Anda di halaman 1dari 29

Asuhan Keperawatan

Diabetes Mellitus
Dosen Pengampu:
Yesi Hasneli, S.Kp., MNS

Disusun oleh:
KELOMPOK 2 (A 2019 1)

Annaya Qamara Tasman Miftahul Jannah

Annisa Febrina Rahmi Zahra Hunafa

Azwar Putri Yosephin

Cigilang Ramandayu Rani Rahmawati

Humaidiyathul Fiqqriyah Suri Yusufi Pratiwi

Karolin Paninzela Syafni Gusti Windari

Khori Deskia Sapitri Thasya Nur Oktaviona

Denny Kosika Vyona Aurelyn

Meisya Amanda Fazira  


Learning Objektif :

1. Definisi diabetes mellitus


2. Faktor resiko diabetes mellitus
3. Etiologi diabetes mellitus
4. Klasifikasi diabetes mellitus
5. Maninfestasi klinis diabetes mellitus
6. Asuhan Keperawatan diabetes mellitus
7. Patofisiologi diabetes mellitus
8. WOC dari Diabetes Mellitus
9. Penatalaksanaa diabetes mellitus
10. Pencegahan diabetes mellitus
11. Pemeriksaan diagnostik diabetes mellitus
1. Pengertian Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan


klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi
karbohidrat. Diabetes Melitus adalah suatu penyakit kronik yang
komplek yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan
lemak dan berkembangnya komplikasi makro vaskuler, mikro vaskuler
dan
neurologis (Purwanto, H. 2016).

Menurut World Health Organization (WHO) Diabetes Mellitus merupakan


penyakit metabolik kronis ditandai dengan peningkatan kadar glukosa
darah yang dari waktu ke waktu menyebabkan kerusakan serius pada
organ jantung, pembuluh darah, mata, ginjal, dan saraf. Istilah lain WHO
mengemukakan diabetes adalah gambaran sekelompok gangguan
metabolisme yang ditandai dan teridentifikasi dengan adanya
hiperglikemia apabila tidak di lakukan terapi dan pengobatan
(Trinovita, E. 2020).
2. Faktor Resiko Diabetes Mellitus
a. Faktor risiko yang tidak dapat diubah (Massabessy, 2020) :

Umur Keluarga
01 45 tahun atau lebih; atau usia
kurang dari 45 tahun dengan
02 Orangtua, saudara perempuan, atau
saudara laki-laki dengan diabetes
kegemukan dan perilaku berisiko

Etnisitas
03 Kelompok etnis atau ras tertentu.
Contoh: Afrika Amerika, Alaska Asli,
Asli Amerika, Asia-Amerika, Hispanik atau
Latino, atau Kepulauan-Amerika Pasifik
(di Indonesia belum ada penelitian
tentang etnis dengan risiko tinggi
menderita DM tipe 2).
2. Faktor Resiko Diabetes Mellitus
b. Faktor Resiko yang dapat diubah :

Prediabetes Penyakit jantung Tekanan darah Kolesterol HDL Kelebihan berat


(kadar gula darah dan pembuluh tinggi (2 140/90 ("baik") rendah badan atau
yang tinggi namun darah mmlHg) bahkan (s 35 mg/dL) obesitas
belum cukup untuk jika Trigliserida tinggi
dikategorikan sudah dirawat dan (2 250 mg/dL)
sebagai diabetes) terkendali
2. Faktor Resiko Diabetes Mellitus
b. Faktor Resiko yang dapat diubah :

Memiliki bayi yang Pernah menderita Sindrom ovarium Acanthosis nigri- Depresi
beratnya lebih dari diabetes saat hamil polikistik (Polycystic cans,
4 kilogram Ovary Syndrome kondisi kulit dengan
PCOS) ruam gelap di leher
atau ketiak
2. Faktor Resiko Diabetes Mellitus

Faktor lain yang terkait dengan risiko diabetes adalah penderita


polycystic ovary sindrome (PCOS), penderita sindrom metabolik memiliki
riwayat toleransi glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa
terganggu (GDPT) sebelumnya, memiliki riwayat penyakit kardiovaskuler
seperti stroke, PJK, atau PAD (Peripheral Arterial Diseases), konsumsi
alkohol, faktor stres, kebiasaan merokok, jenis kelamin, konsumsi kopi
dan kafein (Kurniawati, eva. 2016).
3. Etiologi Diabetes Mellitus

Penyakit diabetes melitus secara umum diakibatkan oleh konsumsi


makanan yang tidak terkontrol atau sebagai efek samping dari pemakaian
obat-obatan tertentu. Diabetes mellitus juga disebabkan oleh tidak cukupnya
Hormon insulin yang dihasilkan pankreas untuk menetralkan glukosa darah
di dalam tubuh (Ulfa, N.M. dkk. 2017)
3. Etiologi Diabetes Mellitus

a. Etiologi Diabetes Tipe 1

Diabetes diperantai autoimun, Karena kerusakan seluler sel-sel pankreas yang diperantai

01 oleh autoimun.Terbentuknya antibodi akan merusak sel-sel beta pankreas dalam pulau-pu-
lau
langerhans pankreas disertai terjadinya infiltrasi limfosit. Terjadi bertahun-tahun dan baru
akan muncul setelah setidaknya 80% sel beta pankreas mengalami kerusakan.

Diabetes Idiopatik, Seseorang yang menderita diabetes ini mengalami ketoasidosis episodik

02 dan menunjukkan berbagai tingkat defesiensi insulin antar episodenya.


3. Etiologi Diabetes Mellitus

b. Etiologi Diabetes Tipe 2 c. Etiologi Diabetes Tipe lain

Etiologi diabetes miletus tipe II pada 1. Kerusakan genetik fungsi sel beta
riwayat keluarga yang salah satunya pankreas
memiliki riwayat diabetes mellitus 2. Kerusakan genetik pada kerja in-
sejak remaja bisa diturunkan pada sulin
anaknya. Kaum pria sebagai penderita 3. Penyakit pankreas eksokrin
sesungguhnya dan kaum wanita 4. Endokrinopati
sebagai pembawan sifat atau gen. 5. Diabetes diinduksi obat dan bahan
Gen kimia
yang mempengaruhi diabetes mellitus 6. Diabetes karena infeksi
tipe II adalah gen TC7L2. Gen ini 7. Bentuk yang tidak umum dari
sangat berperan dalam pengeluaran diabetes yang diperantai imun
insulin dan produksi glukosa. 8. Sindrom genetik lain yang kadang
berhubungan dengan diabetes.
3. Etiologi Diabetes Mellitus

d. Gestasional Diabetes Mellitus

Kehamilan dikaitkan dengan resistensi insulin dan hiperinsulinemia


yang
dapat mempengaruhi beberapa wanita yang mana dapat berkembang
menjadi diabetes. Intoleransi glukosa didapati pertama kali pada masa
kehamilan meskipun sebagian besar kasus sembuh dengan persalinan
namun diabetes mellitus gestasional memiliki resiko lebih besar
menetap dalam jangka waktu 5-10 tahun setelah melahirkan
(Trinovita, 2020)
3. Etiologi Diabetes Mellitus

e. Malnutrisi Diabetes Mellitus, dibagi menjadi 2, yaitu:

Fibro Calculous Pancreatic Diabetes Melitus (FCPD), terjadi karena

01 mengonsumsi makanan rendah kalori dan rendah protein sehingga


klasifikasi pankreas melalui proses mekanik (fibrosis) atau toksik
(cyanide) yang menyebabkan sel-sel beta menjadi pancreas

Defisiensi Pancreatic Diabetes Melitus (PDPD), disebabkan karena


02 kekurangan protein kronik yang menyebabkan hipofungsi sel beta

pancreas (Purwanto, 2016)


4. Klasifikasi Diabetes Mellitus
a. Diabetes Melitus tipe 1
DM tergantung insulin (DMTI), terjadi pada usia ˂30 tahun, hal ini dikarenakan adanya
faktor autoimun sehingga sel beta pankreas penghasil insulin dirusak. Pasien DM tipe
1
membutuhkan insulin dari luar untuk mengontrol gula darah
b. Diabetes Melitus tipe 2
DM tidak tergantung insulin (DMTTI). Kondisi ini karena sel beta pankreas tidak cukup
membentuk insulin. Pengobatan pertama adalah dengan diet dan olahraga.

c. Diabetes Mellitus tipe kehamilan


Gestasional Diabetes Mellitus (GDM). Diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang
sebelumnya tidak mengidap diabetes.

d. Diabetes Mellitus tipe lain


Karena kelainan genetik, penyakit pankreas (trauma pankreatik), obat, infeksi, anti-
bodi,
sindroma penyakit, penyakit dengan gangguan endokrin. (Wahyuni, Khurin In. 2020)
e. Impaired Glucose Toleranced (IGT)
Impaired Glucose Toleranced (IGT) adalah keadaan dimana kadar glukosa antara
normal dan diabetes, dapat menjadi diabetes atau menjadi normal atau tetap tidak
berubah (Nurarif, Kusuma. 2015)
5. Manifestasi Klinis Diabetes Mellitus

a. Polyuria dan polydipsia yang disebabkan oleh osmolalitas serum yang tinggi akibat
kadar glukosa serum yang meningkat

b. Anoreksia dan polyphagia yang terjadi karena glukosaria yang menyebabkan kese-
imbangan kalori negatif

c. Keletihan dan kelemahan yang disebabkan penggunan glukosa oleh sel menurun

d. Kulit kering dan rasa gatal yang berlebihan

e. Sakit kepala dan mengantuk disebabkan oleh kadar glukosa intrasel yang rendah
Kram pada otot serta emosi yang labil akibat ketidakseimbangan elektrolit

f. Kram pada otot serta emosi yang labil akibat ketidakseimbangan elektrolit
5. Manifestasi Klinis Diabetes Mellitus
Menurut (Maria, Insana 2021) Manifestasi Klinis Diabetes Melitus yakni :

DM Tipe 1
a Penurunan berat badan, Pandangan kabur, Pruritus, infeksi kulit,
vaginitis, Lemah, letih dan pusing

DM Tipe 2

b Pandangan kabur, Lemah, letih dan pusing, Pruritus, infeksi kulit, vaginitis,
Sering asimtomatik, Pandangan kabur berulang Sekunder terhadap paparan
kronis retina dan lensa mata terhadap cairan hiperosmolar.

Penurunan berat badan


c Biasanya terjadi pada diabetes mellitus tipe 1 dan tidak terjadi
pada diabetes tipe 2
5. Manifestasi Klinis Diabetes Mellitus
Menurut (Tarwoto dkk (2016) dan Tandra (2018) dalam Kristanti, Kezia Ria.
2019), Manifestasi Klinis pada Diabetes melitus adalah sebagai berikut:
Luka sulit sembuh
a Hal yang menyebabkan itu terjadi adalah
Infeksi bakteri dan dinding pembuluh darah mengalami kerusakan

Kesemutan

b Kadar glukosa yang tinggi mengakibatkan terjadinya kerusakan pada saraf.


Rusaknya saraf sensoris menimbulkan keluhan rasa kesemutan

Gusi merah dan bengkak


c Disebabkan karena melemahnya kemampuan rongga mulut dalam
melawan infeksi
6. Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus
Asuhan keperawatan berdasarkan skenario (Carpenito, 2013) :
A. Pengkajian
Identitas : Wanita, 37 tahun
Riwayat keluarga : -
Aktivitas : letih, lesu, kelelahan
Sirkulasi : TD 170/90, Nadi 98x/menit
Integritas ego : cemas
Eliminasi : polyuria
Makanan/cairan : polydipsia, polyphagia
Neurosensory : pandangan kabur, sakit kepala
Keamanan : pruritus vulvae
Terapi : injeksi insulin, obat glimepride,metformin, glibenclamide

B. Analisa data
1. DO : Pasien tampak Lelah, GDS:470 mg/dl, polyuria, polyphagia, polydipsia
DS : Pasien mengatakan merasa letih dan lesu
2. DO : Nadi 98x/menit, TD 170/90, Polyuria
DS : Pasien mengatakan cemas karena semakin letih
3. DO : Pasien tampak Lelah, BB turun 3kg
DS : Pasien mengatakan merasa letih dan lesu
6. Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus

C. Diagnosa keperawatan
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d hiperglikemi d.d GDS 470 mg/dl, lelah, letih, polyuria
2. Ansietas b.d kondisi kesehatan d.d nadi meningkat, tekanan darah meningkat, sering berkemih
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan untuk
mengabsorbsi nutrisi Intervensi d.d pasien tampak Lelah, BB turun 3kg

D. Intervensi
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d hiperglikemi d.d GDS 470 mg/dl, Lelah, letih, polyuria
Tujuan : Kestabilan kadar glukosa darah (rentang normal)
Intervensi : - Manajemen hiperglikemi
- Identifikasi penyebab
- Monitor kadar glukosa
- Monitor tanda gejala
- Monitor intake dan output
- Monitor keton urin
- Beri asupan cairan oral
6. Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus
D. Intervensi
2. Ansietas b.d kondisi kesehatan d.d nadi meningkat, tekanan darah meningkat, sering berkemih
Tujuan : Tingkat ansietas menurun
Intervensi : - Redukasi ansietas, terapi relaksasi
- Identifikasi resiko keselamatan
- Hidari memberikan keyakinan yang salah
- Rencanakan penggunaan ketrampilan koping adaptif
- Informasikan system pendukung yang tersedia

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan untuk mengabsorbsi
nutrisi Intervensi
Tujuan : Nutrisi dalam tubuh kembali norman
Intervensi : - Manajemen Nutris
- Mengkaji ada/tidak alergi terhadap makanan
- Kolaborasi dengan ahli gizi : menentukan jumlah kalori dan jenis gizi yang
dibutuhkan
- Mengatur pola makan dan gaya hidup pasien
- Mengajarkan pasien bagaimana pola makan sehari-hari yang sesuai
dengan kebutuhan
- Memantau dan mencatat intake kalori dan nutrisi
- Timbang BB pasien dengan interval yang sesuai
- Memberikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan
bagaimana cara memenuhinya
- Membantu pasien untuk menerima program gizi yang dibutuhkan
7. Patofisiologi Diabetes Mellitus

Pada orang normal, hormon insulin yang dihasilkan oleh sel beta pankreas, berfungsi

1
Mengatur banyak gula dalah darah. Dalam setiap makanan yang kita makan
mengandung gula. Ketika darah kelebihan gula, hormon insulin akan menyerap
cukup

2
gula dan menyimpannya jika berlebihan. Hormon insulin inilah yang berfungsi seba-
gai
kunci masuk gula kedalam sel tubuh sehingga akan diubah menjadi energi. Pada
3
kondisi diabetes, hormon insulin mengalami gangguan. Lalu, energi pun tidak dapat
dihasilkan secara maksimal sehingga muncul tanda-tanda seperti cepat lelah,
penurunan berat badan. Oleh karena itu penderita akan membutuhkan tambahan
4 pengobatan untuk penyembuhan (Wahyuni, 2019).
7. Patofisiologi Diabetes Mellitus

Sedangkan menurut Astriani & Putra (2020) patofisiologi diabetes mellitus dibagi berdasarkan
klasifikasinya, yaitu sebagai berikut:
a. DM Tipe I
1
Pada diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan pankreas menghasilkan insulin karena
hancurnya sel-sel beta pulau langerhans. Dalam hal ini menimbulkan hiperglikemia puasa
dan
hiperglikemia post prandial. Dengan tingginya konsentrasi glukosa dalam darah, maka akan
2
muncul glukosuria (glukosa dalam darah) dan ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan
dan ekektrolit yang berlebihan (diuresis osmotik) sehingga pasien akan mengalami
peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).

b. DM Tipe II
3
Terdapat dua masalah utama pada DM tipe II yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin. Normalnya insulin akan berkaitan pada reseptor kurang dan meskipun kadar insulin
tinggi dalam darah tetap saja glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel sehingga sel akan
kekurangan glukosa. Mekanisme inilah yang dikatakan sebagai resistensi insulin. Untuk
4
mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentukmya glukosa dalam darah yang
berlebihan maka harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Namun
demikian jika sel-sel beta tidak mampu mengimbanginya maka kadar glukosa akan
meningkat dan terjadilah DM tipe II.
8. Web Of Caution
Diabetes Mellitus
9. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus

Tujuan dari penatalaksanaan DM adalah (Purwanto, 2016):


Jangka panjang: mencegah komplikasi
Jangka pendek: menghilangkan keluhan/gejala DM

Penatalaksanaan DM terdiri dari beberapa hal, yaitu:


a. Diet
Perhimpunan Diabetes Amerika dan Persatuan Dietetik Amerika merekomendasikan 50–60% kalori
yang
berasal dari:
Karbohidrat 60 – 70%
Protein 12 – 20 %
Lemak 20 – 30 %

b. Latihan
Latihan dengan cara melawan tahanan dapat menambah laju metablisme istirahat, dapat menurunkan
Berat badan, stress dan menyegarkan tubuh.

c. Pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri


d. Terapi, jika diperlukan
e. Pendidikan (Purwanto, 2016)
9. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus

Sedangkan penatalaksanaan diabetes mellitus menurut Kristanti (2019) adalah sebagai berikut:
a. Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan merupakan hal yang penting bagi pasien diabetes. Menurut Kurniawaty & Yanita
(2016) pendidikan kesehatan sangat penting dalam pengelolaan. Pendidikan kesehatan pencegahan
primer harus diberikan kepada kelompok masyarakat resiko tinggi. Pendidikan kesehatan sekunder
diberikan kepada kelompok pasien DM. Sedangkan pendidikan kesehatan untuk pencegahan tersier
diberikan kepada pasien yang sudah mengidap DM dengan penyulit menahun.

b. Terapi farmakologis

c. Pemberian obat antidiabetes oral


Contoh: sulfoniurea, biguanid, meglitinid, tiazolidinedion, inhibitor alfa glukosidase, inkretin mimetik, dan
amylonomimetik (Black & Hawks, 2014 dalam Kristanti, 2019).
10. Pencegahan Diabetes Mellitus
Menurut Wijayakusuma (2012) ada tiga jenis pencegahan diabetes mellitus, antara lain sebagai
berikut:
a. Pencegahan primer
Tujuannya untuk mencegah terjadinya diabetes melitus. Untuk itu, faktor-faktor yang dapat
menyebabkan diabetes melitus perlu diperhatikan, baik secara genetik maupun lingkungan.
Berikut hal-hal yang harus dilakukan dalam pencegahan primer:
1. Pola makan sehari-hari harus seimbang dan tidak berlebihan.
2. Olahraga secara teratur dan tidak banyak berdiam diri.
3. Usahakan berat badan dalam batas normal.
4. Obat-obatan yang dapat menimbulkan diabetes mellitus (diabetogenik).

b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder adalah mencegah penyakit diabetes mellitus yang sudah timbul komplikasi
penyakit lain, menghilangkan gejala, dan keluhan penyakit diabetes mellitus. Pencegahan
sekunder termasuk deteksi dini penderita diabetes melitus, terutama bagi kelompok yang
berisiko tinggi terkena diabetes melitus.
Berikut hal-hal yang harus dilakukan dalam pencegahan sekunder:
1. Diet sehari-hari harus seimbang dan sehat.
2. Menjaga berat badan dalam batas normal.
3. Usaha pengendalian darah agar tidak terjadi komplikasi diabetes.
4. Olahraga teratur sesuai dengan kemampuan fisik dan umur.
10. Pencegahan Diabetes Mellitus
c. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier bertujuan untuk mencegah kecacatan lebih lanjut dari komplikasi penyakit
yang sudah terjadi. Berikut petunjuk yang dimaksud:
1. Mencegah terjadinya kebutaan jika pembuluh darah mata.
2. Mencegah gagal ginjal kronik jika menyerang pembuluh darah ginjal.
3. Mencegah stroke jika pembuluh darah otak.
4. Mencegah kejadian gangren jika terjadi luka.

Secara umum langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah diabetes melitus
(Sutanto, 2016 dalam Hartini, 2017) :
1. Hindari Obesitas, dapatkan berat badan yang ideal
2. Terapkan gaya hidup baru yang lebih sehat, seperti olahraga rutin, manajemen stres, istirahat,
dan tidur yang cukup.
3. Pantau gula darah secara teratur
4. Waspadai faktor-faktor resiko diabetes yang lain
11. Pemeriksaan Diagnostik
Ada 4 pemeriksaan diagnostik yang bisa dilakukan untuk mendeteksi diabetes mellitus,
antara lain sebagai berikut:
a. Gula darah meningkat
Kriteria diagnostik WHO untuk DM pada dewasa yang tidak hamil, Pada sedikitnya 2x
pemeriksaan:
1. Glukosa plasma sewaktu/random > 200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa/nuchter > 140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr
karbohidrat (2 jam post prandial) > 200 mg/dl (Purwanto, 2016).

b. Tes Toleransi Glukosa


Tes toleransi glukosa oral yaitu pasien mengkonsumsi makanan tinggi kabohidrat (150-300 gr)
selama 3 hari sebelum tes dilakukan, sesudah berpuasa pada malam hari keesokan harinya
sampel darah diambil, kemudian karbohidrat sebanyak 75 gr diberikan pada pasien
(Purwanto, 2016).

c. Tes toleransi glukosa intravena (TTGI) dilakukan jika TTGO merupakan kontraindikasi atau
terdapat kelainan gastrointestinal yang mempengaruhi absorbsi glukosa (Raharjo, 2018).

d. Tes toleransi kortison glukosa, digunakan jika TTGO tidak bermakna. Kortison menyebabkan
peningkatan kadar glukosa abnormal dan menurunkan penggunaan gula darah perifer pada
orang yang berpredisposisi menjadi DM kadar glukosa darah 140 mg/dl pada akhir 2 jam
dianggap sebagai hasil positif (Raharjo, 2018).
11. Pemeriksaan Diagnostik

Kriteria diagnostik yang direkomendasi Amerikan Diabetes Association (ADA) :


a. Manifestasi Hiperglikemia (poliuria, polidypsia, dan penurunan berat badan yang
tidak dapat dijelaskan) dan konsentrasi glukosa plasma kasual > 200 mg/dl
(11,1 mmol/L). Kasual diartikan sebagai sewaktu-waktu tanpa mempertimbangkan
waktu makan terakhir.
b. Glukosa plasma puasa (fasting plasma glucose, FPG) > 126 mg/dl (7,0 mmol/L).
Puasa didefenisikan sebagai tidak ada asupan kalori selama 8 jam.
PG dua jam > 200 mg/ dl (11,1 mmol/L) selama pemeriksaan toleransi glukosa
oral (oral glucose toleranse test, OGTT). Pemeriksaan ini harus dilakukan dengan
muatan glukosa yang isinya setara dengan 75 glukosa anhidrosa yang dilarutkan
dalam air.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai