Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KEPERAWATAN HOMECARE

ASUHAN KEPERAWATAN HOMECARE


PADA KLIEN Ny.R DENGAN MASALAH
KESEHATAN DIABETES MILITUS DI
PUSKESMAS KARANG KITRI PERIODE
TANGGAL 07 JULI S/D 17 JULI 2020

Nama kelompok :
Indah Samsul Bahri
Khoiriyah
Nurwasilatus sa’adah

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANI SALEH

PROGRAM PROFESI NERS

2020

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes merupakan permasalahan kesehatan serius di seluruh
dunia.Diperkirakan 15,7 juta orang di Amerika Serikat menderita diabetes
mellitus. Perkiraan tersebut, merupakan perhitungan antara diabetes yang
terdiagnosa dan tidak terdiagnosa, sebanyak 5,9 % populasi di Amerika
Serikat menderita diabetes mellitus. Diabetes Mellitus menyebabkan
kematian lebih dari 162.200 jiwa pada tahun 1996. Diabetes termasuk
tujuh penyebab utama kematian pada daftar angka kematian di AS, tapi
diabetes diyakini termasuk kematian yang tidak tidak terlaporkan,
antaranya adalah kondisi dan penyebab kematian. Diabetes adalah
penyebab utama dari kebutaan. Lebih dari 60 sampai 65% penderita
diabetes menderita hipertensi. Hal yang  mengejutkan biaya pengeluaran
untuk pengobatan secara langsung dan tidak langsung untuk diabetes pada
tahun 1997 diperkirakan mencapai 98 juta dolar. Banyaknya biaya tidak
memberikan timbal balik yang kehidupan patien diabetes dan keluarganya.
(Sharon n Margaret 2000)
Penderita diabetes mellitus di Indonesia  terus meningkat setiap
tahunnya, hal ini dihubungkan dengan meningkatnya angka kesejahteraan.
Persentase penderita diabetes mellitus lebih besar di kota daripada di desa,
14,7% untuk dikota dan 7,2% di desa. Indonesia menduduki peringkat
keenam di dunia dalam hal jumlah terbanyak penderita diabetes.
Dari penjelasan yang tersebut diatas peranan soerang perawat
sangat penting dalam pemberian asuhan keperawatan untuk menurunkan
angka kesakitan dan angka kematian yang disebabkan karena diabetes
mellitus, sehingga diharapkan mahasiswa keperawatan dapat memahami
dan menguasai konsep asuhan keperawatan pada pasien diabetes mellitus.

2
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari pembuatan makalah ini diharapkan
mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien
diabetes mellitus.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa diharapkan mampu :
a. Memahami konsep medis diabetes mellitus
b. Memahami konsep keperawatan diabetes mellitus.

3
BAB II
KONSEP MEDIS

A. Definisi
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula
(glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif
(Arjatmo, 2002 dalam www.ilmukeperawatan.com).
Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa
darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Noer, 2003
dalam www.trinoval.web.id). Diabetes mellitus adalah penyakit dimana
penderita tidak bisa mengontrol kadar gula dalam tubuhnya. Tubuh akan
selalu kekurangan ataupun kelebihan gula sehingga mengganggu system
kerja tubuh secara keseluruhan (FKUI, 2001 dalam www.trinoval.web.id).
Diabetes mellitus adalah sekelompok kelainan yang ditandai oleh
peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia). Mungkin terdapat
penurunan dalam kemampuan tubuh untuk berespon terhadap insulin dan
atau penurunan atau tidak terdapatnya pembentukan insulin oleh pancreas.
Kondisi ini mengarah pada hiperglikemia, yang dapat menyebabkan
terjadinya komplikasi metabolic akut seperti ketoasidosis diabetic.
Hiperglikema jangka panjang dapat menunjang terjadinya komplikasi
mikrovaskular kronis (penyakit ginjal dan mata) serta komplikasi
neuropati. Diabetes juga berkaitan dengan kejadian penyakit
makrovaskuler, termasuk infark miokard, stroke, dan penyakit vaskuler
perifer.(brunner and suddarth, 2002: 109).

4
B. Etiologi
Sesuai dengan klasifikasi yang telah disebutkan sebelumnya maka
penyebabnyapun pada setiap jenis dari diabetes juga berbeda. Berikut ini
merupakan beberapa penyebabdari penyakit diabetes mellitus:

1. Diabetes Melitus tipe 1 ( IDDM )


a.   Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri;
tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke
arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan
pada individu yang memiliki tipe antigen HLA.
b.   Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal
dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-
olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel
pulau Langerhans dan insulin endogen.
c.   Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi selbeta. (Price,2005)
2. Diabetes Melitus tipe 2 ( NIDDM )
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui.
Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi
insulin.
Faktor resiko:
a.    Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas
65th
Sekitar 90% dari kasus diabetes yangdidapati adalah diabetes tipe
2. Pada awlanya, tipe 2 muncul seiring dengan bertambahnya
usia dimana keadaan fisik mulai menurun.
b.     Obesitas

5
Obesitas berkaitan dengan resistensi kegagalan toleransi glukosa
yang menyebabkan diabetes tipe 2. Hala ini jelas dikarenakan
persediaan cadangan glukosa dalam tubuh mencapai level yang
tinggi. Selain itu kadar kolesterol dalam darah serta kerja jantung
yang harus ekstra keras memompa darah keseluruh tubuh
menjadi pemicu obesitas. Pengurangan berat badan sering kali
dikaitkan dengan perbaikan dalam sensivitas insulin dan
pemulihan toleransi glukosa.
c.    Riwayat keluarga
Indeks untuk diabetes tipe 2 pada kembar monozigot hamper
100%. Resiko berkembangnya diabetes tipe 3 pada sausara
kandubg mendekati 40% dan 33% untuk anak cucunya. Jika orang
tua menderita diabetes tipe 2, rasio diabetes dan nondiabetes pada
anak adalah 1:1 dan sekitar 90% pasti membawa carer diabetes
tipe 2.( Martinus,2005)
3. Diabetes gestasional (GDM )
Pada DM dengan kehamilan, ada 2 kemungkinan yang dialami oleh si
Ibu:
a.    Ibu tersebut memang telah menderita DM sejak sebelum hamil
b.    ibu mengalami/menderita DM saat hamil
Klasifikasi DM dengan Kehamilan menurut Pyke:
Klas I : Gestasional diabetes, yaitu diabetes yang timbul pada
waktu hamil dan menghilang setelah melahirkan.
Klas II : Pregestasional diabetes, yaitu diabetes mulai sejak
sebelum hamil dan berlanjut setelah hamil.
Klas III : Pregestasional diabetes yang disertai dengan
komplikasi penyakit 
pembuluh darah seperti retinopati, nefropati, penyakit pemburuh
darah panggul dan pembuluh darah perifer. Pada saat seorang wanita
hamil, ada beberapa hormon yang mengalami peningkatan jumlah.
Misalnya, hormon kortisol, estrogen, dan human placental
lactogen (HPL). Ternyata, saat hamil, peningkatan jumlah hormon-

6
hormon tersebut mempunyai pengaruh terhadap fungsi insulin dalam
mengatur kadar gula darah (glukosa). Kondisi ini menyebabkan
kondisi yang kebal terhadap insulin yang disebut sebagai insulin
resistance. Saat fungsi insulin dalam mengendalikan kadar gula dalam
darah terganggu, jumlah gula dalam darah pasti akan naik. Hal inilah
yang kemudian menyebabkan seorang wanita hamil menderita
diabetes gestasional.

4. Diabetes Melitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom


lainnya
a. Kelainan genetic dalam sel beta. Pada tipe ini memiliki prevalensi
familial yang tinggi dan bermanifestasi sebelum usia 14 tahun.
Pasien seringkali obesitas dan resisten terhadap insulin.
b. Kelainan genetic pada kerja insulin sindrom resistensi insulin berat
dan akantosis negrikans
c.  Penyakit endokrin seperti sindrom Cushing dan akromegali
d.  Obat-obat yang bersifat toksik terhadap sel-sel beta
e.   Infeksi

C. Tanda dan Gejala


Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM
atau kencing manis yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula
darah, dimana peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160 -
180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis yang mengandung
gula (glucose), sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut.
Penderita diabetes melitus umumnya menampakkan tanda dan gejala
dibawah ini meskipun tidak semua
dialami oleh penderita :
1.      Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
2.      Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
3.      Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
4.      Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)

7
5.      Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
6.      Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
7.      Cepat lelah dan lemah setiap waktu
8.      Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
9.      Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
10. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.

Kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan


seseorang tidak sadarkan diri bahkan memasuki tahapan koma. Gejala
diabetes melitus dapat berkembang dengan cepat waktu ke waktu dalam
hitungan minggu atau bulan, terutama pada seorang anak yang menderita
penyakit diabetes mellitus tipe 1. Lain halnya pada penderita diabetes
mellitus tipe 2, umumnya mereka tidak mengalami berbagai gejala diatas.
Bahkan mereka mungkin tidak mengetahui telah menderita kencing manis.
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering
ditemukan adalah :
1. Katarak
2. Glaukoma
3. Retinopati
4. Gatal seluruh badan
5. Pruritus Vulvae
6. Infeksi bakteri kulit
7. Infeksi jamur di kulit
8. Dermatopati
9. Neuropati perifer
10. Neuropati visceral
11. Amiotropi
12. Ulkus Neurotropik
13. Penyakit ginjal
14. Penyakit pembuluh darah perifer
15. Penyakit koroner
16. Penyakit pembuluh darah otak

8
17. Hipertensi
D. Patofisiologi
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan
salah satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut:
1. Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel – sel tubuh yang
mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 300 – 1200
mg/dl.
2.  Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang
menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai
dengan endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah.
3.  Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh. Pasien – pasien yang
mengalami defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar
glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi sesudah makan.
Pada hiperglikemia yang parah yang melebihi ambang ginjal normal (
konsentrasi glukosa darah sebesar 160 – 180 mg/100 ml ), akan
timbul glikosuria karena tubulus – tubulus renalis tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan
mengakibatkan diuresis osmotik yang menyebabkan poliuri disertai
kehilangan sodium, klorida, potasium, dan pospat. Adanya poliuri
menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi. Akibat glukosa yang
keluar bersama urine maka pasien akan mengalami keseimbangan
protein negatif dan berat badan menurun serta cenderung terjadi
polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan energi
sehingga pasien menjadi cepat telah dan mengantuk yang disebabkan
oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga
berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk energi.  Hiperglikemia
yang lama akan menyebabkan arterosklerosis, penebalan membran
basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan memudahkan
terjadinya gangren.
Gangren Kaki Diabetik
Ada dua teori utama mengenai terjadinya komplikasi kronik DM
akibat hiperglikemia, yaitu teori sorbitol dan teori glikosilasi.

9
a.    Teori Sorbitol
Hiperglikemia akan menyebabkan penumpukan kadar glukosa
pada sel dan jaringan tertentu dan dapat mentransport glukosa tanpa
insulin. Glukosa yang berlebihan ini tidak akan termetabolisasi habis
secara normal melalui glikolisis, tetapi sebagian dengan perantaraan
enzim aldose reduktase akan diubah menjadi sorbitol. Sorbitol akan
tertumpuk dalam sel / jaringan tersebut dan menyebabkan kerusakan
dan perubahan fungsi.
b.    Teori Glikosilasi
Akibat hiperglikemia akan menyebabkan terjadinya glikosilasi
pada semua protein, terutama yang mengandung senyawa lisin.
Terjadinya proses glikosilasi pada protein membran basal dapat
menjelaskan semua komplikasi baik makro maupun mikro
vaskular.Terjadinya Kaki Diabetik (KD) sendiri disebabkan oleh
faktor – factor disebutkan dalam etiologi. Faktor utama yang berperan
timbulnya KD adalah angiopati, neuropati dan infeksi. Neuropati
merupakan faktor penting untuk terjadinya KD. Adanya neuropati
perifer akan menyebabkan terjadinya gangguan sensorik maupun
motorik. Gangguan sensorik akan menyebabkan hilang atau
menurunnya sensasi nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami
trauma tanpa terasa yang mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki
gangguan motorik juga akan mengakibatkan terjadinya atrofi otot
kaki, sehingga merubah titik tumpu yang menyebabkan ulsetrasi pada
kaki pasien. Angiopati akan menyebabkan terganggunya aliran darah
ke kaki. Apabila sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah yang
lebih besar maka penderita akan merasa sakit tungkainya sesudah ia
berjalan pada jarak tertentu.
Manifestasi gangguan
Pembuluh darah yang lain dapat berupa : ujung kaki terasa dingin,
nyeri kaki di malam hari, denyut arteri hilang, kaki menjadi pucat bila
dinaikkan. Adanya angiopati tersebut akan menyebabkan terjadinya
penurunan asupan nutrisi, oksigen (zat asam ) serta antibiotika sehingga

10
menyebabkan luka sulit sembuh ( Levin,1993). Infeksi sering merupakan
komplikasi yang menyertai KD akibat berkurangnya aliran darah atau
neuropati, sehingga faktor angiopati dan infeksi berpengaruh terhdap
penyembuhan atau pengobatan dari KD.

E. Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas
insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya
komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan teraupetik pada setiap jenis
diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadinya
hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas klien.
Ada lima komponen dalam penatalaksanaan diabetes:
1.      Diet
2.      Latihan
3.      Pemantauan
4.      Terapi
5.      Pendidikan (keperawatan medical bedah, brunner and suddarth,
2002: 1226)
a.  Penatalaksanaan Diet/Perencanaan Makanan(Meal planning)
Pada consensus perkumpulan endokrinologi Indonesia(PERKENI)
telah ditetapkan bahwa standar yang dianjurkan adalah santapan
dengan komposisi seimbang berupa karbohidrat(60-70%), protein
(10-15%), lemak (20-25%),. Apabila diperlukan santapan dengan
komposisi karbohidrat sampai 70-75% juga memberikan hasil
yang baik, terutama untuk golongan ekonomi rendah. Jumlah
kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress
akut, dan kegiatan jasmani untuk mencapai berat badan ideal.
Jumlah kandungan kolestrol <300mg/hari. Jumlah kandungan
serat kurang lebih 25 g/hari, diutamakan jenis serat larut.
Konsumsi garam dibatasi bila terdapat hipertensi. Pemanis dapat
digunakan secukupnya.
b.  Latihan Jasmani

11
Dianjurkan latihan jasmani teratur, 3-4 kali tiap minggu selama
kurang lebih 0,5 jam yang sifatnya sesuai CRIPE (continous,
Rhtmical, Interval, Progresiv, endurance training). Latihan
dilakukan terus menerus tanpa berhenti, otot-otot berkontraksi dan
relaksasi secara teratur, selang seling antara gerak cepat dan
lambat, berangsur angsur dari sedikit ke latihan yang lebih berat
secara bertahap dan bertahan dalam waktu tertentu. Latihan yang
dapat dijadikan pilihan adlah jalan kaki, jogging, lari, renang,
bersepeda, dan mendayung.
Sedapat mungkin mencapai zona sasaran atau zona latihan, yaitu
75%-85% denyut nadi maksimal.Denyut nadi maksimal dapat
dihitung dengan menggunakan formula berikut:
DNM= 220 – umur (dalam tahun) Hal yang perlu diperhatikan
dalam latihan jasmani ini adalah jangan memulai olahraga
sebelum makan, memakai sepatu yang pas, harus didampingi
orang yang tahu mengatasi serangan hipoglikemia, harus selalu
membawa permen, dan memeriksa kaki setelah berolahraga.
c.   Obat berkhasiat hipoglikemik
Jika pasien telah melakukan pengaturan makan dan
kegiatan jasmani yang teratur tapi kadar glukosa darah masih
belum baik, dipertimbangkan pemakaian obat berkhasiat
hipoglikemik (oral/suntikan)
Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
1)    Sulfonylurea
Obat golongan sulfonylurea bekerja dengan cara :
a)   Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan
b)   Menurunkan ambang sekresi insulin
c)    Meningkatkan rangsangan insulin sebagai akibat
rangsangan glukosa
2)   Biguanid
Biguanid menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai
dibawah normal. Preparat yang ada dan normal adalah

12
metformin. Obat ini dianjurkan untuk pasien gemuk(IMT>30)
sebagai obat tunggal. Pada pasien dengan berat lebih (IMT 27-
30), dapat dikombinasi dengan obat golongan sulfonylurea.
3)   Inhibitor α glukosidase
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja
enzim α glukosidase di dalam saluran cerna, sehingga
menurunkan penyerapan glukos.
4)  Insulin sensitizing agent
Thoazolidinediones adalah golongan obat baru yang
mempunyai efek farmakologi meningkatkan sensitifitas insulin,
sehingga bias mengatasi masalah resistensi insulin tanpa
menyebabkan hipoglikemia. Obat ini belum beredar di
Indonesia.

13
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
Dalam mengkaji identitas beberapa data didapatkan adalah nama klien,
umur, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, agama, suku,
alamat. Dalam identitas data/ petunjuk yang dapat kita prediksikan
adalah Umur, karena seseorang memiliki resiko tinggi untuk terkena
diabetes mellitus tipe II pada umur diatas 40 tahun.
2.  Keluhan Utama
Pasien diabetes mellitus dating kerumah sakit dengan keluhan utama
yang berbeda-beda. Pada umumnya seseorang dating kerumah sakit
dengan gejala khas berupa polifagia, poliuria, polidipsia, lemas, dan
berat badan turun.
3.  Riwayat Kesehatan
a.   Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian riwayat penyakit dahulu akan didapatkan
informasi apakah terdapat factor-faktor resiko terjadinya diabetes
mellitus misalnya riwayat obesitas, hipertensi, atau juga
aterosclerosis
b.   Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian pada RPS berupa proses terjadinya gejala khas dari
DM, penyebab terjadinya DM serta upaya yang telah dilakukan
oleh penderita untuk mengatasinya.
c,   Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji adanya riwayat keluarga yang terkena diabetes mellitus, hal
ini berhubungan dengan proses genetic dimana orang tua dengan
diabetes mellitus berpeluang untuk menurunkan penyakit tersebut
kepada anaknya.
4. Pola Aktivitas
a. Pola Nutrisi

14
Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin maka
kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan
keluhan sering kencing, banyak makan, banyak minum, berat badan
menurun dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan
terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi
status kesehatan  penderita.
b. Pola Eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang
menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan pengeluaran glukosa
pada urine ( glukosuria ). Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan.
c. Pola Istirahat dan Tidur
Adanya poliuri, dan situasi rumah sakit yang ramai akan mempengaruhi
waktu tidur dan istirahat penderita, sehingga pola tidur dan waktu tidur
penderita Pola Aktivitas
Adanya  kelemahan otot – otot pada ekstermitas menyebabkan penderita
tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara maksimal,
penderita  mudah mengalami kelelahan.
d. Pola persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita
mengalami gangguan pada gambaran diri. lamanya perawatan, banyaknya
biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami
kecemasan dan gangguan peran pada keluarga ( self esteem ).
e. Pola sensori dan kognitif
Pasien dengan diabetes mellitus cenderung mengalami neuropati / mati
rasa pada kaki sehingga tidak peka terhadap adanya trauma.
f. Pola seksual dan reproduksi
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi
sehingga menyebabkan gangguan potensi sek, gangguan kualitas
maupun  ereksi, serta memberi dampak pada proses ejakulasi serta
orgasme.
g. Pola mekanisme stres dan koping
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan
tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang
negatif  berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung dan lain – lain,

15
dapat menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan mekanisme
koping yang konstruktif / adaptif.
5. Pengkajian Fisik
a. Keadaan Umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan,
berat badan dan tanda – tanda vital.
b. Head to Toe
1) Kepala Leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher,
telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran,
lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah
goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur
/ ganda, diplopia, lensa mata keruh.
2)  Sistem integumen
Kaji Turgor kulit menurun pada pasien yang sedang mengalami
dehidrasi, kaji pula adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan suhu kulit di daerah  sekitar ulkus dan gangren,
kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
3)   Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas menandakan pasien mengalami diabetes
ketoasidosis, kaji juga adanya batuk, sputum, nyeri dada. Pada
penderita DM mudah terjadi infeksi.
4)   Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau   berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
Hal ini berhubungan erat dengan adanya komplikasi kronis pada
makrovaskuler
5)   Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit
saat berkemih.Kelebihan glukosa akan dibuang dalam bentuk urin.
6)    Sistem muskuloskeletal
Adanya katabolisme lemak, Penyebaran lemak dan, penyebaran
masa otot,berubah. Pasien juga cepat lelah, lemah.

16
7)   Sistem neurologis
Berhubungan dengan komplikasi kronis yaitu pada system
neurologis pasien sering mengalami penurunan sensoris,
parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau
mental, disorientasi.
b. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
a.    Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa
>120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
b.     Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine.
Pemeriksaan dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil
dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau ( + ),
kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata  ( ++++ ).
c.     Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik
yang sesuai dengan jenis kuman.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik,
kehilangan gastrik, berlebihan diare, mual, muntah, masukan dibatasi,
kacau mental.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral : anoreksia,
mual, lambung penuh, nyeri abdomen, perubahan kesadaran : status
hipermetabolisme, pelepasan hormon stress.
3. Risiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan perifer, perubahan sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi,
prosedur invasif dan kerusakan kulit.

17
C. Intervensi Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik,
kehilangan gastrik, berlebihan diare, mual, muntah, masukan dibatasi,
kacau mental.
Tujuan : Kondisi tubuh stabil, tanda-tanda vital, turgor kulit, normal.
Kriteria Hasil : pasien menunjukan adanya perbaikan keseimbangan
cairan, dengan kriteria ; pengeluaran urine yang adekuat (batas
normal), tanda-tanda vital stabil, tekanan nadi perifer jelas, turgor kulit
baik, pengisian kapiler baik dan membran mukosa lembab atau basah.
Intervensi dan Implementasi :
a. Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan tekanan darah
ortestastik.
R : Hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan
takikardia.
b. Kaji pola napas dan bau napas.
R : Paru-paru mengeluarkan asam karbonat melalui pernapasan
yang menghasilkan kompensasi alkosis respiratoris terhadap
keadaan ketoasidosis.
c. Kaji suhu, warna dan kelembaban kulit.
R : Demam, menggigil, dan diaferesis merupakan hal umum terjadi
pada proses infeksi. Demam dengan kulit yang kemerahan,
kering, mungkin gambaran dari dehidrasi.
d. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran
mukosa.
R : Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi atau volume
sirkulasi yang adekuat.
e. Pantau intake dan output. Catat berat jenis urine.
R : memeberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti,
fungsi ginjal dan keefektifan dari terapi yang diberikan.
f. Ukur berat badan setiap hari.

18
R : memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan
yang sedang berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan
cairan pengganti.
g. Kolaborasi pemberian terapi cairan sesuai indikasi
R : tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan
cairan dan respon pasien secara individual.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral : anoreksia,
mual, lambung penuh, nyeri abdomen, perubahan kesadaran : status
hipermetabolisme, pelepasan hormon stress.
Tujuan : berat badan dapat meningkat dengan nilai laboratorium
normal dan tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
Kriteria Hasil :
a. pasien mampu mengungkapkan pemahaman tentang
penyalahgunaan zat, penurunan jumlah intake ( diet pada status
nutrisi).
b.mendemonstrasikan perilaku, perubahan gaya hidup untuk
meningkatkan dan mempertahankan berat badan yang tepat.
Intervensi dan Implementasi
a.   Timbang berat badan setiap hari sesuai indikasi
R : Mengetahui pemasukan makan yang adekuat.
b. Tentukan program diet dan pola makanan pasien dibandingkan
dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien.
R: Mengindentifikasi penyimpangan dari kebutuhan.
c.   Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen/perut
kembung, mual,muntah, pertahankan puasa sesuai indikasi.
R : mempengaruhi pilihan intervensi.
d. Observasi tanda-tanda hipoglikemia, seperti perubahan tingkat
kesadaran, dingin/lembab, denyut nadi cepat, lapar dan pusing.
R : secara potensial dapat mengancam kehidupan, yang harus
dikali dan ditangani secara tepat.

19
e.  Kolaborasi dalam pemberian insulin, pemeriksaan gula darah dan
diet.
R : Sangat bermanfaat untuk mengendalikan kadar gula darah.
3. Risiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan perifer, perubahan sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi,
prosedur invasif dan kerusakan kulit.
Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
Kriteria Hasil :
a.    mengindentifikasi faktor-faktor risiko individu dan intervensi
untuk mengurangi potensial infeksi.
b, pertahankan lingkungan aseptik yang aman.
Intervensi / Implementasi
a.   Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan seperti demam,
kemerahan, adanya pus pada luka , sputum purulen, urin warna
keruh dan berkabut.
R : pasien masuk mungkin dengan infeksi yang biasanya telah
mencetus keadaan ketosidosis atau dapat mengalami infeksi
nosokomial.
b.  Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang
baik, setiap kontak pada semua barang yang berhubungan dengan
pasien termasuk pasiennya sendiri.
R : mencegah timbulnya infeksi nosokomial.
c. Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif (seperti
pemasangan infus, kateter folley, dsb).
R : Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media
terbaik bagi pertumbuhan kuman.
d. Pasang kateter / lakukan perawatan perineal dengan baik.
R : Mengurangi risiko terjadinya infeksi saluran kemih.
e. Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh.
Masase daerah tulang yang tertekan, jaga kulit tetap kering, linen
kering dantetap kencang (tidak berkerut).

20
R : sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada
penigkatan risiko terjadinya kerusakan pada kulit / iritasi dan
infeksi.
f. Posisikan pasien pada posisi semi fowler.
R : memberikan kemudahan bagi paru untuk berkembang,
menurunkan terjadinya risiko hipoventilasi.
g. Kolaborasi antibiotik sesuai indikasi.
R : penenganan awal dapat membantu mencegah timbulnya sepsis.

D. Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan diabetes mellitus adalah :
a.  Kondisi tubuh stabil, tanda-tanda vital, turgor kulit, normal.
b.  Berat badan dapat meningkat dengan nilai laboratorium normal dan
tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
c.  Infeksi tidak terjadi
d.  Rasa lelah berkurang/Penurunan rasa lelah
e. Pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan
proses pengobatan.

21
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Diabetes mellitus adalah sekelompok kelainan yang ditandai oleh
peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia). Mungkin terdapat
penurunan dalam kemampuan tubuh untuk berespon terhadap insulin
dan atau penurunan atau tidak terdapatnya pembentukan insulin oleh
pancreas. Kondisi ini mengarah pada hiperglikemia, yang dapat
menyebabkan terjadinya komplikasi metabolic akut seperti
ketoasidosis diabetic. Hiperglikema jangka panjang dapat menunjang
terjadinya komplikasi mikrovaskular kronis (penyakit ginjal dan mata)
serta komplikasi neuropati. Diabetes juga berkaitan dengan kejadian
penyakit makrovaskuler, termasuk infark miokard, stroke, dan
penyakit vaskuler perifer.

B. Saran
Diharapkan kepada setiap pembaca memberikan saran dan kritik
yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

22
DAFTAR PUSTAKA

Baughman, DC & Hackley, JC.2000. Keperawatan Medikal Bedah Brunner &


Suddarth.Jakarta: EGC

Buku ajar Fisiologi Guyton.

Lewis M Sharon, RN, PhD, Heitkemper MC faan. 2000. Medical Surgical


Nursing Ed.5.Mosby

Martinus, Adrian.2005.1001 Tentang Diabetes.Bandung:Nexx Media

Pearce, Evelyn C.2007.Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis.Jakarta:PT


Gramedia Pustaka Utama

Price, Sylvia A.2005.Patofisiologi volume Edisi 6.Jakarta:EGC

Smeltzer, Suzzanne C.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &


Suddarth Ed.8.Jakarta: EGC

Tambayong, Jan dr. 2001. Anatomi dan fisiologi untuk keperawatan. EGC

www.trinoval.web.id

www.ilmukeperawatan.com

www.klikdokter.com

23

Anda mungkin juga menyukai