NIFAS
Dosen Pembimbing Asuhan Keperawatan Maternitas
Catur Prasastia L.D, S.Kep.Ns., M.Kes
Disusun Oleh
RAINA RESTY NUR RAMADHANI
(202003054)
Telah diperiksa dan disetujui sebagai tugas dalam praktik klinik keperawan maternitas.
(.........................................................) (.........................................................)
Mengetahui,
Kepala Ruangan
(.........................................................)
KONSEP DASAR POST PARTUM (MASA NIFAS)
1. Pengertian
Post partum adalah masa pulih kembali,mulai dari bayi lahir
sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum
hamil.lama masa ini adalah 6 minggu atau 42 hari.(Bobak,2005) Post
partum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar
lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan
pulihnya organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami
perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan
(Suherni, dkk, 2009). Post partum adalah periode 6 minggu sejak bayi
lahir sampai organ - organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum
hamil.Menurut Bobak (2004) .
Post partum (nifas/puerperium) adalah masa setelah keluarnya
plasenta sampai alat – alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan
secara normal berlangsung selama enam minggu atau 42 hari.Ambarwati
& Wulandari (2008) .Periode Post Partum Menurut Saleha (2009) tahapan
yang terjadi pada post partum adalah sebagai berikut :
a. Periode ImmediatePost partum (24 jam) Masa segera setelah plasenta
lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering terdapat masalah,
misalnya perdarahan kerana atonia uteri. Oleh karena itu, dengan
teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran
lochea, tekanan darah, dan suhu.
b. Periode EarlyPost partum (24 jam – 1 minggu) Pada fase ini
memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada
perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu mendapatkan
makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
c. Periode Late Post partum (1 minggu – 5 minggu) Pada periode ini
tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta
konseling KB.
2. Perubahan Fisiologis
a. Alat-alat reproduksi
1) Uterus Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah
melahirkan disebut involusi. Proses ini dimulai segera setelah
plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus (Bobak,
2005).
2) Lochea
Menurut mochtar (1998) yang dimaksud lochea adalah
cairan yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
Macam –macam lochea fisiologi
a) Lochea rubra Berisi darah segar dan sisa – sisa selaput ketuban, sel-
sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan meconium, selama 2 hari
post partum.
b) Lochea Sanguinolenta Berwarna kuning berisi darah dan lender yang
terdiri dari darah lama, serum, leukosit dan debris jaringan hari 3 –7
post partum.
c) Lochea serosa Berwarna kuning, cairan tidak berupa darah lagi, pada
hari ke 7 - 14 post partum
d) Lochea alba Cairan putih mengandung leukosit, desidua, sel epitel,
mucus, serum, bakteri. Bertahan selama setelah 2-6 minggu setelah
bayi lahir.
3) Serviks
Setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti
corong berwarna merah kehitaman. Konsistensi lunak, kadang –
kadang terdapat perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih
bisa masuk rongga rahim. Setelah dua jam dapat dilalui oleh dua
sampai tiga jari dan setelah tujuh hari hanya dapat dilalui satu jari
(Mochtar, 1998).
4) Ligament, Fasia dan Diagfragma
Pelvis Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang
pada waktu persalinan, setelah bayi baru lahir, secara berangsur –
angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang jatuh
ke belakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamentum rotundum
menjadi kendor. Setelah melahirkan, kebiasaan wanita Indonesia
melakukan berkusuk atau berurut, dimana sewaktu diurut tekanan
intra abdominalis bertambah tinggi. Karena setelah melahirkan,
ligamentum, fasia, dan jaringan penunjang menjadi kendor. Bila
dilakukan urut, banyak wanita akan mengeluh kandungannya turun
atau terbalik. Untuk memulihkan kembali sebaiknya dengan latihan
– latihan dan gimnastik pasca persalinan.
5) Vagina dan perineum
Estrogen pasca partum yang menurun berperan dalam
pemisahan mukosa dalam vagina dan hilangnya rugae. Vagina
yang semulanya sangat teregang akan kembali secara bertahap ke
ukuran sebelum hamil, 6 sampai 8 minggu setelah bayi lahir.
Jaringan perineum yang lembut menjadi edema da kebiruan. Jika
terdapat luka bekas episiotomi pada proses penyembuhannya maka
seperti penyembuhan luka operasi lain. Tanda – tanda infeksi
(nyeri, merah, panas, bengkak, atau rabas) atau tepian insisi tidak
saling mendekat bisa saja terjadi. Hal ini bisa disebabkan oleh
kurangnya perawatan kebersihan vagina dan perineum. Apabila
tidak ada komplikasi infeksi luka episiotomi dapat sembuh dalam
waktu satu minggu (Mochtar, 2002; Bobak, 2005).
6) Payudara dan laktasi
Pada masa hamil terjadi perubahan payudara, terutama
mengenai besarnya. Hal ini disebabkan oleh proliferasi sel – sel
duktus laktiferus. Proses proliferasi dipengaruhi hormon yang
dihasilkan plasenta, yaitu laktogen, prolaktin, kotiogonadotropin,
estrogen dan progesteron. Setelah persalinan, kadar estrogen dan
progesteron menurun dengan lepasnya plasenta, sedangkan
prolaktin tetap tinggi sehingga tidak ada hambatan terhadap
prolaktin oleh estrogen. Pembuluh payudara menjadi bengkak terisi
darah, menyebabkan hangat, bengkak, dan rasa sakit. Keadaan
tersebut di sebut engorgement (Bobak, 2005).
a) Refleks Prolaktin
Prolaktin merupakan hormon laktogenik yang penting
untuk memulai dan mempertahankan sekresi susu. Stimulus
isapan bayi mengirim pesan ke hipotalamus yang merangsang
hipofisis anterior untuk melepas prolaktin, suatuhormon yang
meningkatkan produksi susu oleh selsel alveolar kelenjar
mamae. Jumlah prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang
diproduksi berkaitan dengan besarnya stimulus isapan, yaitu
frekuensi, intensitas, dan lamanya bayi menghisap.
b) Refleks Ereksi Puting Susu
Stimulasi puting susu oleh mulut bayi menyebabkan
ereksi. Refleks ereksi puting susu ini membantu propulsi susu
melalui sinus-sinus laktiferus ke pori-pori putting susu
c) Refleks Let-Down
Refleks ini dapat dirasakan sebagai sensasi kesemutan
atau, dapat juga ibu tidak merasakan sensasi apapun. Tanda-
tanda Let-Down adalah tetesan susu dari payudara sebelum
bayi mulai memperoleh susu dari payudara ibu dan susu
menetes dari payudara lain yang tidak sedang diisap oleh bayi.
Reflek Let-Down dapat terjadi selama aktivitas seksual karena
oksitosin dilepas selama orgasme. Kebanyakan ibu merasa
sangat rileks atau mengantuk setelah mereka menyusui.
Peningkatan rasa haus juga merupakan tanda bahwa proses
menyusui berlangsung baik. (Bobak, 2004)
Manfaat ASI bagi bayi yaitu mengandung berbagai zat
penangkal infeksi, mudah dicerna karena mengandung zat
pencerna, bukan protein asing sehingga tidak menyebabkan
alergi, kontak kasih sayang ibu dan bayi lebih lama, ibu merasa
bangga dan dibutuhkan, isapan bayi membantu rahim
berkontraksi sehingga mengurangi perdarahan setelah
melahirkan, dengan pemberian ASI Ekslusif (secara 4 bulan
terus menerus) dapat menjarangkan kehamilan atau bermakna
KB, dengan menyusui teratur, produksi hormon akan teratur
pula sehingga ASI tetap tersedia cukup abgi bayi yang dikasihi,
ASI lebih murah dan selalu tersedia, steril dan hangat setiap
waktu. Tanda-tanda bayi kekurangan ASI yaitu usia 2 minggu
berat badan bayi masih kurang dari berat badan lahir, dalam 6
bulan pertama pertambahan berat badan bayi kurang dari 600
gram, BAK kurang dari 6 kali dengan warna kuning dan berbau
tajamdanBAB jarang dan sedikit tinjanya kering, keras dan
berwarna hijau
c. Sitem urinaria
Selama kehamilan terjadi peningkatan cairan ekstraseluler
50%. Setelah melahirkan cairan ini dieliminasi sebagai urin. Aseton
uria bisa terjadi pada wanita yang tidak mengalami komplikasi
persalinan atau setelah persalinan lama yang disertai dehidrasi. Trauma
bisa terjadi pada uretra dan kandung kemih selama proses melahirkan.
Selain itu, rasa nyeri padsa panggul akibat dorongan saat melahirkan,
laserasi vagina, atau episiotomi menurunkan atau mengubah reflek
berkemih. Dengan mengosongkan kandung kemih secara adekuat,
tonus kandung kemih biasanya akan pulih dalam lima sampai tujuh
hari setelah bayi lahir.
d. Sistem pencernaan Secara khas penurunan tonus dan motilitas otot
traktus cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir.
Kelebihan analgesia dan anestesia bisa memperlambat pengembalian
tonus dan motilitas ke keadaan normal. Buang air besar biasanya
tertunda selama dua sampai tiga hari setelah ibu melahirkan. Keadaan
ini bisa disebabkan karena tonus otot menurun selama proses
persalinan dan pada awal pasca partum, diare sebelum persalinan,
kurang makan atau dehidrasi. Ibu sering kali sudah menduga rasa nyeri
yang dirasakannya di perineum akibat episiotomi, laserasi atau
hemoroid. Kebiasaan buang air besar yang teratur perlu dicapai
kembali setelah tonus otot kembali ke normal (Bobak, 2004).
e. Sistem muskuloskletal Teregangnya otot dinding abdomen secara
bertahap selama kehamilan mengakibatkan hilangnya kekenyalan otot.
Hal ini jelas terlihat setelah melahirkan dinding perut tampak lembek
dan kendor
f. Sistem kardiovaskuler Tekanan darah ibu stabil, apabila terjadi
penurunan tekanan darah sistolik lebih atau 20 mmHg saat posisi tidur
ke posisi duduk disebut hipotensi ortostatik. Kenaikan tekanan sistolik
30 mmHg atau diastolik 15 mmHg dan disertai sakit kepala atau
gangguan penglihatan maka dicurigai pre eklampsi post partum. Nadi
berkisar 60-80 denyutan permenit, segera setelah partus dapat terjadi
bradikardi. Bila terjadi takikardi sedangkan badan tidak panas,
mungkin ada perdarahan berlebih. Suhu dalam 12 jam pertama
meningkat atau sama dengan 380C, namun bila terjadi peningkatan
lebih dari 380C maka dicurigai adanya infeksi (Bobak, 2004).
4. Adaptasi Fisiologi
a. Tanda- tanda vital Pada hari pertama suhu :< 38 º C
b. Sistem cardiovaskuler Untuk TD biasanya tidak terjadi peningkatan
tetapi TD menurun sifatnya sementara (hipotensi artastik) biasanya
terjadi penurunan sistolik 20 ml air raksa disertai nyeri
kepala,perubahan penglihatan,ini dicurigai pre eklamsi post partum.
c. Sistem pencernaan Berkaitan dengan terjadinya konstipasi karena
peregangan janin dalam rahim menyebabkan BAB keras.
5. Adaptasi Psikologi
a. Fase hooney moon : kontak antara anak dan orang tua Bonding dan
attachment :pada fase ini ibu harus menyusui bayinya agar bayi dapat
mengenal dan merasakan kehangatan ibunya,fase ini terjadi pada kala
IV (masa setelah keluarnya plasenta sampai 2 jam post partum)
Perubahan post partum menurut saleha (2009)
1) Fase taking in (periode tingkah laku ketergantungan )berlangsung
selama 1 sampai 2 hari
2) Fase taking hold (periode anatara tingkah laku mandiri dan
ketergantungan )berlangsung selama 3-4 hari
3) Fase letting Go (periode kemandirian dalam peran lain)
b. Post Partum blues
1) Kekecewaan pada masa post partum yang berkaitan dengan mudah
tersinggung,nafsu makan dan pola tidur terganggu.
2) Penyebabnya adalah perubahan abnormal dan peran transisi yaitu
rasa tidak nyaman dan kelelahan atau kehabisa tenaga
3) Bagi orang tua yang kurang mengerti tentang hal itu ,maka akan
timbul rasa bersalah yang dapat mengakibatkan depresi post
partum.(Saleha 2009)
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
B. INDENTITAS IBU
C. KELUHAN UTAMA
D. RIWAYATKESEHATAN
1) Riwayat KesehatanSekarang
2) Riwayat KesehatanDulu
3) Riwayat KesehatanKeluarga
pada pasien.
E. RIWAYATPERKAWINAN
F. RIWAYATOBSTETRI
persalinan, keadaan bayi saat baru lahir, berat badan lahir anak
G. RIWAYATKONTRASEPSI
4. Istirahat danTidur
Pada pasein post Sectio Caesarea terjadi perubahan pada pola istirahat
dan tidur karena adanya kehadiran bayi dan nyeri yang dirasakan
akibat luka pembedahan.
5. PolaSensori
Pasien merasakan nyeri pada abdomen akibat luka pembedahan yang
dilakukan.
6. Pola StatusMental
Pada pemeriksaan status mental meliputi kondisi emosi, orientasi
pasien, proses berpikir, kemauan atau motivasi, serta persepsi psaien.
7. Pola Reproduksi danSosial
Pada pasien post Sectio Caesarea terjadi disfungsi seksual yaitu
perubahan dalam hubungan seksual atau fungsi dari seksual yang tidak
adekuat karena adanya proses persalinan dan masa nifas.
I. PEMERIKSAAN FISIK
1. Kepala
Pemeriksaan kepala meliputi bentuk kepala, kebersihan kepala, apakah
ada benjolan atau lesi, dan biasanya pada ibu post partum terdapat
chloasma gravidarum.
2. Mata
Pemeriksaan mata meliputi kesimetrisan dan kelengkapan mata,
kelopak mata, konjungtiva anemis atau tidak, ketajaman penglihatan.
Biasanya ada keadaan dimana konjungtiva anemis karena proses
persalinan yang mengalami perdarahan.
3. Hidung
Pemeriksaan hidung meliputi tulang hidung dan posisi septum nasi,
kondisi lubang hidung, apakah ada sekret, perdarahan atau tidak, serta
sumbatan jalan yang mengganggu pernafasan.
4. Telinga
51
1) Jantung
2) Paru-Paru
7. Abdomen
Pemeriksaan meliputi inspeksi untuk melihat apakah luka bekas
operasi ada tanda-tanda infeksi dan tanda perdarahan, apakah terdapat
striae dan linea,apakah ada terjadinya Diastasis Rectus Abdominis
yaitu pemisahan otot rectus abdominis lebih dari 2,5 cm pada tepat
setinggi umbilikus sebagai akibat pengaruh hormon terhadap linea alba
serta akibat perenggangan mekanis dinding abdomen, cara
pemeriksaannya dengan memasukkan kedua jarikitayaitu jari telunjuk
dan jari tengah ke bagian dari diafragma dari perut
ibu.Jikajarimasukduajariberartidiastasisrectieibunormal.Jikalebihdarid
uajariberarti abnormal. Auskultasi dilakukan untuk mendengar
peristaltik ususyangnormalnya 5-35 kali permenit, palpasi untuk
mengetahui kontraksi uterusbaikatau tidak. Intensitas kontraksi
uterus meningkat segera setelah bayilahirkemudian terjadi respons
uterus terhadap penurunan volume intra uterinekelenjar hipofisis
yang mengeluarkan hormone oksitosin, berguna untukmemperkuat
dan mengatur kontraksi uterus dan mengkrompesi
pembuluhdarah.Pada1-
2jampertamaintensitaskontraksiuterusberkurangjumlahnyadan menjadi
tidak teratur karena pemberian oksitosin dan isapan bayi.
8. Genetalia
Pemeriksaan genetalia untuk melihat apakah terdapat hematoma,
oedema, tanda-tanda infeksi, pemeriksaan pada lokhea meliputi warna,
bau, jumlah, dankonsistensinya.
9. Anus
Pada pemeriksaan anus apakah terdapat hemoroid atau tidak.
53
10. Integumen
Pemeriksaan integumen meliputi warna, turgor, kelembapan, suhu
tubuh, tekstur, hiperpigmentasi. Penurunan melanin umumnya setelah
persalinan menyebabkan berkurangnya hiperpigmentasi kulit.
11. Ekstremitas
Pada pemeriksaan kaki apakah ada: varises, oedema, reflek patella,
nyeri tekan atau panas pada beti. Adanya tanda homan, caranya
dengan meletakkan 1 tangan pada lutut ibu dan di lakukan tekanan
ringan agar lutut tetap lurus. Bila ibu merasakan nyeri pada betis
dengan tindakan tersebut, tanda Homan(+).
J. DIAGNOSAKEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang,
keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang aktual atau potensial. Diagnosa keperawatan merupakan
dasar dalam penyusunan rencana tindakan asuhan keperawatan, tujuan
dokumentasi diagnosa keperawatan untuk meunliskan masalah/problem
pasien atau perubahan status kesehatan pasien. (Dokumentasi Keperawatan,
2017). Masalah yang mungkin muncul, sebagai berikut :
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik, luka post operasi
SectioCaesarea.
2) Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai
ASI.
3) Defisit Pengetahuan tentang Teknik Menyusui yang Benar berhubungan
dengan Kurang Terpapar Informasi.
4) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, terpasang
alatinvasif.
5) Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitasgastrointestinal.
54
K. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
Nyeri akut b/d agen NOC : NIC :
pencedera fisik Tingkat Kenyamanan 1.1 Kaji nyeri secarakomperehensif
(D.0077) Setelah dilakukan tindakan meliputi P, Q, R, S,T.
keperawatan selama 1x8 jam 1.2 Observasi reaksi non verbaldari
diharapkan nyeri berkurang pasien.
dengan Kriteria Hasil: 1.3 Monitor tanda-tandavital
1. Pasien melaporkannyeri 1.4 Kontrol lingkungan yang dapat
berkurang mempengaruhi nyeri sepertisuhu
2. Skala nyeri2-3 ruangan, pencahayaan, dan
3. Pasien tampakrileks kebisingan.
4. Pasien dapat istirahatdan 1.5 Kurangi faktor presipitasinyeri.
tidur. 1.6 Ajarkan teknik relaksasinafas
5. Tanda-tanda vitaldalam dalam.
batasnormal 1.7 Pemberiananalgetik dengan
tepat.
1.8 Tingkatkanistirahat.
Menyusui tidak NOC : NIC :
efektif b/d Breast Feeding 2.1 Kaji tingkat pengeluaranASI
ketidakadekuatan Setelah dilakukan tindakan 2.2 Kaji kemampuan menghisap secara
suplai keperawatan selama 3x24 efektif
ASI. (D.0029) jam diharapkan menyusui 2.3 Tentukan keinginan dan motivasi ibu
efektif dengan Kriteria untuk menyusui
Hasil : 2.4 Beri kompres hangat sebelum
1. Pasienmengungkapkan menyusui
puas dengan kebutuhan 2.5 Ajarkan pijat oksitosin untuk
memperlancar pengeluaranASI
untuk menyusui
2.6 Lakukan teknik non farmakologi
2. Kemantapan pemberian untuk memperlancar ASI ( pijat
ASI : Bayi : perlekatan Oksitosin).
bayi yang sesuai pada dan 2.7 Libatkan keluarga untuk membantu
proses menghisap dan memberikan dukungan padaibu.
payudara ibu untuk
memperoleh nutrisi
selama 3 minggupertama
3. Kemantapan pemberian
ASI : Ibu : kemantapan
ibu untuk membuatbayi
melekat dengan tepat
menyusui dan payudara
ibu untuk memperoleh
nutrisi selama 3minggu
pertama pemberian ASI.
Defisit pengetahuan NOC : NIC :
tentang teknik 1. Knowledge : 3.1 Kaji pengetahuan tentang teknik
menyusi yang benar Disease Process menyusui yang benar.
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan 3.2 Berikan kesempatan pasien dan
kurang terpapar keperawatan selama 2x24 keluarga untukbertanya
informasi. (D.0111) jam diharapkan pasien 3.3 Jelaskan informasi mengenai teknik
mengerti tentang teknik menyusui yang benar
menyusui yang benar dengan 3.4 Tanyakan kembali tentang
46
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
KriteriaHasil : pengetahuan dan prosedur yang telah
1. Pasien dan keluarga dijelaskan oleh perawat.
mampu menyatakan
tentang caramenyusui
yangbenar.
2. Pasien dan keluarga
mampu melaksanakan
prosedur yang
dijelaskan secarabenar
3. Pasien dan keluarga
mampu menjelaskan
kembali apa yang
dijelaskan oleh
perawat/ timkesehatan
lainnya.
Gangguan mobilitas NOC : NIC :
fisik b/d kelemahan Mobility Level Ecxercise therapy : Ambulation
fisik (D.0054) Setelah dilakukan tindakan 4.1 Monitor vital sign sebelum dan
keperawatan selama 3x24 sesudahaktifitas
jam diharapkan gangguan 4.2 Kaji tingkat kemampuan pasien
untukberaktivitas.
mobilitas fisik dapatteratasi
4.3 Kaji kemampuan pasien untuk
dengan Kriteria Hasil: mobilisasi
1. Pasien meningkat 4.4 Kaji pengaruh aktivitas terhadap
dalam aktivitasfisik kondisi luka dan kondisi tubuh
2. Mengerti tujuan dari umum.
peningkatanmobilitas. 4.5 Ajarkan pasien tentang teknik
ambulasidini
4.6 Ajarkan pasien bagaimana merubah
posisi dan berikanbantuan
4.7 Bantu pasien untuk memenuhi
kebutuhan aktivitassehari-hari.
4.8 Bantu pasien untuk melakukan
tindakan sesuai dengankemampuan
/kondisi pasien
4.9 Dampingi dan bantu pasien saat
mobilisasi
4.10 Evaluasi perkembangan kemampuan
pasien dalam melakukanaktivitas
M. EVALUASIKEPERAWATAN
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses
keperawatan untuk mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan
tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pasien
(Dokumentasi Keperawatan, 2017). Pada tahap evaluasi ini terdiri dari dua
kegiatan yaitu kegiatan yang dilakukan dengan mengevaluasi selama
proses keperawatan berlangsung atau menilai dari respon pasien disebut
evaluasi proses dan kegiatan melakukan evaluasi dengan target tujuan
yang diharapkan disebut evaluasi hasil. Terdapat dua jenis evaluasi yaitu
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.Evaluasi formatif merupakan
evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan intervensi dengan respon
segera. Sedangkan evaluasi sumatif merupakan rekapitulasi dari hasil
observasi dan analisis status pasien pada waktu tertentu berdasarkan tujuan
yang direncanakan pada tahap perencanaan. Dilakukan setiap berdasarkan
tujuan yang direncanakan pada tahap perencanaan. Dilakukan setiap hari
dan meliputi 4 komponen, yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni
subyektif (respon verbal pasien terhadap tindakan),obyektif (respon
nonverbal hasil dari tindakan dan data hasil pemeriksaan), analisis data
(menyimpulkan masalah, masih tetap ada, berkurang atau muncul masalah
baru) dan perencanaan (perencanaan atau tindak lanjut tindakan yang akan
dilakukan selanjutnya berdasarkan hasil analisa dari responpasien).
DAFTAR PUSTAKA
Maas, Morhead, Jhonson dan Swanson. Nursing Out Comes (NOC), United States
Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press, 2013.
Nanda International (2015). Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi. 2015-
2017. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC
NANDA. 2007-2008. Panduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta: Prima Medika.
Carpenito,Lynda Jual.2006
Potter & Perry. (2010). Fundamental of Nursing Fundamental Keperawatan
(Buku 3 Edi). Jakarta: ELSEVIER.