Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN ANAK DENGAN MASALAH ANEMIA DI RUANG

KERTAWIJAYA RSUD WAHIDIN SUDIRO HUSODO

Oleh :

NAWANG WULANDARI

NIM. 202003060

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA SEHAT PPNI

MOJOKERTO
LAPORAN PENGESAHAN

Laporan Pengesahan tentang Laporan Pendahuluan Keperawatan Anak dengan


masalah Anemia di ruang Kertawijaya RSUD Wahidin Sudiro Husodo:

Nama : Nawang Wulandari


NIM : 202003060
Program Studi : Profesi Ners

Telah diperiksa dan disetujui sebagai tugas dalam praktik klinik Keperawatan
Anak

Mojokerto,

Mengetahui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Ruangan

Kepala Ruangan
LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

A. Pengertian Anemia
Anemia adalah kondisi dimana seseorang tidak memiliki cukup sel
darah merah yang sehat untuk membawa oksigen yang cukup ke jaringan
tubuh. Anemia adalah suatu kondisi di mana konsentrasi hemoglobin
lebih rendah dari biasanya. Kondisi ini mencerminkan kurangnya jumlah
normal eritrosit dalam sirkulasi. Akibat nya, jumlah oksigen yang di kirim
ke jaringan tubuh juga berkurang (Sugeng Jitowiyono, 2018).
Anemia adalah suatu kondisi konsetrasi hemoglobin kurang dari
normal. Anemia merefleksikan jumlah eritrosit yang kurang dari normal di
dalam sirkulasi. Akibatnya jumlah oksigen yang dihantarkan ke jaringan
tubuh juga berkurang. Anemia bukan merupakan kondisi penyakit
khusus melainkan suatu tanda adanya gangguan yang mendasari (
Brunner & Suddarth, 2015).
Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan
kadar hemoglobin (Hb) atau hematokrit (Ht) dibawah normal. Anemia
menunjukkan suatu status penyakit atau perubahan fungsi tubuh. Anemia
merupakan keadaan dimana masa eritrosit dan atau masa hemoglobin yang
beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi
jaringan tubuh. Secara laboratoris, anemia dijabarkan sebagai penurunan
kadar hemoglobin serta hitung eritrosit dan hematokrit dibawah normal
(Handayani.,Haribowo. 2008).
Batasan umum seseorang dikatakan anemia dapat menggunakan
kriteria WHO pada tahun 1968, dengan kriteria sebagai berikut
(Handayani & Andi, 2008):
 Laki-laki dewasa Hb < 13 gr/dl
 Perempuan dewasa tidak hamil Hb < 12 gr/dl
 Perempuan dewasa hamilHb < 11 gr/dl
 Anak usia 6-14 tahun Hb < 12 gr/dl
 Anak usia 6 bulan – 6 tahun Hb < 11 gr/dl
Untuk kriteria anemia di klinik, rumah sakit, atau praktik klinik pada
umumnya dinyatakan anemia bila terdapat nilai sebagai berikut
(Handayani.,Haribowo. 2008).

 Hb < 10 gr/dl
 Hematokrit < 30%
 Eritrosit < 2,8 juta/m

Derajat anemia ditentukan oleh kadar Hb. Klasifikasi derajat anemia


yang umum dipakai adalah (Handayani.,Haribowo. 2008):

 Ringan sekali Hb 10 gr/dl – 13 gr/dl


 Ringan Hb 8 gr/dl – 9,9 gr/dl

 Sedang Hb 6 gr/dl – 7,9 dr/dl

 Berat Hb < 6 gr/dl

B. Klasifikasi Anemia
Menurut (Handayani.,Haribowo. 2008)., klasifikasi anemia adalah:
1. Anemia Aplastik
Anemia Aplastik (hipoproliferatif) disebabkan oleh penurunan
pada prekusor sel-sel sumsum tulang dan penggantian sumsum dengan
lemak. Anemia ini dapat disebabkan oleh kongenital atau didapat,
idiopati akibat dari infeksi tertentu, obat-obatan dan zat kimia, serta
kerusakan akibat radiasi. Penyembuhan sempurna dan cepat mungkin
dapat diantisipasi jika pemajanan pada pasien dihentikan secara
dini.Jika pemajanan tetap berlangsung setelah terjadi tanda-tanda
hipoplasi, depresi sumsum tulang hampir dapat berkembang menjadi
gagal sumsum tulang dan irreversible.
2. Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi adalah kondisi dimana kandungan besi dalam
tubuh menurun dibawah kadar normal. Zat besi yang tidak adekuat
menyebabkan berkurangnya sintesis Hb sehingga menghambat proses
pematangan eritrosit. Ini merupakan tipe anemia yang paling umum.Anemia
ini dapat ditemukan pada pria dan wanita pasca menopause karena
perdarahan (misal, ulkus, gastritis, tumor gastrointestinal), malabsopsi atau
diit sangat tinggi serat (mencegah absorpsi besi). Alkoholisme kronis juga
dapat menyebabkan masukan besi yang tidak adekuat dan kehilangan besi
melalui darah dari saluran gastrointestinal.
3. Anemia Megaloblastik (Defisiensi Vitamin B12 dan Defisiensi Asam
Folat)
Anemia yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 dan
defisiensi asam folat memperlihatkan perubahan-perubahan sumsum
tulang dan darah perifer yang identik.Defisiensi vitamin B12 sangat
jarang terjadi tetapi dapat terjadi akibat ketidakadekuatan masukan
pada vegetarian yang ketat, kegagalan absorpsi saluran
gantrointestinal, penyakit yang melibatkan ilium atau pankreas yang
dapat merusak absorpsi vitamin B12. Tanpa pengobatan pasien akan
meninggal setelah beberapa tahun, biasanya akibat gagal jantung
kongesti sekunder akibat dari anemia. Sedangkan defisiensi asam folat
terjadi karena asupan makanan yang kurang gizi asam folat, terutama
dapat ditemukan pada orang tua, individu yang jarang makan sayuran
dan buah,alkoholisme, anoreksia nervosa, pasien hemodialisis.
4. Anemia Sel Sabit
Anemia sel sabit adalah anemia hemolitik berat yang
diakibatkan oleh defek molekul Hb dan berkenaan dengan serangan
nyeri.Anemia ini ditemukan terutama pada orang Mediterania dan
populasi di Afrika, serta terutama pada orang-orang kulit
hitam.Anemia sel sabit merupaka gangguan resesif otosom yang
disebabkan oleh pewarisan dua salinan gen hemoglobin defektis, satu
buah dari masing-masing orang tua.Hemoglobin yang cacat itu disebut
hemoglobin S (HbS), menjadi kaku dan membentuk konfigurasi
seperti sabit apabila terpajan oksigen berkadar rendah.
5. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan oleh proses
hemolysis, yaitu pemecahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum
waktunya. Anemia hemolitik adalah jenis yang tidak sering dijumpai,
tetapi bila dijumpai memerlukan pendekatan diagnostik yang tepat.
Anemia hemolitik dapat disebabkan oleh anemia sel sabit, malaria,
penyakit hemolitik pada bayi baru lahir, dan reaksi transfuse.

C. Etiologi Anemia
Menurut (Handayani.,Haribowo. 2008).penyebab anemia dapat
dikelompokan sebagai berikut:
1. Gangguan produksi eritrosit yang dapat terjadi karena:
a. Perubahan sintesa Hb yang dapat menimbulkan anemi difisiensi
Fe, Thalasemia, dan anemi infeksi kronik.
b. Perubahan sintesa DNA akibat kekurangan nutrien yang dapat
menimbulkan anemi pernisiosa dan anemi asam folat.
c. Fungsi sel induk (stem sel) terganggu , sehingga dapat
menimbulkan anemia aplastik dan leukemia.
d. Infiltrasi sumsum tulang, misalnya karena karsinoma.
2. Kehilangan darah
a. Akut karena perdarahan atau trauma atau kecelakaan yang
terjadi secara mendadak.
b. Kronis karena perdarahan pada saluran cerna atau menorhagia.
3. Meningkatnya pemecahan eritrosit (hemolisis) Hemolisis dapat terjadi
karena:
a. Faktor bawaan, misalnya, kekurangan enzim G6PD (untuk
mencegah kerusakan eritrosit.
b. Faktor yang didapat, yaitu adanya bahan yang dapat merusak
eritrosit misalnya, ureum pada darah karena gangguan ginjal
atau penggunaan obat acetosal.
4. Bahan baku untuk pembentukan eritrosit tidak ada
Bahan baku yang dimaksud adalah protein , asam folat, vitamin
B12, dan mineral Fe. Sebagian besar anemia anak disebabkan oleh
kekurangan satu atau lebih zat gizi esensial (zat besi, asam folat,
B12) yang digunakan dalam pembentukan sel-sel darah merah.
Anemia bisa juga disebabkan oleh kondisi lain seperti penyakit
malaria, infeksi cacing tambang.
D. Tanda dan Gejala
Tanda dan Gejala yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari
berbagai sistem dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan
neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku,
anorexia (badan kurus), pica, serta perkembangan kognitif yang abnormal
pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan
fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah
mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau
muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala
lain adalah munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata
bawah). Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga
dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa
menyebabkan stroke atau serangan jantung.(Price ,2000:256-264)
Manifestasi klinis
Area Manifestasi klinis
Keadaan umum Pucat , penurunan kesadaran, keletihan berat

, kelemahan, nyeri kepala, demam, dipsnea,


vertigo, sensitive terhadap dingin, BB turun.
Kulit Jaundice (anemia hemolitik), warna kulit
pucat, sianosis, kulit kering, kuku rapuh,
koylonychia, clubbing finger, CRT > 2
detik, elastisitas kulit munurun, perdarahan
kulit atau mukosa (anemia aplastik)
Mata Penglihatan kabur, jaundice sclera,
konjungtiva pucat.
Telinga Vertigo, tinnitus
Mulut Mukosa licin dan mengkilat, stomatitis,
perdarahan gusi, atrofi papil lidah, glossitis,
lidah merah (anemia deficiency asam folat)
Paru – paru Dipsneu, takipnea, dan orthopnea
Kardiovaskuler Takikardia, lesu, cepat lelah, palpitasi, sesak
waktu kerja, angina pectoris dan bunyi
jantung murmur, hipotensi, kardiomegali,
gagal jantung
Gastrointestinal Anoreksia, mual-muntah,
hepatospleenomegali (pada anemia
hemolitik)
Muskuloskletal Nyeri pinggang, sendi
6

System persyarafan Sakit kepala, pusing, tinnitus, mata


berkunang-kunang, kelemahan otot,
irritable, lesu perasaan dingin pada
ekstremitas.

 Gejala Khas Masing-masing anemia

Gejala khas yang menjadi ciri dari masing-masing jenis anemia adalah
sebagai berikut :
a) Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis.

b) Anemia defisisensi asam folat: lidah merah (buffy tongue)

c) Anemia hemolitik: ikterus dan hepatosplenomegali.

d) Anemia aplastik: perdarahan kulit atau mukosa dan tanda-tanda infeksi.


(Bakta, 2003:15)

E. Patofisiologi
Anemia menurut ( Wijaya & Putri, 2013) mencerminkan adanya
kegagalan sum – sum atau kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau
kedua nya. Kegagalan sum – sum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi,
pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak di
ketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis
(dekstruksi), hal ini dapat terjadi akibat defek sel darah merah yang tidak
sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal yang menyebabkan
dekstruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagostik atau
dalam sistem retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai efek
samping proses ini, bilirubin yang terbentuk dalam fagosit akan memasuki
7

aliran darah. Setiap kenaikan dekstruksi sel darah merah (hemolisis) segera
direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma. Konsentrasi normal nya 1
mg/dL atau kurang, bila kadar diatas 1,5 mg/dL akan mengakibatkan interik
pada sklera.
8

Proses perjalanan penyakit dan gejala yang timbul serta keluhan


yang dirasakan dapat digambarkan dalam bentuk bagian sebagai
berikut:
F. Manifestasi Klinis
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan gejala
yang berhubungan dengan anemia. Faktor tersebut antara lain kecepatan
anemia, kronisital anemia, kebutuhan metabolik pasien, gangguan fisik
(misalnya penyakit jantung atau paru), serta gambaran umum dari kondisi
yang menyebabkan anemia.
Secara umum, semakin cepat anemia berkembang, semakin parah
gejalan nya. Orang yang biasanya sangat aktif atau memiliki tuntutan
signifikan terhadap kehidupan mereka cenderung memiliki gejala yang
lebih tinggi daripada orang yang lebih banyak duduk. Beberapa anemia
oleh sebagai kelainan lain yang tidak diakibatkan oleh anemia namun
secara inheren dikaitkan dengan penyakit tertentu (Sugeng Jitowiyono,
2018).
G. Komplikasi
Komplikasi anemia menurut (Sugeng Jitowiyono, 2018) adalah:
1. Kelelahan berat, bila anemia cukup parah seseorang mungkin merasa
sangat lelah sehingga tidak bisa menyelesaikan tugas sehari – hari.
2. Komplikasi kehamilan, wanita hamil dengan anemia defisiensi folat
mungkin lebih cenderung mengalami komplikasi, seperti kelahiran
prematur.
3. Masalah jantung, anemia dapat menyebabkan detak jantung cepat
atau ireguler (aritmia). Bila seseorang menderita anemia, jantung
harus memompa lebih banyak darah untuk mengimbangi
kekurangan oksigen dalam darah. Hal ini menyebabkan jantung
membesar atau gagal jantung.
4. Kematian¸beberapa anemia turunan, seperti anemia sel sabit, bisa
menyebabkan komplikasi yang mengancam jiwa. Kehilangan banyak
darah dengan cepat mengakibatkan anemia akut dan berat dan bisa
berakibat fatal.
H. Pemeriksaan Medis
1. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang Pada Anemia.
Pemeriksaan Laboratorium
a. Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin adalah parameter status besi yang memberikan
suatu ukuran kuantitatif tentang beratnya kekurangan zat besi
setelah anemia berkembang. Pada pemeriksaan dan
pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat
sederhana seperti Hb sachli, yang dilakukan minimal 2 kali
selama kehamilan, yaitu trimester I dan III.
b. Penentuan Indeks Eritrosit
Penentuan indeks eritrosit secara tidak langsung dengan
flowcytometri atau menggunakan rumus:
1) Mean Corpusculer Volume (MCV)
MCV adalah volume rata-rata eritrosit, MCV akan
menurun apabila kekurangan zat besi semakin parah, dan
pada saat anemia mulai berkembang. MCV merupakan
indikator kekurangan zat besi yang spesiflk setelah
thalasemia dan anemia penyakit kronis disingkirkan.
Dihitung dengan membagi hematokrit dengan angka sel
darah merah. Nilai normal 70-100 fl, mikrositik < 70 fl dan
makrositik > 100 fl.
2) Mean Corpuscle Haemoglobin (MCH)
MCH adalah berat hemoglobin rata-rata dalam satu sel
darah merah. Dihitung dengan membagi hemoglobin
dengan angka sel darah merah. Nilai normal 27-31 pg,
mikrositik hipokrom < 27 pg dan makrositik > 31 pg.
3) Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration (MCHC)
MCHC adalah konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-
rata. Dihitung dengan membagi hemoglobin dengan
hematokrit. Nilai normal 30-35% dan hipokrom < 30%.
c. Pemeriksaan Hapusan Darah Perifer
Pemeriksaan hapusan darah perifer dilakukan secara
manual. Pemeriksaan menggunakan pembesaran 100 kali
dengan memperhatikan ukuran, bentuk inti, sitoplasma sel
darah merah. Dengan menggunakan flowcytometry hapusan
darah dapat dilihat pada kolom morfology flag.
d. Luas Distribusi Sel Darah Merah (Red Distribution Wide =
RDW)
Luas distribusi sel darah merah adalah parameter sel darah
merah yang masih relatif baru, dipakai secara kombinasi
dengan parameter lainnya untuk membuat klasifikasi anemia.
RDW merupakan variasi dalam ukuran sel merah untuk
mendeteksi tingkat anisositosis yang tidak kentara. Kenaikan
nilai RDW merupakan manifestasi hematologi paling awal dari
kekurangan zat besi, serta lebih peka dari besi serum, jenuh
transferin, ataupun serum feritin. MCV rendah bersama dengan
naiknya RDW adalah pertanda meyakinkan dari kekurangan zat
besi, dan apabila disertai dengan eritrosit protoporphirin
dianggap menjadi diagnostik. Nilai normal 15 %.
e. Eritrosit Protoporfirin (EP)
EP diukur dengan memakai haematofluorometer yang
hanya membutuhkan beberapa tetes darah dan pengalaman
tekniknya tidak terlalu dibutuhkan. EP naik pada tahap
lanjut kekurangan besi eritropoesis, naik secara perlahan
setelah serangan kekurangan besi terjadi. Keuntungan EP
adalah stabilitasnya dalam individu, sedangkan besi serum
dan jenuh transferin rentan terhadap variasi individu yang
luas. EP secara luas dipakai dalam survei populasi
walaupun dalam praktik klinis masih jarang.
f. Besi Serum (Serum Iron = SI)
Besi serum peka terhadap kekurangan zat besi ringan, serta
menurun setelah cadangan besi habis sebelum tingkat
hemoglobin jatuh. Keterbatasan besi serum karena variasi
diurnal yang luas dan spesitifitasnya yang kurang. Besi serum
yang rendah ditemukan setelah kehilangan darah maupun
donor, pada kehamilan, infeksi kronis, syok, pireksia,
rhematoid artritis, dan malignansi. Besi serum dipakai
kombinasi dengan parameter lain, dan bukan ukuran mutlak
status besi yang spesifik.
g. Serum Transferin (Tf)
Transferin adalah protein tranport besi dan diukur bersama
-sama dengan besi serum. Serum transferin dapat meningkat
pada kekurangan besi dan dapat menurun secara keliru pada
peradangan akut, infeksi kronis, penyakit ginjal dan keganasan.
h. Pemeriksaan Sumsum Tulang
Masih dianggap sebagai standar emas untuk penilaian
cadangan besi, walaupun mempunyai beberapa keterbatasan.
Pemeriksaan histologis sumsum tulang dilakukan untuk menilai
jumlah hemosiderin dalam sel-sel retikulum. Tanda
karakteristik dari kekurangan zat besi adalah tidak ada besi
retikuler.
Keterbatasan metode ini seperti sifat subjektifnya sehingga
tergantung keahlian pemeriksa, jumlah struma sumsum yang
memadai dan teknik yang dipergunakan. Pengujian sumsum
tulang adalah suatu teknik invasif, sehingga sedikit dipakai
untuk mengevaluasi cadangan besi dalam populasi umum
(Fadil, 2005).
I. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan Anemia menurut (Sugeng Jitowiyono, 2018) yang
dapat dilakukan pada pasien Anemia adalah sebagai berikut:
a. Transplantasi sel darah merah
b. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi
c. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah
merah
d. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang
membutuhkan oksigen
e. Obati penyebab perdarahan abnormal (bila ada)
f. Diet kaya besi yag mengandung daging dan sayuran hijau.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN ANEMIA

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang membutuhkan


perawatan tidak terlepas dari pedekatan dengan proses keperawatan yaitu
suatu proses pemecahan masalah yang dinamis dalam usaha untuk
memperbaiki dan melihat pasien sampai ke taraf optimum melalui suatu
pendekatan yang sistematis untuk mengenal, membantu memenuhi
kebutuhan sehari – hari dengan melalui langkah – langkah yaitu pengkajian,
perencanaan, pelaksanaan tindakan, dan evaluasi keperawatan yang
berkesinambungan.

Menurut (Sugeng Jitowiyono,2018), berikut tinjauan teoritas tentang


asuhan keperawatan pada pasien dengan Anemia.

1. Pengkajian
a. Identitas klien dan keluarga
Nama, umur, TTL, nama ayah/ibu, pekerjaan ayah/ibu, agama,
pendidikan, alamat.
b. Keluhan utama
Biasanya klien datang kerumah sakit dengan keluhan pucat,
kelelahan, kelemahan, pusing.
c. Riwayat kehamilan dan persalinan
1) Prenatal: apakah selama hamil pernah menderita penyakit berat,
pemeriksaan kehamilan berapa kali, kebiasaan pemakaian obat –
obatan dalam jangka waktu panjang.
2) Intranatal: usia kehamilan cukup, proses persalinan dan berapa
panjang dan berat badan waktu lahir.
3) Postnatal: keadaan bayi setelah masa, neonatorium, ada trauma
post partum akibat tindakan misalnya vakum dan pemberian asi.
d. Riwayat kesehatan dahulu
1) Menderita penyakit anemia sebelum nya, riwayat imunisasi.
2) Adanya riwayat trauma, perdarahan
3) Adanya riwayat demam tinggi
4) Adanya riwayat ISPA
e. Keadaan kesehatan saat ini
Klien pucat, kelemahan, sesak nafas, adanya gejala gelisah, takikardi,
dan penurunan kesadaran.
f. Riwayat kesehatan keluarga
1) Riwayat anemia dalam keluarga
2) Riwayat penyakit – penyakit, seperti kanker, jantung, hepatitis,
DM, asma, penyakit- penyakit infeksi saluran pernafasan.
g. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum: apakah klien tampak lemah sampai sakit berat.
2) Kesadaran: apakah klien mengalami compos mentis kooperatif
sampai terjadi penurunan tingkat kesadaranapatis, somnolen,
spoor, coma.
3) Tanda – tanda vital
Tekanan darah menurun, frekuensi nadi meningkat, nadi kuat
sampai lemah, suhu meningkat atau menurun, pernafasan
meningkat
4) TB dan BB
5) Kulit: apakah kulit klien teraba dingin, keringat yang
berlebihan, pucat, terdapatperdarahan dibawahkulit.
6) Mata: apakah ada kelainan bentuk mata, konjungtiva anemis,
kondisi sklera, terdapat perdarahan subkonjungtiva, keadaan
pupil, palpebra, dan refleks cahaya.
7) Hidung: apakah ada kelainan bentuk, mukosa hidung, cairan
yang keluar dari hidung atau gangguan fungsi penciuman.
8) Telinga: apakah ada kelainan bentuk fungsi pendengaran
9) Mulut: apakah ada kelainan bentuk, mukosa kering, perdarahan
gusi, lidah kering, bibir pecah – pecah, atau perdarahan.
10)Leher: apakah terrdapat pembesaran kelenjar getah bening,
tiroid membesar, dan kondisi distensi vena jugularis.
11)Thoraks: periksa pergerakan dada, adakah pernafasan cepat atau
irama nafas tidak teratur.
12)Abdomen: periksa apakah ada pembesaran hati, nyeri, bising
usus, dan bias dibawah normal.
13)Genetalia: pada laki – laki apakah testis sudah turun kedalam
skrotum dan pada perempuan apakah labia minora tertutun labia
mayora.
14)Ekstremitas: apakah klien mengalami nyeri ekstremitas, tonus
otot kurang.
h. Pemeriksaa penunjang
1) Riwayat sosial
Siapa yang mengasuh klien dirumah. Kebersihan didaerah tempat
tinggal, orang yang terdekat dengan klien. Keadaan lingkungan,
perkarangan, pembuangan sampah.
2) Kebutuhan dasar
Meliputi kebutuhan nutrisi klien suhubungan dengan anoreksia,
diet yang harus dijalani, pasang NGT, cairan IVFD yang
digunakan jika ada.

3) Pemeriksaan tingkat perkembangan


Bergantung pada usia. Terdiri dari motorik kasar, halus, kognitif,
dan bahasa.
1) Data psikologis
a) Keseriusan ancaman penyakit terhadap anaknya
b) Pengalama sebelumnya terhadap penyakit dan hospitalisasi
c) Prosedur medis yang akan dilakukan
d) Adanya sistem dukungan
e) Kemampuan koping
f) Agama, kepercayaan, adat
g) Pola komunikasi dalam keluarga

2. Diagnosa yang dapat muncul pada anemia menurut (SDKI)


a. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan
penurunan konsentrasi hemoglobin
b. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

d. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan


tubuh sekunder
e. Ansietas berhubungan dengan kelemahan
15

3. Rencana tindakan keperawatan

Perencanaan adalah membantu klien untuk mengurangi keletihan, mencapai atau mempertahankan nutrisi yang adekuat,
mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat, mematuhi terapi yang telah di programkan, dan agar tidak mengalami
komplikasi (Padila, 2012).

Tabel 2.1

Rencana keperawatan menurut (Moorhead, S., Johnson, M., & Maas, 2016) & (Bulechek, G. M., Butcher, H. K.,
Dochterman, J., & Wagner, 2016)

No. Diagnosa Keperawatan NOC NIC

1 Perfusi perifer tidak efektif Perfusi jaringan: perifer (407:447) Perawatan sirkulasi: (4066:391)
berhubungan dengan
penurunan konsentrasi
1. Pengisian kapiler jari 1. Lakukan penilaian yang komprehensif pada sirkulasi
hemoglobin
2. Suhu kulit ujung kaki perifer (CRT)
3. Kekuatan denyut nadi 2. Inspeksi kulit apakah terdapat luka tekan dan jaringan
DO:
4. Nilai rata – rata tekanan darah yang tidak utuh
5. Muka pucat 3. Mengintruksikan klien untuk merubah posisi setiap 2 jam sekali
1. Pengisian kapiler > 3 detik

15
16

2. Nadi perifer menurun Status sirkulasi (401:561) 4.Intruksikan klien mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi
atau tidak teraba sirkulasi darah
3. Akral teraba dingin 1. Tekanan darah sistol dan diastol
4. Warna kulit pucat 2. Kelelahan 5. Pertahankan status hidrasi untuk menurunkan virkositas darah
5. Turgor kulit menurun 3. Pingsan
Manajemen Cairan (4120:157)

1. Monitor status hidrasi (misalnya, membran mukosa lembab,


denyut nadi adekuat, tekanan darah)
2. Dukung peningkatan asupan kalori
3. Lakukan perawatan mulut sebelum makan

2 Defisit nutrisi berhubungan Status: Nutrisi: (1004:551) Manajemen Nutrisi: (1100:197)


dengan kurangnya asupan
makanan 1. Asupan gizi 1. Identifikasi adanya alergi atau intoleransi makanan yang
2. Asupan makanan dimiliki pasien
DS: 3. Asupan cairan 2. Intruksikan kepada pasien mengenai kebutuhan nutrisi
4. Energi 3. Ciptakan lingkungan yang optimal pada saat mengkonsumsi
1. Cepat kenyang setelah makan makan
2. Kram/nyeri abdomen Status Nutrisi: (1009:553) 4. Tawarkan makanan ringan yang padat gizi
3. Nafsu makan menurun
1. Asupan protein Bantuan Peningkatan Berat Badan: (1240:78)
DO 2. Asupan lemak
3. Asupan karbohidrat 1. Timbang pasien pada jam yang sama
1. Berat badan menurun 4. Asupan zat besi 2. Dukung peningkatan asupan kalori
2. Bising usus hiperaktif 3. Lakukan perawatan mulut sebelum makan
3. Diare Sediakan suplemen makanan jika
4. Membran mukosa pucat diperlukan

16
3 Intoleransi aktifitas berhubungan Daya tahan (1:80) Manajemen Energi (180:177)
dengan proses metabolisme yang
terganggu 1. Melakukan aktivitas rutin 1. Kaji status fisiologis pasien yang menyebabkan kelelahan
2. Aktivitas fisik 2. Tentukan pasien/orang terdekat mengenai penyebab
DS: 3. Pemulihan energi setelah istirahat 3. Pilih intervensi untuk mengurangi kelelahan baik secara
4. Hemoglobin farmakologi maupun nonfarmakologi
1. Mengeluh lelah 5. Hematokrit 4. Tingkatkan tirah baring
2. Merasa tidak nyaman setelah 5. Susun kegiatan fisik untuk mengurangi penggunaan cadangan
beraktivitas Toleransi terhadap aktivitas (5:582) O2 untuk fungsi organ
3. Merasa lemah 6. Bantu aktifitas harian pasien
1. Frekuensi nadi setelah beraktivitas 7. Anjurkan keluarga membantu pasien dalam aktifitas sehari
DO: 2. Kekuatan tubuh bagian atas – hari yang teratur sesuai kebutuhan
3. Kekuatan tubuh bagian bawah 8. Ajarkan pasien mengenai pengelolaan kegiatan dan
1. Frekuensi jantung meningkat 4. Kemudahan dalam melakukan aktivitas menajemen waktu untuk mencegah kelelahan
2. Tekanan darah berubah harian 9. Evaluasi secara bertahap kenaikan level aktivitas klien
3. Sianosis

4 Resiko infeksi berhubungan Keparahan infeksi: (703:145) Kontrol infeksi: (6540:134)


dengan ketidakadekuatan
pertahanan tubuh sekunder 1. Kemerahan nyeri 1. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
2. Nyeri 2. Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
3. Ketidakstabilan suhu 3. Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi
4. Hilang nafsu makan kandung kencing
4. Tingkatkan intake nutrisi
5. Berikan terapi antibiotik

17
18

Perlindungan Infeksi: (6550:3998)

1. Monitor adanya tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal


2. Monitor kerentanan terhadap infeksi

5 Ansietas berhubungan dengan Tingkat kecemasan: (1211:572) Kontrol Infeksi: (6540:134)


krisis situasional
1. Tidak dapat beristirahat 1. Kaji untuk tanda verbal dan non verbal kecemasan
DS 2. Perasaan gelisah 2. Jelaskan semua prosedur termasuk sensasi yang akan
3. Kesulitan berkonsentrasi dirasakan yang mungkin akan dialami klien
1. Merasa bingung 4. Pusing 3. Selama prosedur Dilakukan
2. Merasa khawatir 5. Gangguan tidur 4. Anjurkan keluarga untuk mendampingi klien
3. Sulit berkonsentrasi 5. Ciptakan afmosfer rasa aman untuk meningkatkan
kepercayaan
DO 6. Anjurkan verbalisasi perasaan, persepsi dan ketakutan

1. Tampak gelisah Peningkatan Keselamatan: (5380:327)


2. Tampak tegang
3. Sulit tidur 1. Sediakan lingkungan yang tidak mengancam
2. Tunjukkan ketenangan
3. Jelaskan semua prosedur pada pasien atau keluarga

18
19

4. Implementasi
Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang telah di tetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan
juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi
respon klien selama dan sesudah pelaksanaan tindakan dan
menilai data yang baru (Arif Muttaqin, 2009).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan
perubahan keadaan klien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan
kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Menurut
(Arif Muttaqin, 2009)

1
9
Daftar Pustaka

Handayani.,Haribowo. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada Klien


Dengan Sistem Gangguan Haemotologi. Jakarta: Salemba Medika.

Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan


Sistem Kardiovaskuler. Jakarta : Salemba Medika.

Jitowiyono, Sugeng. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan


Gangguan Sistem Hematologi. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Anda mungkin juga menyukai