Dosen Pembimbing:
Tika Sari Dewy S.Kep.,Ns.,M.Kep
Oleh
Kelompok 1:
Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dialah
satu-satunya Dzat yang memberikan perlindungan dunia dan akhirat kelak. Dialah sesungguhnya
Maha pemberi petunjuk yang tiada dapat menyesatkan. Pertama-tama marilah kita panjatkan puji
syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Laporan ini dapat tersusun dengan baik berkat bantuan, bimbingan, masukan, dan
motivasi dari banyak pihak. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasihkepada:
1. Tika Sari Dewy, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Dosen pembimbing yang telah memberikan
masukan, dan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan tepat
waktu.
2. Orang tua serta saudara-saudara tercinta atas do’a, motivasi, dan harapannya sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan ini dengan lancar.
3. Teman-teman yang telah memberikan motivasi dan masukan yang baik kepada penulis
sehingga bisa menyelesaikan laporan ini dengan lancar.
Mudah-mudahan amal baik mereka senantiasa mendapat pahala dan balasan yang
setimpal dari Allah Swt. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya.Aamin.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Etiologi
Terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi dan faktor presipitasi.
a. Faktor predisposisi
Menurut Fitria (2015) faktor predisposisi yang mempengaruhi masalah isolasi sosial
yaitu:
1) Faktor tumbuh kembang
Pada setiap tahap tumbuh kembang terdapat tugas tugas perkembangan
yang harus terpenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial. Apabila
tugas tersebut tidak terpenuhi maka akan menghambat fase perkembangan sosial
yang nantinya dapat menimbulkan suatu masalah.
2) Faktor komunikasi dalam keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung
terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Dalam teori ini yang termasuk
masalah dalam berkomunikasi sehingga menimbulkan ketidakjelasan (double
bind) yaitu suatu keadaan dimana seorang anggota keluarga menerima pesan
yang saling bertentangan dalam waktu bersamaan atau ekspresi emosi yang
tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk hubungan dengan lingkungan
diluar keluarga.
3) Faktor sosial budaya
Norma-norma yang salah didalam keluarga atau lingkungan dapat
menyebabkan hubungan sosial, dimana setiap anggota keluarga yang tidak
produktif seperti lanjut usia, berpenyakit kronis dan penyandang cacat diasingkan
dari lingkungan sosialnya.
4) Faktor biologis
Faktor biologis juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang dapat mempengaruhi
gangguan hubungan sosial adalah otak, misalnya pada klien skizofrenia yang
mengalami masalah dalam hubungan memiliki struktur yang abnormal pada otak
seperti atropi otak, serta perubahan ukuran dan bentuk sel-sel dalam limbic dan
daerah kortikal.
b. Faktor presipitasi
Menurut Herman Ade (2013) terjadinya gangguan hubungan sosial juga dipengaruhi
oleh faktor internal dan eksternal seseorang. Faktor stressos presipitasi dapat
dikelompokan sebagai berikut:
1) Faktor eksternal
Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress yang ditimbulkan
oleh faktor sosial budaya seperti keluarga.
2) Faktor internal
Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress yang terjadi akibat
kecemasan atau ansietas yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan individu untuk mengatasinya. Ansietas ini dapat terjadi
akibat tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau tidak terpenuhi
kebutuhan individu.
2.1.6 Penataklaksanaan.
a. Terapi Medis
Berupa Therapy farmakologi
(1) Clorpromazine (CPZ)
a) Indikasi: Untuk syndrome psikosis yaitu berdaya berat dalam kemampuan
menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya nilai norma sosial dan tilik
diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi – fungsi mental: waham,
halusinasi, gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau, tidak terkendali,
berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari -hari, tidak mampu bekerja,
hubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin.
b) Efek samping: Sedasi, gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/
parasimpatik,mulut kering, kesulitan dalam miksi, dan defikasi, hidung
tersumbat,mata kabur, tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama
jantung),gangguan ekstra pyramidal (distonia akut, akatshia
sindromaparkinson/tremor, bradikinesia rigiditas), gangguan endokrin,
metabolik, hematologik, agranulosis, biasanya untuk pemakaian jangka
panjang.
(2) Haloperidol (HLD)
a) Indikasi : Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi
netral serta dalam fungsi kehidupan sehari –hari.
b) Efek samping : Sedasi dan inhibisi psikomotor, gangguan otonomik
(hipotensi, antikolinergik /parasimpatik, mulut kering, kesulitan miksi dan
defikasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intraokuler meninggi,
gangguan irama jantung).
(3) Trihexy phenidyl (THP)
a) Indikasi: Segala jenis penyakit parkinson,termasuk paska ensepalitis dan
idiopatik,sindrom parkinson akibat obat misalnya reserpin dan fenotiazine.
b) Efek samping: Sedasi dan inhibisi psikomotor Gangguan otonomik
(hypertensi, anti kolinergik/ parasimpatik, mulut kering, hidung tersumbat,
mata kabur,gangguan irama jantung).
b. Electro convulsif therapi
Electro convulsif therapi (ECT) atau yang lebih dikenal dengan electroshock
adalah suatu terapi psikiatri yang menggunakan energi shock listrik dalam usaha
pengobatannya. Biasanya ECT ditujukan untuk terapi pasien gangguan jiwa yang
tidak berespon kepada obat psikiatri pada dosis terapinya. ECT pertama kali
diperkenalkan oleh 2 orang neurologist Italia Ugo Cerlitti dan Lucio Bini pada tahun
1930.
Diperkirakan hampir 1 juta orang didunia mendapat terapi ECT setiap
tahunnya dengan intensitas antara 2-3 kali seminggu. ECT bertujuan untuk
menginduksi suatu kejang klonik yang dapat memberi efek terapi (Therapeutic Clonic
Seizure) setidaknya selama 15 detik. Kejang yang dimaksud adalah suatu kejang
dimana seseorang kehilangan kesadarannya dan mengalami rejatan. Tentang
mekanisme pasti dari kerja ECT sampai saat ini masih belum dapat dijelaskan dengan
memuaskan. Namun beberapa penelitian menunjukkan kalau ECT dapat
meningkatkan kadar serum Brain-Derived Neurotrophic Faktor (BDNF) pada pasien
depresi yang tidak responsif terhadap terapi farmakologi.
c. Therapy kelompok
Therapy kelompok merupakan suatu psikotherapy yang dilakukan
sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang
dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa. Therapy
ini bertujuan memberi stimulus bagi klien dengan gangguan interpersonal.
Terapi aktivitas kelompok yang dapat dilakukan untuk pasien dengan isolasi sosial
adalah :
1) Sesi 1 : kemampuan memperkenalkan diri
2) Sesi 2 : kemampuan berkenalan
3) Sesi 3 : kemampuan bercakap-cakap
4) Sesi 4 : kemampuan bercakap-cakap topik tertentu
5) Sesi 5 : kemampuan bercakap-cakap masalah pribadi
6) Sesi 6 : kemampuan bekerjasama
7) Sesi 7 : evaluasi kemampuan sosialisasi
d. Therapy Individu
Menurut Pusdiklatnakes (2012)tindakan keperawatan dengan pendekatan
strategi pelaksanaan (SP) pada pasien dapat dilakukan sebagai berikut :
a) Strategi pelaksanaan pertemuan 1 pada pasien :
Pengkajian Isolasi sosial, dan melatih bercakap-cakap antara pasien dan keluarga.
(1) Membina hubungan saling percaya
(2) Membantu pasien menyadari masalah isolasi sosial
(3) Melatih bercakap-cakap secara bertahap antara pasien dan anggota keluarga
b) Strategi pelaksanaan pertemuan 2 pada pasien :
Melatih pasien berinteraksi secara bertahap (pasien dengan 2 orang lain), latihan
bercakap-cakap saat melakukan 2 kegiatan harian.
(1) Mengevaluasi tanda dan gejala isolasi sosial
(2) Memvalidasi kemampuan berkenalan (berapa orang)
(3) Beri pujian, melatih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian
(4) Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan 2-3 orang
c) Strategi pelaksanaan pertemuan 3 pada pasien :
Melatih pasien berinteraksi secara bertahap (pasien dengan 4-5 orang), latihan
bercakap-cakap saat melakukan 2 kegiatan harian baru.
(1) Evaluasi tanda dan gejala isolasi sosial
(2) Validasi kemampuan berkenalan (berapa orang) dan bicara saat melakukan
dua kegiatan harian
(3) Tanyakan perasaan setelah melakukan kegiatan
(4) Beri pujian, melatih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian (latih 2
kegiatan baru)
(5) Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan 4-5 orang
d) Strategi pelaksanaan pertemuan 4 pada pasien :
Mengevaluasi kemampuan berinteraksi, melatih cara bicara saat melakukan
kegiatan sosial
(1) Evaluasi tanda dan gejala isolasi sosial
(2) Validasi kemampuan berkenalan (beberapa orang) dan bicara saat
melakukan empat kegiatan harian
(3) Tanyakan perasaan setelah melakukan kegiatan
(4) Beri pujian, melatih cara berbicara saat melakukan kegiatan sosial
e) Therapy Lingkungan
Menurut Rusdi (2013), manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungan
sehingga aspek lingkungan harus mendapatkan perhatian khusus dalam kaitannya
untuk menjaga dan memelihara kesehatan manusia. Lingkungan berkaitan erat
dengan stimulus psikologi seseorang yang akan berdampak Poltekkes Kemenkes
Padangpada kesembuhan,karena lingkungan tersebut akan memberikan dampak
baik pada kondisi fisik maupun kondisi psikologis seseorang.
2.1.7 Phatway
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ISOS
SKENARIO KASUS
Seorang pasien dengan nama Tn. R, berusia 51 tahun. Sebelumnya pasien pernah masuk kerumah
sakit sejak 10 tahun yang lalu, istri klien mengatakan saat itu klien sering tertawa sendiri dan
pasien mengali berbicra sendiri. Klien juga ketergantungan dengan obat, pada saat kambuh kien
harus meminum obat. Berdasarkan keterangan yang didapat dari informan, sebelum mengalami
kondisi tersebut klien terlalu mendalami ilmu agama sehingga terlalu fanatik dan meninggalkan
hal yang berkaitan dengan dunia, tak lama dari sikap klien yang terlalu mendalami ilmu agama
membuat klien mengalami gangguan yang dialami nya sekarang. Dari kasus tersebut Istri klien
mengatakan klien terlihat kurang nyaman dengan lingkungan ataupun orang sekitar, klien
kesulitan mengekspresikan wajah, klien sering tidak ingat waktu ketika sholat (disorientasi
waktu) dan kadang tidak mau berbicara dan klien tidak terlalu berinteraksi dengan tetangga
ataupun keluarga. Berdasarkan hasil tanda-tanda vital klien TD : 140/60 mmHg ,N : 88x/mnt, R :
20x/mnt, S : 36,8o, TB 168 cm dan BB 80 kg.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA PADA PASIEN ISOS
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn. R Tanggal Pengkajian : 20 Januari
2021
Umur : 51 Tahun RM No. : -
Alamat : Jln. Manggis Rt 01 Rw 02
Pekerjaan: Buruh
Informan: Istri
Bila ya jelaskan : Gangguan jiwa dimasa lalu pada saat klien masuk RS sejak 10 tahun yang
lalu
Bila ya jelaskan : -
Masalah Keperawatan : -
RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Pelaku / usia Korban / usia Saksi / usia
1. Aniaya fisik - - - - - -
2. Aniaya seksual - - - - - -
3. Penolakan - - - - - -
5. Tindakan Kriminal - - - - - -
Jelaskan :-
Masalah Keperawatan : -
6. Pengalaman masa lalu lain yang tidak menyenangkan (bio,psiko,sosio,kultural spiritual)
:
Klien selalu ingin sholat dan tidak mau sholatnya tertinggal meskipun 1 waktu, jika
dalam keadaan kambuh pun beliau tetap ingin sholat.
Masalah Keperawatan : Distress Spritual b.d Perubahan tiba tiba dalam praktik
spritual
Masalah Keperawatan : -
V. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Tidak rapi Penggunaan pakaian √ Cara berpakaian tidak
tidak sesuai seperti biasanya
Jelaskan : Klien terkadang memakai pakaian sholat meskipun bukan waktunya sholat
Masalah Keperawatan : -
2. Kesadaran
Kwantitatif/penurunan kesadaran
√ Compos mentis Apati/sedasi somnolensia
Sopor Subkoma koma
Kwalitatif
Tidak berubah Berubah
Meninggi √ Gangguan tidur : Tidak bisa tidur tanpa meminum obat
3. Disorientasi :
√ Waktu Tempat Orang
Jelaskan : Terkadang klien tidak ingat waktu kapan sholat dan aktivitas lain
Masalah Keperawatan : -
4. Aktivitas Motorik/Psikomotor
Kelambatan : -
Hipokinesa, hipoaktivitas Sub stupor katatonik
Peningkatan
6. Persepsi
√ Halusinasi Ilusi depersonalisasi derealisasi
Macam Halusinasi
Pendengaran Penglihatan Perabaan
7. Proses Pikir
Arus Pikir
koheren inkoheren asosiasi longgar
Jelaskan : -
Masalah Keperawatan : Hambatan komunikasi verbal
Isi Pikir
Obsesif Ekstasi fantasi
Kejaran Dosa
Jelaskan : -
Masalah Keperawatan : -
Bentuk Pikir
√ Realistik Nonrealistic autistik
Dereistik
Jelaskan : -
Masalah Keperawatan : -
8. Memori
Gangguan daya ingat jangka Gangguan daya ingat jangka pendek
panjang
Jelaskan : Istri klien mengatakan untuk Konsentrasi dan berhitung klien sangat mudah
beralih
Masalah Keperawatan : -
10. Kemampuan Penilaian
√ Gangguan ringan Gangguan bermakna
Jelaskan : Saat ingin didekati untuk melakukan wawancara ringan pun pasien sudah
menunjukkan penolakan
Masalah Keperawatan : -
VI. FISIK
5. Pemeriksaan fisik :
Jelaskan : Pada saat dilihat, tidak ada tanda tanda fisik pasien
menunjukkan tanda-tanda abnormal, dari ujung kepala hingga
kaki tidak terdapat pembengkakan atau apapun itu, hanya saja
klien tidak mau didekati dan pemeriksaan dilakukan mengamati
klien dari jauh dan mendapatkan informasi melalui informan
(istri) klien.
Masalah Keperawatan : -
1. Konsep diri :
a. Citra tubuh :Klien menyukai bentuk tubuhnya
b. Identitas : Klien anak tunggal
c. Peran : Klien sebagai suami
d. Ideal diri : Klien sering berbicara sendiri dan ketergantungan dengan
obat-obatan
e. Harga diri : Klien merasa ketergantungan dengan istrinya
Masalah Keperawatan : Hambatan interaksi social b.d Gangguan konsep diri
_____________________________________________________________
2. Genogram :
Keterangan :
: Perempeuan
: laki-laki
: klien
: cerai
: garis keturunan
: garis perkawinan
: meningal
3. Hubungan Sosial :
a. Orang terdekat : Klien dengan orang terdekat terkadang bisa marah-marah dan
selalu saja ingin sendiri
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : -
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : -
Masalah Keperawatan : -
1. Makan
√ Bantuan minimal Bantuan total
2. BAB / BAK
√ Bantuan minimal Bantuan total
3. Mandi
√ Bantuan minimal Bantuan total
4. Berpakaian / berhias
Bantuan minimal Bantuan total
6. Penggunaan obat
√ Bantuan minimal Bantuan total
7. Pemeliharaan kesehatan
Ya Tidak
Perawatan Lanjutan √
Sistem Pendukung √
Mencuci pakaian √
Pengaturan keuangan √
9. Aktivitas di luar rumah
Ya Tidak
Belanja √
Transportasi √
Lain-lain √
Jelaskan : -
Masalah Keperawatan : -
IX. MEKANISME KOPING
Adaptif Maladaptif
Bicara dengan orang lain Minum alkohol
Jelaskan :
Masalah Keperawatan :
√ Masalah dengan dukungan kelompok, uraikan: Klien tidak ada masalah dengan orang
lain
√ Masalah berhubungan dengan lingkungan, uraikan : Klien tidak dapat bergaul dengan
lingkungan sekitar
Masalah Keperawatan :
√ Koping Obat-obatan
Lainnya : -
Masalah Keperawatan : -
Terapi medik : -
N DATA MASALAH
O
1.
Ds : Istri klien mengatakan klien terlihat Hambatan Rasa Nyaman
kurang nyaman dengan lingkungan
ataupun orang sekitar
Do : Klien nampak terlihat gelisah dan
menyendiri
TD : 140/60 mmHg
N : 88x/mnt
R : 20x/mnt
S : 36,8oC
2.
Ds : Istri klien mengatakan klien kesulitan Kontrol Emosi Labil
mengekspresikan wajah
Do : Klien nampak terlihat menarik diri,
ekspresi wajah dan emosi kurang
TD : 140/60 mmHg
N : 88x/mnt
R : 20x/mnt
S : 36,8oC
Resiko perubahan sensori prepsi b.d halusinasi dengan gangguan interaksi sosial
menarik diri
Isolasi sosial b.d harga diri rendah
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
SP3: S:
1. Mengevaluasi sp 1 a. Klien mengatakan
2. Melatih klien perasaannya lebih baik
berinteraksi secara dari hari kemarin
bertahap( berkenalan b. Klien mengatakan
dengan dengan orang masih mengingat SP1
kedua seorang klien) yaitu cara berkenalan
3. Memasukan ke jadwal dengan perawat yang
harian klien lain
c. Klien mengatakan
mau berkenalan dengan
klien yang lain
O:
a. Klien lebih
kooperatif dari
sebelumnya
b. Kontak mata ada
c. Klien tidak bisa
fokus dengan klien lain
karena lebih terbiasa
dengan perawat
A:
a. Klien mampu
mengulang SP1 yaitu
cara berkenalan dan SP2
yaitu berkenalan dengan
perawat lain
b. Klien belum mampu
melakukan SP3 yaitu
berkenalan dengan klien
lain
P:
Klien
a. Motivasi klien untuk
berkenalan dengan klien
yang lain
b. Ajarkan klien untuk
untuk memasukan ke
jadwal harian
Perawat
a. Evaluasi SP1 dan
SP2
b. Ulangi tindakan
untuk SP3 karena belum
optimal
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pada makalah ini kami dapat menyimpulkan bahwa isos adalah keadaan
dimana individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu
berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Klien mungkin merasa di tolak,tidak
diterima,kesepian,dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang
lain. Isolasi sosial merupakan upaya klien untuk menghindari interaksi dengan orang
lain maupun berkomunikasi dengan orang lain
4.2 Saran
Sebaiknya mahasiswa/i mampu mempelajari dan memahami tentang konsep
asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa (isos). Kita akan mengetahui
bagaimana cara menangani atau mempelajari tentag gangguan jiwa pada pasien isos.
Semoga dengan pembuatan laporan ini dapat bermanfaat yang akan menjadi informasi
untuk kehidupan kita sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA