Disusun Oleh :
Segala Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Proposal Terapi Aktivitas Kelompok
Sosialisasi : Sesi I & II dengan lancar.
Tak lupa pula kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Fitriya Handayani S.Kep.,Ns,M.kep
selaku pembimbing kami dalam melaksanakan Laboratorium Keperawatan Jiwa dan juga
telah memberikan kami banyak pengetahuan serta motivasi dan dorongan kepada kami agar
terus semangat dan rajin belajar guna mencapai prestasi setinggi-tingginya dan menjadi orang
sukses kelak.
Kami menyadari bahwa proposal ini masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun
kesalahan dalam pengetikan dan kerapian paragraf. Untuk itu kami masih butuh bimbingan
serta kritikan dan saran dalam proposal ini.
Kami berharap proposal ini dapat membantu kami dalam melaksanakan laboratorium
Keperawatan Jiwa khususnya dalam prasat Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi.
Semoga Tuhan memberikan kita kesehatan dan kehidupan yang panjang untuk
menikmati dan memperbaiki kehidupan kita menuju kebaikan Aamiin.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTARi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Manfaat 3
D. Karakteristik Pasien
BAB II TUJUAN TEORI
A. Isolasi Sosial
B. Terapi Aktivitas Kelompok
C. Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi
BAB III PEROSES PELAKSANAAN TAKS
A. Taks Sesi I
B. Taks Sesi II
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi sehat emosional, psikologi, dan sosial
yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang
memuaskan, perilaku dan koping yang efektif, konsep diri yang positif, dan kestabilan
emosional (Videbeck, 2008). Menurut World Health Organization (WHO) bahwa
masalah gangguan kesehatan jiwa di seluruh dunia sudah menjadi masalah yang
sangat serius. WHO memperkirakan sekitar 450 juta orang didunia yang mengalami
gangguan kesehatan jiwa (Widyasih dalam Vivin, 2014). Diperkirakan satu dari
empat penduduk Indonesia mengidap penyakit ganggguan kesehatan jiwa. Jumlah ini
cukup besar, artinya 50 juta atau 25% dari jumlah penduduk Indonesia mengalami
gangguan kesehatan jiwa (Widyasih dalam Vivin, 2014).
Menurut Afnuhazi (2015) salah satu gangguan jiwa yang dikenal adalah
skizofrenia, skizofrenia adalah suatu gangguan jiwa berat yang ditandai dengan
penurunan atau ketidakmampuan berkomunikasi, gangguan realitas (halusinasi atau
waham), efek yang tidak wajar atau tumpul, gangguan kognitif (tidak mampu berpikir
abstrak) serta mengalami kesukaran melakukan aktivitas sehari-hari. Salah satu gejala
negatif skizofrenia adalah menarik diri dari pergaulan social (isolasisosial). Isolasi
social adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain
menyatakan sikap yang negatif dan terancam.
Isolasi social dipengaruhi oleh factor predisposisi. Kegagalan dapat
mengakibatkan individu tidak percaya pada diri, tidak percaya pada orang lain, ragu,
takut salah, pesimis, putus asa terhadap orang lain, tidak mampu merumuskan
keinginan dan merasa tertekan. Keadaan ini dapat menimbulkan perilaku tidak ingin
berkomunikasi dengan orang lain, lebih menyukai berdiam diri, menghindar dari
orang lain, dan kegiatan sehari-hari terabaikan (Kusumawati dan Hartono, 2010).
Pasien yang mengalami gangguan sosialisasi perlu diberikan suatu program
terapi. Program terapi yang diberikan dan disiapkan di Rumah Sakit Jiwa adalah
Terapi Aktivitas Kelompok. Terapi aktivitas kelompok adalah salah satu terapi
modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai
masalah keperawatan yang sama (Keliat, B.A & Akemat, 2005). Keliat, B.A &
Akemat (2005), menambahkan bahwa TAK dibagi empat yaitu terapi aktivitas
kelompok stimulasi kognitif / presepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori,
terapi aktivitas stimulasi realita, dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi. Terapi
Aktivitas Kelompok: Sosialisasi (TAKS) adalah upaya memfasilitasi kemampuan
bersosialisasi dengan masalah hubungan social klien isolasi melalui tujuh sesi untuk
melatih kemampuan sosialisasi klien. Menurut Surya Efendi et al (2012) ketujuh sesi
tersebut diarahkan pada tujuan khusus TAKS, yaitu : kemampuan memperkenalkan
diri, kemampuan berkenalan, kemampuan bercakap-cakap, kemampuan
menyampaikan dan membicarakan topik tertentu, kemampuan menyampaikan dan
membicarakan masalah pribadi, kemampuan bekerja sama, kemampuan
menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan TAKS yang telah dilakukan.
Langkah-langkah kegiatan yang dilakukan dalam TAKS yaitu tahap persiapan,
orientasi, tahap kerja dan tahap terminasi dengan menggunakan metode dinamika
kelompok, diskusi atau tanya jawab serta bermain peran atau stimulasi.
B. Tujuan
Tujuan Umum : Klien dapat meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok
maupun dimasyarakat natinya secara bertahap
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan trapeutik dengan perawat, klien dapaat mengenal
penyebab isolasi social, mengenal mamfaat berintraksi, dan tahu cara berintraksi
dengan orang lain
2. Klien mampu berintraksi secara bertahap (berkenalan dengan orang pertama yaitu
perawat)
3. Klien mampu berintraksi dengan orang kedua secara bertahap (teman
perawat/perawat
4. Klien mampu berintraksi dengan orang ketiga secara bertahap (teman satu
ruangan dengan klien)
5. Klien mampu berintraksi dengan masyarakat banyak secara bertahap.
C. Manfaat
Manfaat terapi aktivitas kelompok menurut Direja (2011) :
1. Umum
a. Meningkatkan kemampuan kemampuan uji realitas (reality testing) melalui
komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain.
b. Melakukan sosialisasi
c. Membangkitkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan efektif.
2. Khusus
a. Meningkatkan identitas diri
b. Menyalurkan emosi secara konstruktif
c. Meningkatkan ketrampilan hubungan interpersonal atau sosial
3. Rehabilitasi
a. Meningkatkan keterampilan ekspresi diri
b. Meningkatkan ketrampilan social
c. Meningkatkan kemempuan empati
d. Meningkatkan kemampuan/pengetahuan pemecahan masalah.
D. Karakteristik Pasien
Karakteristik pasien yang dilibatkan dalam terapi aktivitas kelompok ini
adalah klien dengan masalah keperawatan isolasi social.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Isolasi social
1. Defenisi
Isolasi sosial merupakan kondisi kesendirian yang di alami oleh individu
dan diterima sebagai ketentuan orang lain sebagai suatu keadaan yang negative
atau mengancam (Towsent alih bahasa,Daulima,1998).
Isolasi sosial adalah suatu keadaan dimana individu mengalami suatu
kebutuhan atau mengharapakan untuk melibatakan orang lain, akan tetapi tidak
dapat membuat hubungan tersebut (Carpenito,1995).
Gangguan hubungan sosial adalah suatu kepribadian yang tidak fleksibel
pada tingkah laku yang maladaptive, mengganggu fungsi seseorang dalam
hubungan sosialnya (Depkes,1994).
Menarik diri adalah suatu usaha seseorang untuk menghindari interaksi
dengan lingkungan sosial atau orang lain, merasa kehilangan kedekatan dengan
orang lain dan tidak bisa berbagi pikiranya dan perasaanya (Rawlins,1993).
Menarik diri merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan
kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain. Isolasi
sosial merupakan keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang
lain dianggap menyatakan sikap negatif dan mengancam dirinya (Townsend,M.C,
1998: 52).
Individu merasa kehilangan teman dan tidak mempunyai kesempatan untuk
membagi pikiran, perasaan dan pengalaman serta mengalami kesulitan
berinteraksi secara spontan dengan orang lain. Individu yang demikian berusaha
untuk mengatasi ansietas yang berhubungan dengan kesepian, rasa takut,
kemarahan, malu, rasa bersalah dan merasa tidak aman dengan berbagai respon.
Respon yang terjadi dapat berada dalam rentang adaptif sampai maladaptif
(Stuart and Sudeen, alih bahasa Hamid,1998)
2. Rentang Respon Sosial
3. Penyebab
Penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah yaitu perasaan negative
terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan
yang ditandai dengan adanya perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah
terhadap diri sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat, percaya
diri kurang dan juga dapat mencederai diri, (Carpenito,L.J, 1998).
a. Faktor predisposisi
Ada berbagai faktor yang menjadi pendukung terjadinya perilaku menarik diri
1) Faktor perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dari masa
bayi sampai dewasa tua akan menjadi pencetus seseoarang sehingga
mempunyai masalah respon sosial menarik diri. Sistem keluarga yang
terganggu juga dapat mempengaruhi terjadinya menarik diri.
Organisasi anggota keluarga bekerja sama dengan tenaga profisional
untuk mengembangkan gambaran yang lebih tepat tentang hubungan
antara kelainan jiwa dan stress keluarga. Pendekatan kolaburatif
sewajarnya dapat mengurangi masalah respon social menarik diri.
2) Faktor Biologi
Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial
maladaptive. Genetik merupakan salah satu faktor pendukung
gangguan jiwa. Kelainan struktur otak, seperti atropi, pembesaran
ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta perubahan limbik
diduga dapat menyebabkan skizofrenia.
3) Faktor Sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini
merupakan akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan
terhadap orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang
tidak produktif, seperti lansia, orang cacat dan berpenyakit kronik.
Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku, dan system
nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas. Harapan yang
tidak realitis terhadap hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan
dengan gangguan ini, (Stuart and sudden, 1998).
b. Faktor persipitasi
Ada beberapa faktor persipitasi yang dapat menyebabkan seseorang menarik
diri. Faktor- faktor tersebut dapat berasal dari berbagai stressor antara lain:
1) Stressor sosiokultural, Stressor sosial budaya dapat menyebabkan
terjadinya gangguan dalam membina hubungan dengan orang lain,
misalnya menurunya stabilitas unit keluarga, berpisah dari orang yang
berarti dalam kehidupanya, misalnya karena dirawat di rumah sakit.
2) Stressor psikologik, Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi
bersamaan keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan
untuk berpisah dengan orang terdekat atau kegagalan orang lain untuk
memenuhi kebutuhanya hal ini dapat menimbulkan ansietas tinggi
bahkan dapat menimbulkan seseorang mengalami gangguan hubungan
(menarik diri), (Stuart & Sundeen, 1998).
3) Stressor intelektual
a) Kurangnya pemahaman diri dalam ketidak mampuan untuk
berbagai pikiran dan perasaan yang mengganggu pengembangan
hubungan dengan orang lain.
b) Klien dengan “kegagalan” adalah orang yang kesepian dan
kesulitan
dalam menghadapi hidup. Mereka juga akan sulit berkomunikasi
dengan orang lain.
c) Ketidakmampuan seseorang membangun kepercayaan dengan
orang lain akan persepsi yang menyimpang dan akan berakibat
pada gangguan berhubungan dengan orang lain
4) Stressor fisik
a) Kehidupan bayi atau keguguran dapat menyebabkan seseorang
menarik diri dari orang lain
b) Penyakit kronik dapat menyebabkan seseorang minder atau malu
sehingga mengakibatkan menarik diri dari orang lain
(Rawlins, Heacock,1993)
2. Manfaat TAK
Secara umum terapi aktivitas kelompok mempunyai manfaat:
1) Meningkatkan kemampuan menilai dan menguji kenyataan (reality testing)
melalui komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain
2) Meningkatkan kemampuan sosialisasi pasien
3) Meningkatkan kesadaran tentang pentingnya hubungan antara reaksi
emosional diri sendiri dengan perilaku defensive (bertahan terhadap stress)
dan adaptasi
4) Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis seperti
kognitif dan afektif
3. Jenis-jenis TAK
1) TAK : Stimulasi Persepsi
2) TAK Sosialisasi
C. Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi
1. Defenisi
Terapi aktivitas kelompok (TAK): sosialisasi (TAKS) adalah upaya
memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah pasien dengan masalah hubungan
social (Keliat & Prawirowiyono, 2014).
2. Tujuan
a. Tujuan Umum : meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok secara
bertahap (Keliat & Prawirowiyono, 2014).
b. Tujuan Khusus :
1) Pasien mampu memperkenalkan diri
2) Pasien mampu berkenalan dengan anggota kelompokPasien mampu
bercakap-cakap dengan anggota kelompok
3) Pasien mampu menyampaikan dan membicarakan topik pembicaraan
4) Pasien mampu menyampaikan dan membicarakan maslah pribadi pada
orang lain
5) Klien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok
6) Pasien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan
TAKS yang telah dilakukan
A. TAKS SESI I
a. Tujuan
Klien mampu menyebutkan jati diri: nama lengkap, nama panggilan, asal dan
hobi.
b. Setting
Peserta dan terapis duduk bersama dalam lingkaran
c. Alat
1. Name Tag
d. Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan Tanya jawab
3. Bermain peran/simulasi
e. Langkah-langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Persiapan Klien :
1) Mengidentifikasi jumlah klien sesuai dengan kriteria yang telah
ditentukan
2) Jumlah klien yang mengikuti TAK 2 orang dan didampingi oleh
fasilitator
3) Fasilitator telah membina hubungan saling percaya dengan klien
b. Persiapan Terapis :
1) Satu orang leader : M. Ridho Chandra
2) Satu orang Co-leader : Aji Ega Syahwalia
3) Satu orang observer : Putri Gusfiyatun
4) Dua orang sebagai fasilitator : Aji Ega Syahwalia, Ayu Fitria
c. Rincian Tugas
1). Leader :
a) Pemimpin jalannya therapy aktifitas kelompok
b) Merencanakan, mengontrol dan mengatur jalannya therapy
c) Menyampaikan materi sesuai tujuan TAk
d) Memimpin diskusi kelompok
2). Co-leader :
a) Membuka acara
b) Mendampingi leader
c) Mengambil alih posisi leader jika leader bloking
d) Menyerahkan kembali posisi kepada leader
3). Fasilitator :
a) Mampu memotivasi anggota kelompok untuk mengeluarkan
pendapat
b) Mampu memotivasi anggota terlibat dalam kegiatan
4). Observer :
a) Mengamati jalannya proses kegiatan sebagai acuan untuk
mengevaluasi
b) Mencatat serta mengamati respon klien selama TAK berlangsung
c) Mencatat peserta yang aktif dan pasif dalam kelompok serta klien
yang drop out.
d. Rencana Kegiatan
1) Waktu : Kamis, 18 Februari 2021. Pukul 09.00
2) Tempat : Lab Ruang Hukum
3) Klien : Nur Atiqa Oktavia, Ida Ayu
e. Skema Ruang Terapi
Co L O
F
Keterangan :
L
Leader
Co L CoLeader
O Observer
F Fasilitator
K Klien
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis
b. Evaluasi/validasi
1) Menanyakan perasaan atau kabar klien hari ini
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan
d. Menjelaskan aturan main yaitu:
2) Masing-masing menyebutkan / memperkenalkan jati diri
3) Jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok harus minta izin
pada leader.
4) Lama kegiatan 15 menit
5) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
6) Peserta tidak boleh makan dan minum saat kegiatan masih berjalan
3. Tahap kerja
A. Kemampuan verbal
Nama klien
3. Menyebutkan asal
4. Menyebutkan hobi
Jumlah
Nama klien
1. Kontak mata
2. Duduk tegak
Jumlah
2. Dokumentasi pada proses keperawatan tiap klien
B. TAKS SESI II
a. Tujuan
Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok :
1). Leader :
a) Pemimpin jalannya therapy aktifitas kelompok
b) Merencanakan, mengontrol dan mengatur jalannya therapy
c) Menyampaikan materi sesuai tujuan TAk
d) Memimpin diskusi kelompok
2). Co-leader :
a) Membuka acara
b) Mendampingi leader
c) Mengambil alih posisi leader jika leader bloking
d) Menyerahkan kembali posisi kepada leader
3). Fasilitator :
a) Mampu memotivasi anggota kelompok untuk mengeluarkan
pendapat
b) Mampu memotivasi anggota terlibat dalam kegiatan
4). Observer :
a) Mengamati jalannya proses kegiatan sebagai acuan untuk
mengevaluasi
b) Mencatat serta mengamati respon klien selama TAK berlangsung
c) Mencatat peserta yang aktif dan pasif dalam kelompok serta klien
yang drop out
d. Rencana Kegiatan
1) Waktu : Kamis, 18 Februari 2021. Pukul 09.00
2) Tempat : Lab Ruang Hukum
3) Klien : Nur Atiqa Oktavia, Ida Ayu
e. Skema Ruang Terapi
Co L O
F
Keterangan :
L
Leader
Co L CoLeader
O Observer
Fas
F Fasilitator
Klien
2. Orientasi
a.Salam terapeutik
1) Salam dari terapis
b.Evaluasi/validasi
1) Menanyakan perasaan klien hari ini
c.Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan
d. Menjelaskan aturan main yaitu:
1) Masing-masing menyebutkan / memperkenalkan jati diri
2) Jika ada peserta yang akan ingin ke toilet harus meminta izin pada
leader.
3) Lama kegiatan 15 menit
4) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
5) Peserta tidak boleh makan dan minum saat kegiatan masih berjalan
3. Tahap Kerja
a. Menjelaskan kegiatan, yaitu co leader akan memimpin jalannya permainan.
Permainan ini adalah permainan konsentrasi menepuk tangan sesuai dengan
clue yang diberikan oleh co leader. Cluenya adalah pisang, apel jeruk dan
semangka. Ketika co leader menyebutkan pisang maka klien harus
menepuk tangan sebanyak 1 kali, apel menepuk tangan sebanyak 2 kali,
jeruk menepuk tangan sebanyak 3 kali dan semangka menepuk tangan
sebanyak 4 kali. Klien yang menepuk tangan kurang dari atau lebih dari
akan di beri hukuman dengan mengajak orang lain berkenalan (nama, asal,
dan hobi)
b. Jika terdapat 2 orang yang salah maka kedua orang itu harus saling
berkenalan dengan menyebutkan jati dirinya (nama, asal, hobi) dan
menanyakan jati diri orang yang diajaknya berkenalan (nama, asal, hobi).
Jika terdapat lebih dari 2 orang yang salah maka permainan akan diulang
hanya dengan orang yang salah itu hingga di dapatkan dua orang untuk
menerima hukuman (saling berkenalan)
c. Permainan diulang sampai semua klien mendapat giliran untuk saling
berkenalan
d. Beri pujian untuk setiap klien yang saling berkenalan dengan memberi
tepuk tangan
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Memberi pujian atas keberhasilan kelompok
b. Rencana tindak lanjut
1) Menganjurkan tiap anggota kelompok melatih berkenalan dengan
orang lain dalam kehidupan sehari-hari
2) Memasukkan kegiatan berkenalan pada jadwal kegiatan harian
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati kegiatan berikutnya yaitu mengenali jati diri anggota
kelompok
d. Hasil yang diharapkan
1) Kemampuan verbal
Anggota kelompok mampu memperkenalkan diri: mengucapkan salam,
nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi.
2) Komunikasi non verbal
Kontak mata, duduk tegak, dan bahasa tubuh yang sesuai
f. Evaluasi dan dokumentasi
1. Format evaluasi
Kemampuan menyebutkan jati diri
A. Kemampuan verbal
Nama klien
3. Menyebutkan asal
4. Menyebutkan hobi
Jumlah
1. Kontak mata
2. Duduk tegak
Jumlah
A. Kesimpulan
Isolasi sosial merupakan kondisi kesendirian yang di alami oleh individu dan
diterima sebagai ketentuan orang lain sebagai suatu keadaan yang negative atau
mengancam (Towsent alih bahasa,Daulima,1998). Salah satu terapi yang digunakan
untuk mengatasi isolasi sosial adalah terapi aktivitas kelompok. Terapi aktivitas
kelompok merupakan suatu psikoterapi yang diberikan kepada sekelompok pasien
dilakukan dengan cara berdiskusi antar sesama pasien dan dipimpin atau diarahkan
oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih. TAK terbagi
menjadi dua yaitu TAK Stimulasi Persepsi dan TAK Sosialisasi. Terapi aktivitas
kelompok sosialisasi (TAKS) adalah upaya memfasilitasi kemampuan sosialisasi
sejumlah pasien dengan masalah hubungan social (Keliat & Prawirowiyono, 2014).
B. Saran
Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi ini berisi usaha yang dilakukan
seseorang untuk membantu orang lain melakukan sosialisasi dengan individu yang
ada disekitarnya yaitu kemampuan dalam melakukan interaksi sosial maupun
berperan dalam lingkungan sosial. Terapi ini bermanfaat untuk menurunkan perilaku
menarik diri. Diharapkan terapi aktivitas kelompok ini dapat membuat permainan
secara rutin untuk melatih sosialisasi dan di harapkan pasien yang mengalami
masalah sosial dapat mengikuti kegiatan tersebut untuk mengantisipasi seseorang
mengalami perilaku menarik diri.
DAFTAR PUSTAKA
Direja, A. H. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Efendi, S., Rahayuningsih Atih, & Muharyati , W. (2012). Pengaruh Pemberian Terapi
Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap Perubahan Perilaku Klien Isolasi Sosial.
Ners Jurnal Keperawatan.
Hastutiningtyas, W. R., & Setyabudi, I. (2016). Peran Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi
TAKS Terhadap Kemampuan Interaksi Sosial dan Masalah Isolasi Sosial Pasien
(Review Literatur). Jurnal Care.
Nurhalimah. (2016). Keperawatan Jiwa. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.
Saswati, N., & Sutinah. (2018). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap
Kemampuan Sosialisasi Klien Isolasi Sosial. Jurnal Endurance.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/jtptunimus-gdl-fitfakhuln-5414-2-babii.pdf