Disusun oleh :
ARIFAH RAHMAWATI
22.0604.0005
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui bagaimana asuhan keperawatan keluarga Ny. P dengan masalah
utama diabetes melitus (DM) di dusun Japun 2, Paremono, Mungkid, Magelang.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengkajian pada keluarga dengan masalah diabetes melitus.
b. Mengetahui diagnosa keperawatan pada keluarga dengan masalah diabetes
melitus.
c. Mengetahui perencanaan keperawatan .
d. Mengetahui implementasi keperawatan pada keluarga dengan masalah diabetes
melitus.
e. Mengetahui evaluasi terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan pada keluarga
dengan masalah diabetes melitus.
f. Mengetahui hasil dokumentasi terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan pada
keluarga dengan masalah diabetes melitus.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu penyakit yang menyebabkan gangguan
metabolism (metabolic syndrome) dari distribusi gula oleh tubuh. Diabetes
melitus adalah penyakit endokrin yang ditandai oleh kelainan metabolisme dan
komplikasi jengka panjang yang melibatkan organ lain seperti mata, ginjal, saraf
dan pembuluh darah (Wanaraja, 2020).
2.2 Etiologi
Diabetes melitus atau labih dikenal dengan istilah penyakit kencing manis
mempunyai beberapa penyebab , antara lain:
1. Pola makan
Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan oleh
dapat memacu timbulnya diabetes melitus. Kosumsi makanan berlebihan dan
tidak diimbangi dengan sekresi insulin dalam jumlah yang memadai dapat
menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat dan pasitnya akan
menyebabkan diabetes melitus.
2. Obesitas (kegemukan)
Orang gemuk dengan berat badan lebih dari 90kg cenderung memiliki peluang
lebih besar untuk terkena penkit diabetes melitus.
3. Faktor genetik
Diabetes melitus dapat diwariskan orang tua kepada anak. Gen penyebab
diabetes melitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya menderita diabetes
nelitus. Pewarisan gen ini dapat sampai ke cucu-cucunya bahkan cicit wa[aupun
resikonya sangat kecil.
4. Bahan-bahan kimia dan obat obatan
Bahan bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang
pangkreas, radang pada pangkreas akan mengakibatkan fungsi pankres menurun
sehingga tidak ada sekresi hormon hormon untuk pross metabolism tubuh
termasuk insulin. Segala jenis residu obat yang terakumulasi dalam waktu yang
lama dapat mengiritasi pankreas.
5. Penyakit dan infeksi pada pankreas
Infeksi mikro organisme dana virus pada pankreas juga dapat menyebabkan
radang pankreas yang otomatis akan menyebabkan fungsi pankreas turun
sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh
termasuk insulin. Penyakit seperti kolesterol tinggi dan dislipedemia dapat
meningkatkan resiko terkena diabetes melitus.
6. Pola Hidup
Pola hidup juga sangat mempengaruhi fakor penyebab diabetes melitus. Jika
orang malas berolah raga memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena penyakit
diabetes melitus karena olah raga berfungsi untuk membakar kalori yang
tertimbun didalam tubuh, kalori yang tertimbun didalam tubuh merupakan faktor
utama penyebab diabetes melitus selain disfungsi pankreas.
7. Kadar Kortikosteroid YangTinggi. Kehamilan gestasional.
8. Obat-obatan yang dapat merusak pankreas.
9. Racun yang mempengaruhi pembentukan atau efek dari insulin.
2.3 Klasifikasi
Diabetes melitus dapat diklasifikasikan kedalam empat kategori klinis (SmeltZer
dan Bare. 2015), yaitu :
1. Diabetes melitus tipe 1
Diabetes melitus tipe satu atau Insulin Dependen Diabetes Melitus (IDDM),
dapat terjadi disebabkan karena adanya kerusakan sel-B, biasanya menyebabkan
kekurangan insulin absolut yang disebabkan oleh proses autoimun atau idiopatik.
Umumnya penyakit ini berkembang kearah ketoasidosis diabetik yang
menyebabkan kematian.Diabetes melitus tipe 1 terjadi sebanyak 5-10 % dari
semua diabetes melitus. Diabetes melitus tipe 1 dicirikan dengan onset yang akut
dan biasanya terjadi pada usia 30 tahun.
2. Diabetes Melitus Tipe 2
Diabetes melitus tipe 2 atau Non Insulin Dependen Diabetes Melitus (NIDDM),
dapat terjadi karena kerusakan progresif sekretorik insulin akibat resistensi
insulin. Diabetes melitus tipe 2 juga merupakan salah satu gangguan metabolik
dengan kondisi insulin yang diproduksi oleh tubuh tidak cukup jumlahnya akan
tetapi reseptor insulin dijaringan tidak berespon terhadap insulin tersebut.
Diabetes melitus tipe 2 10 mengenai 90-95 % pasien dengan diabetes melitus.
Insidensi terjadi lebih umum pada usia 30 tahun, obesitas, herediter, dan faktor
lingkungan. Diabetes melitus tipe ini sering terdiagnosis setelah terjadi
komplikasi.
3. Diabetes Melitus Tipe Tertentu
Diabetes melitus tipe ini dapat terjadi karena penyebab lain misalnya, defek
genetik pada fungsi sel-B, defek genetik pada kerja insulin, penyakit eksokrin
pankreas (Seperti fibrosis kistik dan pankreatitis), penyakit metabolik endokrin,
infeksi, sindrom genetik lain dan karena disebabkan oleh obat atau kimia (seperti
dalam pengobatan HIV/AIDS atau setelah transplantasi organ.
d. Diabetes Melitus Gestasional
Diabetes melitus ini merupakan diabetes melitus yang didiagnosis selama masa
kehamilan, dimana intoleransi glukosa didapati pertama kali pada masa
kehamilan.Terjadi pada 2-5% semua wanita hamil tetapi hilang saat melahirkan.
Kondisi DM Tipe 1 DM Tipe II
Nama Lama Umur (th) DM juvenile biasa >40 DM dewasa biasa >40
(tapi tak selalu) (tapi tak selalu
Keadaan Klinik saat Berat Ringan
diagnosis
Kadar insulin Tak ada insulin insulin Insulin
cukup/tinggi
Berat badan Biasanya kurus Biasanya gemuk/normal
Pengobatan Insulin, diet, olah raga tablet, insulin.
2.5 Patofisiologi
Pada diabetes tipe I terdapat ketidak mampuan untuk menghasilkan insulin karena
sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemi puasa
terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati.Di samping itu
glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun
tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia prosprandial (sesudah
makan).Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak
dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa
tersebut muncul dalam urin (glikosuria).
Ketika glukosa yang berlebihan diekspresikan kedalam urin, ekseri ini akan
disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan
diuresis kosmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien akan
mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia),
(Smeltzer dan Bare,2015). Defisiensi insulin juga akan menganggu metabolisme
protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat
mengalami peningkatan selerah makan (polifagia) akibat menurunya simpanan
kalori.Gejala lainya mencakup kelelahan dan kelemahan.Dalam keadaan normal
insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan. Dan
glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari asam-asam amino dan subtansi
lain).
Namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan
dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia.disamping itu akan terjadi
pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang
merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam
yang mengganggu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan.
Ketoasidosis yang disebabkannya dapat menyebabkan tanada-tanda dan gejala
seperti nyeri abdomen,mual, muntah, hiperventilasi,nafas berbau aseton dan bila
tidak ditangani akan menimbulkan penurunan kesadaran, koma bahkan kematian.
Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan
memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan mengatasi gejala
hiperglikemia serta ketoaasidosis.
Diet dan latihan disertai pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan
komponen terapi yang penting (Smeltzer dan Bare, 2015). Diabetes melitus
merupakan suatu kelainan metabolik dengan karakteristik utama adalah terjadinya
hiperglikemik kronik.Meskipun pola pewarisanya belum jelas, faktor genetik
dikatakan memiliki peranan yang sangat penting dalam munculnya diabetes
melitus tipe 2.faktor genetik ini akan berinteraksi dengan faktor-faktor lingkungan
seperti gaya hidup, obesitas, rendahnya aktivitas fisik, diet, dan tingginya kadar
asam lemak bebas (Smeltzer dan Bare, 2015). Mekanisme terjadinya diabetes
melitus tipe 2 umumnya disebabkan karena resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin.
Normal insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai
akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi
dalam metabolisme glokosa didalam sel. Resistensi insulin pada diabetes melitus
tipe 2 disertai dengan penurunan reaksi intra sel ini. Dengan demikian insulin
menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa dan
jaringan.Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa
dan darah, harus terjadi peningkatan jumlah insulin yang disekresikan (Smeltzer
dan Bare, 2015). Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi
akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada
tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel B tidak
mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin maka kadar glukosa
akan meningkat akan terjadi diabetes melitus tipe 2.
Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas diabetes
melitus tipe namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk
mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya.Karena
itu, ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes melitus tipe 2. Meskipun
demikian, diabetes melitus tipe 2 yang tidak terkontrol akan menimbulkan
masalah akut lainya seperti sindrom hiperglikemik hiperosmolar non-ketotik
(HHNK), (Smeltzer dan Bare, 2015). Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung
lambat (selama bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan diabetes melitus tipe
2 berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering
bersifat ringan, seperti : kelelahan, ritabilitas, poliuria, polidipsia, luka pada kulit
yang lama-lama sembuh, inveksi vagina atau pandangan kabur (jika kadar glukosa
sangat tinggi).
2.6 Komplikasi
1. Komplikasi Akut
a. Hipoglikemia, yaitu kadar gula dalam darah berada dibawah nilai normal < 50
mg/dl
b. Hiperglikemia, yaitu suatu keadaan kadar gula dalam darah meningkat secara
tiba – tiba dan dapat berkembang menjadi metabolisme yang berbahaya
2. Komplikasi Kronis
a. Komplikasi makro vaskuler, yang biasanya terjadi pada pasien DM adalah
pembekuan darah di sebagian otak, jantung koroner, stroke, dan gagal jangung
kongestif.
b. Komplikasi mikro vaskuler, yang biasanya terjadi pada pasien DM adalah
nefropati, diabetik retinopati (kebutaan), neuropati, dan amputasi
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN KELUARGA
1. Data Umum
a. Nama KK : Tn. S
b. Alamat : Japun 2, RT 3, Paremono, Mungkid
c. Pekerjaan KK : IRT
d. Pendidikan KK : SMA
e. Komposisi keluarga :
Nama
Jenis Hubungan
No anggota Umur Pendidikan Keterangan
kelamin dengan kk
keluarga
1. Tn. S L Suami 57 SMA Sehat
tahun
2. Ny. P P Istri 51 SMA Sakit DM,
tahun Stroke
3. Ny. D P Anak 32 D3 Sehat
tahun
4. Tn. L L Anak 27 SMA Sehat
tahun
f. Genogram
Keterangan:
3. Data Lingkungan
a. Karakteristik rumah
Keluarga Ny. P tinggal di dusun yang padat penduduk, rumah yang
ditinggali keluarga Ny. P saat ini merupakan rumah peninggalan ayah
kandungnya dimana didalam satu rumah tersebut terdapat 2 KK yaitu KK
ayahnya dan KK keluarga inti Ny. P bersama anak laki-lakinya yang belum
menikah. Bangunan rumah merupakan bangunan permanen, dinding rumah
terbuat dari tembok dan atapnya terbuat dari genteng, lantai rumah sudah
mengguanakan keramik dan atap menggunakan gypsum, rumah Ny. P
berlantai 1 yang terdiri dari 4 kamar, ruang tamu, dapur, kamar mandi,
garasi.Kondisi rumah Tn.A dalam keadaan yang bersih dan tertata rapi,
cahaya matahari serta ventilasi udara sudah cukup, terdapat jendela diantara
ruang kamar dan ruang tamu.
b. Denah rumah
Dapur
Kamar mandi
Ruang makan
Ruang kamar
Ruang kamar
Ruang TV
dan
Ruang kamar
Ruang tamu
Ruang kamar
4. Struktur Keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
Pola komunikasi dalam keluarga Ny. P adalah pola komunikasi terbuka
dimana setiap keluarga dapat menyampaikan aspirasinya dalam
menyelesaikan permasalahan, namun tetap yang mengambil keputusan
adalah suami Ny. P. Keluarga Ny. P semuanya berhubungan dengan
harmonis, saling menghormati dan menghargai satu sama lainnya.
b. Struktur kekuatan keluarga
Di dalam keluarga Ny. P bila ada masalah selalu dibicarakan atau
diselesaikan dengan anggota keluarganya, apabila sudah dibicarakan
bersama maka pengambilan keputusan tetap suami Ny. P selaku kepala
keluarga.
c. Struktur peran
Ny.P berperan sebagai istri sekaligus sebagai ibu dengan dua anak dewasa.
Walaupun anak yang pertama sudah berkeluarga dan sudah mempunyai
anak, peran Ny. P tetap sebagai ibu kandung dan sebagai penasihat anaknya
yang sudah berkeluarga. Anak kedua Ny. P yang masih dewasa dan belum
menikah tetap membutuhkan didikan dari Ny.P sebagai ibu kandungnya
sehingga Ny. P tetap berperan dalam kehidupan anaknya yang belum
menikah. Suami Ny. P saat ini yang masih bekerja tetap berperan sebagai
kepala keluarga dan bertanggungjawab dalam mencari nafkah keluarga.
d. Nilai dan norma keluarga
Keluarga Ny. P percaya jika sakit dapat disembuhkan dengan obat-obatan.
Ny. P juga mendukung dalam proses perawatan kesehatannya yaitu berupa
pengobatan insuline untuk penyakit diabetus melitus dan pengobatan
farmakologi untuk penyakit gejala stroke yang dialaminya. Ny. P rutin
berobat ke pelayanan ksesehatan terdekat.
5. Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif
Respon anggota keluarga Ny. P bila ada salah satu anggota keluarga yang
sakit maka anggota keluarga yang lain akan merasakan sedih dan akan
membantu dalam proses perawatan anggota keluarga yang sakit serta
memberikan dukungan dalam bentuk materi ataupun doa
b. Fungsi sosialisasi
Keluarga Ny.P selalu berinteraksi dengan tetangga dan hubungan keluarga
Ny. P dengan tetangga terjadi dengan baik, tidak pernah memiliki masalah
ataupun permusuhan dengan tetangganya. Ny.P sering berkumpul dengan
tetangganya untuk bercerita atau berkomunikasi. Keluarga Ny.P selalu
berkomunikasi dan bersosialisasi dengan sesama anggota keluarga yang
lain dan mereka selalu hidup dengan rukun dan saling membantu
c. Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga Ny.P mengatakan apabila sakit segera berobat ke Puskesmas atau
RS terdekat
1) Kebiasaan keluarga Ny. P jika ada anggota keluarga yang sakit maka
akan mengkonsumsi obat yang di beli dari apotik atau resep dari
dokter. Namun jika anggota keluarga yang sakitnya parah maka baru
akan dibawa ke pelayanan kesehatan seperti rumah sakit terdekat.
2) Keluarga Ny. P dalam pengadaan makanan sehari-hari dengan cara
memasak sendiri, baik dengan cara direbus, digoreng, ataupun
dikukus.
3) Ny. P memiliki penyakit bawaan dari orang tua yaitu ayah kandungnya
yang menderita sakit DM dan hipertensi.
4) Saudara ipar Ny. P saat ini juga mengalami hipertensi.
d. Fungsi reproduksi
Ny. P dan suami mempunyai 2 anak yaitu anak perempuan dan laki-laki.
Ny. P mengatakan tidak ada keluhan dalam proses reproduksi. Ny. P
menggunakan KB selama proses usia produktif.
e. Fungsi ekonomi
Keluarga Ny. P berstatus ekonomi menengah keatas karena keluarga inti
dan keluarga besarnya rata-rata berprofesi sebagai anggota kepolisian.
Yang menjadi beban pikiran Ny. P yaitu sakit DM dan stroke yang
dialaminya. Akibat dari penyakit DM yang dialaminya sekitar 2 tahun
yang lalu, Ny. P saat ini memiliki gejala stroke. Ny. P terbatas dalam
beraktivitas fisik karena kondisi stroke yang sudah membuat Ny. P sulit
digerakkan. Ny. P hanya dapat beraktivitas seperti menonton tv dan duduk
di teras depan rumah. Sehingga membuat Ny. P jenuh dan merasa
khawatir akan kondisinya. Jika ada masalah yang tidak bisa diselesaikan
Ny. P dan keluarga akan tetap mencari jalan keluar dengan musyawarah.
Ny. P menerima apapun yang terjadi pada Ny. P terkait penyakitnya,
karena beliau yakin semua sudah diatur oleh Allah SWT. Jika merasa lelah
dan sakit Ny. P akan beristirahat dan tidur.
8. Harapan Keluarga
Harapan dari keluarga Ny. P adalah Ny. P dapat sembuh dari penyakit yang
dialaminya dan berharap bisa menjaga kesehatannya dengan baik. Ny. P berharap
semoga penyakit yang dialaminya tidak menurun kepada anak dan cucunya
sehingga keluarganya mampu meningkatkan derajat kesehatan.
B. ANALISA DATA
No Tgl/Jam Data Subjektif Data Objektif
Pengkajian
1 Rabu, -Ny.P mengatakan sering - GDS Ny. P menunjukkan
4 Januari merasa pusing lelah dan lesu angka 433 mg/dL
2023 -Ny. P mengatakan sering
- TD :140/100 mmHg,
09.00 WIB sekali kencing dimalam hari
RR :22x/mnt, N : 90x/mnt
-Ny. P mengatakan
S: 36.5
pandangan sedikit kabur
-Ny. P mengatakan keluhan -Mulut Ny.P tampak kering
sering dialami sejak 2 tahun -Ny. P tampak menggunakan
yang lalu alat bantu tongkat untuk berjalan
JUMLAH 4.6
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan
hiperglikogikemia (D.0027)
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penyakit penyerta : stroke
( D.0054)
E. INTERVENSI KEPERAWATAN
F. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
G. EVALUASI KEPERAWATAN
No Hari/Tgl/Jam Diagnosa Evaluasi SOAP Paraf
Keperawatan
1. Sabtu, 7 Ketidakstabilan S:
Januari 2023 kadar glukosa -Ny.P mengatakan sudah memahami pola diet
10.00 WIB Arifah
darah untuk menurunkan kadar gula darah
berhubungan -Ny.P mengatakan sudah mengetahui cara
dengan melakukan senam kaki DM dengan baik
hiperglikogikemia O:
(D.0027) -Ny. P tampak kooperatif dalam melakukan
Arifah
penkes DM dan senam kaki DM
-Kadar GDS menunjukkan penurunan 369 mg/dL
A:
Masalah keperawatan ketidakstabilan kadar
glukosa darah berhubungan dengan Arifah