Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN

UTAMA ISOLASI SOSIAL DI RUANGAN TENANG PRIA DI RUMAH SAKIT JIWA


SAMBANG LIHUM

Disusun Oleh :

KELOMPOK 4

Diii Keperawatan Reguler Xix A

Poltekkes Kemenkes Palangka Raya

Nama :

Ahmat Rafiqi (PO.62.20.1.16.003)

Eka Ayu Meylina (PO.62.20.1.16.016)

Febrianto (PO.62.20.1.16.018)

Muhmmad Fansuri (PO.62.20.1.16.026)

Triyula Chyani (PO.62.20.1.16.045)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMNKES PALANGKA RAYA
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN REGULER XIX A
2018
DAFTAR ISI

Daftar Isi

1. Laporan Pendahuluan
a. Pengertian
b. Rentang Respon
c. Faktor Predisposisi
d. Faktor Presipitasi
e. Tanda Dan Gejala
f. Prosess Keperawatan
g. Strategi Pelaksanaan
2. Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Sd. R. A Di Ruang Tenang Pria RSJ Sambang
Lihum

Lampiran

Daftar Pustaka

1
LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL

I. Pengertian
Perilaku isolasi sosial/menarik diri merupakan suatu gangguan hubungan interpersonal
yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku
maladaptive dan mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (Depkes RI,
2000).

Isolasi sosial adalah suatu sikap dimana individu menghindari diri dari interaksi dengan
orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai
kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran, prestasi, atau kegagalan. Ia mempunyai
kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang dimanifeetasikan
dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian, dan tidak sanggup membagi
pengamatan dengan orang lain (Balitbang, 2007).

Isolasi sosial adalah percobaan menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari
hubungan dengan orang lain. (Keliat, budi anna 1998 dalam Yosep 2011).

II. Rentang Respon


Respon Adaptif Respon Maladaptif

Menyendiri Merasa sendiri Menarik diri

Otonomi Depedensi Ketergantungan

Bekerjasama Curiga Manipulasi

Interdependen Curiga
III Faktor Predisposisi
3.1 Faktor tumbuh kembang
Faktor perkembangan kemampuan membina hubungan yang sehat tergantung dari
pengalaman selama proses tumbuh kembang. Setiap tahap tumbuh kembang
memilki tugas yang harus dilalui indifidu dengan sukses, karna apabila tugas
perkembangan ini tidak terpenuhi akan menghambat perkembangan selanjutnya,
kurang stimulasi kasih sayang,perhatian dan kehangatan dari ibu (pengasuh)pada
bayi akan membari rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa
percaya.
3.2 Faktor Biologi
Genetik adalah salah satu factor pendukung ganguan jiwa, fakor genetic dapat
menunjang terhadap respon sosial maladaptif ada bukri terdahulu tentang
terlibatnya neurotransmitter dalam perkembangan ganguan ini namun tahap masih
diperlukan penelitian lebih lanjut.
3.3 Faktor Sosial Budaya
3.4 Faktor sosial budaya dapat menjadi faktor pendukung terjadinya ganguan dalm
membina hubungan dengan orang lain, misalnya angota keluarga, yang tidak
produktif, diasingkan dari orang lain.
3.5 Faktor Komunikasi dalam Keluarga
3.6 Pola komunikasai dalam keluarga dapat mengantarkan seseorang kedalam
ganguan berhubungan bila keluarga hanya mengkounikasikan hal-hal yang negatif
akan mendorong anak mengembangkan harga diri rendah.

IV. Faktor Presipitasi


Stressor pencetus pada umumnya mencakup kejadian kehidupan yang penuh stress
seperti kehilangan yang mempengaruhi kemampuan indifidu untuk brhubungan dengan
orang lain dan menyebabkan ansietas.
4.1 Stressor sosial kultur
4.2 Stressor psikologis

V. Tanda dan Gejala


Berikut ini adalah tanda dan gejala klien dengan isolasi sosial.
5.1 Kurang spontan
5.2 Apatis (acuh terhadap lingkungan)
5.3 Ekspresi wajah kurang berseri
5.4 Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan diri
5.5 Tidak ada atau kurang komunikasi verbal
5.6 Mengisolasi diri
5.7 Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
5.8 Asupan makanan dan minuman terganggu
5.9 Retensi urine dan feces
5.10 Aktivitas menurun
5.11 Kurang energi (tenaga)
5.12 Rendah diri
5.13 Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus/janin (khususnya pada posisi tidur).

VI. Proses keperawatan


6.1 Pengkajian
Data Subyektif:
 Klien mengatakan: Saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
Data Obyektif:
 Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri atau ingin mengakhiri hidup.
6.2 Diagnosa Keperawatan
Gangguan konsep diri : harga diri rendah

6.3 Rencana Tindakan Keperawatan


6.3.1 Untuk Klien
Tujuan umum: Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara
optimal
Tujuan khusus:
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
c. Klien dapat menilai kemampun yang dimiliki
d. Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki
e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi sakit dan
kemampuannya.
6.3.2 Untuk Keluarga
a. Mendiskusikan faktor – faktor yang melatarbelakangi terjadinya
isolasi sosial
b. Mendiskusikan keuntungan berinteraksi
c. Mendiskusikan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
d. Mendiskusikan cara berkenalan dengan satu orang secara bertahap.

VII. Strategi Pelaksanaan


SP pada Pasien SP pada Keluarga
SP I SP I
1. Mengidentifikasi penyebab isolasi 1. Diskusikan masalah yang
pasien : siapa yang serumah, siapa dirasakan keluarga dalam merawat
orang terdekat, yang tidak dekat, pasien
dan apa sebabnya. 2. Jelaskan pengertian isolasi social,
2. Mendiskusikan dengan pasien tanda dan gejala serta proses
tentang keuntungan punya teman terjadinya isolasi social
dan bercakap – cakap 3. Jelaskan cara merawat pasien
3. Mendiskusikan dengan pasien dengan isolasi social
tentang kerugian tidak punya 4. Latih dua cara merawat : cara
teman dan tidak bercakap – cakap berkenalan, berbicara saat
4. Masukkan pada jadwal kegiatan melakukan kegiatan harian
untuk latihan berkenalan 5. Anjurkan membantu pasien sesuai
jadwal dan memberikan pujiaan
saat besuk
SP 2 SP 2
1. Evaluasi kegiatan berkenalan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
(berapa orang, serta beri pujian) merawat/melatih pasien
2. Latih cara berbicara saat melakukan berkenalan dan berbicara saat
kegiatan harian (latih 2 kegiatan) melakukan kegiatan harian, beri
3. Masukkan pada jadwal kegiatan pujian
untuk latihan berkenalan 2-3 orang 2. Jelaskan kegiatan rumah tangga
pasien, perawat dan tamu, berbicara yang dapat melibatkan pasien
saat melakukan kegiatan harian berbicara (makan, sholat bersama)
di rumah
3. Latih cara membimbing pasien
berbicara dan memberi pujian
4. Anjurkan membantu pasien sesuai
jadwal saat besuk
SP 3 SP 3
1. Evaluasi kegiatan latihan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
berkenalan (berapa orang) dan merawat/melatih pasien
bicara saat melakukan kegiatan berkenalan dan berbicara saat
harian. Beri pujian melakukan kegiatan harian, beri
2. Latih cara berbicara saat melakukan pujian
kegiatan harian (2 kegiatan baru) 2. Jelaskan cara melatih melakukan
3. Masukan pada jadwal kegiatan termasuk minum obat (discharge
untuk latihan berkenalan 4-5 orang, planning)
berbicara saat melakukan kegiatan 3. Menjelaskan follow up pasien
harian setelah pulang
SP 4 SP 4
1. Evaluasi kegiatan latihan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
berkenalan, bicara saat melakukan merawat/melatih pasien
kegiatan harian, beri pujian berkenalan dan berbicara saat
2. Latih cara bicara social : meminta melakukan kegiatan harian/ RT,
sesuatu, menjawab pertanyaan berbelanja, beri pujian
3. Masukkan pada jadwal kegiatan 2. Jelaskan follow up ke RSJ/PKM,
untuk latihan berkenalan >5 orang, tanda kambuh dan rujukan.
orang baru, berbicara saat 3. Anjurkan membantu pasien sesuai
melakukan kegiatan harian dan jadwal kegiatan dan memberikan
sosialisasi pujian
SP 5 - 12 SP 5 – 12
1. Evaluasi kegiatan latihan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
berkenalan, bicara saat melakukan merawat/melatih pasien
kegiatan harian dan sosialisasi. Beri berkenalan, berbicara saat
pujian melakukan kegiatan harian/ RT,
2. Latih kegiatan harian berbelanja dan kegiatan lain serta
3. Nilai kemampuan yang telah follow up, beri pujian
mandiri 2. Nilai kemampuan keluarga
4. Nilai apakah isolasi sosial teratasi merawat pasien
3. Nilai kemampuan keluarga
melakukan control ke RSJ/PKM
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sd. R. A DENGAN DIAGNOSA
KEPERAWATAN UTAMA ISOLASI SOSIAL
DI RUANG TENANG PRIA
RSJD SAMBANG LIHUM

Tanggal pengkajian : Selasa, 23 Oktoober 2018


Jam : 09.00 WITA

I. DATA DEMOGRAFI
1.1 Identitas Klien
- Nama ( inisial ) : Sd. R. A
- Usia / tanggal lahir : 25 tahun / 26 September 1993
- Jenis kelamin : Laki-Laki
- Alamat : Ds. Tanjung Harapan, Kapuas
- Suku / bangsa : Jawa/Indonesia
- Status pernikahan : Belum Menikah
- Agama / keyakinan : Islam
- Pekerjaan / sumber penghasilan : Tidak bekerja
- Diagnosa medic : Skizofrenia Paranoid (F.20.0)
- No. medical record : 02.62.78
- Tanggal masuk : 15 Oktober 2018
1.2 Penanggung Jawab
- Nama : Ny. M
- Usia :
- Jenis kelamin : Perempuan
- Pekerjaan / sumber penghasilan :
- Hubungan dengan klien : Ibu Kandung

II. ALASAN MASUK DAN KELUHAN UTAMA


2.1 Alasan Masuk
Pada tanggal 15 Oktober 2018 pasien dibawa oleh keluarga ke IGD RSJ Sambang
Lihum, kurang lebih 5 hari pasien dari rumah. Menurut keluarga setelah kabur dari
rumah kurang lebih 5 hari, pasien datang ke rumah paginya. Pasien mengamuk
dirumah dan memukul ibu dan adiknya. Pasien juga berkata kalau dirinya sudah mati
dan pasien berusaha memakan peluru.

2.2 Keluhan Utama


Pada tanggal 23 Oktober, pada saat pengkajian jam 09.00 WITA di ruang tenang pria,
hari perawatan ke-9. Keadaan umum pasien belum kooperatif, pembicaraan koheren,
aktivitas sehari-hari seperti kebersihan diri dan makan minum bisa dilakukan secara
mandiri. Untuk BAK/BAB pasien mandiri. Pasien tampak mengasingkan diri saat
kegiatan harian ruangan. Pasien mengatakan tidak memiiki teman, pasien
mengatakan lupa nama teman yang di sebelah dan lupa nama perawat. Pasien masih
bingung dengan tempat dan keadaannya. Pasien tampak lesu, tidak semangat. Saat
pengkajian pasien kurang berkontak mata dengan perawat. Pasien tidak mau berbaur
dengan pasien yang lain. Pasien mengatakan mendengar bisikan yang mengatakan
kalau orang lain tidak menyukainya. Bisikan datang 1x setiap malam dengan
frekuensi 3-5 menit. Pasien mengatakan setiap bisikan datang pasien selalu
mengabaikannya. Pasien mengatakan apakah dia gila? Kenapa keluarganya
menjenguk namun seperti kabur dan takut bertemu dengan dia. Pasien mengatakan
ingin cepat pulang karena sudah bosan dengan intonasi suara mulai meninggi.

Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial dan RPK

III. FAKTOR PRESIPITASI DAN PREDISPOSISI


3.1 Faktor Presipitasi
Keluarga mengatakan pasien bermasalah atau trauma pada perempuan, pasien juga
waktu dirumah sebelum dibawa ke RSJ Sambang Lihum pasien berkelahi dengan
ibu dan adik perempuan kandungnya dan pasien memukul ibunya dan adik
perempuannya.

Masalah Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan

3.2 Faktor predisposisi


3.2.1 Riwayat Gangguan jiwa di masa lalu :
Keluarga mengatakan pasien tidak memiliki riwayat gangguan jiwa dimasa
lalu.
3.2.2 Pengobatan sebelumnya.
Keluarga mengatakan Pasien tidak memiliki riwayat gangguan jiwa
sebelumnya.

3.2.3 Riwayat trauma


3.2.3.1 Aniaya fisik
Pasien memukul ibu dan adik perempuannya sebelum masuk RSJ
Sambang Lihum.

3.2.3.2 Aniaya seksual


Tidak ada riwayat aniaya seksual baik sebagai korban atau pelaku.

3.2.3.3 Penolakan
Tidak ada riwayat penolakan dari keluarga atau masyarakat
sebelumnya.

3.2.3.4 Kekerasan dalam keluarga


Pasien tidak ada riwayat kekerasan dalam keluarga.

3.2.3.5 Tindakan kriminal


Pasien tidak memiliki riwayat tindakan kriminal.

Masalah Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan

3.2.4 Riwayat Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa


Keluarga mengatakan tidak memiliki keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

3.2.5 Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan


Pasien mengatakan sebelum ke RSJ Sambang Lihum, pasien bermasalah dengan
kakak tirinya.

Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan


IV. FISIK
4.1 Tanda vital : TD : 100/80 mmHg HR : 90 x/m
RR : 20 x/menit T : 37,4°C

4.2 Ukur : TB : 160 cm BB : 69 kg


4.3 IMT = BB/(TB2) = 69 kg/1,62 m = 69 kg/2, 56 m = 26,95 kg/m

Hasil pengukuran tanda-tanda vital pada saat pengkajian dalam rentang normal,
indeks massa tubuh pasien tinggi, tidak ada keluhan fisik.

Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

V. PSIKOSOSIAL
5.1 Genogram

Keterangan:
: Klien

: Perempuan

: Laki-laki
: Meninggal

: Cerai mati
: Cerai Hidup

Penjelasan :
Pasien awalnya anak tunggal, ibu dan bapaknya cerai. Ibunya menikah lagi. Suami ibu
pasien memiliki 1 orang anak , dari pernikahan sebelumnya dan dari pernikahan tersebut
mendapatkan 1 orang anak perempuan. Jadi pasien tinggal bersama ibu, bapak (tiri),
kakak laki-laki (tiri) dan adik perempuan.

- Pengambilan keputusan adalah ibu kandung pasien

5.2 Konsep diri


5.2.1 Gambaran Diri
Tubuh pasien normal, tidak memiliki kecacatan, pasien merasa puas dengan
keadaan tubuhnya saat ini.

5.2.2 Identitas
Pasien Sd. R. A umur 25 tahun, sekolah tamat SMA, saat ini tidak bekerja dan
tidak mengikuti kegiatan kelompok di masyarakat. Pasien puas dengan jenis
kelaminnya sebagai laki-laki.

5.2.3 Peran
- Peran dirumah : Pasien sebagai anak ibu M, memiliki saudara laki-laki dan
perempuan yang tinggal 1 rumah di Kapuas.

- Peran dimasyarakat : Pasien sebagai orang perantauan dan pengangguran.

- Dirumah sakit : Pasien mengerti perannya sebagai pasien (orang sakit) dan
berharap cepat sembuh agar bisa cepat pulang.
5.2.4 Ideal diri
Pasien berharap agar dirinya cepat sembuh dan cepat pulang ke rumah. Pasien
ingin dapat diterima di keluarga dan masyarakat.

5.2.5 Harga Diri


Pasien merasa masyarakat dan keluarganya takut dengan dirinya karena
gangguan jiwa yang dideritanya. Pasien merasa keluarganya tidak mau
menjenguknya. Pasien merasa curiga pada orang lain dan merasa orang lain
tidak menyukainya

Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah

5.3 Hubungan Sosial


5.3.1 Orang yang berarti
Orang yang berarti bagi pasien adalah ibunya. Pasien sangat menyayanginya.

5.3.1 Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat


Pasien tidak mengikuti kegiatan kelompok, pasien hanya bearada dirumah.
Dulu pasien pernah berkerja sebagai supir di perusahaan.

5.3.2 Hambatan dalam berhubungan dengan orang Lain


Pasien merupakan orang yang keras kepala dan sulit berinteraksi dengan orang
lain.

Masalah Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan , Isolasi Sosial

5.4 Spiritual
5.4.1 Nilai dan keyakinan
Pasien beragama islam, pasien mengatakan rajin beribadah saat di rumah. Tapi
saat di rumah sakit pasien tidak beribadah.

5.4.1 Kegiatan ibadah


Saat di rumah sakit pasien tidak sholat, pasien tampak berdoa sebelum makan
dan sebelum tidur.
Masalah Keperawatan : Distress Spiritual

VI. STATUS MENTAL


6.1 Penampilan
Saat pengkajian pasien berpenampilan rapi, menggunakan pakaian ruang tenang pria
berwarna biru. Rambut pasien keriting bersih. Pasien melakukan aktivitas sehari-hari
seperti kebersihan dari makan-minum, BAK/BAB dengan mandiri. Pasien tampak
cukup bersih.

Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

6.2 Pembicaraan
Pasien berbicara koheren, namun pasien menjawab pertanyaan dengan nada rendah,
lambat, dan tidak jelas.

Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah Keperawatan

6.3 Aktivitas Motorik


Pasien tampak dapat melakukan ADL sendiri namun juga ada diarahkan. Pasien
kadang tampak bicara sendiri, mulut berkomat-kamit dan sering terlihat melamun
sendiri di sudut ruangan dan pasien berdiam diri, terihat bingung. Pasien tidak ada
tanda-tanda tremor, agitasi, TIK.

Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial, Halusinasi

6.4 Alam perasaaan


Saat ditanya tentang perasaannya, pasien mengatakan bosan, pasien merasa tidak
disukai orang lain. Pasien merasa tidak nyaman dengan keberadaannya.

6.5 Afek
Afek tidak labil,kadang intonasi suara pasien meninggi dan merendah saat
bekomunikasi. Ekspresi wajah pasien tampak sayu dan kosong.
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial, Harga Diri Rendah

6.6 lnteraksi selama wawancara


selama berinteraksi dengan perawat pasien tidak kooperatif. Kurang adanya kontak
mata, pasien tampak tidak.

Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial

6.7 Persepsi
Pasien mengatakan mendengar bisikan yang mengatakan kalau orang lain tidak
menyukainya. Bisikan datang 1x setiap malam dengan frekuensi 3-5 menit. Pasien
mengatakan setiap bisikan datang pasien selalu mengabaikannya.

Masalah Keperawatan : Halusinasi

6.8 Proses pikir


Pembicaraan pasien tidak sesuai, kadang-kadang tidak berbelit-belit.

Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

6.9 Isi pikir


Pasien memiliki pemikiran curiga terhadap orang lain.

Masalah keperawatan : Waham Curiga

6.10 Tingkat kesadaran


Pasien dalam keadaan compos mentis

Disorientasi
6.1.1 Orang
Pasien tidak dapat menyebutkan nama pasien yang sekamar dan pasien cepat
lupa.
6.1.2 Waktu
Pasen mengetahui waktu pemberian obatnya yaitu 2x sehari pagi dan malam.

6.1.3 Tempat
Pasien mengetahui sedang dirawat di RSJ Sambang Lihum, tempat tinggal di
Kapuas.

6.11 Memori
6.11.1 Daya ingat jangka panjang
Pasien tidak mau menjawab saat di tanya masa lalunya.

6.11.2 Daya ingat jangka pendek


Pasien mampu menceritakan yang terjadi dalam 1 jam terakhir, seperti
senam pagi bersama. Namun pasien cepat lupa, contohnya lupa dengan
nama teman disampingnya padahal baru berkenalan.

6.11.3 Daya ingat saat ini


Pasien mampu menceritakan yang sekarang yang baru saja terjadi seperti
pasien mampu bercerita bahwa pasien baru selesai makan.

6.12 Tingkat konsentrasi dan berhitung


Pasien mampu berkonsentrasi dan berhitung angka 1-10 saat di suruh.

Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

6.13 Kemampuan penilaian


Pasein mampu menilai hal yang baik seperti saat ditanya sebelum makan mencuci
tangan dulu atau tidak? Pasien menjawab mencuci tangan dulu.

Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan


6.14 Daya tilik diri
Pasien menyadari dirinya ini berada di rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan
dan kesembuhan dari penyakit. Pasien mengatakan dirinya saat ini sedang berada
dirumah sakit untuk berobat.

VII. Kebutuhan Persiapan Pulang


7.1 Makan
Pasien mampu menyiapkan makanan sendiri dan sebelum makan klien menyiapkan
air minum dan mencuci tangannya. Sebelum makan berdo’a bersama dengan yang
lain. Setelah makan pasien merapikan tempat makannya. Pasien makan 3 kali
sehari yaitu pagi, siang dan malam dengan posisi yang cukup dan sesuai dietnya.

7.2 BAB/BAK
Pasien mampu mengontrol BAK/BAB dan membersihkan setelah BAK/BAB
secara mandiri. Pasien BAK 5-6 kali sehari dan BAB 1 kali sehari.

7.3 Mandi
Pasien mampu mandi, berkeramas dan menggosok gigi secara mendiri 2 kali sehari
yaitu pagi dan sore.

7.4 Berpakaian atau berhias


Pasien mampu berpakaian sendiri. Pasien juga mampu mencukur kumis dan
jenggotnya sendiri.

7.5 Istirahat dan tidur


Pasien tidur malam dari pukul 09.00 malam setelah minum obat sedangkan siang
pasien juga tidur karena mengantuk.

7.6 Penggunaan obat


Pasien masih diawasi dalam mengonsumsi obat. Terapi obat yang diberikan adalah
haloperidol 5 mh 2x ½ tablet (P.O) dam Thihexyphenidil 2 mg 2 x 1 tablet (P.O).
pasien mampu menyebutkan 2 obat yang di konsumsinya.
7.7 Pemeliharaan kesehatan
Pasien memerlukan perawatan lanjutan saat pasien berada di rumah dengan
mengontrol sebelum habis obat, baik ke puskesmas atau poli jiwa. Perawatan
pendukung lainnya yang perlu diberikan saat pasien pulang adalah support system
yang diberikan oleh keluarga dan lingkungan.

7.8 Kegiatan di dalam rumah


Pasien mengatakan pasien melakukan perkerjaan sehari-hari seperti menyiapkan
makanan dengan mandiri.

7.9 Kegiatan diluar rumah


Pasien sebelum masuk RSJ Sambang Lihum adalah seorang pengangguran, tidak
memiliki pekerjaan.

VIII. Mekanisme Koping


Adaptif Maladaptif
Bicara dengan orang lain Minum alcohol

Mampu menyelesaikan masalah  Reaksi lambat/berlebih

Teknik relaksasi bekerja berlebihan

Aktivitas konstruktif menghindar

Olahraga mencederai diri

Lainnya:  lainnya :
- Masih mau kontak dengan - intonasi suara kadang meninggi
Perawat saat berkomunikasi
- Pasien mau belajar cara - keras kepala 
Mengontrol halusinasinya - perlu motivasi kuat dari keluarga

Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan


IX. Masalah Psikososial dan Lingkungan
9.1 Masalah dengan dukungan kelompok
Pasien tidak mau mengikuti kegiatan kelompok, pasien merupakan orang yang
pediam lebih suka menyendiri.

9.2 Masalah berhubungan dengan lingkungan


Lingkungan belum dapat menerima gangguan jiwa yang dialami pasien.

9.3 Masalah dengan pendidikan


Pasien lulus SMA, pasien bekerja sebagai supir dulu.

9.4 Masalah dengan pekerjaan


Pasien mengatakan tidak memiliki pekerjaan sekarang. Dulu bekerja sebagai
supir perusahaan.

9.5 Masalah dengan perumahan


Pasien tinggal bersama ibu, kakak (tiri) dan adik perempuannya di Kapuas.

9.6 Masalah ekonomi


Pasien tidak bekerja

9.7 Masalah dengan pelayanan kesehatan


Pasien tidak menjawab saat ditanya.

Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

X. Pengetahuan Kurang Tentang


Pasien tahu sedang sakit dan di rawat di RSJ Sambang lihum tapi pasien menanyakan
“apa alasan dia berada disini? Apakah karena dia gila?”

Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

XI. ASPEK MEDIK


Skizofrenis Paranoid (F.20.0) adalah salah satu tipe skizofrenia dimana penderitanya
mengalami delusi bahwa orang lain sedang bersekongkol melawan dirinya atau
anggota keluarganya. Kebanyakan penderita skizofrenia paranoid mengalami
halusinasi suara, dimana mereka mendengar suara-suara yang tidak nyata.

Terapi :
Nama Obat Dosis Indikasi, Kontraindikasi & Efek Samping
Haloperidol 3 x 5 mg  F : Mengobati gangguan mental/mood, untuk
(HLP) pergerakan tak terkontrol, mengurangi agresi
 I : Psikosis akut dan kronis, skizofrenia
 KI :Koma, depresi SSP karena alkohol dan obat
depresan, kejang, parkinson.
 ES : Hiper/hipotensi, dermatitis, dyspepsia, retensi
urin, jaundice, penglihatan kabur, pusing,
mengantuk, sakit kepala, mual muntah.
Trihexyphenidyl 2 mg  F : Sebagai obat penenang
(THP) (K/P)  I :Parkinson, klien jiwa dengan gangguan
eksrapiramidal yang disebabkan oleh SSP
 KI :Hipersensitivitas terhadap THP atau
komponen dalam sediaan, glukoma sudut tertutup,
obstruksi deudenal atau pyloria, peptic ulcer,
obstruksi saluran urin, ochalasia, myastebia gravis
 ES :Mulut kering, penglihatan kabur, pusing,
cemas, konstipasi, retensi urin, takikardi, sakit
kepala.

XII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


1. Isolasi Sosial
2. Halusinasi
3. Harga Diri Rendah
XIII. ANALISA DATA
Hari/ Tanggal : Selasa, 23 Oktober 2018

No Data Focus Masalah

DS :
 Pasien mengatakan tidak memiliki teman
 Pasien mengatakan lupa nama teman yang duduk di
sebelah dan yang lain
 Pasien mengatakan lupa nama perawat
 Pasien mengatakn bosan

DO :
 Pasien tampak lesu
 Pasien tampak tidak semangat
1 Isolasi sosial
 Pasien tampak bingung dan sering melamun
sendiri di sudut ruangan
 Pasein tampak menyendiri di ruangan
 Pasien kurang kooferatif
 Pasien kurang kontak mata dengan perawat saat di
kaji
 Pasein tampak mengasingkan diri saat kegiatan
harian ruangan
 Pasien merupakan orang yang sulit berinteraksi
dengan orang lain
DS :
 Pasein mengatakan “apa alsan saya masuk ke
sini?” ( RSJ Sambang Lihum)
“Apa karena saya gila “?
 keluarga pasien mengatakan bahwa pasien
memukul adik perempuan dan ibunya saat
2 Halusinasi
sebelum di bawa ke RSJ

DO :
 Pasien tampak bicara sendiri
 Mulut pasein tampak komat kamit
 Pasien tampak keras kepala
DS :
 Pasien mengatakan keluarganya takut jelihat
dirinya saat menjenguk
 Pasien merasa curiga pada orang lain
 Pasien merasa orang lain tidak menyukainya
3 Harga Diri Rendah
DO :
 Pasien tampak diam di satu tempat
 Ekspresi wajah kosong
 Bicara dengan suara pelan, kontak mata kurang
dengan perawat
XIV. POHON MASALAH

Risiko Gangguan Persepsi


Sensori Halusinasi
Effect

Isolasi Sosial: menarik diri
Core Problem

Gangguan Konsep Diri
Harga Diri Rendah
Causa

XV. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Isolasi Sosial
XV. INTERVENSI
DIAGNOSA
NO TUJUAN KHUSUS TUJUAN UMUM INTERVENSI
KEPERAWATAN
Isolasi sosial SP1 isolasi sosial SP1 isolasi sosial SP1 isolasi sosial
Setelah dilakukan 3X pertemuan - Mengidentifikasi penyebab 1. Identifikasi penyebab
interaksi yang diharapkan : isolasi pasien : siapa yang isolasi sosial
- Pasien dapat berinteraksi serumah, siapa yang dekat, 2. Diskusi keuntungan
dengan orang lain sehingga yang tidak dekat dan apa bercakap-cakap dengan
tidak terjadi halusinasi penyebabnya teman
- Mendiskusikan dengan 3. Diskusikan kerugian
pasien tentang keuntungan tidak memiliki teman
punya teman dan bercakap- 4. Latihan cara berkenalan
cakap dan mengingat nama
- Mendiskusikan dengan teman
pasien tentang kerugian
tidak punya teman dan tidak
bercakap-cakap
- Latih cara berkenalan
dengan pasien dan perawat
atau tamu
- Masukan pada jadwal
kegiatan untuk latihan
berkenalan

SP2 isolasi sosial SP2 isolasi sosial SP2 isolasi sosial


Setelah dilakukan 3X pertemuan - Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan SP1
interaksi hasil dapat diharapkan : berkenalan ( berapa 2. Ajarkan cara berkenalan
- Pasien mampu bina orang)beri pujian dengan 2-3 orang
hubungan dengan orang lain - Latih cara berbicara saat 3. Masukkan dalam jadwal
melakukan kegiatan harian kegiatan selanjutnya
- Masukkan pada jadwal
kegiatan untuk latihan
berkenalan 2 -3 orang klien
lain, perawat dan tamu,
berbicara saat melakukan
kegiatan harian
SP3 isolasi sosial SP3 isolasi sosial SP3 isolasi sosial
- Evaluasi kegiatan latihan - Setelah 2X interaksi pasien 1. Evaluasi interaksi
berkenalan (berapa orang) dapat berkenalan dengan pasien dengan pasien
dan bicara saat melakukan beberapa orang dan lain
kegiatan harian beri pujian berbicara saat melkukan 2. Latih pasien untuk
- Latih cara berbicara saat kegiatan harian berkenalan dengan
melakukan kegiatan harian ( - Setelah 2 X interaksi pasien percakapan sederhana
kegiatan baru) dapat berkenalan dengan 3. masukkan pada jadwal
- Masukakan jadwal kegiatan pasien lain harian untuk latihan
untuk latihan berkenalan 4-5 Setelah 2X interaksi pasien dapat berkenalan 4-5 orang
orang, berbicara saat berkenalan dengan 4-5 orang
melakukan kegiatan harian
SP4 isolasi sosial SP4 isolasi sosial SP4 isolasi sosial
- Evaluasi kegiantan latihan - Setelah 2 x interaksi pasien - Evaluasi interaksi
berkenalan bicara saat dapat berkenalan dengan pasien dengan pasien
melakukan kegiantan harian, beberapa orang dan lain
beri pujian berbicara saat melakukan - Latih pasien untuk
- Latih cara bicara sosial: kegiatan harian berkenalan dengan
meminta sesuatu, menjawab - Setelah 2 x interaksi pasien percakapan sederhana
pertanyaan bisa meminta sesuatu dan masukkan pada jadwal harian
Masukkan pada jadwal kegiatan bisa menjawab pertanyaan untuk latihan berkenalan >5
untuk latihan berkenalan >5 orang, - Setelah 2 x interaksi pasein orang
orang baru, berbicara saat dapat berkenalan >5 orang
melakukan kegiatan sosialisasi
SP5 isolasi sosial SP5 isolasi sosial SP5 isolasi sosial
- Evaluasi kegiatan latihan - Setelah 2 x interaksi pasien - evaluasi pasien dengan
berkenalan bicara saat dapat berkenalan dengan pasien lain
melakukan kegiatan harian beberapa orang dan - melatih pasien untuk
dan sosialisasi berbicara saat melakukan berkenalan dengan
- Berikan pasein kegiatan harian percakapan yang
- Latih kegiatan harian - Setelah 2 x interaksi pasien sederhana
- Nilai kemampuan yang telah bisa meminta sesuatu dan - masukkan pada jadwal
mandiri bisa menjawab pertanyaan kegiatan yang dilakukan
- Nilai apakah isolasi dapat di - Setelah 2 x interaksi pasein pasien secara mandiri
atasi dapat berkenalan >5 orang - evaluasi interaksi sosial
XVI. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Diagnosa
No Hari/ Tanggal Implementasi Keperawatan Evaluasi Tindakan
Keperawatan
1 Selasa, 23 Oktober Isolasi social SP1 isolasi social S : Pasien mengatakan lupa nama teman di
2018 1. Mengidentifikasi penyebap isolasi sampingnya
09.00 WITA social. O:
2. Mendiskusikan keuntungan bercakap – - pasien tampak menyendiri
cakap dengan teman - pasien terlihat melamun
3. Mendiskusikan kerugian tidak memiliki - pasien tidak bersosialisasi dengan teman
teman di ruangannya
4. melatih cara berkenalan A : SP1 isolasi sosial belum teratasi

P : Intervensi di lanjutkan
Lakukan SP 1
CATATAN PERKEMBANGAN

No Hari /Tanggal/ Jam Diagnosa Keperawatan Catatan Perkembangan (S.O.A.P )


1 Selasa, 23 Oktober 2018 Isolasi Sosial S : Pasien mengatakan lupa nama teman di sampingnya dan lupa
13.00 WITA
nama perawat
O:
- pasien tampak menyendiri
- pasien terlihat melamun
- pasien tidak bersosialisasi dengan teman di ruangannya
A : SP1 isolasi sosial belum teratasi
P : Intervensi di lanjutkan
Lakukan SP 1

. Rabu, 24 Oktober 2018 Isolasi Sosial S : Pasien mengatakan ingat nama perawatnya
09.00 WITA
O:
- Pasien tampak berbaur dengan temannya saat kegiatan harian
- pasien terlihat bersemangat
A : SP1 isolasi sosial teratasi

P : Intervensi di lanjutkan
lakukan SP 2
3. Kamis, 25 Oktober 2018 Isolasi Sosial S : Pasien mengatakan ingat nama teman disampingnya dan nama
09.00 WITA
perawat
O:
- pasien tampak berbicara dengan teman di sebelahnya
- pasien tampak beraktivitas dengan mandiri
A : SP 2 isolasi sosial teratasi

P : Intervensi di lanjutkan
Lakukan SP 3

4 Jum’at, 26 Oktober 2018 Isolasi Sosial S : Pasien mengatakan mulai memiliki teman, pasien berinteraksi
11.00 WITA
dengan teman-teman di ruangannya
O:
- pasien tampak berbicara dengan teman di sebelahnya
- paaien beraktivitas dengan mandiri
A : SP 2 isolasi sosial teratasi

P : Intervensi di lanjutkan
Melakukan SP 4
5 Sabtu, 27 Oktober 2018 Isolasi Sosial S : Pasien mengatakan mulai memiliki teman, pasien berinteraksi
09.00 WITA
dengan teman-teman di ruangannya
O:
- klien tampak berbicara saat berkenalan
- pasien mau mengikuti arahan kegiatan harian
- pasien tidak termenung dan menyendiri
A : SP 4 isolasi sosial teratasi

P : Intervensi di lanjutkan
Lakukan SP 5
6. Senin, 29 Oktober 2018 Isolasi Sosial S : pasien mengatakan sudah punya banyak teman, tidak bosan lagi
09.00 WITA
di ruangan
O:
 Pasien tampak tersenyum
 Pasien berbicara dengan pasien yang sekamarnya
A:

P : Intervensi di hentikan
Pasien pulang
JADWAL KEGIATAN HARIAN

Nama Klien : Sd. R. A

Ruang : Tenang Pria

Tanggal
No Pukul Kegiatan
23/10/18 24/10/18 25/10/18 26/10/18 27/10/18 29/10/18
1 07.00 Bangun tidur
M M M M M M
Mandi
2 08.00 Sarapan,
M M M M M M
minum obat
3 09.00 Senam dan
BM BM BM BM BM BM
aktifitas pagi
5 10.00 TAK BM BM BM BM BM BM
6 11.00 Interaksi
dengan M M M M M M
perawat
7 12.00 Pemeriksaan
BM BM BM BM BM BM
TTV
8 13.00 Makan siang M M M M M M
9 14.00 Istirahat
M M M M M M
siang

Keterangan:

M : Mandiri

BM : Bantuan Minimal

33

Anda mungkin juga menyukai