Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn. A DENGAN MASALAH UTAMA


ISOLASI SOSIAL DI RAWAT INAP PANDU DEWANATA RSJD Dr. AMINO
GONDOHUTOMO SEMARANG PROVINDI JAWA TENGAH

Dosen Pembimbing : Sri Endang Windiarti, S. Kep., Ns.M.Kes

DI SUSUN OLEH:

Shalli Kurnia Dewi_ P1337420121331

Anisa Azahra_ P13374201213

Nihayah Biki Amalia_ P13374201213

Annas Setiya Jaya_P133742012133

PROGAM STUDI KEPERAWATAN PROGAM


DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN SEMARANG
JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG
2023
KATA PENGANTAR

Asalamualaikum Wr.Wb Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga makalah tentang Isolasi Sosial untuk mata kuliah Keperawatan
jiwa dapat terselesaikan dengan baik. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini ialah untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing kepada kami sebagai mahasiswa
program studi D-III Keprawatan Semarang Kelas Kendal.

Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik dari cara penulisan maupun isi
dari makalah ini, karenanya kami siap menerima baik kritik maupun saran dari dosen
pembimbing dan pembaca demi tercapainya kesempurnaan dalam pembuatan Hasil Makalah
berikutnya.

Kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini, kami
sampaikan penghargaan dan terima kasih. Semoga Tuhan yang Maha Esa senantiasa
melimpahkan berkat dan bimbingannya kepada kita semua.
Amin..Amin..Yarobal Al-Amin..
Terimakasih.. Wasalamualaikum Wr.Wb

Semarang,30 Okt 2023


BAB I

PENDAHULUAN

A. Definisi
Gangguan perubahan jiwa yaitu suatu pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya
gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada individu atau hambatan
dalam melaksanakan peran sosial. Individu yang sehat jiwa meliputi menyadari kemampuan
dirinya, mampu menghadapi stres kehidupan yang wajar, mampu bekerja produktif dan
memenuhi kebutuhan hidupnya, dapat berperan serta dalam lingkungan hidup, menerima
dengan baik apa yang ada pada dirinya dan merasa nyaman bersama dengan orang lain
(Keliat, 2021).
Keperawatan jiwa adalah pelayanan keperawatan profesional yang didasarkan pada ilmu
perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan respons
psikososial yang disebabkan oleh kepribadian yang gangguan maladaptif yang disebabkan
oleh gangguan bio–psiko-sosial, dengan menggunakan diri sendiri dan terapi keperawatan
jiwa (komunikasi terapeutik dan terapi modalitas keperawatan kesehatan jiwa) melalui
pendekatan proses keperawatan untuk meningkatkan, mencegah, mempertahankan dan
memulihkan masalah kesehatan klien (individu, keluarga, kelompok, kemunitas).
Riset Kesehatan Dasar (Kemenkes, 2014), menyebutkan terdapat 1 juta jiwa pasien
gangguan jiwa berat dan 19 juta pasien gangguan jiwa ringan diindonesia. Prevalensi
ganguan mental emosional seperti gangguan kecemasaan dan depresi tercatat sebesar 11,6 %
dari 150 juta populasi orang dewasa di Indonesia, berdasarkan data Departemen Kesehatan
(Depkes), ada 1,74 juta orang mengalami gangguan mental emosional, sedangkan 4% dari
jumlah tersebut terlambat berobat dan tidak tertangani akibat kurangnya layanan untuk
penyakit kejiwaan ini (Dalami, 2010).
Salah satu masalah keperawatan yang terjadi pada klien dengan gangguan jiwa
diantaranya adalah isolasi sosial atau menarik diri. Isolasi sosial menarik diri merupakan
keadaan ketika seseorang mengalami penurunan atau bahkan tidak mampu berinteraksi
dengan orang lain dan sekitarnya (Keliat et al, 2009). Menurut Dermawan & Rusdi
(2013)Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Klien
mungkin merasa di tolak, tidak di terima, kesepian dan tidak mampu membina hubungan
yang berarti dengan orang lain (Keliat, 2012).
Isolasi sosial adalah gangguan yang terjadi kepada seorang individu dimana mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi atau berhubungan dengan
orang lain. Individu tersebut merasa ditolak, tidak diterima, tidak disukai oleh orang lain dan
kehilangan hubungan akrab sehingga tidak mampu untuk berbagi rasa dan pikiran. Isolasi
sosial merupakan bentuk pertahanan diri seseorang terhadap orang lain maupun lingkungan
yang menyebabkan kecemasan pada diri sendiri dengan cara menarik diri secara fisik
maupun psikis. Menarik diri (regresi) adalah mekanisme perilaku seseorang yang apabila
menghadapi konflik frustrasi, ia menarik diri dari pergaulan dengan lingkungannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang definisi dari isolasi sosial?
2. Apa saja etiologi dari isolasi sosial?
3. Bagaimana manifestasi klinis dari isolasi sosial?
4. Apa akibat dari isolasi sosial?
5. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien isolasi sosial?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien isolasi sosial?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari isolasi sosial
2. Untuk mengetahui etiologi dari isolasi sosial
3. Untuk bisa menjabarkan manifestasi klinis dari isolasi sosial
4. Untuk mengetahui akibat dari isolasi sosial
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan isolasi sosial
6. Untuk mengetahui asuhan keprawatan pada isolasi sosial
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu mengalami penurunan atau


bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Klien
mungkin merasa ditolak, tidak terima, kesepian dan tidak mampu membina hubungan
yang berarti dengan orang lain. Isolasi sosial merupakan upaya klien untuk menghindari
interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain maupun
komunukasi dengan orang lain. (Deden dan Rusdi, 2013).

Isolasi sosial merupakan upaya menghindari komunikasi dengan orang lain


karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk
berbagi rasa, pikiran, dan kegagalan. Klien mengalami kesulitan dalam berhubungan
secara spontan dengan orang lain yang dimanifestasikan dengan mengisolasi diri, tidak
ada perhatian dan tidak sanggup berbagi pengalaman. Keadaan pasien yang mengalami
ketidakmampuan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain atau dengan
lingkungan di sekitarnya secara wajar dan hidup dalam khayalan sendiri yang tidak
realistis (Erlinafsiah,2010).
Setelah individu memiliki potensi untuk terlibat dalam hubungan sosial, pada
berbagai tingkat hubungan, yaitu hubungan intim yang biasa hingga ketergantungan.
Keintiman pada tingkat ketergantungan, dibutuhkan individu dalam menghadapi dan
mengatasi kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari. Individu tidak mampu memenuhi
kebutuhannya tanpa adanya hubungan dengan lingkungan sosial.
B. Etiologi
a. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi penyebab isolasi sosial meliputi faktor perkembangan, faktor
biologis dan faktor sosiokultural. Berikut ini merupakan penjelasan dari faktor
predisposisi :
1) Faktor Perkembangan
Tempat pertama yang memberikan pengalaman bagi individu dalam menjalin
hubungan dalam orang lain adalah keluarga. Kurangnya stimulasi maupun kasih
sayang dari ibu atau pengasuh pada bayi akan memberikan rasa tidak nyaman
yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya diri.
2) Faktor Komunikasi dalam Keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung terjadinya
gangguan dalam hubungan sosial. Dalam teori ini yang termasuk masalah dalam
berkomunikasi sehingga menimbulkan ketidakjelasan yaitu suatu keadaan dimana
seorang anggota keluarga menerima pesan yang saling bertentangan
dalam waktu bersamaan atau ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang
menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan diluar keluarga.
3) Faktor Sosial Budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial merupakan suatu
faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Gangguan ini
juga bisa disebabkan oleh adanya norma-norma yang salah dianut oleh keluarga,
dimana setiap anggota yang tidak produktif yang diasingkan dari lingkungan
sosialnya. Selain itu, norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap oranng
lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif.
4) Faktor biologis
Faktor genetik dapat menunjang terhadap respons sosial maladaptif. Genetik
merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Insiden tertinggi
skizofrenia, misalnya ditemukan pada keluarga dengan riwayat anggota keluarga
yang menderita skizofrenia. Selain itu, kelainan pada struktur otak seperti atropi,
pembesaran ventrikel, penurunaan berat dan volume otak serta perubahan struktur
limbik, diduga dapat menyebabkan skizofrenia.
b. Faktor Presitipasi
1) Faktor Eksternal
Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress yang ditimbulkan oleh
faktor sosial budaya yaitu keluarga.
2) Faktor internal
Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress terjadi akibat ansietas atau
kecemasan yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan
kemampuan individu untuk mengatasinya (Direja,2011).
3) Perilaku
Perilaku pada klien gangguan sosial menarik diri yaitu : kurang sopan, apatis,
sedih, afek tumpul, kurang perawatan diri, komunikasi verbal turun, menyendiri,
kurang peka terhadap lingkungan, kurang energi, harga diri rendah dan sikap tidur
seperti janin saat tidur. Sedangkan perilaku pada gangguan sosial curiga meliputi :
tidak mempercayai orang lain, sikap bermusuhan, mengisolasi diri dari
lingkungan, harga diri rendah, dan sangat tergantung pada orang lain
(Riyadi,2009).
4) Rentang Respon
Rentang respon menurut (Prabowo, 2014) pada klien dengan isolasi sosial sebagai
berikut :

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Menyendiri Kesepian Manipulasi

Otonomi Menarik diri Implusif

kebersamaa Ketergantungan Narsisme


n

Independe
n
(sumber : Stuart, 2013)
Keterangan :
a) Respon Adaptif
Respon adaptif adalah respons individu menyelesaikan suatu hal dengan cara
yang dapat diterima oleh norma-norma masyarakat. Respon ini meliputi :
1) Menyendiri (Solitude)
Respon yang dilakukan individu dalam merenungkan hal yang telah
terjadi atau dilakukan dengan tujuan mengevaluasi diri untuk kemudian
menentukan rencana- rencana.
2) Otonomi
Kemampuan individu menentukan dan menyampaikan ide pikiran, dan
perasaan dalam hubungan sosial. Individu mampu menetapkan diri untuk
interdependen dan pengaturan diri.
3) Kebersamaan (Mutualisme)
Kondisi hubungan interpersonal dimana individu mampu untuk saling
memberi dan menerima.
4) Saling ketergantung (Interdependen)
Suatu hubungan saling tergantung antar individu dengan orang lain dalam
membina hubungan interpersonal.

b) Respon Maladaptif
Respon Maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah
dengan cara yang bertentangan dengan norma agama dan masyarakat. Respon
maladaptif tersebut antara lain :
1) Manipulasi
Gangguan sosial yang menyebabkan individu memperlakukan sebagai
objek, dimana hubungan terpusat pada pengendalian masalah orang lain
dan individu cenderung berorientasi pada diri sendiri. Sikap mengontrol
digunakan sebagai pertahanan terhadap kegagalan atau frustasi dan
dapat digunakan sebagai alat berkuasa atas orang lain.
2) Implusif
Respon sosial yang ditandai dengan individu sebagai subjek yang tidak
dapat diduga, tidak dapat dipercaya, tidak mampu merencanakan, tidak
mampu untuk belajar dari pengalaman dan tidak dapat melakukan
penilaian secara objektif.
3) Narsisme

Respon sosial ditandai dengan individu memiliki tigkah laku egosentris,


harga diri rapuh, berusaha mendapatkan penghargaan dan mudah marah
jika tidak mendapat dukungan dari orang lain.

C. Manifestasi Klinis
Menurut Yosep (2019) tanda dan gejala klien isolasi sosial bisa dilihat dari
dua cara yaitu secara objektif dan subjektif. Berikut ini tanda dan gejala klien dengan
isolasi sosial:
a. Gejala subjektif
1. Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain.
2. Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain.
3. Respons verbal kurang dan sangat singkat.
4. Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain.
5. Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu.
6. Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan.
7. Klien merasa tidak berguna.
b. Gejala objektif
1. Klienbanyak diam dan tidak mau bicara.
2. Tidak mengikuti kegiatan.
3. Klien berdiam diri di kamar.

4. Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat.
5. Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal.
6. Kontak mata kurang.
7. Kurang spontan.
8. Apatis
9. Ekspresi wajah kurang berseri.
10. Mengisolasi diri
11. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitar.
12. Aktivitas menurun.
Perilaku ini biasanya disebabkan karena seseorang menilai dirinya rendah,
segera timbul perasaan malu untuk berinteraksi dengan orang lain. Bila tidak dilakukan
intervensi lebih lanjut, maka akan menyebabkan perubahan persepsi sensori: halusinasi
dan resiko mencederai diri, orang lain, bahkan lingkungan (Herman Ade, 2011).
D. Akibat Isolasi Sosial
a. Gangguan sensori persepsi : halusinasi b.
b. Risiko perilaku kekerasan (pada diri sendiri, orang lain, lingkungan dan verbal)
c. Defisit perawatan diri
E. Penatalaksanaan
1. Terapi Psikofarmaka
a. Chlorpromazine
Mengatasi sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai realitas,
kesadaran diri terganggu, daya ingat norma sosial dan tilik diri terganggu, berdaya berat
dalam fungsi-fungsi mental: faham, halusinasi. Gangguan perasaan dan perilaku yang
aneh atau tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari, tidak
mampu bekerja, berhubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin. Mempunyai efek
samping gangguan otonomi (hypotensi) antikolinergik/parasimpatik, mulut kering,
kesulitan dalam miksi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi,
gangguan irama jantung. Gangguan ekstra pyramidal (distonia akut, akathsia sindrom
parkinson). Gangguan endoktrin (amenorhe). Metabolic (Soundiee). Hematologik,
agranulosis. Biasanya untuk pemakaian jangka panjang. Kontraindikasi terhadap penyakit
hati, penyakit darah, epilepsy, kelainan jantung (Andrey, 2010).
b. Haloperidol (HLP)
Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi mental serta
dalam fungsi kehidupan sehari-hari. Memiliki efek samping seperti gangguan
miksi dan parasimpatik, defeksi, hidung tersumbat mata kabur , tekanan infra
meninggi, gangguan irama jantung. Kontraindikasi terhadap penyakit hati,
penyakit darah, epilepsy, kelainan jantung (Andrey, 2010).
c. Trihexyphenidil (THP)
Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pasca ensepalitis dan idiopatik,
sindrom Parkinson akibat obat misalnya reserpina dan fenotiazine. Memiliki efek
samping diantaranya mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual, muntah,
bingung, agitasi, konstipasi, takikardia, dilatasi, ginjal, retensi urine.
Kontraindikasi terhadap hypersensitive Trihexyphenidil (THP), glaukoma sudut
sempit, psikosis berat psikoneurosis (Andrey, 2010).
2. Terapi Individu
Terapi individu pada pasien dengan masalah isolasi sosial dapat diberikan strategi
pertemuan (SP) yang terdiri dari tiga SP dengan masing-masing strategi pertemuan
yang berbeda-beda. Pada SP satu, perawat mengidentifikasi penyebab isolasi social,
berdiskusi dengan pasien mengenai keuntungan dan kerugian apabila berinteraksi dan
tidak berinteraksi dengan orang lain, mengajarkan cara berkenalan, dan memasukkan
kegiatan latihan berbiincang-bincang dengan orang lain ke dalam kegiatan harian.
Pada SP dua, perawat mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, memberi
kesempatan pada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang, dan
membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain
sebagai salah satu kegiatan harian. Pada SP tiga, perawat mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien, memberi kesempatan untuk berkenalan dengan dua orang atau
lebih dan menganjurkan pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan hariannya
(Purba, dkk. 2008)
3. Terapi kelompok
Menurut (Purba, 2009), aktivitas pasien yang mengalami ketidakmampuan
bersosialisasi secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:
a. Activity Daily Living (ADL)
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan
sehari-hari yang meliputi:
1) Bangun tidur, yaitu semua tingkah laku/perbuatan pasien sewaktu bangun
tidur.
2) Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK), yaitu semua bentuk
tingkah laku/perbuatan yang berhubungan dengan BAB dan BAK.
3) Waktu mandi, yaitu tingkah laku sewaktu akan mandi, dalam kegiatan mandi
dan sesudah mandi.
4) Ganti pakaian, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan keperluan
berganti pakaian.
5) Makan dan minum, yaitu tingkah laku yang dilakukan pada waktu, sedang dan
setelah makan dan minum.
6) Menjaga kebersihan diri, yaitu perbuatan yang berhubungan dengan
kebutuhan kebersihan diri, baik yang berhubungan dengan kebersihan
pakaian, badan, rambut, kuku dan lain-lain.
7) Menjaga keselamatan diri, yaitu sejauhmana pasien mengerti dan dapat
menjaga keselamatan dirinya sendiri, seperti, tidak menggunakan/menaruh
benda tajam sembarangan, tidak merokok sambil tiduran, memanjat ditempat
yang berbahaya tanpa tujuan yang positif.
8) Pergi tidur, yaitu perbuatan yang mengiringi seorang pasien untuk pergi tidur.
Pada pasien gangguan jiwa tingkah laku pergi tidur ini perlu diperhatikan
karena sering merupakan gejala primer yang muncul padagangguan jiwa.
Dalam hal ini yang dinilai bukan gejala insomnia (gangguan tidur) tetapi
bagaimana pasien mau mengawali tidurnya.
b. Tingkah laku sosial
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan kebutuhan sosial pasien
dalam kehidupan bermasyarakat yang meliputi:
1) Kontak sosial terhadap teman, yaitu tingkah laku pasien untuk melakukan
hubungan sosial dengan sesama pasien, misalnya menegur kawannya,
berbicara dengan kawannya dan sebagainya.
2) Kontak sosial terhadap petugas, yaitu tingkah laku pasien untuk melakukan
hubungan sosial dengan petugas seperti tegur sapa, menjawab pertanyaan
waktu ditanya, bertanya jika ada kesulitan dan sebagainya.
3) Kontak mata waktu berbicara, yaitu sikap pasien sewaktu berbicara dengan
orang lain seperti memperhatikan dan saling menatap sebagai tanda adanya
kesungguhan dalam berkomunikasi.
4) Bergaul, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan kemampuan bergaul
dengan orang lain secara kelompok (lebih dari dua orang).
5) Mematuhi tata tertib, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan ketertiban
yang harus dipatuhi dalam perawatan rumah sakit.
6) Sopan santun, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan tata krama atau
sopan santun terhadap kawannya dan petugas maupun orang lain.
7) Menjaga kebersihan lingkungan, yaitu tingkah laku pasien yang bersifat
mengendalikan diri untuk tidak mengotori lingkungannya, seperti tidak
meludah sembarangan, tidak membuang puntung rokok sembarangan dan
sebagainya.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn. A DENGAN MASALAH UTAMA


ISOLASI SOSIAL DI RAWAT INAP PANDU DEWANATA RSJD Dr. AMINO
GONDOHUTOMO SEMARANG

A. PENGKAJIAN
Pengkkajian dilaksanakan pada tanggal 24 oktober jam 11.00 WIB di Ruang Rawat Inap
Pandu Dewanata
1. Identitas
a. Klien
1) Nama : Tn. A
2) Umur : 21 Tahun
3) Jenis Kelamin : Laki- laki
4) Alamat : Pedurungan, Semarang
5) Agama : Islam
6) Suku : Jawa
7) Pendidikan : SMK
8) Pekerjaan : Pelajar
9) Status : Belum Menikah
10) Tanggal Masuk : 10 Oktober 2023
11) Tanggal Pengkajian : 24 Oktober 2023
12) Ruang Rawat : Rawat Inap Pandu Dewanata
13) No RM : 0016xxx
14) Dx Medis : Undifferentiated Schizophrenia
b. Penanggung Jawab
1) Nama : Ny. S
2) Alamat : Pedurungan, Semarang
3) Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
4) Hubungan : Orang Tua Pasien
2. Alasan Masuk

Pasien dibawa ke RSJD Dr Amino Gondohutomo pada 10 oktober 2023


karena keluarga klien mengeluh bahwa pasien enggan untuk berinteraksi dengan
orang lain dan sulit diajak berbicara, klien juga mengatakan bahwa malu untuk
bertemu dengan orang lain, klien mengatakan jarang keluar rumah dan enggan
berkenalan dengan orang baru.

3. Faktor Predisposisi
a. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu
Pasien sudah pernah satu kali rawat inap di RSJD Dr Amino Gondohutomo
pada tahun 2019.
b. Pengobatan sebelumnya
Kurang berhasil
c. Trauma
Pasien belum pernah mengalami trauma ,baik aniaya fisik, aniaya seksual,
penolakan, tindakan kriminal dan lain-lain.
d. Anggota keluarga lain yang mengalami gangguan jiwa
Pasien mengatakan bahwa di keluarganya tidak ada yang mengalami
gangguan jiwa
e. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Pasien mengatakan bahwa dirinya tidak mempunyai pengalaman yang tidak
menyenangkan.
4. Pemeriksaan Fisik (Head To Toe)
a. Keadaan Umum
Kesadaran composmentis E= 4 V=5 M=6

b. Tanda Vital
1) TD : 125/106 mmHg
2) N : 118 x/menit
3) S : 35.5O C
4) P : 20 x/ menit
5) SPO2: 98%
c. Antropometri
1) BB : 65 Kg
2) TB : 165 cm
d. Keluhan Fisik
O: Pasien terlihat sehat dan tidak punya penyakit fisik
S : Pasien mengatakan tidak ada keluhan fisik,pasien juga tidak punya
penyakit fisik.

5. Pengkajian Psikososial
a. Genogram
Keterangan:

: Laki- laki

: Perempuan
: Pasien

: Tinggal serumah

Keterangan:
- Pasien adalah anak ke 1 dari 2 bersaudara
- Pasien tinggal bersama orang tua dan adik
- Pengambil keputusan dalam keluarga adalah orang tua pasien
- Menurut ibu, pasien adalah orang yang cukup tertutup dan hanya mau
bercerita dengan orang yang benar- benar dekat dengan pasien jika ada
permasalahan yang sedang dihadapinya
- Kebutuhan ekonomi keluarga ditanggung oleh orang tua pasien.
b. Konsep Diri
1) Gambaran diri
Pasien mengatakan menyukai semua anggota tubuhnya,tidak ada bagian
tubuh yang tidak disukai pasien.
2) Identitas diri
Pasien dapat menyebutkan nama, alamat tempat tinggal dan usianya
dengan benar. Jenis kelamin pasienlaki-laki. Pasien belum menikah dan
belum bekerja.
3) Peran diri
Pasien mengetahui bahwa perannya dalam keluarga sebagai seorang anak
dan kakak. Pasien mengatakan anak ke 1 dari 2 bersaudara, pasien belum
bekerja, aktivitas sehari- hari pasien hanya dirumah, Pasien sering
menyendiri dan saat dikaji pasien nampak bingung saat menjawab
pertanyaan.
4) Ideal diri
Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan ingin segera pulang ke rumah
berkumpul dengan keluarga.
5) Harga diri
Pasien mengatakan merasa minder dengan kondisinya yang dianggap gila
oleh keluarga dan teman. Pasien merasa khawatir setelah pulang dari RSJ
nanti tidak bisa terus berkumpul dan diterima oleh lingkungan
pertemanannya.
c. Hubungan Sosial
Pasien mengatakan orang yang berarti saat ini adalah orang tuanya. Pasien
mengatakan saat di rumah lebih banyak di dalam rumah, kadang kadang
bergaul dengan tetangga dan teman. Ketika di rumah, pasien kadang
melamun, mengurung diri dan jarang aktif di masyarakat. Selama di rumah
sakit, pasien lebih banyak pasif dan diam, namun ketika diajak berbicara
mampu menjawab dan bercerita.
d. Nilai, Keyakinan, dan Spiritual
1) Nilai dan keyakinan
Pasien mengatakan beragama islam
2) Kegiatan ibadah
Pasien mengatakan saat di rumah kadang melaksanakan shalat. Selama
dirawat di rumah sakit, pasien jarang melakukan sholat 5 waktu.
6. Status Mental
a. Penampilan Umum
Penampilan pasien cukup rapi, rambut tampak cukup rapi,cara
berpakaiannya sudah sesuai memakai baju rumah sakit dan pasien mampu
melakukan ADL mandiri, dengan dimotivasi oleh perawat.
b. Pembicaraan
Saat dilakukan pengkajian, pasien dapat menjawab pertanyaan perawat,
cara bicara pasien jelas namun terkadang bicaranya pelan. Bisa
mempertahankan kontak mata saat diajak bercakap-cakap. Pasien dapat
berbicara dengan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia.
c. Aktivitas Motorik
Pasien mampu melakukan kegiatan aktivitas sehari-hari secara mandiri
tanpa bantuan dari orang lain seperti berjalan, mandi, makan, berpakaian,
dan lain lain. Pasien tidak tampak melakukan gerakan motorik yang tidak
wajar.
d. Afek
1) Afek
Afek pasien tampak datar, Pasien bereaksi dengan baik untuk
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh perawat. Ketika diajak
berkomunikasi mau menjawab sesuai pertanyan yang diberikan. Emosi
pasien
2) Alam Perasaaan
Pasien tampak putus asa dan kurang bersemangat.
e. Interaksi Selama Wawancara
Pasien kooperatif selama wawancara tetapi pasien kurang bisa
mempertahankan kontak mata dengan lawan bicaranya.
f. Persepsi sensori
Pasien mengatakan saat dikaji tidak mengalami gangguan persepsi sensori
halusinasi dan ilusi.
g. Proses pikir
Pembicaraan pasien dapat dimengerti perawat. Pembicaraan sering
diulang-ulang namun selama berinteraksi dengan perawat pasien bisa
memberikan umpan balik yang positif.
h. Isi pikir
Pasien tidak ada waham, pasien tidak memiliki phobia. Pasien tidak
mempunyai pikiran di luar kemampuan dirinya.
i. Tingkat kesadaran dan orientasi
Tingkat kesadaran pasien komposmentis atau sadar penuh. Pasien tidak
mengalami disorientasi waktu, tempat dan orang yang dibuktikan dengan
pasien dapat menjawab siapa namanya dan perawat yang mengajak
berkomunikasi, sekarang bulan apa, dan saat ini pasien berada di mana.
j. Memori
1) Daya ingat jangka panjang
Daya ingat jangka panjang pasien cukup baik, pasien mampu
menceritakan hal-hal yang ia lakukan sebelum masuk rumah sakit.
2) Daya ingat jangka pendek
Memori jangka pendek pasien juga masih bagus saat menceritakan
awal mulanya pasien dibawa ke rumah sakit.
3) Daya ingat saat ini
Daya ingat jangka pendek pasien baik, pasien mampu menyebutkan
menu makanan yang telah dimakan, pasien mampu menjawab kalau ia
mampu tidur dengan nyenyak. Pasien juga mampu mengingat kalau pasien
setelah makan pagi sudah minum obat.
k. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Pasien mampu konsentrasi dan cukup fokus saat wawancara. Pasien dapat
menebak warna dengan benar, berhitung sederhana dengan baik dibuktikan
dengan pasien bisa menghitung mundur dari hitungan 10 sampai 1, melakukan
penjumlahan dan pengurangan.
l. Kemampuan penilaian
Pasien mampu mengambil keputusan yang sederhana seperti ingin tidur,
ingin makan dulu atau minum dulu. Pasien memutuskan untuk makan terlebih
dahulu setelah itu minum dan tidur.
m. Daya titik diri
Pasien menyadari dirinya berada di Rumah Sakit Jiwa, Pasien menyadari
sakit yang dialaminya.
7. Kebutuhan Persiapan Pulang
a. Makan
Pasien mampu makan dan minum secara mandiri, Pasien makan 3x sehari.
Pasien mampu menggunakan alat makan dengan benar dan makan tidak
berceceran di mulut. Pasien mampu menghabiskan porsi makan yang
diberikan dan membereskan alat makan pada tempatnya.
b. Defekasi/ berkemih
Pasien mampu memenuhi kebutuhan BAB dan BAK secara mandiri.
Pasien BAB dan BAK di kamar mandi. Pasien juga mampu membersihkan
diri dan merapikan pakaian secara mandiri
c. Mandi
Pasien mandi 2x/hari dan terkadang 1x/ hari saat pasien malas, keramas 3
hari sekali, dan gosok gigi 1x sehari. Pasien.mampu mandi secara mandiri.
d. Berpakaian
Pasien mampu mengenakan pakaian sendiri dengan rapi, menyisir dan
merapikan rambut. Pasien berganti pakaian 2x sehari atau sesudah mandi
menggunakan pakaian seragam dari RSJ.
e. Istirahat dan Tidur
Ketika di rumah, pasien bisa tidur dengan nyenyak 7-8 jam sehari. Saat di
rumah sakit, pasien dapat tidur 6-7 jam sehari dengan bantuan obat yang
diberikan dan diawasi oleh perawat. Sebelum tidur pasien mencuci kaki.
Pasien kadang beberapa kali terbangun saat tidur malam. Saat siang hari,
pasien kadang tidur selama 1-2 jam. Saat malam, Pasien tidur dari jam 20.00
WIB sampai jam 04.00 WIB. Sesudah bangun tidur biasanya pasien mandi
atau hanya cuci muka.
f. Penggunaan obat
Pasien minum obat teratur dengan bantuan perawat sesuai dosis yang
diberikan melalui oral ada yang 1x/ hari, 2x/ hari dan 3x/hari.
g. Pemeliharaan Kesehatan
Motivasi,bantu dan pastikan pasien untuk rutin minum obat secara teratur,
kontrol rutin ke fasilitas kesehatan seperti rumah sakit atau puskesmas. Jika
pasien mengalami kekambuhan, seperti mengurung diri,dan sulit diajak
berbicara sgera bawa ke RSJ atau hubungi tenaga kesehatan terdekat.
h. Aktivitas di dalam rumah
Pasien mampu melakukan kegiatan di rumah secara mandiri seperti
makan, minum, dan mandi 2x sehari, pasien juga suka menonton televisi.
i. Aktivitas di luar rumah
Pasien mengatakan jarang keluar rumah
j. Kemampuan klien dalam mengambil keputusan
1) Klien menganbil keputusan berdasarkan keinginan sendiri
2) Klien rajin meminum obat
3) Klien rajin kontrol ke rumah sakit
k. Apakah klien menikmati saat bekerja, kegiatan produktif atau hoby?
Klien menikmati saat melakukan hobynya seperti menggambar dan
memancing, karena saat melakukan itu pasien merasa lingkungannya tenang
dan tidak berisik.
8. Mekanisme Koping

Adaptif Mal Adaptif


√ Bicara dengan orang lain Minum alcohol
Mampu menyelesaikan √ Reaksi lambat/ berlebih
masalah
Teknik relaksasi Bekerja berlebihan
Olahraga √ Menghindar
Lain- lain Mencederai diri

Klien mampu berbicara dengan orang lain sesuai mood/ perasaaan klien dan
klien kurang mampu mengawali pembicaraan. Saat diajak berbicara terkadang
reaksi klien untuk menjawab lambat dan terkadang menghindar.

9. Aspek Medis
a. Diagnosa Medis : Undifferentiated Schizophrenia
b. Terapi yang diberikan
1) Quetvell : 1 x 200 mg
2) Depakote : 1 x 250 mg
3) New Antides :3x1
4) Buscopan :2x1
5) Zinc : 1 x1
6) Injeksi Metronidazol : 3 x 500 mg
7) Infus Ringer Laktat : 20 tpm
8) ECT : 2 x seminggu

PROBLEM LIST

No Tanggal dan Data Masalah


Jam temuan Keperawatan
masalah
1. 24 Oktober DS: Isolasi Sosial:
2023 - Pasien Menarik Diri
Jam 11.00 WIB mengatakan lebih
senang dirumah
dan berdiam diri
- Pasien
mengatakan lebih
nyaman sendiri
- Pasien
mengatakan
enggan berkenalan
dengan orang baru
- Pasien
mengatakan tidak
suka mengobrol
dengan orang lain.
- Pasien tidak
mengikuti
kegiatan kelopok
atau masyarakat.
DO:
- Pasien tampak
menyendiri dan
jarang berbicara
- Pasien tampak
sedih dan afek
tumpul
- Pasien
menghindari
tatapan sehingga
kontak mata
kurang saaat
diajak berbicara
- Pasien lambat
dalam menjawab
pertanyaan
- Pasien belum
mengenal semua
teman saat di RSJ
2. 24 Oktober DS: Resiko perubahan
persepsi sensori :
2023 - Keluarga pasien
Halusinasi
Jam 11.15 WIB mengatakan
bahwa pasien
sering berbicara
sendiri saat
dirumah
- Pasien
mengatakan
halusinasi sudah
hilang saat sudah
dirawat di RSJ
- Pasien
mengatakan sering
melamun
- Pasien tidak ingin
terbuka tentang
halusinasi yang ia
rasakan
DO:
- Pasien terlihat
menyendiri
- Pasien tampak
bingung
- Pasien kadang
diam, nampak
melamun,
pandangan kosong
dan mondar-
mandir
3. 24 Oktober DS: Gangguan Konsep
Diri : Harga Diri
2023 - Pasien
Rendah
Jam 11.30 WIB mengatakan
kurang percaya
diri
- Pasien
mengatakan hanya
dekat dengan
neneknya
- Pasien merasa
khawatir setelah
pulang dari RSJ
tidak diterima
lingkungannya
DO:
- Pasien tampak
bingung, kadang
melamun dan
pasif atau banyak
diam jika tidak
diajak bicara

B. DAFTAR MASALAH
1. Pohon Masalah

Resiko perubahan persepsi sensori :


Halusinasi Effect

Isolasi Sosial : Menarik Diri


Core Problem

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri


Rendah Cause
2. Diagnosis Keperawatan
Prioritas masalah dari diagnosis keperawatan yang diambil yaitu:
a. Isolasi Sosial (D.0121)

C. RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnos Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi TTD


a Tujuan Kriteria hasil
1. Isolasi TUM: Setelah dilakukan Bina hubungan saling Shalli
Sosial Klien dapat
tindakan perawatan percaya dengan
(D.0121) berinteraksi
dengan orang lain selama 4x pertemuan, menggunakan prinsip
diharapkan klien: komunikasi terapeutik SP 1
TUK I:
Setelah dilakukan  Klien dapat  Mengidentifikasi
1 kali pertemuan
menyebutkan penyebab isolasi
klien dapat:
 Membina penyebab social
hubungan
isolasi sosial  Berdiskusi
saling
percaya  Klien mampu dengan pasien
dan
menyebutkan tentang
penyebab
isolasi keuntungan keuntungan
sosial
dan kerugian berinteraksi
 Mampu
berkenalan berhubungan dengan orang lain
dengan
dengan orang  Berinteraksi
satu orang
lain dengan pasien
 Klien dapat tentang kerugian
berkenalan tidak berinteraksi
dengan 1 dengan orang lain
orang dan  Mengajarkan cara
perasaan berkenalan
setelah dengan 1 orang
berhubungan dan pasien
dengan orang mempraktikannya
lain

2.
TUK 2 Setelah dilakukan  Evaluasi dan Shalli
Setelah 2 kali
Tindakan validasi SP 1
pertemuan klien
mampu keperawatan selama  Lakukan SP 2:
berkenalan
4x pertemuan Berkenalan
dengan 2 orang
diharapkan: dengan 2 orang
 Mampu seperti pasien
mempraktikan yang lain atau
cara perawat
berkenalan  Bimbingan pasien
dengan orang memasukan
lain kegiatan
 Mampu berbincang-
berkenalan bincang ke dalam
dengan 2 aktivitas harian
orang
3. TUK 3 Setelah dilakukan  Evaluasi dan Shalli
Setelah 3 kali
Tindakan memvalidasi SP 2
pertemuan klien
mampu keperawatan selama Lakukan SP 3:
berkenalan
4x pertemuan Memberikan
dengan lebih dari
2 orang atau diharapkan: kesempatan untuk
dalam aktivitas
 Mampu berkenalan dengan
kelompok
berkenalan lebih dari 2 orang
dengan lebih atau dalam suatu
dari 2 orang kegiatan kelompok
atau dalam Mengajukan pasien
suatu memasukan kedalam
kelompok jadwal harian
kegiatan harian
TUK 4 Setelah dilakukan  Evaluasi dan Shalli
4. Setelah 4 kali
Tindakan memvalidasi SP 3
pertemuan, klien
mampu meminum keperawatan selama Lakukan SP 4: Melatih
obat secara teratur
4x pertemuan 5 benar (Benar
diharapkan: pasien, benar obat,
 Klien benar dosis, benar
menyebutkakn cara, dan benar
siapa saja waktu)
teman Awasi klien untuk
barunya meminum obat
 Menyebutkan
kapan dan oba
tapa saja yang
harus
diminum
D. CATATAN KEPERAWATAN/ IMPLEMENTASI/ NURSING NOTE
No Tanggal/ Diagnosa Implementasi Respon TTD
Jam
1. Selasa, Isolasi a. TUK I: S: Shalli
24 Okrober Sosial Membina hubungan a. Klien
2023 (D.0121) saling percaya dan mengatakan
penyebab isolasi merasa ingin
Pukul sosial sendirian
12.00WIB Mampu berkenalan b. Klien
dengan satu orang mengatakan jika
sebelumnya
b. Melakukan SP 1
pernah dirawat
1) Membina di rumah sakit
hubungan saling jiwa
percaya dan c. Klien
penyebab isolasi mengatakan
sosial merasa malu
2) Mampu saat banyak
berkenalan orang
dengan satu d. Klien
orang mengatakan
3) Mengidentifikasi merasa tidak
penyebab isolasi aman ditempat
social umum
4) Mendiskusikan O:
dengan pasien a. Klien menarik
tentang diri
keuntungan b. Tidak
berinteraksi berminat
dengan orang lain interaksi
5) Berinteraksi dengan orang
dengan pasien lain
tentang kerugian c. Tidak ada
tidak berinteraksi kontak mata
dengan orang lain d. Afek datar
6) Mengajarkan cara
berkenalan
dengan 1 orang
dan pasien
mempraktikannya

2. Rabu, 25 Isolasi a. TUK 2: S: Shalli


Oktober Sosial Mampu berkenalan a. Klien
2023 (D.0121) dengan 2 orang mengatakan
bersedia
Pukul b. Melakukan SP 2 untuk
08.00 WIB 1) Berkenalan berkenalan
dengan 2 orang dengan orag
seperti pasien lain
yang lain atau b. Klien
perawat mengatakan
2) Bimbingan masih
pasien mengingat
memasukan perkenalan
kegiatan yang
berbincang- sebelumnya
bincang ke dalam c. Klien
aktivitas harian mengatakan
bersedia
untuk
berbincang-
bincang dilain
waktu
O:
a. Klien tampak
mau
berinteraksi
dengan orang
lain
b. Nada bicara
pelan
c. Postur tubuh
kaku
d. Kontak mata
kurang
3. Kamis, 26 Isolasi a. TUK 3 S: Shalli
Oktober Sosial Mampu berkenalan a. Klien
2023 (D.0121) dengan lebih dari 2 mengatakan
orang atau dalam sudah bisa
Pukul aktivitas kelompok berinteraksi
14.20 WIB b. Melakukan SP 3 dengan
1) Memberikan keluarga dan
orang lain
kesempatan untuk
b. Klien
berkenalan dengan mengatakan
sudah tau
lebih dari 2 orang
keuntungan
atau dalam suatu berinteraksi
O:
kegiatan kelompok
a. Klien tampak
2) Mengajukan berkumpul
dan bercakap
pasien memasukan
cakap dengan
kedalam jadwal teman yang
lain
harian kegiatan
b. Ada kontak
harian mata dengan
lawan bicara
4. Jumat, 27 Isolasi a. TUK 4 S: Shalli
Oktober Sosial Mampu meminum a. Klien
2023 (D.0121) obat secara teratur mengatakan
Pukul b. Melakukan SP 4 mengerti
14.30 WIB 1) Melatih 5 benar mengenai
yang
(Benar pasien,
diajarkan
benar obat, benar b. Klien
mengatakan
dosis, benar cara,
selalu
dan benar waktu) meminum
obat tepat
2) Awasi klien untuk
waktu
meminum obat O:
a. Klien tampak
rileks
b. Klien
berkonsentrasi
c. Ada kontak
mata
d. Klien tampak
tenang
E. CATATAN PERKEMBANGAN/ EVALUASI
No Tanggal/ Jam Diagnosis Evaluasi
1. Selasa, 24 Isolasi Sosial (D.0121) S:
Oktober 2023 a. Klien mengatakan merasa
Pukul ingin sendirian
12.30WIB b. Klien mengatakan jika
sebelumnya pernah dirawat
di rumah sakit jiwa
c. Klien mengatakan merasa
malu saat banyak orang
d. Klien mengatakan merasa
tidak aman ditempat umum
O:
a. Klien menarik diri
b. Tidak berminat interaksi
dengan orang lain
c. Tidak ada kontak mata
d. Afek datar
A:
Masalah belum teratasi sebagian

P:
a. Anjurkan klien
berinteraksi dengan
sesorang
b. Lanjutkan SP 2:
Berkenalan dengan 2 orang

2. Rabu, 25 Isolasi Sosial (D.0121) S:


Oktober 2023 a. Klien mengatakan bersedia
Pukul 09.00 untuk berkenalan dengan
WIB orag lain
b. Klien mengatakan masih
mengingat perkenalan yang
sebelumnya
c. Klien mengatakan bersedia
untuk berbincang- bincang
dilain waktu
O:
a. Klien tampak mau
berinteraksi dengan orang
lain
b. Nada bicara pelan
c. Postur tubuh kaku
d. Kontak mata kurang
A:
Masalah teratasi Sebagian
P:
Lanjutkan SP 3: Berkenalan
dengan lebih dari 2 orang
3. Kamis, 26 Isolasi Sosial (D.0121) S:
Oktober 2023 a. Klien mengatakan sudah
Pukul 14.40 bisa berinteraksi dengan
WIB keluarga dan orang lain
b. Klien mengatakan sudah
tau keuntungan
berinteraksi
O:
a. Klien tampak berkumpul
dan bercakap cakap dengan
teman yang lain
b. Ada kontak mata dengan
lawan bicara
A:
Masalah teratasi Sebagian
P:
Ajarkan klien berinteraksi dengan
banyak orang
Lanjutkan SP 4:

4. Jumat, 27 Isolasi Sosial (D.0121) S:


Oktober 2023 a. Klien mengatakan
Pukul 15.00 mengerti mengenai yang
WIB diajarkan
b. Klien mengatakan selalu
meminum obat tepat waktu
O:
a. Klien tampak rileks
b. Klien berkonsentrasi
c. Ada kontak mata
d. Klien tampak tenang
A:
Masalah teratasi

P:
Memberi kesempatan untuk
melakukan cara yang telah dilatih
dan mengevaluasi hasilnya

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Bedasarkan hasil pembahasan pengelolaan asuhan keperawatan isolasi social : menarik
diri yang dilakukan selama 4 hari yaitu pada tanggal 24 oktober 2023 sampai 27 oktober
2023 penulis membuat kesimpulan, diantaranya:
1. Pengkajian bedasarkan data yang diperoleh dari klien sdr. A dibawa ke RSJD Dr.
Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah oleh keluarganya dengan alasan klien
mengalami halusinasi karena klien lebih senang menyendiri.
2. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada sdr. A di dapatkan diagnosis utama
yaitu isolasi social : menarik diri
3. Intervensi dan implementasi yaitu diklakukan dalam melakukan asuhan keperawatan
isolasi social meliputi SP 1 pasien, yaitu : membina kepercayaan satu dengan lainnya,
membantu lkien mengenal ppenyebab isolasi social, membantu klien mengenal apa
saja manfaat bersosialisasi, membuat klien mengenal dampak akibat bersosialisasi,
ajarkan klien berkenalan secara bertahap, SP 2 pasien yaitu : evaluasi SP 1 pasien,
membantu klien untuk mnegenal peratama (klien-perawat).
4. Evaluasi yang dilakukan terhadap sdr. A sesuai dengan perencanaan yaitu secara
bertahap klien mampu beraktivitas, berinteraksi, dan bersosialisasi dengan orang lain.
5. Klien dengan masalah isolasi social : menarik diri dapat disembuhkan dengan
dukungan dari berbagai pihak, di antaranya peran penting keluarga dalam proses
kesembuhan klien.
B. Saran
1. Bagi rumah sakit
Terdapat fasilitas yang kurang untuk meningkatkan nilai spiritual klien, sebaiknya
rumah sakit jiwa menyediakan fasilitas dan sarana untuk ibadah klien di ruang
perawat agar klien dapat menjalankan ibadah dan kebutuhan spiritual klien terpenuhi.
2. Bagi perawat
Sebaiknya perawat mengingatkan klien untuh beribadah sesuai kepercayaan masing-
masing, karena dengan berdoa dan ibadah jiwa klien bisa menjadi tenang dan berfikir
potitif.
3. Bagi Masyarakat
Untuk menciptakan lingkungan yang nyaman bagi klien, memberikan rasa kasih
terhadap kehidupan kehidupan bermasyarakat agar klien merasa dirinya diterima di
Masyarakat dan menumbuhkan rasa percaya diri pada klien.

C. Dafpus
Kirana, S. (2018). Gambaran Kemampuan Interaksi Sosial Pasien Isolasi Sosial Setelah
Pemberian Social Skills Therapy Di Rumah Sakit Jiwa. Journal of Health Sciences,
11(1). https://doi.org/10.33086/jhs.v11i1.122

Badriah. A.R. (2020). Asuhan Keperawatan Dengan Pemberian Terapi Musik Terhadap
Kemampuan Bersosialisasi Pada Pasien Isolasi Sosial Dengan Menggunakan Literature
Review. KTI., Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya.
http://repository.umtas.ac.id/id/eprint/82

Budi Ana Keliat. 2009.Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC

Gasril,Yarnita,Afrilliya,&Devita,(2021) “Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) :


Stimulus Persepsi Sesi 1-3 Terhadap Kemampuan Mengontrol Halusinasi Pendengaran
Pada Pasien Skizofernia ”, Photon: Jurnal Sain dan Kesehatan, 12(1), 19-24.
https://doi.org/10.37859/jp.v12i1.3271

Anda mungkin juga menyukai