PENDAHULUAN
1
yang berada di tengah-tengah. Menurut Aristoteles, orang-orang kaya sekali
ditempatkan dalam lapisan atas oleh masyarakat, sedangkan orang-orang
melarat ditempatkan dalam lapisan bawah, dan orang-orang di tengah
ditempatkan dalam lapisan masyarakat menengah (Herdiyanto, 2005).
Pembedaan dan/atau pengelompokan kelompok sosial secara
bertingkat didasarkan pada adanya suatu simbol-simbol tertentu yang
dianggap berharga atau bernilai baik berharga atau bernilai secara sosial ,
ekonomi, politik, hukum, budaya maupun dimensi lainnya dalam suatu
kelompok sosial (komunitas). Dengan kata lain, selama dalam suatu
kelompok sosial (komunitas) ada sesuatu yang dianggap berharga atau
bernilai, dan dalam suatu kelompok sosial (komunitas) pasti ada sesuatu
yang dianggap berharga atau bernilai, maka selama itu pula akan ada
stratifikasi sosial dalam kelompok sosial (komunitas) tersebut (Singgih,
2014).
2
khususnya mahasiswa dapat mengerti definisi, bentuk-bentuk, sifat-sifat
dan fungsi dari stratifikasi sosial.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
2.2 Dasar Timbulnya Stratifikasi Sosial
5
pembedaan warga masyarakat berdasarkan penguasaan dan pemilikan
materi, pun merupakan suatu kenyataan sehari-hari (Moeis, 2008).
Hal ini juga disampaikan menurut Herdiyanto (2005), stratifikasi sosial
terjadi melalui proses sebagai berikut:
1. Terjadinya secara otomatis, karena faktor-faktor yang dibawa individu
sejak lahir. Misalnya, kepandaian, usia, jenis kelamin, keturunan, sifat
keaslian keanggotaan seseorang dalam masyarakat.
2. Terjadi dengan sengaja untuk tujuan bersama. Biasanya dilakukan
dalam pembagian kekuasaan dan wewenang yang resmi dalam
organisasi-organisasi formal, seperti: pemerintahan, partai politik,
perusahaan, perkumpulan, angkatan bersenjata.
6
adalah individu yang dianggap atau pernah berjasa besar dalam
masyarakat, orang atau orang-orang yang paling dihormati atau yang
disegani, ada dalam lapisan atas.
4. Ilmu Pengetahuan
Ukuran ini biasanya dipakai oleh masyarakat-masyarakat yang
menghargai ilmu pengetahuan. Akan tetapi ada kalanya ukuran tersebut
menyebabkan akibat-akibat yang negatif, oleh karena kemudian
ternyata bahwa bukan mutu ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran,
akan tetapi gelar kesarjanaannya.
Sedangkan menurut Herdiyanto (2005), kriteria atau ukuran yang
umumnya digunakan untuk mengelompokkan para anggota masyarakat ke
dalam suatu lapisan tertentu adalah sebagai berikut :
1. Kekayaan
Kekayaan atau sering juga disebut ukuran ekonomi. Orang yang
memiliki harta benda berlimpah (kaya) akan lebih dihargai dan
dihormati daripada orang yang miskin.
2. Kekuasaan
Kekuasaan dipengaruhi oleh kedudukan atau posisi seseorang
dalam masyarakat. Seorang yang memiliki kekuasaan dan wewenang
besar akan menempati lapisan sosial atas, sebaliknya orang yang tidak
mempunyai kekuasaan berada di lapisan bawah.
3. Keturunan
Ukuran keturunan terlepas dari ukuran kekayaan atau kekuasaan.
Keturunan yang dimaksud adalah keturunan berdasarkan golongan
kebangsawanan atau kehormatan. Kaum bangsawan akan menempati
lapisan atas seperti gelar Andi di masyarakat Bugis, Raden di
masyarakat Jawa, Tengku di masyarakat Aceh, dsb.
4. Kepandaian/penguasaan ilmu pengetahuan
Seseorang yang berpendidikan tinggi dan meraih gelar kesarjanaan
atau yang memiliki keahlian/profesional dipandang berkedudukan lebih
tinggi, jika dibandingkan orang berpendidikan rendah. Status seseorang
7
juga ditentukan dalam penguasaan pengetahuan lain, misalnya
pengetahuan agama, ketrampilan khusus, kesaktian, dsb.
8
3. Stratifikasi Sosial Campuran
Stratifikasi sosial campuran merupakan kombinasi antara
stratifikasi tertutup dan terbuka. Misalnya, seorang Bali berkasta
Brahmana mempunyai kedudukan terhormat di Bali, namun apabila ia
pindah ke Jakarta menjadi buruh, ia memperoleh kedudukan rendah.
Maka, ia harus menyesuaikan diri dengan aturan kelompok masyarakat
di Jakarta.
9
balik tersebut, kedudukan dan peranan individu mempunyai arti yang
penting, karena keberlangsungan hidup masyarakat tergantung daripada
keseimbangan kepentingan kepentingan individu-individu termaksud
(Moeis, 2008).
1. Kedudukan (Status)
Kadang-kadang dibedakan antara pengertian-pengertian
‘kedudukan’ (status), dengan ‘kedudukan sosial’ (social status);
kedudukan diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu
kelompok sosial, sehubungan dengan orang-orang lainnya dalam
kelompok tersebut atau tempat suatu kelompok sehubungan dengan
kelompok-kelompok lainnya di dalam kelompok yang lebih besar lagi.
Kedudukan sosial artinya adalah tempat seseorang secara umum dalam
masyarakatnya sehubungan dengan orang-orang lain, dalam arti
lingkungan pergaulannya, prestisenya, dan hak-hak serta kewajiban-
kewajibannya. Kedudukan, sebagaimana lazim dipergunakan,
mempunyai dua arti :
a. Secara abstrak, kedudukan berarti tempat seseorang dalam suatu
pola tertentu; dengan demikian seseorang dikatakan memiliki
beberapa kedudukan, oleh karena seseorang biasanya ikut serta
dalam berbagai pola-pola kehidupan.
b. Apabila dipisahkan dari individu yang memilikinya, kedudukan
hanya merupakan kumpulan hak-hak dan kewajiban-kewajiban
termaksud hanya dapat terlaksana melalui perantaraan individu-
individu, maka agak sukar untuk memisahkannya secara tegas dan
kaku.
Menurut Anonimous (2010), dalam masyarakat, sekurangnya ada
tiga macam kedudukan, yaitu :
1) Ascribed Status
Merupakan status yang diperoleh seseorang secara alamiah,
misalnya:
a) Status perbedaan usia (age stratification)
10
b) Stratifikasi berdasarkan jenis kelamin (gender) (sex
stratification)
c) Status yang didasarkan pada sistem kekerabatan
d) Stratifikasi berdasarkan kelahiran (born stratification)
e) Stratifikasi berdasarkan kelompok tertentu (grouping
stratification)
2) Achieved Status
Merupakan status seseorang yang disandangnya karena
diperoleh melalui perjuangan. Contoh model ini adalah:
a) Stratifikasi berdasarkan jenjang pendidikan (education
stratification)
b) Stratifikasi berdasarkan senioritas (seniority stratification)
c) Stratifikasi di bidang pekerjaan (job stratification)
d) Stratifikasi di bidang ekonomi (economic stratification)
3) Assigned Status
Yaitu status sosial yang diperoleh seseorang atau sekelompok
orang karena pemberian, akan tetapi dimasukkan ke dalam achieved
status.
2. Peranan (Role)
Peranan (role) merupakan aspek dinamis dari kedudukan, dimana
apabila seseorang melaksanakan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya
sesuai dengan kedudukannya maka orang itu telah menjalankan suatu
peran. Peranan dan kedudukan itu saling melengkapi, kedua-duanya
tidak dapat dipisahkan, oleh karena yang satu tergantung pada yang lain
dan demikian sebaliknya. Yang membedakan dari keduanya adalah
menyangkut proses, harus ada kedudukan terlebih dahulu baru
kemudian ada peranan, keadaan ini tidak bisa terbalik. Pentingnya
peranan adalah bahwa hal itu mengatur perikelakuan seseorang, dan
juga bahwa peranan menyebabkan seseorang pada batas-batas tertentu
dapat meramalkan perbuatan-perbuatan orang lain, sehingga dengan
demikian, orang yang bersangkutan akan dapat menyesuaikan
11
perikelakuan sendiri dengan perikelakuan orang-orang sekelompoknya
(Moeis, 2008).
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
14