@MNAL@
Kisusum done
LM@ BNGWL\@M[L
SM7800;7
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi Anemia
Aniemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau
kadar Hb sampai dibawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat
(Behrman, 2010). Anemia adalah berkurangnya hingga dibawah nilai
normal jumlah SDM, kualitas Hb, dan volume packed red blood cell
(hematokrit) per 100 ml darah (Syilvia dan Price, 2012).
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel
darah dan kadar hematokrit dibawah normal. Anemia bukan merupakan
penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit
(gangguan) fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat
2. Etiologi
Penyebab anemia menurut Sudoyo (2015) sebagai berikut :
a. Anemia karena gangguan pembentukkan eritrosit dalam sumsusm
tulang :
a) Kekurangan bahan esensial pembentukan eritrosit
•
Anemia akibat penyakit kronik
Anemia yang disebabkan oleh berbagai kemungkinan penyakit
sebelumnya, seperti kanker, infeksi, penyakit autoimun, dan
penyakit peradangan, seperti artritis reumatoid atau penyakit
ginjal. Jenis anemia ini adalah penyebab anemia tersering
kedua setelah anemia defisiensi besi. Biasanya, penyakit ini
diderita pada lansia yang mengidap penyakit kronik, dan
memerlukan perawatan khusus, baik di rumah maupun dirawat
di rumah sakit
•
Anemia sideroblastik
• Anemia aplastilk
Anemia aplastik merupakan suatu gangguan yang mengancam
jiwa pada sel induk di sum-sum tulang yang sel-sel darah
diproduksi dalam jumlah yang tidak mencukupi. Anemia
aplastik dapat terjadi secara congenital maupun idiopatik
• Anemia mieloplastik
Anemia megaloblastik disebabkan oleh defisiensi vitamin B12
dan asam volat menunjukan perubahan yang sama antara
sumsum tulang dan drah tepi, karena kedua vitamin tersebut
esensial bagiu sintesis DNA normal. Pada setiap kasus, terjadi
hyperplasia sumsum tulang, precursor eritroit dan myeloid
besara dan aneh dan beberapa mengalami multinukleasi. Tetapi
beberapa sel ini mati dalam sumsum tulang, sehingga jumlah
sel matang yang meninggalkan sumsum tulang menjadi sedikit
dan terjadilah parisitopenia. Pada keadaan lanjut Hb dapat
• Anemia diseritopoietik
• Anemia pada sindrom mielodisplastik
d) Anemia akibat hemoragi
• Gangguan hemoglobin
f) Anemia dengan penyebab tidak diketahui atau dengan patogenesis
yang komplek.
3. Manifestasi Klinis
Manifestasi yang sering muncul sebagai berikut :
• Pusing
• Berkunang-kunang
• Lesu
• Rasa mengantuk
• Susah konsentrasi
• Cepat lelah
• Pikiran menurun
• Aktivitas kurang
4. Komplikasi
a. Mudah terkena infeksi
b. Gagal jantung
c. Kematian pada ibu hamil dan bayi lahir dengan BBLR
X`tew`y :
Anemia hemoglobin turun
Kompensasi jantung
Keletihan Respirasi
Cardiomegali
Hipoksia berat, pucat
Pola nafas
tidak efektif
Gagal jantung
Intoleransi
aktivitas Gangguan pertukaran gas
(Patrick, 2012)
2. Penatalaksanaan
Tindakan umum: Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari
penyebab dan mengganti darah yang hilang.
a. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi
g. Pola gordon
a) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Menggambarkan persepsi klien atas kondisi yang dialami dan
bagaimana klien memelihara dan menanganinya.
b) Pola nutrisi metabolik
Perlu dikaji frekuensi makan dan minum, jenis, porsi dan status
antropometri seperti : makanan dan minuman yang disukai
seperti konsumsi obat-obatan, gejala : penurunan masukan diet,
masukan diet protein hewani rendah atau masukan produk sereal
tinggi.
c) Pola eliminasi
Perlu di kaji baik BAK dan BAB terkait : frekuensi, konsistensi,
bau, warna, dan keluhan seperti : gagal ginjal, riwayat
pielonefritis. Hematemesis, melena, diare, dan konstipasi.
Penurunan urine : tanda distensi abdomen.
f) Mata
Sclera ikterik dan konjungtiva anemis.
g) Telinga
Pasien umunya tidak mengeluhkan gangguan pendengaran yang
berkaitan dengan anemia seperti mendengung.
h) Hidung dan sinus
2. Diagnosa keperawatan
a. Intoleransi aktivitas (D.0056) berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
g. Keletihan (D.0057) berhubungan dengan kondisi fisiologis (anemia)
c. Perfusi jaringan tidak efektif (D.0009) berhubungan dengan
penurunan konsentrasi hemoglobin
d. Pola tidak efektif (D.0005) berhubungan dengan sindrom
e. Gangguan pertukaran gas (D.0003) berhubungan dengan
ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
3. Perencanaan keperawatan
mengidentifikasi kebutuha
instirahat
Perfusi Setelah dilakukan tindakan Perawatan sirkulasi
jaringan tidak keperawatan selama ...x24 1) Observasi sirkulasi perifer
efektif jam, perfusi jaringan (sensasi, nadi perifer,
(D.0009) membaik dengan kriteria edeme, CRT, warna dan
hasil : suhu ekstremitas)
Perfusi perifer (L.02011) 2) Monitor tekanan darah
4) Denyut nadi perifer dan denyut nadi perifer
membaik 3) Lakukan ROM
5) Tekanan darah
sistolik membaik
6) Tekanan darah
tidak diastolic membaik
Pola nafas Setelah dilakukan tindakan
efektif
keperawatan selama ...x24
Manajemen jalan nafas
(I.01011) :
(D.0005) jam, pola nafas pasien 1) Monitor frekuensi pola
membaik dengan kriteria nafas
hasil : 2) Posisikan semi fowler atau
Pola nafas (L.01004) fowler
a. Dispnea menurun 3) Kolaborasi pembeian
b. Penggunaan otot bantu terapi oksigen
nafas menurun Dukungan Ventilasi (I. 01002)
c. Frekuensi dan 1) Identifikasi adanya
kedalaman nafas kelelahan otot bantu nafas
membaik 2) Ajarkan melakukan
relaksasi nafas dalam
Gangguan Setelah dilakukan tindakan Pemantaun respirasi
pertukaran gas keperawatan selama ...x24 Terapi oksigen (I.01026)
(D.0003) jam, pertukaraan gas 1) Monitor status pernafasan
membaik dengan kriteria dan oksigenasi
hasil : sebagaimana
Pertukaran gas (L.01003) 2) Monitor efektifitas terapi
a. Dispnea menurun oksigen dengan tepat
b. Bunyi nafas tambahan 3) Posisikan klien untuk
menurun memaksimalkan ventilasi
c. Takikardia menurun 4) Anjurkan klien untuk
bernafas dalam dan pelan
5) Kolaborasi pemberian
terapi oksigen
4. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah proses membandingkan efek atau
hasil suatu tindakan keperawatan dengan normal atau kriteria tujuan
yang sudah dibuat merupakan tahap akhir dari proses keperawatan
evaluasi yang terdiri dari :
a. Evaluasi formatif : Hasil observasi dan analisa perawat terhadap
respon segera pada saat dan setelah dilakukan tindakan
keperawatan.
Syilvia, A., Price. (2012). Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Definisi Dan Indicator Diagnostic. Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2015). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi Dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2015). Standar Interνensi Keperawatan Indonesia:
Definisi Dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI