Oleh :
NAWANG WULANDARI
NIM. 202003060
MOJOKERTO
LAPORAN PENGESAHAN
Telah diperiksa dan disetujui sebagai tugas dalam praktik klinik Keperawatan
Anak
Mojokerto,
Mengetahui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Ruangan
Kepala Ruangan
LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA
A. Pengertian Anemia
Anemia adalah kondisi dimana seseorang tidak memiliki cukup sel
darah merah yang sehat untuk membawa oksigen yang cukup ke jaringan
tubuh. Anemia adalah suatu kondisi di mana konsentrasi hemoglobin
lebih rendah dari biasanya. Kondisi ini mencerminkan kurangnya jumlah
normal eritrosit dalam sirkulasi. Akibat nya, jumlah oksigen yang di kirim
ke jaringan tubuh juga berkurang (Sugeng Jitowiyono, 2018).
Anemia adalah suatu kondisi konsetrasi hemoglobin kurang dari
normal. Anemia merefleksikan jumlah eritrosit yang kurang dari normal di
dalam sirkulasi. Akibatnya jumlah oksigen yang dihantarkan ke jaringan
tubuh juga berkurang. Anemia bukan merupakan kondisi penyakit
khusus melainkan suatu tanda adanya gangguan yang mendasari (
Brunner & Suddarth, 2015).
Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan
kadar hemoglobin (Hb) atau hematokrit (Ht) dibawah normal. Anemia
menunjukkan suatu status penyakit atau perubahan fungsi tubuh. Anemia
merupakan keadaan dimana masa eritrosit dan atau masa hemoglobin yang
beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi
jaringan tubuh. Secara laboratoris, anemia dijabarkan sebagai penurunan
kadar hemoglobin serta hitung eritrosit dan hematokrit dibawah normal
(Handayani.,Haribowo. 2008).
Batasan umum seseorang dikatakan anemia dapat menggunakan
kriteria WHO pada tahun 1968, dengan kriteria sebagai berikut
(Handayani & Andi, 2008):
Laki-laki dewasa Hb < 13 gr/dl
Perempuan dewasa tidak hamil Hb < 12 gr/dl
Perempuan dewasa hamilHb < 11 gr/dl
Anak usia 6-14 tahun Hb < 12 gr/dl
Anak usia 6 bulan – 6 tahun Hb < 11 gr/dl
Untuk kriteria anemia di klinik, rumah sakit, atau praktik klinik pada
umumnya dinyatakan anemia bila terdapat nilai sebagai berikut
(Handayani.,Haribowo. 2008).
Hb < 10 gr/dl
Hematokrit < 30%
Eritrosit < 2,8 juta/m
B. Klasifikasi Anemia
Menurut (Handayani.,Haribowo. 2008)., klasifikasi anemia adalah:
1. Anemia Aplastik
Anemia Aplastik (hipoproliferatif) disebabkan oleh penurunan
pada prekusor sel-sel sumsum tulang dan penggantian sumsum dengan
lemak. Anemia ini dapat disebabkan oleh kongenital atau didapat,
idiopati akibat dari infeksi tertentu, obat-obatan dan zat kimia, serta
kerusakan akibat radiasi. Penyembuhan sempurna dan cepat mungkin
dapat diantisipasi jika pemajanan pada pasien dihentikan secara
dini.Jika pemajanan tetap berlangsung setelah terjadi tanda-tanda
hipoplasi, depresi sumsum tulang hampir dapat berkembang menjadi
gagal sumsum tulang dan irreversible.
2. Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi adalah kondisi dimana kandungan besi dalam
tubuh menurun dibawah kadar normal. Zat besi yang tidak adekuat
menyebabkan berkurangnya sintesis Hb sehingga menghambat proses
pematangan eritrosit. Ini merupakan tipe anemia yang paling umum.Anemia
ini dapat ditemukan pada pria dan wanita pasca menopause karena
perdarahan (misal, ulkus, gastritis, tumor gastrointestinal), malabsopsi atau
diit sangat tinggi serat (mencegah absorpsi besi). Alkoholisme kronis juga
dapat menyebabkan masukan besi yang tidak adekuat dan kehilangan besi
melalui darah dari saluran gastrointestinal.
3. Anemia Megaloblastik (Defisiensi Vitamin B12 dan Defisiensi Asam
Folat)
Anemia yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 dan
defisiensi asam folat memperlihatkan perubahan-perubahan sumsum
tulang dan darah perifer yang identik.Defisiensi vitamin B12 sangat
jarang terjadi tetapi dapat terjadi akibat ketidakadekuatan masukan
pada vegetarian yang ketat, kegagalan absorpsi saluran
gantrointestinal, penyakit yang melibatkan ilium atau pankreas yang
dapat merusak absorpsi vitamin B12. Tanpa pengobatan pasien akan
meninggal setelah beberapa tahun, biasanya akibat gagal jantung
kongesti sekunder akibat dari anemia. Sedangkan defisiensi asam folat
terjadi karena asupan makanan yang kurang gizi asam folat, terutama
dapat ditemukan pada orang tua, individu yang jarang makan sayuran
dan buah,alkoholisme, anoreksia nervosa, pasien hemodialisis.
4. Anemia Sel Sabit
Anemia sel sabit adalah anemia hemolitik berat yang
diakibatkan oleh defek molekul Hb dan berkenaan dengan serangan
nyeri.Anemia ini ditemukan terutama pada orang Mediterania dan
populasi di Afrika, serta terutama pada orang-orang kulit
hitam.Anemia sel sabit merupaka gangguan resesif otosom yang
disebabkan oleh pewarisan dua salinan gen hemoglobin defektis, satu
buah dari masing-masing orang tua.Hemoglobin yang cacat itu disebut
hemoglobin S (HbS), menjadi kaku dan membentuk konfigurasi
seperti sabit apabila terpajan oksigen berkadar rendah.
5. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan oleh proses
hemolysis, yaitu pemecahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum
waktunya. Anemia hemolitik adalah jenis yang tidak sering dijumpai,
tetapi bila dijumpai memerlukan pendekatan diagnostik yang tepat.
Anemia hemolitik dapat disebabkan oleh anemia sel sabit, malaria,
penyakit hemolitik pada bayi baru lahir, dan reaksi transfuse.
C. Etiologi Anemia
Menurut (Handayani.,Haribowo. 2008).penyebab anemia dapat
dikelompokan sebagai berikut:
1. Gangguan produksi eritrosit yang dapat terjadi karena:
a. Perubahan sintesa Hb yang dapat menimbulkan anemi difisiensi
Fe, Thalasemia, dan anemi infeksi kronik.
b. Perubahan sintesa DNA akibat kekurangan nutrien yang dapat
menimbulkan anemi pernisiosa dan anemi asam folat.
c. Fungsi sel induk (stem sel) terganggu , sehingga dapat
menimbulkan anemia aplastik dan leukemia.
d. Infiltrasi sumsum tulang, misalnya karena karsinoma.
2. Kehilangan darah
a. Akut karena perdarahan atau trauma atau kecelakaan yang
terjadi secara mendadak.
b. Kronis karena perdarahan pada saluran cerna atau menorhagia.
3. Meningkatnya pemecahan eritrosit (hemolisis) Hemolisis dapat terjadi
karena:
a. Faktor bawaan, misalnya, kekurangan enzim G6PD (untuk
mencegah kerusakan eritrosit.
b. Faktor yang didapat, yaitu adanya bahan yang dapat merusak
eritrosit misalnya, ureum pada darah karena gangguan ginjal
atau penggunaan obat acetosal.
4. Bahan baku untuk pembentukan eritrosit tidak ada
Bahan baku yang dimaksud adalah protein , asam folat, vitamin
B12, dan mineral Fe. Sebagian besar anemia anak disebabkan oleh
kekurangan satu atau lebih zat gizi esensial (zat besi, asam folat,
B12) yang digunakan dalam pembentukan sel-sel darah merah.
Anemia bisa juga disebabkan oleh kondisi lain seperti penyakit
malaria, infeksi cacing tambang.
D. Tanda dan Gejala
Tanda dan Gejala yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari
berbagai sistem dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan
neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku,
anorexia (badan kurus), pica, serta perkembangan kognitif yang abnormal
pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan
fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah
mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau
muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala
lain adalah munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata
bawah). Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga
dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa
menyebabkan stroke atau serangan jantung.(Price ,2000:256-264)
Manifestasi klinis
Area Manifestasi klinis
Keadaan umum Pucat , penurunan kesadaran, keletihan berat
Gejala khas yang menjadi ciri dari masing-masing jenis anemia adalah
sebagai berikut :
a) Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis.
E. Patofisiologi
Anemia menurut ( Wijaya & Putri, 2013) mencerminkan adanya
kegagalan sum – sum atau kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau
kedua nya. Kegagalan sum – sum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi,
pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak di
ketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis
(dekstruksi), hal ini dapat terjadi akibat defek sel darah merah yang tidak
sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal yang menyebabkan
dekstruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagostik atau
dalam sistem retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai efek
samping proses ini, bilirubin yang terbentuk dalam fagosit akan memasuki
7
aliran darah. Setiap kenaikan dekstruksi sel darah merah (hemolisis) segera
direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma. Konsentrasi normal nya 1
mg/dL atau kurang, bila kadar diatas 1,5 mg/dL akan mengakibatkan interik
pada sklera.
8
1. Pengkajian
a. Identitas klien dan keluarga
Nama, umur, TTL, nama ayah/ibu, pekerjaan ayah/ibu, agama,
pendidikan, alamat.
b. Keluhan utama
Biasanya klien datang kerumah sakit dengan keluhan pucat,
kelelahan, kelemahan, pusing.
c. Riwayat kehamilan dan persalinan
1) Prenatal: apakah selama hamil pernah menderita penyakit berat,
pemeriksaan kehamilan berapa kali, kebiasaan pemakaian obat –
obatan dalam jangka waktu panjang.
2) Intranatal: usia kehamilan cukup, proses persalinan dan berapa
panjang dan berat badan waktu lahir.
3) Postnatal: keadaan bayi setelah masa, neonatorium, ada trauma
post partum akibat tindakan misalnya vakum dan pemberian asi.
d. Riwayat kesehatan dahulu
1) Menderita penyakit anemia sebelum nya, riwayat imunisasi.
2) Adanya riwayat trauma, perdarahan
3) Adanya riwayat demam tinggi
4) Adanya riwayat ISPA
e. Keadaan kesehatan saat ini
Klien pucat, kelemahan, sesak nafas, adanya gejala gelisah, takikardi,
dan penurunan kesadaran.
f. Riwayat kesehatan keluarga
1) Riwayat anemia dalam keluarga
2) Riwayat penyakit – penyakit, seperti kanker, jantung, hepatitis,
DM, asma, penyakit- penyakit infeksi saluran pernafasan.
g. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum: apakah klien tampak lemah sampai sakit berat.
2) Kesadaran: apakah klien mengalami compos mentis kooperatif
sampai terjadi penurunan tingkat kesadaranapatis, somnolen,
spoor, coma.
3) Tanda – tanda vital
Tekanan darah menurun, frekuensi nadi meningkat, nadi kuat
sampai lemah, suhu meningkat atau menurun, pernafasan
meningkat
4) TB dan BB
5) Kulit: apakah kulit klien teraba dingin, keringat yang
berlebihan, pucat, terdapatperdarahan dibawahkulit.
6) Mata: apakah ada kelainan bentuk mata, konjungtiva anemis,
kondisi sklera, terdapat perdarahan subkonjungtiva, keadaan
pupil, palpebra, dan refleks cahaya.
7) Hidung: apakah ada kelainan bentuk, mukosa hidung, cairan
yang keluar dari hidung atau gangguan fungsi penciuman.
8) Telinga: apakah ada kelainan bentuk fungsi pendengaran
9) Mulut: apakah ada kelainan bentuk, mukosa kering, perdarahan
gusi, lidah kering, bibir pecah – pecah, atau perdarahan.
10)Leher: apakah terrdapat pembesaran kelenjar getah bening,
tiroid membesar, dan kondisi distensi vena jugularis.
11)Thoraks: periksa pergerakan dada, adakah pernafasan cepat atau
irama nafas tidak teratur.
12)Abdomen: periksa apakah ada pembesaran hati, nyeri, bising
usus, dan bias dibawah normal.
13)Genetalia: pada laki – laki apakah testis sudah turun kedalam
skrotum dan pada perempuan apakah labia minora tertutun labia
mayora.
14)Ekstremitas: apakah klien mengalami nyeri ekstremitas, tonus
otot kurang.
h. Pemeriksaa penunjang
1) Riwayat sosial
Siapa yang mengasuh klien dirumah. Kebersihan didaerah tempat
tinggal, orang yang terdekat dengan klien. Keadaan lingkungan,
perkarangan, pembuangan sampah.
2) Kebutuhan dasar
Meliputi kebutuhan nutrisi klien suhubungan dengan anoreksia,
diet yang harus dijalani, pasang NGT, cairan IVFD yang
digunakan jika ada.
Perencanaan adalah membantu klien untuk mengurangi keletihan, mencapai atau mempertahankan nutrisi yang adekuat,
mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat, mematuhi terapi yang telah di programkan, dan agar tidak mengalami
komplikasi (Padila, 2012).
Tabel 2.1
Rencana keperawatan menurut (Moorhead, S., Johnson, M., & Maas, 2016) & (Bulechek, G. M., Butcher, H. K.,
Dochterman, J., & Wagner, 2016)
1 Perfusi perifer tidak efektif Perfusi jaringan: perifer (407:447) Perawatan sirkulasi: (4066:391)
berhubungan dengan
penurunan konsentrasi
1. Pengisian kapiler jari 1. Lakukan penilaian yang komprehensif pada sirkulasi
hemoglobin
2. Suhu kulit ujung kaki perifer (CRT)
3. Kekuatan denyut nadi 2. Inspeksi kulit apakah terdapat luka tekan dan jaringan
DO:
4. Nilai rata – rata tekanan darah yang tidak utuh
5. Muka pucat 3. Mengintruksikan klien untuk merubah posisi setiap 2 jam sekali
1. Pengisian kapiler > 3 detik
15
16
2. Nadi perifer menurun Status sirkulasi (401:561) 4.Intruksikan klien mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi
atau tidak teraba sirkulasi darah
3. Akral teraba dingin 1. Tekanan darah sistol dan diastol
4. Warna kulit pucat 2. Kelelahan 5. Pertahankan status hidrasi untuk menurunkan virkositas darah
5. Turgor kulit menurun 3. Pingsan
Manajemen Cairan (4120:157)
16
3 Intoleransi aktifitas berhubungan Daya tahan (1:80) Manajemen Energi (180:177)
dengan proses metabolisme yang
terganggu 1. Melakukan aktivitas rutin 1. Kaji status fisiologis pasien yang menyebabkan kelelahan
2. Aktivitas fisik 2. Tentukan pasien/orang terdekat mengenai penyebab
DS: 3. Pemulihan energi setelah istirahat 3. Pilih intervensi untuk mengurangi kelelahan baik secara
4. Hemoglobin farmakologi maupun nonfarmakologi
1. Mengeluh lelah 5. Hematokrit 4. Tingkatkan tirah baring
2. Merasa tidak nyaman setelah 5. Susun kegiatan fisik untuk mengurangi penggunaan cadangan
beraktivitas Toleransi terhadap aktivitas (5:582) O2 untuk fungsi organ
3. Merasa lemah 6. Bantu aktifitas harian pasien
1. Frekuensi nadi setelah beraktivitas 7. Anjurkan keluarga membantu pasien dalam aktifitas sehari
DO: 2. Kekuatan tubuh bagian atas – hari yang teratur sesuai kebutuhan
3. Kekuatan tubuh bagian bawah 8. Ajarkan pasien mengenai pengelolaan kegiatan dan
1. Frekuensi jantung meningkat 4. Kemudahan dalam melakukan aktivitas menajemen waktu untuk mencegah kelelahan
2. Tekanan darah berubah harian 9. Evaluasi secara bertahap kenaikan level aktivitas klien
3. Sianosis
17
18
18
19
4. Implementasi
Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang telah di tetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan
juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi
respon klien selama dan sesudah pelaksanaan tindakan dan
menilai data yang baru (Arif Muttaqin, 2009).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan
perubahan keadaan klien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan
kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Menurut
(Arif Muttaqin, 2009)
1
9
Daftar Pustaka