal 9 Juni
2022. http://repo.stikesperintis.ac.id/
Anggi, M. P. (2021). ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA PASIEN
DENGAN DIABETES MELITUS TIPE II DI KELURAHAN MARGO MULYO
KECAMATAN BALIKPAPAN BARAT. Diakses pada tangga; 9 Juni 2022.
http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/
SURYANINGSIH, T. (2018). ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. T DENGAN
DIABETES MELITUS PADA STROKE NON HEMORAGIK DI RUANG DAHLIA
RSUD KOTA YOGYAKARTA (Doctoral dissertation, poltekkes kemenkes
yogyakarta). Diakses pada tanggal 9 Juni 2022. http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/
Octavia, Reischa D. (2020) Karya Tulis Ilmiah Literatur Review Asuhan
Keperawatan pada Klien dengan Diabetes Melitus di Rumah Sakit. Diakses pada
tanggal 9 Juni 2022. https://repository.poltekkes-kaltim.ac.id
Varena, Muthia. (2019) Asuhan Keperawatan pada Tn.Z dengan Diabetes Melitus.
Diakses pada tanggal 9 Juni 2022. https://repo.stikkesperintis.ac.id

Anda mungkin juga menyukai