Diabetes Mellitus
Dosen Pengampu:
Yesi Hasneli, S.Kp., MNS
Disusun oleh:
KELOMPOK 2 (A 2019 1)
Umur Keluarga
01 45 tahun atau lebih; atau usia
kurang dari 45 tahun dengan
02 Orangtua, saudara perempuan, atau
saudara laki-laki dengan diabetes
kegemukan dan perilaku berisiko
Etnisitas
03 Kelompok etnis atau ras tertentu.
Contoh: Afrika Amerika, Alaska Asli,
Asli Amerika, Asia-Amerika, Hispanik atau
Latino, atau Kepulauan-Amerika Pasifik
(di Indonesia belum ada penelitian
tentang etnis dengan risiko tinggi
menderita DM tipe 2).
2. Faktor Resiko Diabetes Mellitus
b. Faktor Resiko yang dapat diubah :
Memiliki bayi yang Pernah menderita Sindrom ovarium Acanthosis nigri- Depresi
beratnya lebih dari diabetes saat hamil polikistik (Polycystic cans,
4 kilogram Ovary Syndrome kondisi kulit dengan
PCOS) ruam gelap di leher
atau ketiak
2. Faktor Resiko Diabetes Mellitus
Diabetes diperantai autoimun, Karena kerusakan seluler sel-sel pankreas yang diperantai
01 oleh autoimun.Terbentuknya antibodi akan merusak sel-sel beta pankreas dalam pulau-pu-
lau
langerhans pankreas disertai terjadinya infiltrasi limfosit. Terjadi bertahun-tahun dan baru
akan muncul setelah setidaknya 80% sel beta pankreas mengalami kerusakan.
Diabetes Idiopatik, Seseorang yang menderita diabetes ini mengalami ketoasidosis episodik
Etiologi diabetes miletus tipe II pada 1. Kerusakan genetik fungsi sel beta
riwayat keluarga yang salah satunya pankreas
memiliki riwayat diabetes mellitus 2. Kerusakan genetik pada kerja in-
sejak remaja bisa diturunkan pada sulin
anaknya. Kaum pria sebagai penderita 3. Penyakit pankreas eksokrin
sesungguhnya dan kaum wanita 4. Endokrinopati
sebagai pembawan sifat atau gen. 5. Diabetes diinduksi obat dan bahan
Gen kimia
yang mempengaruhi diabetes mellitus 6. Diabetes karena infeksi
tipe II adalah gen TC7L2. Gen ini 7. Bentuk yang tidak umum dari
sangat berperan dalam pengeluaran diabetes yang diperantai imun
insulin dan produksi glukosa. 8. Sindrom genetik lain yang kadang
berhubungan dengan diabetes.
3. Etiologi Diabetes Mellitus
a. Polyuria dan polydipsia yang disebabkan oleh osmolalitas serum yang tinggi akibat
kadar glukosa serum yang meningkat
b. Anoreksia dan polyphagia yang terjadi karena glukosaria yang menyebabkan kese-
imbangan kalori negatif
c. Keletihan dan kelemahan yang disebabkan penggunan glukosa oleh sel menurun
e. Sakit kepala dan mengantuk disebabkan oleh kadar glukosa intrasel yang rendah
Kram pada otot serta emosi yang labil akibat ketidakseimbangan elektrolit
f. Kram pada otot serta emosi yang labil akibat ketidakseimbangan elektrolit
5. Manifestasi Klinis Diabetes Mellitus
Menurut (Maria, Insana 2021) Manifestasi Klinis Diabetes Melitus yakni :
DM Tipe 1
a Penurunan berat badan, Pandangan kabur, Pruritus, infeksi kulit,
vaginitis, Lemah, letih dan pusing
DM Tipe 2
b Pandangan kabur, Lemah, letih dan pusing, Pruritus, infeksi kulit, vaginitis,
Sering asimtomatik, Pandangan kabur berulang Sekunder terhadap paparan
kronis retina dan lensa mata terhadap cairan hiperosmolar.
Kesemutan
B. Analisa data
1. DO : Pasien tampak Lelah, GDS:470 mg/dl, polyuria, polyphagia, polydipsia
DS : Pasien mengatakan merasa letih dan lesu
2. DO : Nadi 98x/menit, TD 170/90, Polyuria
DS : Pasien mengatakan cemas karena semakin letih
3. DO : Pasien tampak Lelah, BB turun 3kg
DS : Pasien mengatakan merasa letih dan lesu
6. Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus
C. Diagnosa keperawatan
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d hiperglikemi d.d GDS 470 mg/dl, lelah, letih, polyuria
2. Ansietas b.d kondisi kesehatan d.d nadi meningkat, tekanan darah meningkat, sering berkemih
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan untuk
mengabsorbsi nutrisi Intervensi d.d pasien tampak Lelah, BB turun 3kg
D. Intervensi
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d hiperglikemi d.d GDS 470 mg/dl, Lelah, letih, polyuria
Tujuan : Kestabilan kadar glukosa darah (rentang normal)
Intervensi : - Manajemen hiperglikemi
- Identifikasi penyebab
- Monitor kadar glukosa
- Monitor tanda gejala
- Monitor intake dan output
- Monitor keton urin
- Beri asupan cairan oral
6. Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus
D. Intervensi
2. Ansietas b.d kondisi kesehatan d.d nadi meningkat, tekanan darah meningkat, sering berkemih
Tujuan : Tingkat ansietas menurun
Intervensi : - Redukasi ansietas, terapi relaksasi
- Identifikasi resiko keselamatan
- Hidari memberikan keyakinan yang salah
- Rencanakan penggunaan ketrampilan koping adaptif
- Informasikan system pendukung yang tersedia
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan untuk mengabsorbsi
nutrisi Intervensi
Tujuan : Nutrisi dalam tubuh kembali norman
Intervensi : - Manajemen Nutris
- Mengkaji ada/tidak alergi terhadap makanan
- Kolaborasi dengan ahli gizi : menentukan jumlah kalori dan jenis gizi yang
dibutuhkan
- Mengatur pola makan dan gaya hidup pasien
- Mengajarkan pasien bagaimana pola makan sehari-hari yang sesuai
dengan kebutuhan
- Memantau dan mencatat intake kalori dan nutrisi
- Timbang BB pasien dengan interval yang sesuai
- Memberikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan
bagaimana cara memenuhinya
- Membantu pasien untuk menerima program gizi yang dibutuhkan
7. Patofisiologi Diabetes Mellitus
Pada orang normal, hormon insulin yang dihasilkan oleh sel beta pankreas, berfungsi
1
Mengatur banyak gula dalah darah. Dalam setiap makanan yang kita makan
mengandung gula. Ketika darah kelebihan gula, hormon insulin akan menyerap
cukup
2
gula dan menyimpannya jika berlebihan. Hormon insulin inilah yang berfungsi seba-
gai
kunci masuk gula kedalam sel tubuh sehingga akan diubah menjadi energi. Pada
3
kondisi diabetes, hormon insulin mengalami gangguan. Lalu, energi pun tidak dapat
dihasilkan secara maksimal sehingga muncul tanda-tanda seperti cepat lelah,
penurunan berat badan. Oleh karena itu penderita akan membutuhkan tambahan
4 pengobatan untuk penyembuhan (Wahyuni, 2019).
7. Patofisiologi Diabetes Mellitus
Sedangkan menurut Astriani & Putra (2020) patofisiologi diabetes mellitus dibagi berdasarkan
klasifikasinya, yaitu sebagai berikut:
a. DM Tipe I
1
Pada diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan pankreas menghasilkan insulin karena
hancurnya sel-sel beta pulau langerhans. Dalam hal ini menimbulkan hiperglikemia puasa
dan
hiperglikemia post prandial. Dengan tingginya konsentrasi glukosa dalam darah, maka akan
2
muncul glukosuria (glukosa dalam darah) dan ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan
dan ekektrolit yang berlebihan (diuresis osmotik) sehingga pasien akan mengalami
peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
b. DM Tipe II
3
Terdapat dua masalah utama pada DM tipe II yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin. Normalnya insulin akan berkaitan pada reseptor kurang dan meskipun kadar insulin
tinggi dalam darah tetap saja glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel sehingga sel akan
kekurangan glukosa. Mekanisme inilah yang dikatakan sebagai resistensi insulin. Untuk
4
mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentukmya glukosa dalam darah yang
berlebihan maka harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Namun
demikian jika sel-sel beta tidak mampu mengimbanginya maka kadar glukosa akan
meningkat dan terjadilah DM tipe II.
8. Web Of Caution
Diabetes Mellitus
9. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus
b. Latihan
Latihan dengan cara melawan tahanan dapat menambah laju metablisme istirahat, dapat menurunkan
Berat badan, stress dan menyegarkan tubuh.
Sedangkan penatalaksanaan diabetes mellitus menurut Kristanti (2019) adalah sebagai berikut:
a. Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan merupakan hal yang penting bagi pasien diabetes. Menurut Kurniawaty & Yanita
(2016) pendidikan kesehatan sangat penting dalam pengelolaan. Pendidikan kesehatan pencegahan
primer harus diberikan kepada kelompok masyarakat resiko tinggi. Pendidikan kesehatan sekunder
diberikan kepada kelompok pasien DM. Sedangkan pendidikan kesehatan untuk pencegahan tersier
diberikan kepada pasien yang sudah mengidap DM dengan penyulit menahun.
b. Terapi farmakologis
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder adalah mencegah penyakit diabetes mellitus yang sudah timbul komplikasi
penyakit lain, menghilangkan gejala, dan keluhan penyakit diabetes mellitus. Pencegahan
sekunder termasuk deteksi dini penderita diabetes melitus, terutama bagi kelompok yang
berisiko tinggi terkena diabetes melitus.
Berikut hal-hal yang harus dilakukan dalam pencegahan sekunder:
1. Diet sehari-hari harus seimbang dan sehat.
2. Menjaga berat badan dalam batas normal.
3. Usaha pengendalian darah agar tidak terjadi komplikasi diabetes.
4. Olahraga teratur sesuai dengan kemampuan fisik dan umur.
10. Pencegahan Diabetes Mellitus
c. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier bertujuan untuk mencegah kecacatan lebih lanjut dari komplikasi penyakit
yang sudah terjadi. Berikut petunjuk yang dimaksud:
1. Mencegah terjadinya kebutaan jika pembuluh darah mata.
2. Mencegah gagal ginjal kronik jika menyerang pembuluh darah ginjal.
3. Mencegah stroke jika pembuluh darah otak.
4. Mencegah kejadian gangren jika terjadi luka.
Secara umum langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah diabetes melitus
(Sutanto, 2016 dalam Hartini, 2017) :
1. Hindari Obesitas, dapatkan berat badan yang ideal
2. Terapkan gaya hidup baru yang lebih sehat, seperti olahraga rutin, manajemen stres, istirahat,
dan tidur yang cukup.
3. Pantau gula darah secara teratur
4. Waspadai faktor-faktor resiko diabetes yang lain
11. Pemeriksaan Diagnostik
Ada 4 pemeriksaan diagnostik yang bisa dilakukan untuk mendeteksi diabetes mellitus,
antara lain sebagai berikut:
a. Gula darah meningkat
Kriteria diagnostik WHO untuk DM pada dewasa yang tidak hamil, Pada sedikitnya 2x
pemeriksaan:
1. Glukosa plasma sewaktu/random > 200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa/nuchter > 140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr
karbohidrat (2 jam post prandial) > 200 mg/dl (Purwanto, 2016).
c. Tes toleransi glukosa intravena (TTGI) dilakukan jika TTGO merupakan kontraindikasi atau
terdapat kelainan gastrointestinal yang mempengaruhi absorbsi glukosa (Raharjo, 2018).
d. Tes toleransi kortison glukosa, digunakan jika TTGO tidak bermakna. Kortison menyebabkan
peningkatan kadar glukosa abnormal dan menurunkan penggunaan gula darah perifer pada
orang yang berpredisposisi menjadi DM kadar glukosa darah 140 mg/dl pada akhir 2 jam
dianggap sebagai hasil positif (Raharjo, 2018).
11. Pemeriksaan Diagnostik