Anda di halaman 1dari 14

1.

Konsep Diabetes Mellitus

a. Pengertian Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang terjadi ketika ada

peningkatan glukosa dalam darah karena pankreas tidak lagi mampu

memproduksi insulin, atau ketika tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang

dihasilkannya dengan baik. Insulin adalah hormon yang diproduksi oleh

pankreas yang bertindak seperti transports untuk membiarkan glukosa dari

makanan yang kita makan melewati aliran darah ke dalam sel-sel dalam tubuh

untuk menghasilkan energi. Semua makanan karbohidrat dipecah menjadi

glukosa dalam darah. Insulin membantu glukosa masuk ke dalam sel.

Ketidakmampuan memproduksi insulin atau menggunakannya secara efektif

menyebabkan peningkatan kadar glukosa dalam darah atau dikenal sebagai

hiperglikemia. Selama jangka panjang kadar glukosa tinggi dikaitkan dengan

kerusakan dan kegagalan berbagai organ dan jaringan dalam tubuh mulai dari

pembuluh darah, mata, ginjal, jantung serta syaraf (IDF, 2020).

Menurut WHO (2019), seseorang didiagnosis diabetes mellitus apabila

dalam pemeriksaan kadar gula darah ditemukan nilai pemeriksaan kadar gula

darah anteprandial ≥ 126 mg/dl, dua jam setelah makan ≥ 200 mg/dl dan kadar

gula darah acak ≥ 200 mg/dl.

b. Klasifikasi Diabetes Mellitus

Ada beberapa klasifikasi diabetes mellitus menurut International Diabetes

Federation (IDF) tahun 2020, yaitu sebagai berikut:

1) Diabetes Mellitus Tipe 1

Diabetes Mellitus tipe 1 disebabkan oleh reaksi autoimun dimana

sistem pertahanan atau kekebalan tubuh menyerang sel-sel yang


memproduksi insulin. Akibatnya, tubuh memproduksi insulin sangat

sedikit atau tidak sama sekali. Kombinasi kondisi genetik dan pemicu

lingkungan seperti infeksi virus, racun atau beberapa faktor diet dikaitkan

dengan diabetes mellitus.

Diabetes mellitus tipe 1 dapat menyerang orang pada usia berapa pun,

tetapi biasanya sering terjadi pada anak-anak atau remaja. Orang dengan

diabetes mellitus tipe 1 membutuhkan suntikan insulin setiap hari untuk

mengontrol kadar glukosa darah, tanpa insulin tidak akan mampu bertahan

(IDF, 2020).

2) Diabetes Mellitus Tipe 2

Diabetes mellitus tipe 2 adalah jenis diabetes mellitus yang paling

umum, sekitar 90% dari semua kasus diabetes mellitus. Diabetes mellitus

tipe 2 umumnya ditandai dengan resistensi insulin, di mana tubuh tidak

sepenuhnya merespon insulin. Insulin tidak dapat bekerja dengan baik,

kadar glukosa darah terus meningkat, melepaskan lebih banyak insulin.

Bagi beberapa orang dengan diabetes tipe 2 ini akhirnya dapat menguras

pankreas, mengakibatkan tubuh memproduksi insulin lebih sedikit,

menyebabkan kadar gula darah lebih tinggi atau disebut dengan

hiperglikemia.

Diabetes mellitus tipe 2 paling sering terjadi pada orang dewasa yang

lebih tua, tetapi semakin terlihat pada anak-anak, remaja dan dewasa muda

karena meningkatnya tingkat obesitas, aktivitas fisik dan pola makan yang

buruk (IDF, 2020).

3) Diabetes Mellitus Gestasional


Diabetes mellitus gestasional merupakan diabetes mellitus yang

mempengaruhi ibu hamil yang biasanya terjadi selama trimester kedua dan

ketiga kehamilan dan bisa terjadi kapan saja selama kehamilan. Diabetes

mellitus gestasional timbul karena terjadinya resitensi insulin akibat

produksi hormone oleh plasenta (IDF, 2020).

c. Etiologi Diabetes Mellitus

1) Diabetes Mellitus Tipe 1

Diabetes mellitus tipe 1 ditandai oleh penghancuran sel-sel beta

pankreas. Destruksi sel beta tersebut disebabkan oleh faktor:

a) Genetik

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri

melainkan mewarisi suatu predisposisi atau kecenderunan genetik ke

arah terjadinya diabetes mellitus tipe I. Kecenderungan genetik ini

ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (human

leukocyte antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang

bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya.

b) Imunologi

Pada diabetes tipe I terdapat suatu respons autoimun. Respon

ini merupakan respon abnormal terarah pada jaringan normal tubuh

dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya

seolah-olah sebagai benda asing.

c) Lingkungan

Faktor lingkungan tempat tinggal seseorang dari garis ekuator

atau khatulistiwa maka makin tinggi risiko terkena diabetes tipe I.

Virus tertentu juga berperan dalam pengembangan diabetes mellitus


tipe 1. Virus penyebab diabetes mellitus tipe 1 adalah virus rubella,

mumps dan human coxsackievirus B4. Virus ini mengakibatkan

destruksi atau perusakan sel melalui mekanisme infeksi sitolik di sel

beta.

d) Usia

Diabetes tipe I dapat menyerang siapa aja, namun diabetes tipe

I lebih rentan terjadi pada anak-anak terutama usia 4-14 tahun.

2) Diabetes Mellitus Tipe II

Diabetes tipe II terjadi ketika sel tubuh tidak dapat menggunakan

insulin sebagaimana mestinya sehingga insulin menjadi resisten. Faktor-

faktor yang berperan dalam proses terjadinya resistensi insulin antara lain:

a) Usia

Usia yang banyak terkena diabetes mellitus adalah 45-65 tahun

disebabkan oleh faktor degenerative yaitu menurunnya fungsi tubuh,

khususnya sel beta dalam memproduksi insulin untuk metabolisme

glukosa (Betteng, 2014).

b) Genetik

Faktor dari varian gen umum diketahui dalam menciptakan

disposisi pra diabetes mellitus 2 sekitar 5-10%. Tidak seperti penyakit

warisan, homozigot untuk kerentanan tidak menghasilkan diabetes

mellitus tipe 2 kecuali faktor lingkungan atau gaya hidup.

c) Riwayat penyakit keluarga

Pengaruh faktor genetik terhadap diabetes mellitus terlihat jelas

dengan tingginya pasien diabetes mellitus yang berasal dari orang tua

yang memiliki riwayat diabetes mellitus sebelumnya.


d) Gaya hidup

Diabetes mellitus tipe 2 sering disebut juga dengan diabetes

mellitus life style karena faktor lingkungan seperti usia, obesitas,

reistensi insulin, makanan, aktifitas fisik, dan gaya hidup yang tidak

sehat seperti merokok, kurang olahraga, stres dan kurang istirahat juga

berpen dalam terjadinya diabetes mellitus. Obesitas juga jelas

merupakan faktor utama untuk pengembangan diabetes mellitus tipe 2

(Brunner & Suddarth, 2014).

d. Faktor Risiko Diabetes Mellitus

Faktor risiko diabetes mellitus dibagi atas dua faktor yaitu faktor yang

dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi, yaitu sebagai berikut:
1) Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi

a) Ras

Ras adalah suku atau kebudayaan setempat yang dapat menjadi

salah satu faktor risiko diabetes mellitus yang berasal dari lingkungan.

Penyakit yang berhubungan dengan ras tau etnik pada umumnya

berkaitan dengan faktor genetik dan lingkungan.

b) Usia

Usia merupakan faktor risiko utama diabetes mellitus. Diabetes

mellitus tipe 2 sering terjadi pada usia 45 tahun (American Diabetes

Association, 2018). Semakin bertambahnya usisa semakin

meningkatnya resiko diabetes mellitus dikaitkan dengan penurunan

fungsi fisiologis tubuh.

c) Riwayat keluarga menderita diabetes mellitus

Risiko seorang anak mendapat DM tipe 2 adalah 15% bila salah

satu orang tuanya menderita DM dan kemungkinan 75% bilamana

kedua-duanya menderita DM. Pada umumnya apabila seseorang

menderita DM maka saudara kandungnya mempunyai risiko DM

sebanyak 10% (Kemenkes RI, 2014).

d) Berat lahir

Berat lahir menjadi faktor risiko DM tipe 2 jika seseorang

mengalami Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Bayi masuk ke dalam

kategori BBLR jika bayi tersebut lahir dengan berat <2500 gram. Bayi

dengan berat lahir yang rendah, di masa dewasanya akan mempunyai

risiko tekena berbagai penyakit salah satunya DM. Seseorang yang

mengalami BBLR dimungkinkan memiliki kerusakan pankreas


sehingga kemampuan pankreas untuk memproduksi insulin akan

terganggu. Hal ini akan memungkinkan orang tersebut untuk menderita

DM tipe 2 (Permata, 2021).

2) Faktor resiko yang dapat dimodifikasi

a) Obesitas

Obesitas merupakan faktor risiko utama terjadinya diabetes

mellitus. Obesitas dapat menyebabkan terjadinya resisten insulin.

Semakin banyak jaringan lemak tubuh kerja insulin akan semkin

resisten, terutama jika lemak berkumpul didaerah perut. Pada obesitas

kemungkinan terkena DM 2,9 kali lebih sering bila dibandingkan

dengan yang tidak obesitas yang umurnya 20-45 tahun mempunyai

kecenderungan 3,8 kali lebih sering bila dibandingkan dengan

penderita yang berat badannya normal. Sedangkan yang umurnya 45-

75 tahun mempunyai kecenderungan terkena DM 2 kali lebih sering

dari yang berat badannya normal.


b) Tekanan darah tinggi

Tekanan darah tinggi merupakan peningkatan kecepatan denyut

jantung, peningkatan restensi (tekanan) dari pembuluh darah dari tepi

dan peningkatan volume aliran darah (ADA, 2018).

c) Gaya hidup

Gaya hidup merupakan prilaku seseorang yang ditunjukan

dalam aktivitas sehari-hari, makanan cepat saji, olahraga tidak teratur

dan minum bersoda adalah salah satu gaya hidup yang dapat memicu

terjadinya diabetes mellitus tipe 2.

d) Riwayat diabetes gestasional sewaktu hamil

Kadar gula darah yang tidak terkontrol pada kehamilan dapat

menimbulkan banyak resiko dikemudian hari diantaranya bayi lahir

berukuran besar, bayi lahir prematur, keguguran, bayi lahir mati.

Tekanan darah tinggi dan kematian ibu (ADA, 2018).

e. Patofisiologi Diabetes Mellitus

Pada diabetes tipe I, sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses

autoimun, sehingga insulin tidak dapat diproduksi. Hiperglikemia puasa terjadi

karena produksi glukosa yang tidak dapat diukur oleh hati. Meskipun glukosa

dalam makanan tetap berada di dalam darah dan menyebabkan hiperglikemia

postprandial (setelah makan), glukosa tidak dapat disimpan di hati. Jika

konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak akan dapat

menyerap kembali semua glukosa yang telah disaring. Oleh karena itu ginjal

tidak dapat menyerap semua glukosa yang disaring. Akibatnya, muncul dalam

urine (kencing manis). Saat glukosa berlebih diekskresikan dalam urine,

limbah ini akan disertai dengan ekskreta dan elektrolit yang berlebihan.
Kondisi ini disebut diuresis osmotik. Kehilangan cairan yang berlebihan dapat

menyebabkan peningkatan buang air kecil (poliuria) dan haus (polidipsia).

Kekurangan insulin juga dapat mengganggu metabolisme protein dan lemak,

yang menyebabkan penurunan berat badan. Jika terjadi kekurangan insulin,

kelebihan protein dalam darah yang bersirkulasi tidak akan disimpan di

jaringan. Dengan tidak adanya insulin, semua aspek metabolisme lemak akan

meningkat pesat. Biasanya hal ini terjadi di antara waktu makan, saat sekresi

insulin minimal, namun saat sekresi insulin mendekati, metabolisme lemak

pada DM akan meningkat secara signifikan. Untuk mengatasi resistensi insulin

dan mencegah pembentukan glukosa dalam darah, diperlukan peningkatan

jumlah insulin yang disekresikan oleh sel beta pankreas. Pada penderita

gangguan toleransi glukosa, kondisi ini terjadi akibat sekresi insulin yang

berlebihan, dan kadar glukosa akan tetap pada level normal atau sedikit

meningkat. Namun, jika sel beta tidak dapat memenuhi permintaan insulin

yang meningkat, maka kadar glukosa akan meningkat dan diabetes mellitus

tipe II akan berkembang (Lestari et al., 2021).

f. Manifestasi Klinis Diabetes Mellitus

Gejala dari penyakit DM yaitu antara lain:

1) Poliuri (sering buang air kecil)

Buang air kecil lebih sering dari biasanya terutama pada malam hari

(poliuria), hal ini dikarenakan kadar gula darah melebihi ambang ginjal

(>180mg/dl), sehingga gula akan dikeluarkan melalui urine. Guna

menurunkan konsentrasi urine yang dikeluarkan, tubuh akan menyerap air

sebanyak mungkin ke dalam urine sehingga urine dalam jumlah besar

dapat dikeluarkan dan sering buang air kecil. Dalam keadaan normal,
keluaran urine harian sekitar 1,5 liter, tetapi pada pasien DM yang tidak

terkontrol, keluaran urine lima kali lipat dari jumlah ini. Sering merasa

haus dan ingin minum air putih sebanyak mungkin (poliploidi). Dengan

adanya ekskresi urine, tubuh akan mengalami dehidrasi atau dehidrasi.

Untuk mengatasi masalah tersebut maka tubuh akan menghasilkan rasa

haus sehingga penderita selalu ingin minum air terutama air dingin, manis,

segar dan air dalam jumlah banyak.

2) Polifagi (cepat merasa lapar)

Nafsu makan meningkat (polifagi) dan merasa kurang tenaga. Insulin

menjadi bermasalah pada penderita DM sehingga pemasukan gula ke

dalam sel-sel tubuh kurang dan energi yang dibentuk pun menjadi kurang.

Ini adalah penyebab mengapa penderita merasa kurang tenaga. Selain itu,

sel juga menjadi miskin gula sehingga otak juga berfikir bahwa kurang

energi itu karena kurang makan, maka tubuh kemudian berusaha

meningkatkan asupan makanan dengan menimbulkan alarm rasa lapar.

3) Berat badan menurun

Ketika tubuh tidak mampu mendapatkan energi yang cukup dari gula

karena kekurangan insulin, tubuh akan bergegas mengolah lemak dan

protein yang ada di dalam tubuh untuk diubah menjadi energi. Dalam

sistem pembuangan urine, penderita DM yang tidak terkendali bisa

kehilangan sebanyak 500 gr glukosa dalam urine per 24 jam (setara

dengan 2000 kalori perhari hilang dari tubuh). Kemudian gejala lain atau

gejala tambahan yang dapat timbul yang umumnya ditunjukkan karena

komplikasi adalah kaki kesemutan, gatal-gatal, atau luka yang tidak

kunjung sembuh, pada wanita kadang disertai gatal di daerah selangkangan


(pruritus vulva) dan pada pria ujung penis terasa sakit (balanitis)

(Simatupang, 2017).

g. Komplikasi Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus dengan karakteristik hiperglikemia dapat

mengakibatkan berbagai komplikasi dapat dibagi menjadi dua secara garis

besar, yaitu komplikasi akut dan komplikasi kronis sebagai berikut:

1) Komplikasi Akut

a) Hipoglikemia

Hipoglikemia adalah gejala yang timbul akibat tubuh

kekurangan glukosa, dengan gejala seperti rasa lapar, gemetar,

keringat dingin, dan pusing. Hipoglikemia dapat menyebabkan

terjadinya koma penderita diabetes mellitus yang mengalami reaksi

hipoglikemik.

b) Krisis hiperglikemia

Krisis hiperglikemia dapat terjadi dalam bentuk Ketoasidosis

Diabetik (KAD), Status Hiperosmolar Hiperglikemik (SHH) atau

kondisi yang mempunyai elemen kedua itu. KAD merupakan keadaan

yang ditandai dengan asidosis metabolik akibat pembentukan keton

berlebih, sedangkan SHH ditandai dengan hiperosmolalitas berat

dengan kadar glukosa serum yang biasanya lebih tinggi dari KAD

murni. Pada semua krisis hiperglikemik, hal yang mendasarinya

adalah defisiensi insulin, relatif ataupun absolut. Pada KAD dan SHH,

disamping kurangnya insulin yang efektif dalam darah, terjadi juga

peningkatan hormon kontra insulin, seperti glukagon, katekolamin,

kortisol, dan Growth Hormone (GH).


Hormon-hormon ini menyebabkan peningkatan produksi

glukosa oleh ginjal dan hepar dan gangguan utilisasi glukosa

dijaringan, yang mengakibatkan iperglikemia dan perubahan

osmolaritas ekstraselular.

2) Komplikasi Kronis

a) Komplikasi Macrovaskular

Komplikasi makrovaskuler adalah komplikasi yang mengenai

pembuluh darah arteri yang lebih besar, schingga menyebabkan

atherosklerosis. Akibat atherosklerosis antara lain timbul penyakit

jantung koroner dan stroke. Komplikasi makrovaskular yang umum

berkembang pada penderita diabetes adalah penyakit jantung koroner,

penyakit pembuluh darah otak, dan penyakit pembuluh darah perifer.

Komplikasi makrovaskular ini sering terjadi pada penderita diabetes

mellitus tipe-2 yang umumnya menderita hipertensi, dislipidemia dan

atau kegemukan.

(1) Penyakit jantung koroner

Penyakit jantung koroner merupakan kelainan pada jantung

terjadi karena penurunan kerja jantung dalam memompa darah

dalam keseluruhan tubuh akibat dari penumpukkan lemak yang

mengeras pada pembuluh darah pada penderita DM.

(2) Penyakit pembuluh darah

Kelainan pembuluh darah besar atau makroangiopati

diabetika. Kelainan ini berupa timbunan zat lemak di dalam dan di

bawah pembuluh darah (arteosklerosis).

b) Komplikasi Mikrovaskular
Komplikasi mikrovaskular terutama terjadi pada penderita diabetes

mellitus tipe 1. Hiperglikemia yang persisten dan pembentukan protein

yang terglikasi menyebabkan dinding pembuluh darah menjadi makin

lemah dan rapuh dan terjadi penyumbatan pada pembuluh-pembuluh

darah kecil. Hal inilah yang mendorong timbulnya komplikasi-

komplikasi mikrovaskuler yang merupakan komplikasi kronik, antara

lain retinopati, nefropati, dan neuropati.

(1) Nefropati diabetik

Nefropati diabetik merupakan penyebab kematian kedua

terbanyak pada penderita diabetes mellitus setelah infark miokard.

Diabetes mellitus tipe 2, merupakan penyebab nefropati paling

banyak, sebagai penyebab terjadinya gagal ginjal terminal.

Kerusakan ginjal yang spesifik pada DM mengakibatkan

perubahan fungsi penyaring, sehingga molekul-molekul besar

seperti protein dapat Idos ke dalam kemih (misal Albuminuria).

Akibat nefropati diabetik dapat timbul kegagalan ginjal yang

progresif. Kerja ginjal yang terus menerus melebihi batas untuk

menyaring glukosa menyebabkan peningkatan tekanan darah pada

ginjal dan perubahan struktur glomerulus.

(2) Neuropati diabetik

Neuropati muncul pada 60% penderita diabetes mellitus jangka

panjang. Neuropati diabetik merupakan suatu gangguan pada saraf

akibat diabetes yang ditandai dengan kesemutan, nyeri dan mati

rasa.

(3) Retinopati diabetik


Akibat hiperglikemia ketajaman pada penglihatan pada mata

bisa saja terganggu dan mengakibatkan kebutaan apabila tidak

dikendalikan. Gejala yang terjadi seperti penglihatan mulai

menurun, tampak bercak hitam pada penglihatan, dan nyeri pada

mata (Fandinata, 2020).

Anda mungkin juga menyukai