Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN

WAHAM DI POLI JIWA


RUMAH SAKIT JIWA MENUR SURABAYA

Disusun Oleh :

NAFA ZUNAIDAH FAHMA 1712B0042


ULFA LUTFIANA 1712B0030
SITI SOLEHA 1712B0022
KASMIN M. AMIN 1712B0032
DYAH PUSFITA SARI 1712B0069

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA MITRA HUSADA
KEDIRI
2018
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Mata Ajaran : Keperawatan Jiwa


Topik : Waham
Sub Topik : Peran Serta Keluarga dalam Merawat Waham
Sasaran : Keluarga dengan Anggota Keluarga yang Mengalami Waham
Tempat : Puri Mitra RSJ Menur Surabaya
Hari/Tanggal : Jumat ,20 Juli 2018
Waktu : 09.00-09.40 WIB

A. LATAR BELAKANG
Berbagai masalah hidup baik kehilangan atau apapun dapat terjadi pada semua orang. Masalah
hidup tersebut dapat menimbulkan stress bagi mereka yang tidak kuat mengalaminya. Jika stress ini
berkepanjangan dapat memicu berbagai masalah gangguan jiwa, salah satunya adalah waham. Dalam hal
tersebut peran kelurga sangat penting sekali untuk memberikan semangat dan segalanya bagi anggota
keluarga yang mengalami waham. Tetapi dalam kenyataannya hal tersebut tidak terjadi, kelurga malah
cenderung meninggalkan dan merasa malu jika anggota keluarga lainnya mengalami gangguan jiwa
yaitu waham. Berdasarkan hal tersebut, kelompok memutuskan untuk memberikan penyuluhan kepada
kelurga yang mempunyai anggota keluarga dengan gangguan jiwa waham.

B. TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM


Pada akhir proses penyuluhan keluarga dapat berperan serta merawat anggota kelurganya yang
mengalami masalah gangguan jiwa waham.

C. TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah diberikan penyuluhan keluarga dapat :
1. Menjelaskan pengertian waham
2. Menyebutkan tentang proses terjadinya waham
3. Menyebutkan tanda dan gejala waham
4. Menyebutkan peran serta keluarga dalam merawat waham
5. Mempraktikan dalam kehidupan nyata

D. SASARAN
Keluarga dengan Anggota Keluarga yang Mengalami Waham

E. MATERI ( TERLAMPIR)
1. Pengertian waham
2. Proses terjadinya waham
3. Tanda dan gejala waham
4. Peran serta keluarga dalam merawat waham
F. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
3. Diskusi

G. MEDIA
1. Leaflet

H. ORGANISASI KEGIATAN

Pembimbing Akademik : Lingga Kusuma W, S.Kep., Ns., M..Kep


Pembimbing Klinik :
Moderator : Dyah Pusfita S.
Penyaji : Ulfa Lutfiana
Fasilitator : Siti Soleha
Kasmin M. A
Observer : Nafa Zunaidah Fahma

I. JOB DESCRIPTION
1. Moderator
Uraian tugas:
(1) Membuka acara penyuluhan, memperkenalkan diri dan tim kepada
peserta.
(2) Mengatur proses dan lama penyuluhan.
(3) Memotivasi peserta untuk bertanya.
(4) Memimpin jalannya diskusi dan evaluasi.
(5) Menutup acara penyuluhan.
2. Penyuluh / Pengajar
Uraian tugas:
(1) Menjelaskan materi penyuluhan dengan jelas dan dengan bahasa yang
mudah dipahami oleh peserta.
(2) Memotivasi peserta untuk tetap aktif dan memperhatikan proses
penyuluhan.
(3) Menjawab pertanyaan peserta.
3. Fasilitator
Uraian tugas:
(1) Ikut bergabung dan duduk bersama di antara peserta.
(2) Mengevaluasi peserta tentang kejelasan materi penyuluhan.
(3) Memotivasi peserta untuk bertanya materi yang belum jelas.
(4) Menginterupsi penyuluh tentang istilah/hal-hal yang dirasa kurang
jelas bagi peserta.
(5) Membagikan leaflet dan lembar evaluasi kepada peserta.
4. Observer
Uraian tugas:
(1) Mencatat nama, alamat dan jumlah peserta, serta menempatkan diri
sehingga memungkinkan dapat mengamankan jalannya proses
penyuluhan.
(2) Mencatat pertanyaan yang diajukan peserta.
(3) Mengamati perilaku verbal dan non verbal peserta selama proses
penyuluhan.
(4) Mengevaluasi hasil penyuluhan dengan rencana penyuluhan.
(5) Menyampaikan evaluasi langsung kepada penyuluh yang dirasa tidak
sesuai dengan rencana penyuluhan.
I. METODE EVALUASI
Tes awal cara mengajukan pertanyaan lisan
1. Apakah pernah mengenal istilah waham?
2. Bagaimana proses terjadinya waham?
3. Apa saja tanda dan gejala waham?
4. Apa saja peran serta keluarga dalam merawat waham ?
Tes akhir dengan cara mengajukan pertanyaan lisan dengan pertanyaan yang sama
dengan tes awal
J. KEGIATAN PENYULUHAN

No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Audience


1. Pembukaan 1. Memberi salam pembukaan 1. Menjawab salam
3 menit
2. Memperkenalkan diri 2. Memperhatikan

3. Menjelaskan tujuan penyuluhan 3. Memperhatikan

4. Menyebutkan materi yang akan 4. Memperhatikan


diberikan
5. Membagikan leaflet 5. Menerima dan membaca
2. Pelaksanaan :
Pelaksanaan 1. Memperhatikan
1. Menjelaskan pengertian waham
15 Menit
2. Memperhatikan
2. Menyebutkan tentang proses
terjadinya waham
3. Memperhatikan
3. Menyebutkan tanda dan gejala
waham
4. Memperhatikan
4. Menyebutkan peran serta keluarga
dalam merawat waham

3. Evaluasi
5 menit Menanyakan kepada audience Menjawab Pertanyaan
tentang materi yang telah diberikan
4. Terminasi 1. Mengucapkan terimakasih atas 1. Mendengarkan
2 menit perhatian yang diberikan
2. Mengucapkan salam penutup 2. Membalas salam
MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian Waham
Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah,
keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya, ketidakmampuan
merespon stimulus internal dan ekternal melalui proses interaksi/informasi secara akurat.
Waham adalah keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak
diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal (Stuart dan Sundeen,2010).
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan tetapi dipertahankan dan
tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain, keyakinan ini berasal dari pemikiran klien
dimana sudah kehilangan control (Dep Kes RI, 2008).

B. Proses Terjadinya Waham

1. Fase Lack of Human Need

Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik maupun
psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang dengan status social den
ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang
secara social dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara reality dengan self ideal sangat tinggi.
Misalnya ia seorang sarjana tetapi mengiginkan dipandang sebagai seorang yang dianggap sangat
cerdas, sangat berpengalaman dan diperhitungkan dalam kelompoknya. Waham terjadi karena sangat
pentingnya pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat dipengaruhi juga oleh rendahnya
penghargaan saat tumbuh kembang.
2. Fase Lack of Self Esteem
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self ideal dengan
self reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan
standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya. Misalnya, saat lingkungan sudah banyak yang
kaya, menggunakan teknologi komunikasi yang canggih, berpendidikan tinggi serta memiliki
kekuasaan yang luas, seseorang tetap memasang self ideal yang melebihi lingkungan tersebut. Padahal
self reality-nya sangat jauh. Dari aspek pendidikan klien pengalaman, pengaruh, support system
semuanya sangat rendah
3. Fase Control Internal Eksternal

Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia
katakan adalah kebuhongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan kenyataan.
Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat berat, karena
kebutuhannya untuk diakui, kebutuhannya untuk dianggap penting dan diterima lingkungan
menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil
secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang
dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya
toleransi dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif
tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak
merugikan orang lain.
4. Fase Environment Support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya menyebabkan klien
merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu
kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan control diri dan
tidak berfungsinya norma (super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat
berbohong.
5. Fase Comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap semua orang
sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat
klien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering menyendiri dan menghindari
interaksi social (isolasi sosial).
6. Fase Improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu keyakinan yang
salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering berkaitan dengan traumatic masa
lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap
dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting sekali
untuk menggoncang keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta memperkaya keyakinan
religiousnya bahwa apa-apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi social.
C. Tanda dan Gejala Waham

 Waham Kebesaran

Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan berulang kali
tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh : “ Saya ini titisan Bung Karno , punya banyak perusahaan, punya rumah
diberbagai Negara dan bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit”.
 Waham Curiga

Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan atau mencederai
dirinya, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataannya.
Contoh : “ Banyak polisi mengintai saya, tetangga saya ingin menghancurkan hidup saya,
suster akan meracuni makanan saya”.
 Waham Agama

Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulang kali
tetapi tidak sesuai kenyataanya. Contoh : “ Tuhan telah menunjuk saya menjadi wali,
saya harus terus menerus memakai pakaian putih setiap hari agar masuk surga”.
 Waham Somatik

Meyakini bahwa tubuh klien atau bagian tubuhnya terganggu, diucapkan berulang kali
tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh : “ Sumsung tulang saya kosong, saya pasti kena
kanker, dalam tubuh saya banyak kotoran, tubuh saya telah membusuk, tubuh saya
menghilang”.
 Waham Nihilistik

Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia ini atau meninggal, diucapkan berulang
kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh : “ saya sudah menghilang dari dunia ini,
semua yang ada disini adalah roh-roh,sebenarnya saya sudah tidak ada di dunia”.

D. Peran Serta Keluarga dalam Merawat Waham


DAFTAR PUSTAKA

Yosep, Iyus. 2010. Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama

Keliat, Budi Anna dan Akemat.2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta :
EGC
DAFTAR HADIR

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKes Surya Mitra Husada Kediri

NO NAMA ALAMAT TTD


1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
7 7
8 8
9 9
10 10
11 11
12 12
13 13
14 14
15 15
16 16
17 17
18 18
19 19
20 20
21 21
22 22
23 23
24 24
25 25
26 26
27 27
28 28
29 29
30 30
31 31
32 32
33 33
34 34
35 35
36 36
37 37
38 38
39 39
40 40

Anda mungkin juga menyukai