Disusun Oleh :
ANA SAMBAYON
( 20203059 )
Tugas Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Jiwa pada Klien dengan
Gangguan Citra Tubuh (Body Image) Sebagai Syarat Pemenuhan Tugas Keperawatan Jiwa
Program Studi Profesi Ners Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto oleh :
Mahasiswa,
Ana Sambayon
202003059
Mengetahui,
Pembimbing Akademik,
Dengan mengucap syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan tugas
keperawatan jiwa yang berjudul “Gangguan Citra Tubuh (Body Image)” tepat waktu. Adapun
maksud dilaksanakannya penyusunan makalah ini, tidak lain adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah keperawatan jiwa. Tidak lupa ucapan terima kasih kepada pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
1. Siti Khadijah, M.Kep, selaku Dosen Keperawatan Jiwa
2. Teman-teman yang ikut serta dalam membantu menyelesaikan makalah ini.
Kami juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan baik dari segi isi,
maupun dari segi penulisan, untuk itu kami mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan tugas ini.
Penyusun
PENDAHULUAN
Citra tubuh adalah integritas presepsi, pikiran dan perasaan individu tentang
bentuk, ukuran, berat tubuh dan fungsi tubuh serta bagianbagiannya yang
digambarkan dalam bentuk penampilan fisik (Audrey, Berman, Shirlee, 2016).
Gambaran diri merupakan sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar maupun
tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk,
fungsi, penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu.
Respon Respon
Adaptif Maladapttif
3. Etiologi
Penyebab gangguan citra tubuh meliputi (SDKI. 2016) :
a. Perubahan struktur/bentuk tubuh (mis. amputasi, trauma, luka bakar, obesitas,
dan jerawat di wajah)
b. Perubahan fungsi tubuh (mis. Proses penyakit, kehamilan, kelumpuhan)
c. Perubahan fungsi kognitif
d. Ketidak sesuaian budaya, keyakinan atau sistem nilai
e. Transisi perkembangan
f. Gangguan psikososial
g. Efek tindakan/pengobatan (mis. Pembedahan, kemoterapi, terapi radiasi)
4. Faktor yang Mempengaruhi
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi perilaku yang objektif dan
teramati serta bersifat subjektif, dan pengalaman masa lalu. Perilaku
berhubungan dengan harga diri yang rendah, keracuan identitas, dan
deporsonalisasi.
2) Faktor yang mempengaruhi penampilan peran adalah streotipik peran seks,
tuntutan peran kerja, dan harapan peran kultural.
3) Faktor yang mempengaruhi identitas diri meliputi pola asuh orangtua yang
terlalu curiga pada anak sehingga anak kurang percaya diri, ketidakpercayaan
orang tua terhadap anak, tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan dalam
struktur sosial.
b. Faktor Presipitasi
Stresor yang berhubungan dengan Bodi Image :
1) Hilangnya bagian tubuh
2) Tindakan operasi
3) Proses patologi penyakit
4) Perubahan struktur dan fungsi tubuh
5) Proses pertumbuhan dan perkembangan
6) Prosedur tindakan dan pengobatan.
6. Mekanisme Koping
Koping jangka pendek
1) Aktifitas yang memberi kesempatan lari sementara dari krisis
Misalnya pemakaian obat, ikut music rock, balap motor/mobil, olahraga berat,
obsesi nonton TV.
2) Aktifitas yang memberi kesempatan mengganti identitas
Misalnya ikut kelompok tertentu, pengikut kelompok tertentu.
3) Aktiftas yang memberi kekuatan atau dukungan sementara terhadap konsep
diri/identitas kabur.
Misalnya aktivitas kompetensi seperti olahraga, prestasi akademik, kontes dll.
Aktivitas yang memberi arti kehidupan
Mekanisme koping yang sering digunakan fantasi, disosiasi, isolasi, proyeksi dan
menghindar.
7. Pathway
Isolasi sosial
2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN CITRA TUBUH
1. Pengkajian
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa factor presipitasi,
penilian stressor sumberkoping yang dimiliki pasien. Setiap melakukan pengkajian,
tulis tempat pasien dirawat dan tanggal dirawat isi pengkajian meliputi :
a. Identitas klien :
Identitas klien meliputi : nama, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, status
perkawinan, agama, pendidikan, alamat tempat tinggal, tanggal MRS, tanggal dan
waktu pengkajian.
b. Keluhan utama :
Keluhan yang dialami klien biasanya berupa menyendiri (menghindar dari orang
lain), komunikasi kurang atau tidak ada, berdiam diri di kamar, menolak interaksi
dengan orang lain, tidak melakukan kegiatan sehari-hari, hilangnya percaya diri.
c. Faktor predisposisi :
Meliputi kehilangan, perpisahan, penolakan orang tua, harapan orang tua yang
tidak realistis, kegagalan/frustasi berulang, tekanan dari kelompok sebaya,
perubahan struktur social. Terjadi trauma yang tiba-tiba misalnya harus
dioperasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, PHK, perasaan malu karena
sesuatu yang terjadi (korban perkosaan, dipenjara tiba-tiba) perlakuan orang lain
yang tidak menghargai pasien/perasaan negative terhadap diri sendiri yang
berlangsung lama.
d. Faktor precipitasi :
Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, adanya riwayat anggota
keluarga yang gangguan jiwa dan adanya riwayat penganiayaan.
e. Aspek fisik/biologis :
Meliputi hasil pengukuran TTV (TD, Nadi, Suhu, RR, TB, BB) dan keluhan fisik
yang dialami pasien.
f. Aspek psikososial, meliputi :
1) Genogram
Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola
komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
2) Konsep diri
a) Citra tubuh
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak
menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi.
Menolak penjelasan perubahan tubuh, persepsi negative terhadap tubuh.
Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang, mengungkapkan
keputusasaan, mengungkapkan ketakutan.
b) Identitas diri
Ketidakpastian memandang diri, sukar menetapkan keinginan dan tidak
mampu mengambil keputusan.
c) Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit, proses
menua, putus sekolah, PHK.
d) Ideal diri
Mengungkapkan keputusasan karena penyakitnya, mengungkapkan
keinginan yang terlalu tinggi.
e) Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri,
gangguan hubungan social, merendahkan martabat, mencederai diri dan
kurang percaya diri. Pasien mempunyai gangguan/ hambatan dalam
melakukan hubungan social dengan orang lain terdekat dalam kehidupan
dan kelompok yang diikuti dalam masyarakat.
3) Hubungan sosial
Tanyakan orang yang paling berarti dalam hidup klien, tanyakan upaya yang
biasa dilakukan bila ada masalah, tanyakan kelompok apa saja yang diikuti
dalam masyarakat, keterlibatan atau peran serta dalam kegiatan
kelompok/masyarakat, hambatan dalam berhubungan dengan orang lain,
minat dalam berinteraksi dengan orang lain. Pada klien dengan gangguan
citra tubuh interaksi engan orang lain berubah karena malu dengan
keadaannya, klien cenderung menarik diri dari lingkungan sekitarnya, klien
menghindari orang lain, hubungan sosial berubah.
4) Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah/menjalankan keyakinan, kepuasan
dalam menjalankan keyakinan. Pada klien dengan gangguan citra tubuh lebih
banyak murung dan menyendiri sehingga cenderung tidak melaksanakan
fungsi spiritualnya. (Azizah, Zainuri, & Akbar, 2016).
g. Status mental
1) Penampilan
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki apakah ada
yang tidak rapi, penggunaan pakaian tidak sesuai, cara berpakaian tidak
seperti biasanya, kemampuan klien dalam berpakaian, dampak
ketidakmampuan berpenampilan baik/berpakaian terhadap status psikologis
klien.
2) Pembicaraan
Klien dengan gangguan citra tubuh bicaranya cenderung murung, sering
terhenti/blocking, lambat, menghindar, tidak mampu memulai pembicaraan,
dan tidak mau mendiskusikan keterbatasan karena cacat/ perubahan pada
tubuh.
3) Aktivitas motorik
Pada klien dengan gangguan citra tubuh lebih sering merasa malu,
menyembunyikan bagian tubuh secara berlebihan, fokus pada penampilan
karena mengkhawatirkan pandangan tentang orang lain akibat perubahan
yang terjadi pada tubuhnya, menghindari melihat dan/atau menyentuh bagian
tubuh, hipomotorik, hipermotorik, TIK, agitasi, grimaseren, tremor atau
kompulsif.
4) Afek dan Emosi
Klien cenderung terlihat sedih dan terlihat murung, labil (emosi yang cepat
berubah-ubah, tanpa suatu pengendalian yang baik), cemas, gelisah, malu,
ketakutan, keputusasaan, khawatir.
5) Interaksi selama wawancara
Pada klien dengan gangguan citra tubuh klien kontak kurang (hanya fokus
pada pada perubahan tubuh atau penampilan), mudah tersinggung, cenderung
tidak berbicara/ menjawab pertanyaan dengan kalimat yang banyak. (Azizah,
Zainuri, & Akbar, 2016).
6) Proses pikir
a) Arus pikir
Klien dengan gangguan citra tubuh cenderung blocking (pembicaraan
terhenti tiba-tiba tanpa gangguan dari luar kemudian dilanjutkan
kembali).
b) Bentuk pikir
Ostistik: bentuk pemikiran yang berupa fantasia atau lamunan untuk
memuaskan keinginan yang tidak dapat dicapai.
c) Isi pikir
- Preokupasi: isi pikiran yang terpaku pada sebuah ide saja, biasanya
berhubungan dengan atau bernada emosional dan sangat kuat.
- Alienasi/rasa terasing: pikiran/rasa dirinya sudah menjadi lain,
berbeda, asing dan aneh.
- Pikiran rendah diri: mengungkapkan perasaan negatif tentang
perubahan tubuhnya, merasa bersalah dan penolakan terhadap
perubahan diri dan kemampuan diri/reaksi orang lain.
- Pesimis: berpandangan bahwa masa depan dirinya yang suram
tentang banyak hal di dalam kehidupannya. (Azizah, Zainuri, &
Akbar, 2016).
7) Tingkat kesadaran
Klien dengan gangguan citra tubuh tingkat kesadarannya composmentis.
8) Memori
Klien dengan gangguan citra tubuh mampu mengingat memori jangka
panjang ataupun jangka pendek.
9) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Tingkat konsentrasi klien gangguan citra tubuh memiliki penurunan tingkat
konsentrasi karena selalu berpikir negatif tentang dirinya
10) Kemampuan penilaian/pengambilan keputusan
Klien dengan gannguan citra tubuh sulit menentukan tujuan dan mengambil
keputusan karena selalu terbayang tentang ketidakmampuan untuk dirinya
sendiri dan keterbatasan dirinya dalam melakukan sesuatu.
11) Daya tilik
Mengingkari penyakit yang diderita: klien tidak menyadari gejala penyakit
(perubahan fisik dan emosi) pada dirinya dan merasa tidak perlu minta
pertolongan/klien menyangkal keadaan penyakitnya. Menyalahkan hal-hal
diluar dirinya: menyalahkan orang lain, kejadian atau lingkungan yang
menyebabkan timbulnya penyakit, perubahan bcitra tubuh atau masalah
sekarang (Azizah, Zainuri, & Akbar, 2016).
h. Kebutuhan perencanaan pulang
1) Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
2) Kegiatan hidup sehari-hari (ADL). (Azizah, Zainuri, & Akbar, 2016).
i. Mekanisme koping
Bagaimana dan jelaskan reaksi klien bila menghadapi suatu permasalahan,
apakah menggunakan cara-cara yang adaptif seperti bicara dengan orang lain,
mampu menyelesaikan masalah, teknik relaksasi, aktifitas konstruktif,
mengungkapkan perasaan positif tentang dirinya, dll ataukah menggunakan cara-
cara yang maladaptif seperti menciderai diri, berdiam diri, menghindar, isolasi
diri, atau yang lainnya (Azizah, Zainuri, & Akbar, 2016).
Setiap orang mempunyai kelebihan personal sebagai sumber koping, meliputi :
aktifitas olahraga dan aktifitas lain di luar rumah, hobi dan kerajinan tangan, seni
yang ekspresif, kesehatan dan perawatan diri, pekerjaan atau posisi, hubungan
interpersonal, dsb
Mekanisme koping gangguan citra tubuh :
1) Pertahanan koping dalam jangka pendek
2) Pertahanan koping dalam jangka panjang
3) Mekanisme pertahanan ego (Muhith, 2015).
Berikut ini merupakan data obyektif dan data subyektif yang sering ditemukan
pada gangguan citra tubuh :
a. Tanda subyektif :
- Menolak anggota tubuh saat ini, misalnya tidak puas dengan hasil operasi
- Mengatakan hal negatif tentang anggota tubuhnya yang tidak berfungsi.
- Mengungkapkan perasaan tidak berdaya, tidak berharga, keputusasaan.
- Menolak berinteraksi dengan orang lain.
- Mengungkpakan keinginan terlalu tinggi terhadap bagian tubuh yang
terganggu.
- Sering mengulang-ulang mengatakan kehilangan yang terjadi.
- Merasa asing terhadap bagian tubuh yang hilang.
b. Tanda objektif :
- Mengurung diri
- Hilangnya bagian tubuh
- Perubahan anggota tubuh baik bentuk maupun fungsi
- Menyembunyikan atau memamerkan bagian tubuh yang terganggu
- Menolak melihat bagian tubuh
- Aktifitas sosial menurun
2. Pohon Masalah
Effect
Harga Diri Rendah
Core
Problem Gangguan Citra Tubuh
Penyakit Fisik
3. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan Konsep Diri : Citra tubuh
2) Gangguan Konsep Diri : Harga diri rendah
3) Koping individu tidak efektif
4. Perencanaan Keperawatan
Rencana tindakan keperawatan dirancang untuk menyelesaikan masalah yang
terjadi pada klien. Secara umum indikator keberhasilan dari rencana tindakan adalah
berkurangnya tanda gejala serta meningkatnya kemampuan klien dalam mengontrol
dan mengatasi tanda gejala gangguan citra tubuh (Zaini, 2019).
Tujuan umum dari tindakan keperawatan adalah memfasilitasi aktualisasi diri
klien dengan membantu tumbuh, berkembang, menyadari kemampuan untuk
mengkompensasi kekurangan.
Prinsip tindakan keperawatan pada perubahan konsep diri dibagi menjadi 3 tingkat
(Stuart & Sundeen, 1991 ; 396) :
1) Memperluas kesadaran diri (Expanded Self Awareness)
2) Menyelidiki/eksplorasi diri (Self Exploration)
3) Mengevaluasi diri (Self Evaluation)
4) Perencanaan realistis (Realitic Planning)
5) Tanggung jawab bertindak (Commitment to Action)
Tindakan keperawatan berdasarkan tingkatan adalah :
Tingkat 1 : Memperluas kesadaran diri
Prinsip Rasional Intervensi
1. Tingkatkan Menurunkan ancaman 1. Tindakan penerimaan yang
keterbukaan dan dari sikap perawat tidak kaku
hubungan saling terhadap klien dan 2. Dengarkan klien
percaya. membantu klien 3. Dorong mendiskusikan pikiran
memperluas dan dan perasaan klien
menerima semua aspek 4. Beri respon yang tidak
diri. menghakimi
5. Tunjukkan klien individu yang
berhak dan bertanggung jawab
terhadap diri
2. Bekerja dengan Tingkat kemampuan 1. Identifikasi kemampuan klien
klien dengan klien seperti menilai 2. Mulai dengan penegasan
tingkat realita, control diri atau identitas
kemampuan yang integritas ego. 3. Beri dukungan
dimiliki klien. 4. Pendekatan yang tidak
menuntut
5. Cegah isolasi
6. Ciptakan kegiatan rutin yang
sederhana
7. Beri batasan perilaku yang tidak
sesuai
8. Orientasi kerealitas
9. Beri pujian dan pengakuan
untuk perilaku yang tepat
3. Maksimalkan Kerjasama klien penting 1. Secara bertahap tingkatkan
peran serta klien untuk menerima peran klien dalam mengambil
dalam hubungan tanggung jawab. keputusan
terapeutik. 2. Tunjukkan bahwa klien orang
yang bertanggung jawab
Gangguan citra Memfasilitasi TUK 1: 1) Klien 1) Bina hubungan saling Hubungan saling
tubuh aktualisasi diri Klien dapat mengungkapkan percaya percaya akan
klien dengan meningkatkan perasaannya - Salam terapeutik menimbulkan
membantu keterbukaan 2) Ekspresi wajah - Komunikasi kepercayaan klien
tumbuh, dan hubungan bersahabat terbuka, jujur dan pada perawat
berkembang, saling percaya 3) Ada kontak mata empati sehingga akan
menyadari 4) Menunjukkan - Sediakan waktu memudahkan dalam
kemampuan perasaan senang untuk pelaksanaan tindakan
untuk 5) Klien mau mendengarkan selanjutnya
mengkompensasi mengutarakan klien
kekurangan. masalah yang - Lakukan kontrak
dihadapi untuk program
asuhan
keperawatan
(pendidikan
kesehatan,
dukungan,
konseling dan
rujukan)
2) Beri kesempatan
kepada klien untuk
mengungkapkan
perasaan klien terkait
perubahan tubuh
3) Sediakan waktu
untuk mendengar
4) Katakan pada klien
bahwa ia adalah
seseorang yang
berharga dan
bertanggung jawab
serta mampu
menolong dirinya
sendiri
TUK 2 : 1) Klien menerima 1) Diskusikan Dengan mengetahui
Klien dapat perubahan tubuh perubahan struktur, persepsi klien terkait
mengidentifika yang terjadi bentuk atau fungsi gambaran dirinya
si perubahan tubuh akan menentukan
citra tubuh. 2) Diskusikan langkah intervensi
perbedaan selanjutnya
penampilan fisik
terhadap harga diri
3) Diskusikan
perubahan akibat
pubertas, kehamilan
atau penuaan
4) Identifikasi harapan
citra tubuh
berdasarkan tahap
perkembangan
5) Identifikasi budaya,
agama, jenis kelamin
dan umur terkait citra
tubuh
TUK 3: 1) Klien mampu 1) Diskusikan Pujian akan
Klien dapat mempertahankan kemampuan dan menigkatkan harga
menilai aspek yang positif aspek positif yang diri klien
kemampuan dimiliki klien (tubuh,
dan aspek intelektual, keluarga
positif yang oleh klien di luar
dimiliki perubahan yang
terjadi)
2) Beri pujian atas
aspek positif dan
kemampuan yang
masih dimiliki klien
TUK 4: 1) Klien menerima 1) Disukusikan cara Agar klien dapat
Klien dapat perubahan tubuh mengembangkan menerima dan lebih
menerima yang terjadi harapan citra tubuh percaya diri
realita secara realistis
perubahan 2) Anjurkan
struktur, mengungkapkan
bentuk atau gambaran diri
fungsi tubuh terhadap citra tubuh
TUK 5: 1) Klien dapat 1) Diskusikan cara-cara Pelaksanaan kegiatan
Klien dapat mengidentifikasi yang dapat dilakukan secara mandiri modal
menyusun tindakan yang untuk mengurangi awal untuk
rencana cara- dilakukan untuk dampak perubahan meningkatkan
cara menyelesaikan struktur, bentuk atau kepercayaan diri
menyelesaikan masalah yang fungsi tubuh
masalah yang dihadapi 2) Bantu klien
dihadapi mengurangi
perubahan citra tubuh
3) Dorong klien
memilih cara yang
sesuai
TUK 6: 1) Klien dapat memilih 1) Latih fungsi tubuh Pelaksanaan kegiatan
Klien dapat cara menyelesaikan yang dimilliki secara mandiri modal
melakukan masalah yang 2) Latih pengungkapan awal untuk
tindakan dihadapi kemampuan diri meningkatkan
pengembalian 2) Klien melaksanakan kepada orang lain kepercayaan diri
integritas cara yang telah maupun kelompok
tubuh dipilih untuk 3) Latih klien untuk
mengatasi masalah merawat diri dan
yang dihadapi peran serta dalam
asuhan klien secara
bertahap
4) Libatkan klien dalam
kelompok klien
dengan masalah
gangguan citra tubuh
SP 2 Pasien
1. Evaluasi keberhasilan SP1
2. Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap harga diri
3. Diskusikan akibat perubahan pubertas, kehamilan dan penuaan
4. Berikan pujian/reinformance positif atas kemampuan mengungkapkan perasaan
5. Observasi ekspresi klien pada saat berbicara
6. Menganjurkan klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian
SP3 Pasien
1. Evaluasi kemampuan pasien
2. Meningkatkan kegiatan klien sesuai toleransi kondisi klien
3. Memberi reinforcement positif
4. Menganjurkan klien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan hariaanya
SP 4 Pasien
1. Mendiskusikan mengenai jadwal harian yang akan dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan untuk mengurangi rasa sedih dan gelisah yang dihadapi klien
2. Beri motivasi klien untuk melakukan kegiatan sesuai jadwal yang telah dibuat
3. Beri motivasi klien untuk dapat berbaur dengan lingkungan social
4. Memberi reinforcement positif
5. Menganjurkan klien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan hariannya
SP 5 Pasien
1. Evaluasi kemampuan klien
2. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki (tubuh, intelektual, keluarga)
oleh klien di luar perubahan yang terjadi
3. Diskusikan cara mengembangkan harapan citra tubuh secara realistis
4. Diskusikan persepsi pasien dan keluarga tentang perubahan citra tubuh
5. Saat bertemu klien, hindarkan memberi penilaian negative. Utamakan memeberi
pujian yang realistis
6. Menganjurkan klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan hariannya
SP 6 Pasien
1. Evaluasi keberhasilan SP5
2. Diskusikan kemampuan klien yang masih bias digunakan selama sakit
3. Diskusikan juga kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaan di RS dan di rumah
4. Dorong klien untuk merawat dirinya danberperan serta dalam asuhan keperawatan
secara bertahap
5. Anjurkan menggunakan alat bantu (missal, pakaian, wig, kosmetik)
6. Latih klien fungsi tubuh yang dimiliki
7. Menganjurkan klien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan hariannya
SP 7 Pasien
1. Evaluasi kemampuan klien
2. Anjurkan klien mengikuti kelompok pendukung (missal kelompok sebaya)
3. Latih pengungkapan kemampuan diri kepada orang lain maupun kelompok
4. Monitor apakah klien bias mlihat bagian tubuh yang berubah
5. Manganjurkan klien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan hariannya.
SP 8 Pasien
1. Evaluasi kemampuan klien
2. Bantu klien melakukan cara yang dipilih
3. Bantu klien mengurangi perubahan citra tubuh. Misalnya protes untuk bagian tubuh
bertemu tongkat
4. Latih peningkatan penampilan diri (missal berdandan)
5. Beri pujian terhadap keberhasilan klien
SP 1 Keluarga
1. Bina hubungan saling percaya dengan klien
- Mengucapkan salam terapeutik
- Menjelaskan tujuan interaksi dan membuat kontrak waktu, topic dan tempat
2. Mendiskusikan pentingnya peran keluarga sebagai pendukung untuk mengatasi
gangguan citra tubuh
3. Mendiskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi gangguan citra
tubuh
4. Memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga untuk merawat klien dengan
gangguan citra tubuh
- Pengertian gangguan citra tubuh
- Tanda dan gejala gangguan citra tubuh
- Latih keluarga cara merawat klien dengan gangguan citra tubuh
SP 2 Keluarga
1. Evaluasi kemampuan keluarga
2. Melatih keluarga merawat langsung klien
3. Menyusun RTL keluarga/jadwal untuk merawat klien
5. Tindakan dan Evaluasi Keperawatan
Ah. Yusuf Rizky, R. F. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.
Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar Dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan Stategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Kaplan & Sadock. 2004. Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2.Jakarta : Penerbit EGC
Lilik Ma'rifatul Azizah, I. Z. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa-Teori dan
Aplikasi Praktek Klinik. Yogyakarta : Indomedia Pustaka.
Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Cv Andi Offset.
SAK. Program pendidikan Ners Spesialis Keperawatan Jiwa. 2017. Fakultas Ilmu
Keperawatan UI. Depok
SDKI, T. P. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat.