Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PSIKOSOSIAL PADA KLIEN DENGAN


GANGGUAN CITRA TUBUH (BODY IMAGE)

Dosen Pembimbing : Siti Khadijah, M. Kep

Disusun Oleh :
ANA SAMBAYON
( 20203059 )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

Tugas Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Jiwa pada Klien dengan
Gangguan Citra Tubuh (Body Image) Sebagai Syarat Pemenuhan Tugas Keperawatan Jiwa
Program Studi Profesi Ners Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto oleh :

Nama : Ana Sambayon


Nim : 202003059
Prodi : Profesi Ners

Telah disetujui dan disahkan pada


Hari :
Tanggal :

Mojokerto, 02 Februari 2022

Mahasiswa,

Ana Sambayon
202003059

Mengetahui,

Pembimbing Akademik,

Siti Khadijah, M. Kep


KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan tugas
keperawatan jiwa yang berjudul “Gangguan Citra Tubuh (Body Image)” tepat waktu. Adapun
maksud dilaksanakannya penyusunan makalah ini, tidak lain adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah keperawatan jiwa. Tidak lupa ucapan terima kasih kepada pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
1. Siti Khadijah, M.Kep, selaku Dosen Keperawatan Jiwa
2. Teman-teman yang ikut serta dalam membantu menyelesaikan makalah ini.
Kami juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan baik dari segi isi,
maupun dari segi penulisan, untuk itu kami mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan tugas ini.

Mojokerto, 02 Februari 2020

Penyusun
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Setiap individu memiliki gambaran diri ideal seperti apa yang diinginkannya termasuk
bentuk tubuh ideal seperti apa yang dimilikinya. Ketidaksesuaian antara bentuk tubuh
yang dipersepsi oleh individu dengan bentuk tubuh yang menurutnya ideal akan
memunculkan ketidakpuasan terhadap tubuhnya (Amalia, 2007). Citra tubuh mulai
terbentuk jauh sebelum seorang anak mampu mengungkapkan fikiran-fikiran maupun
ide-idenya lewat kata-kata. Melalui kemampuan fisiknya seorang anak mempersepsi
dirinya sebagai seseorang yang dapat menyebabkan sesuatu terjadi, misalnya dengan
menggunakan tangannya sebagai alat (Amalia, 2007). Tingkat Body image individu
digambarkan oleh seberapa jauh individu merasa puas terhadap bagian-bagian tubuh dan
penampilan fisik secara keseluruhan serta menambahkan tingkat penerimaan citra raga
sebagian besar tergantung pada pengaruh sosial budaya yang terdiri dari empat aspek
yaitu reaksi orang lain, perbandingan dengan oranglain, peranan individu dan identifikasi
terhadap orang lain (Thompson, 2000).
Masa remaja adalah bagian proses tumbuh kembang yang merupakan peralihan dari
masa anak-anak menuju dewasa. Berbagai perubahan terjadi secara fisik maupun mental.
Tumbuh kembang fisik yang begitu cepat membuat remaja memberikan perhatian
banyak pada kondisi fisiknya. Perhatian ini tidak lepas dari kondisi perkembangan
mentalnya untuk menemukan penghargaan diri dari lingkungan sekitarnya dan
pembentukan rasa percaya diri. Hal ini menyebabkan remaja mulai memberikan
penilaian terhadap gambaran tubuhnya atas dasar bagaimana lingkungan menilai mereka.
Lingkungan sangat berperan penting terhadap penilaian citra tubuh. Kondisi
keterpaparan media, peran serta keluarga serta pergaulan dengan teman sebaya dapat
mempengaruhi cara pandang remaja terhadap kondisi fisik tubuhnya. Kondisi individu
juga dapat mempengaruhi penilaian citra tubuh (Fatiyasani, 2018).
Keadaan klien ini dapat diatasi dengan cara meningkatkan kualitas asuhan pelayanan
keperawatan, tidak hanya melibatkan individu melainkan juga melibatkan keluarga.
Salah satu aspek yang dapat dilakukan adalah asuhan keperawatan psikososial khususnya
perawatan konsep diri klien dengan memberdayakan keluarga dan sistem pendukung
klien. Respons individu dapat berfluktuasi dari adaptif ke maladaptif. Respons
maladaptive sering ditemukan pada klien gangguan jiwa. Dan perlu diketahui bahwa
Konsep diri mempunyai beberapa komponen seperti citra diri (tubuh), ideal diri, peran
diri, identitas diri, dan harga diri. Yang akan dibahas dimateri ini adalah Citra diri yang
merupakan salah satu komponen dalam konsep diri (Azizah, Zainuri, & Akbar, 2016).

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa definisi dari konsep diri dan citra tubuh?


2. Bagaimana rentang respon konsep diri?
3. Apa saja etiologi gangguan citra tubuh?
4. Apa saja faktor yang mempengaruhi citra tubuh
5. Apa saja tanda dan gejala gangguan citra tubuh?
6. Apa pathway konsep diri dan citra tubuh?
7. Bagaimana konsep askep konsep diri (gangguan citra tubuh)?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada konsep diri (gangguan citra tubuh)?

1.3 TUJUAN PENULISAN

1.3.1 Tujuan Umum


Untuk mengetahui konsep teori dan cara penerapan asuhan keperawatan pada
pasien dengan masalah psikososial konsep diri (Gangguan Citra Tubuh).
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi dari konsep diri dan citra tubuh
2. Untuk mengetahui rentang respon konsep diri
3. Untuk mengetahui etiologi gangguan citra tubuh
4. Untuk mempengaruhi faktor yang mempengaruhi citra tubuh
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala gangguan citra tubuh
6. Untuk mengetahui pathway konsep diri dan citra tubuh
7. Untuk mengetahui konsep askep konsep diri (gangguan citra tubuh)
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada konsep diri (gangguan citra tubuh)

1.4 Manfaat Penulisan

1. Dapat menambah pengetahuan mengenai konsep diri (citra tubuh)


2. Dapat memahami mengenai asuhan keperawatan jiwa dengan konsep diri
(gangguan citra tubuh)
TINJAUAN TEORI

2.1 KONSEP TEORI GANGGUAN CITRA TUBUH


1. Definisi
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang
diketahui oleh individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain, (Stuart dan Sundeen, 1991: 372). Konsep diri
termasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang
lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan
dan keinginannya.
Menurut Beck, Willian dan Rawlin yang dikutip oleh Kelliat, 1992: 2 bahwa
konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh, fisikal, emosi,
intelektual, social dan spiritual.
Konsep diri seseorang tidak terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari sebagai
hasil dari pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat,
dan dengan realitas dunia.
Konsep diri terdiri atas komponen :
- Citra tubuh (Body Image)
- Ideal diri (Self Ideal)
- Harga diri (Self Esteem)
- Identitas diri (Personal Identity)
- Penampilan peran (Role Performance).

Citra tubuh adalah integritas presepsi, pikiran dan perasaan individu tentang
bentuk, ukuran, berat tubuh dan fungsi tubuh serta bagianbagiannya yang
digambarkan dalam bentuk penampilan fisik (Audrey, Berman, Shirlee, 2016).
Gambaran diri merupakan sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar maupun
tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk,
fungsi, penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu.

Gambaran diri berhubungan erat dengan kepribadian. Cara individu dalam


memandang diri mempunyai aspek psikologis terhadap penerimaan, pandangan
realistic yang akan memberi rasa aman dan meningkatkan harga diri.
Gangguan Citra tubuh diartikan sebagai perasaan tidak puas terhadap
perubahan bentuk, struktur dan fungsi tubuh karena tidak sesuai dengan yang
diinginkan (SAK Jiwa, FIK Ui Depok, 2017). Gangguan citra tubuh juga memiliki
makna sebagai bentuk kebingungan diri dalam cara memandang dan menerima
gambaran tubuh (Keliat, 2007).

2. Rentang Respon Konsep Diri

Respon Respon
Adaptif Maladapttif

Aktualisasi Konsep Harga Diri Kekacauan


Depersonalisasi
Diri Diri Positif Rendah Identitas
Keterangan :
1) Respon adaptif adalah respon yang dihadapi klien bila klien menghadapi suatu
masalah dapat menyelesaikannya secara baik antara lain:
a. Aktualisasi diri, kesadaran akan diri berdasarkan konservasi mandiri
termasuk persepsi masalalu akan diri dan perannya.
b. Konsep diri positif, menunjukkan individu akan sukses dalam menghadapi
masalah.
2) Respon mal-adaptif adalah respon individu dalam menghadapi masalah dimana
individu tidak mampu memecahkan masalah. Respon maladaptif gangguan
konsep diri adalah:
a. Harga diri rendah, transisi antara respon konsep diri positif dan maladaptif
b. Kekacauan identitas, identitas diri kacau atau tidak jelas sehingga tidak
memberikan kehidupan dalam mencapai tujuan.
c. Depersonalisasi (tidak mengenal diri) (Azizah, Zainuri, & Akbar, 2016)
3) Respon Adaptif dan Maladaptif Klien Gangguan Citra Tubuh adalah :
a) Respon Klien Adaptif
a. Syok psikologis : Merupakan reaksi emosional terhadap dampak
perubahan dan dapat terjadi pada saat pertama tindakan Syok psikologis
digunakan sebagai reaksi terhadap ansietas. Informasi yang terlalu
banyak dan kenyataan perubahan tubuh membuat klien menggunakan
mekanisme pertahanan diri seperti mengingkari, menolak, dan proyeksi
untuk mempertahankan keseimbangan diri
b. Menarik diri : Klien menjadi sadar akan kenyataan. Ingin lari dari
kenyataan, tetapi karena tidak mungkin maka klien lari atau menghindar
secara emosional. Klien menjadi pasif, tergantung. tidak ada motivasi
dan keinginan untuk berperan dalam perawatannya.
c. Penerimaan/pengakuan secara terhadap : Setelah klien sadar akan
kenyataan, maka respon kehilangan atau berduka muncul Setelah fase ini
klien mulai melakukan reintegrasi dengan gambaran diri yang baru.
b) Respon Klien Maladaptif :
a. Menolak untuk melihat dan menyentuh
b. Tidak dapat menerima perubahan struktur dan fungsi tubuh
c. Mengurangi kontak sosial sehingga terjadi penarikan diri
d. Preokupasi dengan bagian tubuh atau bagian yang berubah struktur dan
fungsi tubuh yang hilang
e. Perasaan atau pandangan negatif terhadap tubuh.
f. Mengungkapkan keputusasaan
g. Mengungkapkan ketakutan ditolak (Muhith, 2015)

3. Etiologi
Penyebab gangguan citra tubuh meliputi (SDKI. 2016) :
a. Perubahan struktur/bentuk tubuh (mis. amputasi, trauma, luka bakar, obesitas,
dan jerawat di wajah)
b. Perubahan fungsi tubuh (mis. Proses penyakit, kehamilan, kelumpuhan)
c. Perubahan fungsi kognitif
d. Ketidak sesuaian budaya, keyakinan atau sistem nilai
e. Transisi perkembangan
f. Gangguan psikososial
g. Efek tindakan/pengobatan (mis. Pembedahan, kemoterapi, terapi radiasi)
4. Faktor yang Mempengaruhi
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi perilaku yang objektif dan
teramati serta bersifat subjektif, dan pengalaman masa lalu. Perilaku
berhubungan dengan harga diri yang rendah, keracuan identitas, dan
deporsonalisasi.
2) Faktor yang mempengaruhi penampilan peran adalah streotipik peran seks,
tuntutan peran kerja, dan harapan peran kultural.
3) Faktor yang mempengaruhi identitas diri meliputi pola asuh orangtua yang
terlalu curiga pada anak sehingga anak kurang percaya diri, ketidakpercayaan
orang tua terhadap anak, tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan dalam
struktur sosial.
b. Faktor Presipitasi
Stresor yang berhubungan dengan Bodi Image :
1) Hilangnya bagian tubuh
2) Tindakan operasi
3) Proses patologi penyakit
4) Perubahan struktur dan fungsi tubuh
5) Proses pertumbuhan dan perkembangan
6) Prosedur tindakan dan pengobatan.

5. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala gangguan citra tubuh, antara lain :
a. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
b. Tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi/akan terjadi
c. Menolak penjelasan perubahan tubuh
d. Persepsi negative pada tubuh
e. Preakupasi dengan bagian tubuh yang hilang
f. Mengungkapkan keputusasaan
g. Mengungkapkan ketakutan
(Azizah, Zainuri, & Akbar, 2016)
Tanda dan gejala gangguan citra tubuh menurut (SDKI, 2016) :
a. Tanda dan Gejala Mayor
 Data Subjektif :
- Mengungkapkan kecacatan/ kehilangan bagian tubuh
 Data Objektif :
- Kehilangan bagian tubuh
- Fungsi/ struktur tubuh berubah/hilang
b. Tanda dan gejala Minor
 Data Subjektif :
- Tidak mau mengucapkan kecacatan/kehilangan bagian tubuh
- Mengungkapkan perasaan negatif tentang perubahan tubuh
- Mengungkapkan kekhawatiran pada penolakan interaksi orang lain
- Mengungkapkan perubahan gaya hidup
 Data Objektif :
- Menyembunyikan/menunjukkan bagian tubuh secara berlebihan
- Menghindari melihat dan atau menyentuh bagian tubuh
- Fokus berlebihan pada perubahan tubuh
- Respon non verbal pada perubahan dan persepsi tubuh
- Fokus pada penampilan dan kekuatan masa lalu
- Hubungan sosial berubah

6. Mekanisme Koping
Koping jangka pendek
1) Aktifitas yang memberi kesempatan lari sementara dari krisis
Misalnya pemakaian obat, ikut music rock, balap motor/mobil, olahraga berat,
obsesi nonton TV.
2) Aktifitas yang memberi kesempatan mengganti identitas
Misalnya ikut kelompok tertentu, pengikut kelompok tertentu.
3) Aktiftas yang memberi kekuatan atau dukungan sementara terhadap konsep
diri/identitas kabur.
Misalnya aktivitas kompetensi seperti olahraga, prestasi akademik, kontes dll.
Aktivitas yang memberi arti kehidupan
Mekanisme koping yang sering digunakan fantasi, disosiasi, isolasi, proyeksi dan
menghindar.
7. Pathway

Perubahan Perubahan Perubahan Perubahan


Keterbatasan
ukuran tubuh bentuk tubuh struktur tubuh fungsi

Perubahan gambar diri

Gangguan citra tubuh

Respons penyesuaian Respon maladaptif

Menunjukkan rasa sedih Perilaku yang bersifat


dan duka cita, ( sedih, merusak, berbicara perasaan
menangis, merasa bersalah, tidak berharga atau
banyak melamun, diam) perubahan kemampuan
dalam menyesuaikan diri
dengan lingkungan.

Menolak melihat, menyentuh


tubuh yang berubah,
Syndrome pasca trauma mengungkapkan
keputusasaan

Harga diri rendah

Menarik diri dari lingkungan

Isolasi sosial
2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN CITRA TUBUH
1. Pengkajian
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa factor presipitasi,
penilian stressor sumberkoping yang dimiliki pasien. Setiap melakukan pengkajian,
tulis tempat pasien dirawat dan tanggal dirawat isi pengkajian meliputi :
a. Identitas klien :
Identitas klien meliputi : nama, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, status
perkawinan, agama, pendidikan, alamat tempat tinggal, tanggal MRS, tanggal dan
waktu pengkajian.
b. Keluhan utama :
Keluhan yang dialami klien biasanya berupa menyendiri (menghindar dari orang
lain), komunikasi kurang atau tidak ada, berdiam diri di kamar, menolak interaksi
dengan orang lain, tidak melakukan kegiatan sehari-hari, hilangnya percaya diri.
c. Faktor predisposisi :
Meliputi kehilangan, perpisahan, penolakan orang tua, harapan orang tua yang
tidak realistis, kegagalan/frustasi berulang, tekanan dari kelompok sebaya,
perubahan struktur social. Terjadi trauma yang tiba-tiba misalnya harus
dioperasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, PHK, perasaan malu karena
sesuatu yang terjadi (korban perkosaan, dipenjara tiba-tiba) perlakuan orang lain
yang tidak menghargai pasien/perasaan negative terhadap diri sendiri yang
berlangsung lama.
d. Faktor precipitasi :
Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, adanya riwayat anggota
keluarga yang gangguan jiwa dan adanya riwayat penganiayaan.
e. Aspek fisik/biologis :
Meliputi hasil pengukuran TTV (TD, Nadi, Suhu, RR, TB, BB) dan keluhan fisik
yang dialami pasien.
f. Aspek psikososial, meliputi :
1) Genogram
Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola
komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
2) Konsep diri
a) Citra tubuh
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak
menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi.
Menolak penjelasan perubahan tubuh, persepsi negative terhadap tubuh.
Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang, mengungkapkan
keputusasaan, mengungkapkan ketakutan.
b) Identitas diri
Ketidakpastian memandang diri, sukar menetapkan keinginan dan tidak
mampu mengambil keputusan.
c) Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit, proses
menua, putus sekolah, PHK.
d) Ideal diri
Mengungkapkan keputusasan karena penyakitnya, mengungkapkan
keinginan yang terlalu tinggi.
e) Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri,
gangguan hubungan social, merendahkan martabat, mencederai diri dan
kurang percaya diri. Pasien mempunyai gangguan/ hambatan dalam
melakukan hubungan social dengan orang lain terdekat dalam kehidupan
dan kelompok yang diikuti dalam masyarakat.
3) Hubungan sosial
Tanyakan orang yang paling berarti dalam hidup klien, tanyakan upaya yang
biasa dilakukan bila ada masalah, tanyakan kelompok apa saja yang diikuti
dalam masyarakat, keterlibatan atau peran serta dalam kegiatan
kelompok/masyarakat, hambatan dalam berhubungan dengan orang lain,
minat dalam berinteraksi dengan orang lain. Pada klien dengan gangguan
citra tubuh interaksi engan orang lain berubah karena malu dengan
keadaannya, klien cenderung menarik diri dari lingkungan sekitarnya, klien
menghindari orang lain, hubungan sosial berubah.
4) Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah/menjalankan keyakinan, kepuasan
dalam menjalankan keyakinan. Pada klien dengan gangguan citra tubuh lebih
banyak murung dan menyendiri sehingga cenderung tidak melaksanakan
fungsi spiritualnya. (Azizah, Zainuri, & Akbar, 2016).
g. Status mental
1) Penampilan
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki apakah ada
yang tidak rapi, penggunaan pakaian tidak sesuai, cara berpakaian tidak
seperti biasanya, kemampuan klien dalam berpakaian, dampak
ketidakmampuan berpenampilan baik/berpakaian terhadap status psikologis
klien.
2) Pembicaraan
Klien dengan gangguan citra tubuh bicaranya cenderung murung, sering
terhenti/blocking, lambat, menghindar, tidak mampu memulai pembicaraan,
dan tidak mau mendiskusikan keterbatasan karena cacat/ perubahan pada
tubuh.
3) Aktivitas motorik
Pada klien dengan gangguan citra tubuh lebih sering merasa malu,
menyembunyikan bagian tubuh secara berlebihan, fokus pada penampilan
karena mengkhawatirkan pandangan tentang orang lain akibat perubahan
yang terjadi pada tubuhnya, menghindari melihat dan/atau menyentuh bagian
tubuh, hipomotorik, hipermotorik, TIK, agitasi, grimaseren, tremor atau
kompulsif.
4) Afek dan Emosi
Klien cenderung terlihat sedih dan terlihat murung, labil (emosi yang cepat
berubah-ubah, tanpa suatu pengendalian yang baik), cemas, gelisah, malu,
ketakutan, keputusasaan, khawatir.
5) Interaksi selama wawancara
Pada klien dengan gangguan citra tubuh klien kontak kurang (hanya fokus
pada pada perubahan tubuh atau penampilan), mudah tersinggung, cenderung
tidak berbicara/ menjawab pertanyaan dengan kalimat yang banyak. (Azizah,
Zainuri, & Akbar, 2016).
6) Proses pikir
a) Arus pikir
Klien dengan gangguan citra tubuh cenderung blocking (pembicaraan
terhenti tiba-tiba tanpa gangguan dari luar kemudian dilanjutkan
kembali).
b) Bentuk pikir
Ostistik: bentuk pemikiran yang berupa fantasia atau lamunan untuk
memuaskan keinginan yang tidak dapat dicapai.
c) Isi pikir
- Preokupasi: isi pikiran yang terpaku pada sebuah ide saja, biasanya
berhubungan dengan atau bernada emosional dan sangat kuat.
- Alienasi/rasa terasing: pikiran/rasa dirinya sudah menjadi lain,
berbeda, asing dan aneh.
- Pikiran rendah diri: mengungkapkan perasaan negatif tentang
perubahan tubuhnya, merasa bersalah dan penolakan terhadap
perubahan diri dan kemampuan diri/reaksi orang lain.
- Pesimis: berpandangan bahwa masa depan dirinya yang suram
tentang banyak hal di dalam kehidupannya. (Azizah, Zainuri, &
Akbar, 2016).
7) Tingkat kesadaran
Klien dengan gangguan citra tubuh tingkat kesadarannya composmentis.
8) Memori
Klien dengan gangguan citra tubuh mampu mengingat memori jangka
panjang ataupun jangka pendek.
9) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Tingkat konsentrasi klien gangguan citra tubuh memiliki penurunan tingkat
konsentrasi karena selalu berpikir negatif tentang dirinya
10) Kemampuan penilaian/pengambilan keputusan
Klien dengan gannguan citra tubuh sulit menentukan tujuan dan mengambil
keputusan karena selalu terbayang tentang ketidakmampuan untuk dirinya
sendiri dan keterbatasan dirinya dalam melakukan sesuatu.
11) Daya tilik
Mengingkari penyakit yang diderita: klien tidak menyadari gejala penyakit
(perubahan fisik dan emosi) pada dirinya dan merasa tidak perlu minta
pertolongan/klien menyangkal keadaan penyakitnya. Menyalahkan hal-hal
diluar dirinya: menyalahkan orang lain, kejadian atau lingkungan yang
menyebabkan timbulnya penyakit, perubahan bcitra tubuh atau masalah
sekarang (Azizah, Zainuri, & Akbar, 2016).
h. Kebutuhan perencanaan pulang
1) Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
2) Kegiatan hidup sehari-hari (ADL). (Azizah, Zainuri, & Akbar, 2016).
i. Mekanisme koping
Bagaimana dan jelaskan reaksi klien bila menghadapi suatu permasalahan,
apakah menggunakan cara-cara yang adaptif seperti bicara dengan orang lain,
mampu menyelesaikan masalah, teknik relaksasi, aktifitas konstruktif,
mengungkapkan perasaan positif tentang dirinya, dll ataukah menggunakan cara-
cara yang maladaptif seperti menciderai diri, berdiam diri, menghindar, isolasi
diri, atau yang lainnya (Azizah, Zainuri, & Akbar, 2016).
Setiap orang mempunyai kelebihan personal sebagai sumber koping, meliputi :
aktifitas olahraga dan aktifitas lain di luar rumah, hobi dan kerajinan tangan, seni
yang ekspresif, kesehatan dan perawatan diri, pekerjaan atau posisi, hubungan
interpersonal, dsb
Mekanisme koping gangguan citra tubuh :
1) Pertahanan koping dalam jangka pendek
2) Pertahanan koping dalam jangka panjang
3) Mekanisme pertahanan ego (Muhith, 2015).

Berikut ini merupakan data obyektif dan data subyektif yang sering ditemukan
pada gangguan citra tubuh :
a. Tanda subyektif :
- Menolak anggota tubuh saat ini, misalnya tidak puas dengan hasil operasi
- Mengatakan hal negatif tentang anggota tubuhnya yang tidak berfungsi.
- Mengungkapkan perasaan tidak berdaya, tidak berharga, keputusasaan.
- Menolak berinteraksi dengan orang lain.
- Mengungkpakan keinginan terlalu tinggi terhadap bagian tubuh yang
terganggu.
- Sering mengulang-ulang mengatakan kehilangan yang terjadi.
- Merasa asing terhadap bagian tubuh yang hilang.

b. Tanda objektif :
- Mengurung diri
- Hilangnya bagian tubuh
- Perubahan anggota tubuh baik bentuk maupun fungsi
- Menyembunyikan atau memamerkan bagian tubuh yang terganggu
- Menolak melihat bagian tubuh
- Aktifitas sosial menurun

2. Pohon Masalah
Effect
Harga Diri Rendah

Core
Problem Gangguan Citra Tubuh

Causa Tidak Efektif Koping Individu

Penyakit Fisik

3. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan Konsep Diri : Citra tubuh
2) Gangguan Konsep Diri : Harga diri rendah
3) Koping individu tidak efektif

4. Perencanaan Keperawatan
Rencana tindakan keperawatan dirancang untuk menyelesaikan masalah yang
terjadi pada klien. Secara umum indikator keberhasilan dari rencana tindakan adalah
berkurangnya tanda gejala serta meningkatnya kemampuan klien dalam mengontrol
dan mengatasi tanda gejala gangguan citra tubuh (Zaini, 2019).
Tujuan umum dari tindakan keperawatan adalah memfasilitasi aktualisasi diri
klien dengan membantu tumbuh, berkembang, menyadari kemampuan untuk
mengkompensasi kekurangan.
Prinsip tindakan keperawatan pada perubahan konsep diri dibagi menjadi 3 tingkat
(Stuart & Sundeen, 1991 ; 396) :
1) Memperluas kesadaran diri (Expanded Self Awareness)
2) Menyelidiki/eksplorasi diri (Self Exploration)
3) Mengevaluasi diri (Self Evaluation)
4) Perencanaan realistis (Realitic Planning)
5) Tanggung jawab bertindak (Commitment to Action)
Tindakan keperawatan berdasarkan tingkatan adalah :
Tingkat 1 : Memperluas kesadaran diri
Prinsip Rasional Intervensi
1. Tingkatkan Menurunkan ancaman 1. Tindakan penerimaan yang
keterbukaan dan dari sikap perawat tidak kaku
hubungan saling terhadap klien dan 2. Dengarkan klien
percaya. membantu klien 3. Dorong mendiskusikan pikiran
memperluas dan dan perasaan klien
menerima semua aspek 4. Beri respon yang tidak
diri. menghakimi
5. Tunjukkan klien individu yang
berhak dan bertanggung jawab
terhadap diri
2. Bekerja dengan Tingkat kemampuan 1. Identifikasi kemampuan klien
klien dengan klien seperti menilai 2. Mulai dengan penegasan
tingkat realita, control diri atau identitas
kemampuan yang integritas ego. 3. Beri dukungan
dimiliki klien. 4. Pendekatan yang tidak
menuntut
5. Cegah isolasi
6. Ciptakan kegiatan rutin yang
sederhana
7. Beri batasan perilaku yang tidak
sesuai
8. Orientasi kerealitas
9. Beri pujian dan pengakuan
untuk perilaku yang tepat
3. Maksimalkan Kerjasama klien penting 1. Secara bertahap tingkatkan
peran serta klien untuk menerima peran klien dalam mengambil
dalam hubungan tanggung jawab. keputusan
terapeutik. 2. Tunjukkan bahwa klien orang
yang bertanggung jawab

Tingkat 2 : Menyelidiki diri


Prinsip :
1) Membantu klien menerima perasaan klien
2) Menolong klien untuk menjelaskan konsep dirinya dan hubungan dengan orang
lan melalui keterbukaan
3) Sadari dan control perasaan perawat
4) Memberi respon empati dan tekankan bahwa kekuatan untuk berubah ada pada
klien
Tingkat 3 : Mengevaluasi diri
Prinsip :
1) Membantu klien untuk menetapkan masalahnya secara jelas
2) Teliti koping klien yang adaptif terhadap masalah yang dihadapi
Tingkat 4 : Perencanaan realistis
Prinsip :
1) Bantu klien mengidentifikasi alternative pemecahan masalah
2) Bantu klien mengkonseptualisasi tujuan yang realistis
Tingkat 5 : Tanggung jawab bertindak
Prinsip :
1) Bantu klien melakukan tindakan yang perlu untuk mengubah respon
maladaptive dan mempertahankan yang adaptif
Rencana Keperawatan (SDKI, 2016) :

DIAGNOSA TUJUAN KRITERIA TINDAKAN


RASIONAL
KEPERAWATAN TUM TUK EVALUASI KEPERAWATAN

Gangguan citra Memfasilitasi TUK 1: 1) Klien 1) Bina hubungan saling Hubungan saling
tubuh aktualisasi diri Klien dapat mengungkapkan percaya percaya akan
klien dengan meningkatkan perasaannya - Salam terapeutik menimbulkan
membantu keterbukaan 2) Ekspresi wajah - Komunikasi kepercayaan klien
tumbuh, dan hubungan bersahabat terbuka, jujur dan pada perawat
berkembang, saling percaya 3) Ada kontak mata empati sehingga akan
menyadari 4) Menunjukkan - Sediakan waktu memudahkan dalam
kemampuan perasaan senang untuk pelaksanaan tindakan
untuk 5) Klien mau mendengarkan selanjutnya
mengkompensasi mengutarakan klien
kekurangan. masalah yang - Lakukan kontrak
dihadapi untuk program
asuhan
keperawatan
(pendidikan
kesehatan,
dukungan,
konseling dan
rujukan)
2) Beri kesempatan
kepada klien untuk
mengungkapkan
perasaan klien terkait
perubahan tubuh
3) Sediakan waktu
untuk mendengar
4) Katakan pada klien
bahwa ia adalah
seseorang yang
berharga dan
bertanggung jawab
serta mampu
menolong dirinya
sendiri
TUK 2 : 1) Klien menerima 1) Diskusikan Dengan mengetahui
Klien dapat perubahan tubuh perubahan struktur, persepsi klien terkait
mengidentifika yang terjadi bentuk atau fungsi gambaran dirinya
si perubahan tubuh akan menentukan
citra tubuh. 2) Diskusikan langkah intervensi
perbedaan selanjutnya
penampilan fisik
terhadap harga diri
3) Diskusikan
perubahan akibat
pubertas, kehamilan
atau penuaan
4) Identifikasi harapan
citra tubuh
berdasarkan tahap
perkembangan
5) Identifikasi budaya,
agama, jenis kelamin
dan umur terkait citra
tubuh
TUK 3: 1) Klien mampu 1) Diskusikan Pujian akan
Klien dapat mempertahankan kemampuan dan menigkatkan harga
menilai aspek yang positif aspek positif yang diri klien
kemampuan dimiliki klien (tubuh,
dan aspek intelektual, keluarga
positif yang oleh klien di luar
dimiliki perubahan yang
terjadi)
2) Beri pujian atas
aspek positif dan
kemampuan yang
masih dimiliki klien
TUK 4: 1) Klien menerima 1) Disukusikan cara Agar klien dapat
Klien dapat perubahan tubuh mengembangkan menerima dan lebih
menerima yang terjadi harapan citra tubuh percaya diri
realita secara realistis
perubahan 2) Anjurkan
struktur, mengungkapkan
bentuk atau gambaran diri
fungsi tubuh terhadap citra tubuh
TUK 5: 1) Klien dapat 1) Diskusikan cara-cara Pelaksanaan kegiatan
Klien dapat mengidentifikasi yang dapat dilakukan secara mandiri modal
menyusun tindakan yang untuk mengurangi awal untuk
rencana cara- dilakukan untuk dampak perubahan meningkatkan
cara menyelesaikan struktur, bentuk atau kepercayaan diri
menyelesaikan masalah yang fungsi tubuh
masalah yang dihadapi 2) Bantu klien
dihadapi mengurangi
perubahan citra tubuh
3) Dorong klien
memilih cara yang
sesuai
TUK 6: 1) Klien dapat memilih 1) Latih fungsi tubuh Pelaksanaan kegiatan
Klien dapat cara menyelesaikan yang dimilliki secara mandiri modal
melakukan masalah yang 2) Latih pengungkapan awal untuk
tindakan dihadapi kemampuan diri meningkatkan
pengembalian 2) Klien melaksanakan kepada orang lain kepercayaan diri
integritas cara yang telah maupun kelompok
tubuh dipilih untuk 3) Latih klien untuk
mengatasi masalah merawat diri dan
yang dihadapi peran serta dalam
asuhan klien secara
bertahap
4) Libatkan klien dalam
kelompok klien
dengan masalah
gangguan citra tubuh

TUK 7: 1) Klien memperoleh 1) Diskusikan persepsi Perhatian keluarga


Klien dapat dukungan dari klien dan keluarga dan pengertian
memanfaatkan keluarga tentang perubahan keluarga dapat
system 2) Keluarga citra tubuh membantu mengatasi
pendukung berpartisipasi dalam 2) Jelaskan kepada masalah gangguan
yang ada mengatasi masalah keluarga tentang citra tubuh agar klien
gangguan citra tubuh perawatan perubahan lebih percaya diri
yang dialami klien citra tubuh
3) Tingkatkan
dukungan keluarga
pada klien
Strategi Pelaksanaan Berdasarkan Pertemuan
SP 1 Pasien
1. Bina hubungan saling percaya dengan klien
- Mengucapkan salam terapeutik
- Menjelaskan tujuan interaksi dan membuat kontrak waktu, topic dan tempat
2. Tanyakan pada klien tentang situasi penyebab timbulnya gangguan citra tubuh
3. Tanyakan persepsi citra tubuh saat ini
4. Tanyakan tanda-tanda gangguan citra tubuh
5. Tanyakan apa yang biasa dilakukan untuk mengatasi gangguan citra tubuh
6. Diskusikan dengan klien tentang aspek positif dirinya
7. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya

SP 2 Pasien
1. Evaluasi keberhasilan SP1
2. Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap harga diri
3. Diskusikan akibat perubahan pubertas, kehamilan dan penuaan
4. Berikan pujian/reinformance positif atas kemampuan mengungkapkan perasaan
5. Observasi ekspresi klien pada saat berbicara
6. Menganjurkan klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian

SP3 Pasien
1. Evaluasi kemampuan pasien
2. Meningkatkan kegiatan klien sesuai toleransi kondisi klien
3. Memberi reinforcement positif
4. Menganjurkan klien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan hariaanya

SP 4 Pasien
1. Mendiskusikan mengenai jadwal harian yang akan dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan untuk mengurangi rasa sedih dan gelisah yang dihadapi klien
2. Beri motivasi klien untuk melakukan kegiatan sesuai jadwal yang telah dibuat
3. Beri motivasi klien untuk dapat berbaur dengan lingkungan social
4. Memberi reinforcement positif
5. Menganjurkan klien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan hariannya

SP 5 Pasien
1. Evaluasi kemampuan klien
2. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki (tubuh, intelektual, keluarga)
oleh klien di luar perubahan yang terjadi
3. Diskusikan cara mengembangkan harapan citra tubuh secara realistis
4. Diskusikan persepsi pasien dan keluarga tentang perubahan citra tubuh
5. Saat bertemu klien, hindarkan memberi penilaian negative. Utamakan memeberi
pujian yang realistis
6. Menganjurkan klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan hariannya

SP 6 Pasien
1. Evaluasi keberhasilan SP5
2. Diskusikan kemampuan klien yang masih bias digunakan selama sakit
3. Diskusikan juga kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaan di RS dan di rumah
4. Dorong klien untuk merawat dirinya danberperan serta dalam asuhan keperawatan
secara bertahap
5. Anjurkan menggunakan alat bantu (missal, pakaian, wig, kosmetik)
6. Latih klien fungsi tubuh yang dimiliki
7. Menganjurkan klien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan hariannya

SP 7 Pasien
1. Evaluasi kemampuan klien
2. Anjurkan klien mengikuti kelompok pendukung (missal kelompok sebaya)
3. Latih pengungkapan kemampuan diri kepada orang lain maupun kelompok
4. Monitor apakah klien bias mlihat bagian tubuh yang berubah
5. Manganjurkan klien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan hariannya.

SP 8 Pasien
1. Evaluasi kemampuan klien
2. Bantu klien melakukan cara yang dipilih
3. Bantu klien mengurangi perubahan citra tubuh. Misalnya protes untuk bagian tubuh
bertemu tongkat
4. Latih peningkatan penampilan diri (missal berdandan)
5. Beri pujian terhadap keberhasilan klien

SP 1 Keluarga
1. Bina hubungan saling percaya dengan klien
- Mengucapkan salam terapeutik
- Menjelaskan tujuan interaksi dan membuat kontrak waktu, topic dan tempat
2. Mendiskusikan pentingnya peran keluarga sebagai pendukung untuk mengatasi
gangguan citra tubuh
3. Mendiskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi gangguan citra
tubuh
4. Memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga untuk merawat klien dengan
gangguan citra tubuh
- Pengertian gangguan citra tubuh
- Tanda dan gejala gangguan citra tubuh
- Latih keluarga cara merawat klien dengan gangguan citra tubuh

SP 2 Keluarga
1. Evaluasi kemampuan keluarga
2. Melatih keluarga merawat langsung klien
3. Menyusun RTL keluarga/jadwal untuk merawat klien
5. Tindakan dan Evaluasi Keperawatan

Hari / Tgl Dx Kep Tindakan Evaluasi Keperawatan Paraf dan Nama


Jam
Keperawatan
Tanggal Gangguan Berisi semua Diisi dengan mengacu pada Dituliskan
dan citra tubuh tindakan konsep SOAP maka: paraf/tanda
tindakan (body image) keperawatan yang  Semua respon klien tangan perawat
melakukan dilakukan sesuai (Data Subjektif/DS, yang membuat
tindakan Dituliskan dengan Data Obyektif/DO) perencanaan
rumusan rencana/kondisi saat terhadap tindakan yang tersebut dan
diagnose itu baik tindakan dilakukan cantumkan nama
keperawatan keperawatan  Analisa respon klien jelasnya
mandiri, bersama (Analisa/A) dengan
klien/keluarga/klien mengaitkan pada
dan keluarga, diagnose, data dan
rujukan/konsultasi tujuan jika ditemukan
atau dengan tenaga masalah baru, maka
kesehatan lain (kerja dituliskan diagnose baru
sama). tersebut
 Reancana lanjutan
(Planing/P) dapat
dituliskan dengan
mengacu:
Rencana selesai/tidak
dilanjutkan, jika tujuan
telah tercapai secara
paripurna
Rencana dilanjutkan,
jika hasil evaluasi sesuai
dengan beberapa
harapan/tujuan yang
telah ditetapkan atau
pencapaian tujuan
tersebut perlu
dimantapkan kembali
untuk mempertahankan
keadaan sampai stabil
Modifikasi tindakan,
jika semua rencana telah
dilaksanakan tetapi
tujuan belum tercapai
atau perlu perbaikan
yang disesuaikan
dengan
keadaan/kemajuan klien
Dibatalkan, jika hasil
evaluasi
bertentangan/kontraindi
kasi dengan diagnose
keperawatan yang telah
ditetapkan
DAFTAR PUSTAKA

Ah. Yusuf Rizky, R. F. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.

Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar Dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan Stategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Kaplan & Sadock. 2004. Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2.Jakarta : Penerbit EGC

Lilik Ma'rifatul Azizah, I. Z. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa-Teori dan
Aplikasi Praktek Klinik. Yogyakarta : Indomedia Pustaka.
Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Cv Andi Offset.

SAK. Program pendidikan Ners Spesialis Keperawatan Jiwa. 2017. Fakultas Ilmu
Keperawatan UI. Depok
SDKI, T. P. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat.

Stuart,G.W. 2006. “Buku Saku Keperawatan Jiwa”. Jakarta : EGC

Yulian, S. (2016). Aplikasi Multifungsi Tenaga Kesehatan. Mojokerto : Badan Penerbit


Graha Pustaka.
Zaini, M. (2019). Asuhan Keperawataan Jiwa Masalah Psikososial Di Pelayanan Klinis Dan
Komunikasi. Sleman, Yogyakarta: Cv Budi

Anda mungkin juga menyukai