(SESI 5)
Disusun Oleh :
2019
RENCANA TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI :
ISOLASI SOSIAL
(SESI 5)
A. Latar Belakang
Sosialisasi adalah kemampuan untuk berhubungan dan berinteraksi dengan
orang lain (Gail W. Stuart, 2007). Setiap individu mempunyai respon yang
berbeda dalam melakukan sosialisasi. Respon perilaku individu terhadap
stressor bervariasi sesuai dengan kondisi masing-masing. Salah satu respon
perilaku yang muncul adalah isolasi sosial yang merupakan salah satu gejala
negatif pasien psikotik. Isolasi sosial adalah keadaan seorang individu yang
mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi
dengan orang lain di sekitarnya. Isolasi sosial pada individu bisa dipengaruhi
oleh kesehatan mental yang tidak mampu membina hubungan sosial dengan
orang lain. Klien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak
mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Budi Anna
Kelliat, 2011).
Kesehatan mental di Indonesia didapatkan hasil survey pada tahun 2013
sebanyak lebih dari 28 juta orang yang mengalami gangguan jiwa, untuk
kategori gangguan jiwa ringan 14,3 % dan 17% atau 1000 orang menderita
gangguan jiwa berat. Jika dibandingkan dengan rasio dunia yang hanya satu
permil, masyarakat Indonesia yang mengalami gangguan jiwa ringan sampai
berat mencapai 18,5% (Depkes, 2013).
Gangguan jiwa bisa menimbulkan seorang individu menarik diri dari
lingkungan sosial. Dampak dari menarik diri, yaitu: 1) kerusakan komunikasi
verbal dan non verbal, 2) gangguan hubungan interpersonal, 3) gangguan
interaksi sosial, 4) resiko perubahan persepsi sensori (halusinasi). Bila klien
menarik diri tidak cepat teratasi maka akan dapat membahayakan
keselamatan diri sendiri maupun orang lain (Budi Anna Kelliat, 2006).
Penatalaksanaan klien dengan riwayat menarik diri dapat dilakukan salah
satunya dengan pemberian intervensi Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi,
yang merupakan salah satu terapi modalitas keperawatan jiwa dalam sebuah
aktifitas secara kolektif dalam rangka pencapaian penyesuaian psikologis,
perilaku dan pencapaian adaptasi optimal pasien. Terapi Aktivitas Kelompok
(TAK) Sosialisasi adalah upaya memfasilitasi kemampuan klien dalam
meningkatkan sosialisasi. Dari latar belakang di atas penulis tertarik
mengangkat topik “Rencana Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi : Isolasi
Sosial (Sesi 5)”.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatnya kemampuan pasien dalam membina hubungan sosial
dalam kelompok secara bertahap.
2. Tujuan Khusus
a. Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi
pada orang lain.
b. Klien mampu memilih satu masalah pribadi untuk dibicarakan
dengan orang lain.
c. Klien mampu memberi pendapat tentang masalah pribadi yang
dipilih.
C. Landasan Teori
1. Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan seorang individu yang mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan
orang lain di sekitarnya. Isolasi sosial pada individu bisa dipengaruhi oleh
kesehatan mental yang tidak mampu membina hubungan sosial dengan
orang lain. Klien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan
tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Budi
Anna Kelliat, 2011).
2. Etiologi
Gangguan ini terjadi karena adanya faktor predisposisi dan faktor
presipitasi. Beberapa penyebab isolasi sosial, menurut Stuart (2007) :
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor perkembangan
Sistem keluarga yang terganggu dapat berperan dalam
perkembangan respons sosial maladaptif. Beberapa orang
percaya bahwa individu yang mengalami masalah ini adalah
orang yang tidak berhasil memisahkan dirinya dari orang tua.
Norma keluarga mungkin tidak mendukung hubungan dengan
pihak luar keluarga. Pesan keluarga seringkali tidak jelas.
2) Faktor sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan
hubungan. Hal ini akibat dari transiensi norma yang tidak
mendukung pendekatan terhadap orang lain, atau tidak
menghargai anggota masyarakat yang produktif, seperti lanjut
usia (lansia), orang cacat, dan penderita penyakit ironis. Isolasi
bisa terjadi karena mengadopsi norma, perilaku dan sistem nilai
yang berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas. Harapan yang
tidak realistis terhadap hubungan merupakan faktor lain yang
berkaitan dengan gangguan ini.
3) Faktor biologis
Faktor genetik dapat berperan dalam respon sosial maladaptif.
Bukti terdahulu menunjukkan keterlibatan neurotranmitter dalam
perkembangan gangguan ini, namun tetap diperlukan penelitian
lebih lanjut.
b. Faktor Presipitasi
Beberapa faktor presipitasi isolasi sosial, menurut Direja (2011),
meliputi :
1) Faktor eksternal
Contohnya adalah stresor, sosial budaya, yaitu stres yang di
tinggalkan oleh faktor sosial budaya seperti keluarga.
2) Faktor internal
Contohnya adalah stresor psikologis, yaitu stress yang terjadi
akibat kecemasan yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan
dengan keterbatasan kemampuan individu untuk berpisah untuk
mengatasinya. Kecemasan ini dapat terjadi akibat tuntunan
untuk berpisah dengan orang terdekat atau tidak terpenuhinya
kebutuhan individu.
3. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala isolasi sosial menurut Direja (2011), meliputi :
a. Kurang spontan
b. Apatis atau acuh terhadap lingkungan
c. Ekspresi wajah kurang berseri
d. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
e. Tidak ada/kurang sadar terhadap komunikasi verbal
f. Mengisolasi diri
g. Tidak sadar/kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
h. Aktivitas menurun
i. Kurang energi
j. Rendah diri
k. Asupan makanan dan minuman terganggu
4. Rentang Respon
5. Pohon Masalah
Gangguan persepsi sensori : halusinasi
Isolasi sosial
D. Klien
1. Karakteristik Klien
a. Pasien dengan isolasi sosial menarik diri dengan kondisi mulai
menunjukkan kamauan untuk melakukan interaksi interpersonal.
b. Pasien dengan kerusakan komunikasi verbal yang telah berespons
sesuai dengan stimulus yang diberikan.
c. Pasien yang sudah mengikuti dan lulus pada TAKS 1, 2, 3, dan 4.
2. Proses Seleksi
a. Mengidentifikasi pasien yang masuk kriteria.
b. Mengumpulkan pasien yang masuk kriteria.
c. Membuat kontrak dengan pasien yang setuju ikut TAK, meliputi :
menjelaskan tujuan TAK pada pasien, rencana kegiatan kelompok
dan aturan main dalam kelompok (Eko prabowo, 2014).
3. Data klien
Klien peserta TAKS ini diambil dari pasien yang menarik diri di
ruang WK, jumlah peserta TAKS adalah 5 orang. Klien peserta TAKS
sebagai berikut :
a. Ny. A
b. Ny. B
c. Ny. C
d. Ny. D
e. Ny. E
E. Pengorganisasian / Susunan Pelaksana
1. Waktu Pelaksanaan
Hari / Tanggal : Jum’at, 22 Februari 2019
Jam : 09.00-selesai
Tempat : Ruang RS. Wijaya Kusuma
Jumlah Peserta : 5 orang
Alokasi waktu : Perkenalan dan pengarahan (10 menit)
Terapi kelompok (25 menit)
Penutup (10 menit)
2. Tim Terapi dan Pembagian Tugas
a. Leader : Shafira Putri Amalika
1) Tugas
2) Menyiapkan proposal kegiatan TAKS.
3) Menyampaikan tujuan dan peraturan kegiatan terapi aktifitas
kelompok sebelum kegiatan dimulai.
4) Menjelaskan permainan.
5) Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok dan
memperkenalkan dirinya.
6) Mampu memimpin terapi aktilitas kelompok dengan baik dan
tertib.
7) Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok.
b. Co-leader : Nanda Ayu Puji Astuti
Tugas
1) Mendampingi leader.
2) Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang
aktivitas pasien.
3) Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang dari
perencanaan yang telah dibuat.
4) Mengambil alih posisi leader jika leader mengalami blocking
dalam proses terapi.
c. Fasilitator : Anisa Dwi Utami, Dina Masturina, Rosa Salsaprilia
Tugas
1) Menyediakan fasilitas selama kegiatan berlangsung.
2) Memotivasi klien yang kurang aktif.
3) Memfasilitasi dan memberikan stimulus dan motivator pada
anggota kelompok untuk aktif mengikuti jalannya terapi.
d. Operator : Indah Permata Sari
Tugas
1) Mengatur alur permainan (hidupkan dan matikan musik).
2) Timer (mengatur waktu).
e. Observer : Siti Humairoh
1) Mengobservasi jalannya proses kegiatan.
2) Mengamati serta mencatat prilaku verbal dan non-verbal pasien
selama kegiatan berlangsung (dicatat pada format yang tersedia).
3) Mengawasi jalannya aktivitas kelompok dari mulai persiapan,
proses, hingga penutupan (Eko Prabowo, 2014).
3. Setting Tempat
Peserta dan terapis duduk bersama dan melingkar.
FASILITA
OBSERVER
TOR
KLIEN
KLIEN
4. Metode
a. Dinamika kelompok.
b. Diskusi dan tanya jawab.
c. Bermain peran/simulasi.
5. Alat & Media
a. Laptop
b. Pengeras suara
c. Musik dengan lagu yang ceria
d. Bola tenis
e. Buku catatan dan pulpen
f. Jadwal kegiatan pasien
G. Proses pelaksanaan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok pada sesi 4 TAKS.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Memberi salam terapeutik
1) Salam dari terapis.
2) Klien dan terapis memakai papan nama.
b. Evaluasi / Validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini.
2) Menanyakan apakah telah latihan bercakap-cakap tentang topik
atau hal tertentu dengan orang lain.
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu menyampaikan, memilih, dan
memberi pendapat tentang masalah pribadi.
2) Menjelaskan aturan main berikut :
a) Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok harus
meminta izin kepada terapis.
b) Lama kegiatan 45 menit.
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola tenis berlawanan
dengan arah jarum jam.
b. Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola
mendapat giliran untuk menyampaikan satu masalah pribadi yang
ingin dibicarakan. Dimulai oleh terapis sebagai contoh. Misalnya,
“sulit bercerita” atau “tidak diperhatikan ayah/ibu/kakak/teman”.
c. Tuliskan pada whiteboard masalah yang disampaikan.
d. Ulangi a, b dan c sampai semua anggota kelompok menyampaikan
masalah yang ingin dibicarakan.
e. Hidupkan lagi kaset dan edarkan bola tenis. Pada saat dimatikan,
anggota yang memegang bola memilih masalah yang ingin
dibicarakan.
f. Ulangi langkah e sampai semua anggota kelompok memilih masalah
yang ingin dibicarakan.
g. Terapis membantu menetapkan topik yang paling banyak dipilih.
h. Hidupkan kaset lagi dan edarkan bola tenis. Pada saat dimatikan,
anggota yang memegang bola menyampaikan pendapat tentang
masalah yang dipilih.
i. Ulangi h sampai semua anggota kelompok menyampaikan pendapat.
j. Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan
memberi tepuk tangan.
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1) Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Memberi pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Rencana tindak lanjut
1) Menganjurkan tiap anggota kelompok bercakap-cakap tentang
masalah pribadi dengan orang lain pada kehidupan sehari-hari.
2) Memasukkan kegiatan bercakap-cakap tentang masalah pribadi
pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati kegiatan berikutnya, yaitu bekerjasama dalam
kelompok.
2) Menyepakati waktu dan tempat.
LAMPIRAN
Evaluasi
SESI 5 : TAKS
Jumlah
B. Kemampuan verbal : Memilih topik
No Aspek yang dinilai Nama pasien
Jumlah
Jumlah
D. Kemampuan non verbal
No Aspek yang dinilai Nama pasien
1. Kontak mata
2. Duduk tegak
Petunjuk :
1. Dibawah judul nama klien, tulis nama panggilan klien yang ikut TAKS.
2. Untuk tiap klien semua aspek dinilai dengan memberi tanda X
jika tidak ditemukan.
3. Jumlahkan kemampuan yang ditemukan. Jika mendapat nilai 3 atau 4,
klien mampu: jika nilai ≤ 2, klien belum mampu.
Dokumentasi