Disusun Oleh :
KELOMPOK 4
Nama :
Febrianto (PO.62.20.1.16.018)
Daftar Isi
1. Laporan Pendahuluan
a. Pengertian
b. Rentang Respon
c. Faktor Predisposisi
d. Faktor Presipitasi
e. Tanda Dan Gejala
f. Prosess Keperawatan
g. Strategi Pelaksanaan
2. Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Sd. R. A Di Ruang Tenang Pria RSJ Sambang
Lihum
Lampiran
Daftar Pustaka
1
LAPORAN PENDAHULUAN
ISOLASI SOSIAL
I. Pengertian
Perilaku isolasi sosial/menarik diri merupakan suatu gangguan hubungan interpersonal
yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku
maladaptive dan mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (Depkes RI,
2000).
Isolasi sosial adalah suatu sikap dimana individu menghindari diri dari interaksi dengan
orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai
kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran, prestasi, atau kegagalan. Ia mempunyai
kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang dimanifeetasikan
dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian, dan tidak sanggup membagi
pengamatan dengan orang lain (Balitbang, 2007).
Isolasi sosial adalah percobaan menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari
hubungan dengan orang lain. (Keliat, budi anna 1998 dalam Yosep 2011).
Interdependen Curiga
III Faktor Predisposisi
3.1 Faktor tumbuh kembang
Faktor perkembangan kemampuan membina hubungan yang sehat tergantung dari
pengalaman selama proses tumbuh kembang. Setiap tahap tumbuh kembang
memilki tugas yang harus dilalui indifidu dengan sukses, karna apabila tugas
perkembangan ini tidak terpenuhi akan menghambat perkembangan selanjutnya,
kurang stimulasi kasih sayang,perhatian dan kehangatan dari ibu (pengasuh)pada
bayi akan membari rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa
percaya.
3.2 Faktor Biologi
Genetik adalah salah satu factor pendukung ganguan jiwa, fakor genetic dapat
menunjang terhadap respon sosial maladaptif ada bukri terdahulu tentang
terlibatnya neurotransmitter dalam perkembangan ganguan ini namun tahap masih
diperlukan penelitian lebih lanjut.
3.3 Faktor Sosial Budaya
3.4 Faktor sosial budaya dapat menjadi faktor pendukung terjadinya ganguan dalm
membina hubungan dengan orang lain, misalnya angota keluarga, yang tidak
produktif, diasingkan dari orang lain.
3.5 Faktor Komunikasi dalam Keluarga
3.6 Pola komunikasai dalam keluarga dapat mengantarkan seseorang kedalam
ganguan berhubungan bila keluarga hanya mengkounikasikan hal-hal yang negatif
akan mendorong anak mengembangkan harga diri rendah.
I. DATA DEMOGRAFI
1.1 Identitas Klien
- Nama ( inisial ) : Sd. R. A
- Usia / tanggal lahir : 25 tahun / 26 September 1993
- Jenis kelamin : Laki-Laki
- Alamat : Ds. Tanjung Harapan, Kapuas
- Suku / bangsa : Jawa/Indonesia
- Status pernikahan : Belum Menikah
- Agama / keyakinan : Islam
- Pekerjaan / sumber penghasilan : Tidak bekerja
- Diagnosa medic : Skizofrenia Paranoid (F.20.0)
- No. medical record : 02.62.78
- Tanggal masuk : 15 Oktober 2018
1.2 Penanggung Jawab
- Nama : Ny. M
- Usia :
- Jenis kelamin : Perempuan
- Pekerjaan / sumber penghasilan :
- Hubungan dengan klien : Ibu Kandung
3.2.3.3 Penolakan
Tidak ada riwayat penolakan dari keluarga atau masyarakat
sebelumnya.
Hasil pengukuran tanda-tanda vital pada saat pengkajian dalam rentang normal,
indeks massa tubuh pasien tinggi, tidak ada keluhan fisik.
V. PSIKOSOSIAL
5.1 Genogram
Keterangan:
: Klien
: Perempuan
: Laki-laki
: Meninggal
: Cerai mati
: Cerai Hidup
Penjelasan :
Pasien awalnya anak tunggal, ibu dan bapaknya cerai. Ibunya menikah lagi. Suami ibu
pasien memiliki 1 orang anak , dari pernikahan sebelumnya dan dari pernikahan tersebut
mendapatkan 1 orang anak perempuan. Jadi pasien tinggal bersama ibu, bapak (tiri),
kakak laki-laki (tiri) dan adik perempuan.
5.2.2 Identitas
Pasien Sd. R. A umur 25 tahun, sekolah tamat SMA, saat ini tidak bekerja dan
tidak mengikuti kegiatan kelompok di masyarakat. Pasien puas dengan jenis
kelaminnya sebagai laki-laki.
5.2.3 Peran
- Peran dirumah : Pasien sebagai anak ibu M, memiliki saudara laki-laki dan
perempuan yang tinggal 1 rumah di Kapuas.
- Dirumah sakit : Pasien mengerti perannya sebagai pasien (orang sakit) dan
berharap cepat sembuh agar bisa cepat pulang.
5.2.4 Ideal diri
Pasien berharap agar dirinya cepat sembuh dan cepat pulang ke rumah. Pasien
ingin dapat diterima di keluarga dan masyarakat.
5.4 Spiritual
5.4.1 Nilai dan keyakinan
Pasien beragama islam, pasien mengatakan rajin beribadah saat di rumah. Tapi
saat di rumah sakit pasien tidak beribadah.
6.2 Pembicaraan
Pasien berbicara koheren, namun pasien menjawab pertanyaan dengan nada rendah,
lambat, dan tidak jelas.
6.5 Afek
Afek tidak labil,kadang intonasi suara pasien meninggi dan merendah saat
bekomunikasi. Ekspresi wajah pasien tampak sayu dan kosong.
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial, Harga Diri Rendah
6.7 Persepsi
Pasien mengatakan mendengar bisikan yang mengatakan kalau orang lain tidak
menyukainya. Bisikan datang 1x setiap malam dengan frekuensi 3-5 menit. Pasien
mengatakan setiap bisikan datang pasien selalu mengabaikannya.
Disorientasi
6.1.1 Orang
Pasien tidak dapat menyebutkan nama pasien yang sekamar dan pasien cepat
lupa.
6.1.2 Waktu
Pasen mengetahui waktu pemberian obatnya yaitu 2x sehari pagi dan malam.
6.1.3 Tempat
Pasien mengetahui sedang dirawat di RSJ Sambang Lihum, tempat tinggal di
Kapuas.
6.11 Memori
6.11.1 Daya ingat jangka panjang
Pasien tidak mau menjawab saat di tanya masa lalunya.
7.2 BAB/BAK
Pasien mampu mengontrol BAK/BAB dan membersihkan setelah BAK/BAB
secara mandiri. Pasien BAK 5-6 kali sehari dan BAB 1 kali sehari.
7.3 Mandi
Pasien mampu mandi, berkeramas dan menggosok gigi secara mendiri 2 kali sehari
yaitu pagi dan sore.
Lainnya: lainnya :
- Masih mau kontak dengan - intonasi suara kadang meninggi
Perawat saat berkomunikasi
- Pasien mau belajar cara - keras kepala
Mengontrol halusinasinya - perlu motivasi kuat dari keluarga
Terapi :
Nama Obat Dosis Indikasi, Kontraindikasi & Efek Samping
Haloperidol 3 x 5 mg F : Mengobati gangguan mental/mood, untuk
(HLP) pergerakan tak terkontrol, mengurangi agresi
I : Psikosis akut dan kronis, skizofrenia
KI :Koma, depresi SSP karena alkohol dan obat
depresan, kejang, parkinson.
ES : Hiper/hipotensi, dermatitis, dyspepsia, retensi
urin, jaundice, penglihatan kabur, pusing,
mengantuk, sakit kepala, mual muntah.
Trihexyphenidyl 2 mg F : Sebagai obat penenang
(THP) (K/P) I :Parkinson, klien jiwa dengan gangguan
eksrapiramidal yang disebabkan oleh SSP
KI :Hipersensitivitas terhadap THP atau
komponen dalam sediaan, glukoma sudut tertutup,
obstruksi deudenal atau pyloria, peptic ulcer,
obstruksi saluran urin, ochalasia, myastebia gravis
ES :Mulut kering, penglihatan kabur, pusing,
cemas, konstipasi, retensi urin, takikardi, sakit
kepala.
DS :
Pasien mengatakan tidak memiliki teman
Pasien mengatakan lupa nama teman yang duduk di
sebelah dan yang lain
Pasien mengatakan lupa nama perawat
Pasien mengatakn bosan
DO :
Pasien tampak lesu
Pasien tampak tidak semangat
1 Isolasi sosial
Pasien tampak bingung dan sering melamun
sendiri di sudut ruangan
Pasein tampak menyendiri di ruangan
Pasien kurang kooferatif
Pasien kurang kontak mata dengan perawat saat di
kaji
Pasein tampak mengasingkan diri saat kegiatan
harian ruangan
Pasien merupakan orang yang sulit berinteraksi
dengan orang lain
DS :
Pasein mengatakan “apa alsan saya masuk ke
sini?” ( RSJ Sambang Lihum)
“Apa karena saya gila “?
keluarga pasien mengatakan bahwa pasien
memukul adik perempuan dan ibunya saat
2 Halusinasi
sebelum di bawa ke RSJ
DO :
Pasien tampak bicara sendiri
Mulut pasein tampak komat kamit
Pasien tampak keras kepala
DS :
Pasien mengatakan keluarganya takut jelihat
dirinya saat menjenguk
Pasien merasa curiga pada orang lain
Pasien merasa orang lain tidak menyukainya
3 Harga Diri Rendah
DO :
Pasien tampak diam di satu tempat
Ekspresi wajah kosong
Bicara dengan suara pelan, kontak mata kurang
dengan perawat
XIV. POHON MASALAH
P : Intervensi di lanjutkan
Lakukan SP 1
CATATAN PERKEMBANGAN
. Rabu, 24 Oktober 2018 Isolasi Sosial S : Pasien mengatakan ingat nama perawatnya
09.00 WITA
O:
- Pasien tampak berbaur dengan temannya saat kegiatan harian
- pasien terlihat bersemangat
A : SP1 isolasi sosial teratasi
P : Intervensi di lanjutkan
lakukan SP 2
3. Kamis, 25 Oktober 2018 Isolasi Sosial S : Pasien mengatakan ingat nama teman disampingnya dan nama
09.00 WITA
perawat
O:
- pasien tampak berbicara dengan teman di sebelahnya
- pasien tampak beraktivitas dengan mandiri
A : SP 2 isolasi sosial teratasi
P : Intervensi di lanjutkan
Lakukan SP 3
4 Jum’at, 26 Oktober 2018 Isolasi Sosial S : Pasien mengatakan mulai memiliki teman, pasien berinteraksi
11.00 WITA
dengan teman-teman di ruangannya
O:
- pasien tampak berbicara dengan teman di sebelahnya
- paaien beraktivitas dengan mandiri
A : SP 2 isolasi sosial teratasi
P : Intervensi di lanjutkan
Melakukan SP 4
5 Sabtu, 27 Oktober 2018 Isolasi Sosial S : Pasien mengatakan mulai memiliki teman, pasien berinteraksi
09.00 WITA
dengan teman-teman di ruangannya
O:
- klien tampak berbicara saat berkenalan
- pasien mau mengikuti arahan kegiatan harian
- pasien tidak termenung dan menyendiri
A : SP 4 isolasi sosial teratasi
P : Intervensi di lanjutkan
Lakukan SP 5
6. Senin, 29 Oktober 2018 Isolasi Sosial S : pasien mengatakan sudah punya banyak teman, tidak bosan lagi
09.00 WITA
di ruangan
O:
Pasien tampak tersenyum
Pasien berbicara dengan pasien yang sekamarnya
A:
P : Intervensi di hentikan
Pasien pulang
JADWAL KEGIATAN HARIAN
Tanggal
No Pukul Kegiatan
23/10/18 24/10/18 25/10/18 26/10/18 27/10/18 29/10/18
1 07.00 Bangun tidur
M M M M M M
Mandi
2 08.00 Sarapan,
M M M M M M
minum obat
3 09.00 Senam dan
BM BM BM BM BM BM
aktifitas pagi
5 10.00 TAK BM BM BM BM BM BM
6 11.00 Interaksi
dengan M M M M M M
perawat
7 12.00 Pemeriksaan
BM BM BM BM BM BM
TTV
8 13.00 Makan siang M M M M M M
9 14.00 Istirahat
M M M M M M
siang
Keterangan:
M : Mandiri
BM : Bantuan Minimal
33