Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

HOSPITALISASI PADA ANAK

Untuk Memenuhi Tugas Profesi


Departemen Anak

Disusun Oleh :
Ilham Dading Mahandi 40221027
Nafi’atul Amanah 40221033
Sukma Putri Solikhah 40221043

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN
BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2022
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Mengatasi dampak hospitalisasi pada anak


Sub Pokok Bahasan : Definisi hospitalisasi, Reaksi anak, orang tua dan saudara
kandung terhadap hospitalisasi anak, Cara mengatasi dampak hospitalisasi pada anak
Sasaran : Keluarga pasien di ruang rawat inap anak RS Aura Syifa
Kediri
Waktu : 09.00 - 10.00 WIB
Hari/tanggal : Sabtu, 05 Februari 2022
Tempat : Ruang rawat inap anak RS Aura Syifa Kediri
Pelaksana : Kelompok 03

I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Setelah mengikuti penyuluhan ini, sasaran dapat memahami tentang dampak
hospitalisasi pada anak dan mengetahui bagaimana cara mengatasinya.

II. TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah mengikuti penyuluhan, peserta didik diharapkan mampu :

1. Menjelaskan definisi hospitalisasi


2. Menyebutkan reaksi anak, orang tua dan saudara kandung terhadap hospitalisasi
anak
3. Menjelaskan cara mengatasi dampak hospitalisasi
III. MATERI
1. Definisi hospitalisasi
2. Reaksi anak, orang tua dan saudara kandung terhadap hospitalisasi anak
3. Cara mengatasi dampak hospitalisasi
IV. PENGORGANISASIAN
a. Penanggung Jawab : Sheylla Septina M, S.Kep., Ns., M.Kes.
b. Moderator : Nafi’atul Amanah
c. Penyaji : Ilham Dading Mahandi
d. Fasilitator : Sukma Putri S
e. Notulen : Sukma Putri S
V. MATERI (TERLAMPIR)

VI. KEGIATAN PENYULUHAN


o Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Metode

15 1. Pembukaan: Menjawab salam Ceramah


Menit 1) Mengucapkan salam Memperhatikan
2) Memperkenalkan diri Memperhatikan
3) Menentukan kontrak waktu
dan materi dengan peserta
penyuluhan Memperhatikan

4) Menjelaskan tujuan dari


kegiatan penyuluhan Menjawab

2. Pretes (menayakan kepada


peserta apakah sebelumnya
pernah mendapat informasi
tentang :
Memperhatikan
1) Pengertian hospitalisasi
2) Reaksi anak, orang tua dan
saudara kandung terhadap
hospitalisasi anak
3) Dampak hospitalisasi
4) Cara mengatasi dampak
hospitalisasi pada anak
3. Menyebutkan materi yang akan
disampaikan
25 1. Menjelaskan pengertian Memperhatikan Ceramah
Menit hospitalisasi
2. Menjelaskan reaksi anak, orang Memperhatikan
tua dan saudara kandung
terhadap hospitalisasi anak Memperhatikan

3. Menjelaskan dampak
hospitalisasi Memperhatikan
4. Menjelaskan cara mengatasi
dampak hospitalisasi pada anak
10 Evaluasi : Menjawab Diskusi
Menit Melakukan tanya jawab seputar pertanyaan dan Tanya
materi yang diberikan jawab
4 10 Terminasi : Ceramah
Menit 1) Mengucapkan terima kasih Mendengar dan
atas waktu yang membalas ucapan
diluangkan, perhatian serta terima kasih
peran aktif peserta selama
mengikuti kegiatan
2) Membacakan kesimpulan Memperhatikan

3) Mengucapkan salam Menjawab salam


penutup
VII. MEDIA PENGAJARAN
1. Leaflet
VIII. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
DAFTAR PUSTAKA

Hurlock, EB. 2004. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang


Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Supartini,Y. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.

Wong, DL. Alih Bahasa Ester,M. 2004. Pedoman Klinis Keperawatn Pediatrik. Jakarta:
EGC.
LAMPIRAN 1

HOSPITALISASI

A. DEFINISI

Suatu proses karena suatu alasan darurat atau berencana mengharuskan anak untuk
tinggal di rumah sakit menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali ke rumah.
Selama proses tersebut bukan saja anak tetapi orang tua juga mengalami kebiasaan yang
asing, lingkungan yang asing, orang tua yang kurang mendapat dukungan emosi akan
menunjukkan rasa cemas. Rasa cemas pada orang tua akan membuat stress anak meningkat.
Dengan demikian asuhan keperawatan tidak hanya terfokus pada anak tetapi juga pada orang
tuanya

Berbagai perasaan yang sering muncul pada anak yaitu cemas, marah, sedih, takut dan
rasa bersalah perasaan tersebut dapat timbul karena menghadapi sesuatu yang baru dan belum
pernah dialami sebelumnya, rasa tidak aman dan tidak nyaman, perasaan kehilangan sesuatu
yang biasa dialaminya, dan sesuatu yang dirasakan menyakitkan. Tidak hanya anak orang tua
juga mengalami hal yang sama.

Apabila anak stress selama dalam perawatan, orang tua menjadi stress pula dan stress
orang tua akan membuat tingkat stress anak semakin meningkat. Anak adalah bagian dari
kehidupan orang tuanya sehingga apabila ada pengalaman yang mengganggu kehidupannya
maka orang tua pun merasa sangat stress.

B. REAKSI ANAK, ORANG TUA DAN SAUDARA KANDUNG TERHADAP


HOSPITALISASI ANAK

 Reaksi Anak Terhadap Hospitalisasi


Reaksi tersebut bersifat individual dan sangat tergantung pada usia perkembangan anak,
pengalaman sebelumnya terhadap sakit, sistem pendukung yang tersedia dan kemampuan
koping yang dimilikinya, pada umumnya,reaksi anak terhadap sakit adalah kecemasan karena
perpisahan, kehilangan, perlukaan tubuh, dan rasa nyeri.

Reaksi anak pada hospitalisasi:

1. Masa bayi (0-1 th)

Dampak perpisahan Pembentukan rasa percaya diri dan kasih sayang.Usia anak > 6 bln
terjadi stanger anxiety/cemas
 Menangis keras
 Pergerakan tubuh yang banyak
 Ekspresi wajahyang tak menyenangkan
2.Masa todler (2-3 th)

Sumber utama adalah cemas akibat perpisahan. Disini respon perilaku anak dengan
tahapannya, yaitu:

 Tahap protes, perilaku yang ditunjukkan adalah: menangis, menjerit, menolak


perhatian orang lain.
 Putus asa menangis berkurang, anak tak aktif, kurang menunjukkan minat bermain,
sedih, apatis
 Pengingkaran/denial, perilaku yang ditunjukkan adalah: mulai menerima perpisahan,
membina hubungan secara dangkal, anak mulai menyukai lingkungannya.
3. Masa prasekolah ( 3 sampai 6 tahun )

Reaksi terhadap perpisahan yang ditunjukkan anak usia prasekolah adalah:

 Menolak makan
 Sering bertanya
 Menangis perlahan
 Tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan
Perawatan di rumah sakit juga membuat anak :

 Kehilangan kontrol
 Pembatasan aktivitas Sering kali dipersepsikan anak sekolah sebagai hukuman.
Sehingga ada perasaan malu, takut sehingga menimbulkan reaksi agresif, marah,
berontak, tidak mau bekerjasama dengan perawat.
4.Masa sekolah 6 sampai 12 tahun

Perawatan di rumah sakit memaksakan meninggalkan lingkungan yang dicintai,


keluarga, kelompok sosial sehingga menimbulkan kecemasan. Kehilangan kontrol berdampak
pada perubahan peran dalam keluarga, kehilangan kelompok sosial, perasaan takut mati,
kelemahan fisik. Reaksi nyeri bisa digambarkan dengan verbal dan non verbal

5.Masa remaja (12 sampai 18 tahun )


Anak remaja begitu percaya dan terpengaruh kelompok sebayanya. Saat masuk RS
cemas karena perpisahan tersebut. Pembatasan aktifitas di RS membuat anak kehilangan
control terhadap dirinya dan menjadi bergantung kepada keluarga dan petugas kesehatan di
RS.

Reaksi yang muncul:

 Menolak perawatan / tindakan yang dilakukan.


 Tidak kooperatif dengan petugas kesehatan atau menarik diri dari keluarga sesama
pasien dan petugas kesehatan (isolasi).
 Perasaan sakit akibat perlukaan menimbulkan respon anak: bertanya-tanya, menarik
diri, menolak kehadiran orang lain.

 Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi


Perasaan yang muncul dalam hospitalisasi:

 Perasaan cemas dan takut, preilaku yang sering ditunjukkan orang tua berkaitan
dengan adanya perasaan cemas dan takut ini adalah sering bertanya atau bertanya
tentang hal yang sama secra berulang pada orang yang berbeda, gelisah, ekspresi
wajah tegang, dan bahkan marah.
 Perasaan sedih: Kondisi terminal perilaku isolasi /tidak mau didekati orang lain.
 Perasaan frustasi: Kondisi yang tidak mengalami perubahan perilaku tidak kooperatif,
putus asa, menolak tindakan, menginginkan pulang paksa.

 Reaksi saudara kandung terhadap perawatan anak di RS


Marah, cemburu, benci, dan rasa bersalah. Rasa marah timbul karena jengkel terhadap
orang tua yang dinilai tidak memperhatikannya.Cemburu atau iri timbul karena dirasakan
orang tuanya lebih mementingkan saudaranya yang sedang ada di RS, dan ia tidak dapat
memahami kondisi ini dengan baik. Perasaan benci juga timbul tidak hanya pada saudaranya,
tetapi juga pada situasi yasng dinilainya sangat tidak menyenangkan. Selain perasan tersebut
rasa bersalah juga dapat muncul karena anak berpikir mungkin saudaranya sakit akibat
kesalahannya.
C. DAMPAK HOSPITALISASI

Dampak hospitalisasi yang dialami bagi anak dan keluarga akan menimbulkan stress
dan tidak merasa aman. Jumlah dan efek stress tergantung pada persepsi anak dan keluarga
terhadap kerusakan penyakit dan pengobatan.

Hospitalisasi bagi keluarga dan anak dapat dianggap sebagai :

1. Pengalaman yang mengacam


2. Stressor
Keduanya dapat menimbulkan krisis bagi anak dan keluarga. Bagi anak hal ini mungkin
terjadi karena:

1. Anak tidak memahami mengapa dirawat / terluka


2. Stress dengan adanya perubahan akan status kesehatan, lingkungan dan kebiasaan sehari-
hari
3. Keterbatasan mekanisme koping
Reaksi anak terhadap sakit dan hospitalisasi dipengaruhi :
1. Tingkat perkembangan usia
2. Pengalaman sebelumnya
3. Support system dalam keluarga
4. Keterampilan koping
5. Berat ringannya penyakit
Stress yang umumnya terjadi berhubungan dengan hospitalisasi

1. Takut
 Unfamiliarity
 Lingkungan rumah sakit yang menakutkan
 Rutinitas rumah sakit
 Prosedur yang menyakitkan
 Takut akan kematian
2. Isolasi
Isolasi merupakan hal yang menyusahkan bagi semua anak terutama berpengaruh pada
anak dibawah usia 12 tahun. Pengunjung, perawat dan dokter yang memakai pakaian khusus
( masker, pakaian isolasi, sarung tangan, penutup kepala ) dan keluarga yang tidak dapat
bebas berkunjung.
3. Privasi yang terhambat
Terjadi pada anak remaja; rasa malu, tidak bebas berpakaian
Faktor-Faktor yang mempengaruhi Hospitalisasi pada anak
1. Berpisah dengan orang tua dan sibling
2. Fantasi-fantasi dan unrealistic anxieties tentang kegelapan, monster, pembunuhan dan
diawali oleh situasi yang asing binatang buas
3. Gangguan kontak sosial jika pengunjung tidak diizinkan
4. Nyeri dan komplikasi akibat pembedahan atau penyakit
5. Prosedur yang menyakitkan.
6. Takut akan cacat atau mati.
D. CARA MENGATASI DAMPAK HOSPITALISASI PADA ANAK

Fokus intervensi keperawatan adalah meminimalkan stressor, memaksimalkan


manfaat hospitalisasi, memberikan dukungan psikologis pada anggota keluarga,
mempersiapkan anak sebelum masuk rumah sakit.

Upaya meminimalkan stresor atau penyebab stress

 Mencegah atau mengurangi dampak perpisahan


1. Melibatkan orang tua berperan aktif dalam perawatan anak
2. Modifikasi ruang perawatan
3. Mempertahankan kontak dengan kegiatan sekolah, misalnya surat menyurat dan bertemu
teman sekolah.
 Mencegah perasaan kehilangan control
1. Hindarkan pembatasan fisik jika anak dapat kooperatif.
2. Bila anak diisolasilakukan modifikasi lingkungan
3. Buat jadwal untuk prosedur terapi, latihan, bermain
4. Memberi kesempatan anak mengambil keputusan dan melibatkan orang tua dalam
perencanaan kegiatan
 Meminimalkan rasa takut terhadap cedera tubuh dan rasa nyeri
1. Mempersiapkan psikologisanak dan orang tua untuk tindakan prosedur yang menimbulkan
rasa nyeri
2. Lakukan permainan sebelum melakukan persiapan fisik anak, menghadirkan orang tua bila
memungkinkan
3. Tunjukkan sikap empat
4. Pada tindakan pembedahan elektif bila memungkinkan menceritakan tindakan yang
dilakukan melalui cerita, gambar. Perlu dilakukan pengkajian tentang kemampuan
psikologis anak menerima informasi ini dengan terbuka
Memaksimalkan manfaat hospitalisasi anak

1. Membantu perkembangan anak dengan memberi kesempatan orang tua untuk belajar.
2. Memberi kesempatan pada orang tua untukbelajar tentang penyakit anak.
3. Meningkatkan kemampuan kontrol diri.
4. Memberi kesempatan untuk sosialisasi.
5. Memberi support kepada anggota keluarga.
Memberikan dukungan pada anggota keluarga lain

1. Berikan dukungan kepada keluarga untuk mau tinggal dengan anak di RS


2. Beri dukungan kepada keluarga untuk menerima kondisi anaknya dengan nilai-nilai yang
diyakininya
3. Fasilitasi untuk menghadirkan saudara kandung anak apabila diperlukan keluarga dan
berdampak positif pada anak yang dirawat maupun saudara kandungnya.
Mempersiapkan anak untuk mendapat perawatan di rumah sakit

1. Siapkan ruang rawat sesuai dengan tahapan usia anak.


2. Mengorientasikan situasi rumah sakit. Pada hari pertama lakukan tindakan:
- Kenalkan perawat dan dokter yang merawatnya.
- Kenalkan pada pasien yang lain.
- Berikan identitas pada anak.
- Jelaskan aturan rumah sakit.
- Laksanakan pengkajian.
- Lakukan pemeriksaan fisik.
Bermain selama di rumah sakit

Bermain merupakan kegiatan

 Menyenangkan / dinikmati
 Fisik
 Intelektual
 Emosi
 Sosial
 Untuk belajar
 Perkembangan mental
 Bermain dan bekerja
Tujuan bemain di rumah sakit

 Untuk dapat melanjutkan tumbuh kembang yang normal selama di rawat


 Untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan dan fantasinya melalui permainan
Prinsip bermain di rumah sakit

 Tidak membutuhkan banyak energy


 Waktunya singkat.
 Mudah dilakukan
 Aman
 Kelompok umur.
 Tidak bertentangan dengan terapi.
 Melibatkan keluarga.
Fungsi bermain

 Aktifitas sensori motorik


 Perkembangan kognitif
 Sosialisasi
 Kreatifitas
 Perkembangan moral therapeutic
 Komunikasi.
Klasifikasi bermain

1. Sosial affective play


Belajar memberi respon terhadap lingkungan, misalnya: Orang tua
berbicara/memanjakan —- anak senang,tersenyum,mengeluarkan suara,dll

2. Sense of pleasure play


Anak memperoleh kesenangan dari suatu obyek disekitarnya, misalnya bermain
air/pasir
3. Skill play
Anak memperoleh keterampilan tertentu, misalnya: mengendarai
sepeda,memindahkan balon,dll
4. Dramatic play/tole play
Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya berperan sebagai:
Perawat,dokter,ayah,ibu,dll

Karakteristik Sosial

1.Solitary play

Dilakukan oleh balita ( todler)

 Bermain dalam kelompok 1 thn merupakan asyik dengan permainannya sendiri yang
berlainan

 Dilakukan oleh balita atau pre school

 Bermain dalam kelompok, permainan sejenis,tak ada interaksi,tak tergantung

 Bermain dalam kelompok,aktivitas sama,tetapi belum terorganisasi dengan


baik

 Belum ada pembagian tugas, bermain sesuai dengan keinginannya

 Bermain dalam kelompok,aktivitas sama,tetapi belum terorganisasi dengan baik

 Belum ada pembagian tugas, bermain sesuai dengan keinginannya

School age/adolescent

Permainan terorganisasi terencana, ada aturan-aturan tertentu

Faktor-faktor yang mempengaruhi bermain

1. Tahap perkembangan anak

2. Status kesehatan

3. Jenis kelamin

4. Alat permainan

Anda mungkin juga menyukai