Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA


ISOLASI SOSIAL

Dosen Pembimbing:
Tika Sari Dewy S.Kep.,Ns.,M.Kep

Oleh
Kelompok 1:

Eka Nurdamayanti NIM 1114190633


Mariatul Kiptiah NIM 1114190637
Nur Syarifah NIM 1114190641
Rovita Usnul Ado NIM 1114190642

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES DARUL AZHAR BATULICIN
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dialah
satu-satunya Dzat yang memberikan perlindungan dunia dan akhirat kelak. Dialah sesungguhnya
Maha pemberi petunjuk yang tiada dapat menyesatkan. Pertama-tama marilah kita panjatkan puji
syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Laporan ini dapat tersusun dengan baik berkat bantuan, bimbingan, masukan, dan
motivasi dari banyak pihak. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasihkepada:
1. Tika Sari Dewy, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Dosen pembimbing yang telah memberikan
masukan, dan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan tepat
waktu.
2. Orang tua serta saudara-saudara tercinta atas do’a, motivasi, dan harapannya sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan ini dengan lancar.
3. Teman-teman yang telah memberikan motivasi dan masukan yang baik kepada penulis
sehingga bisa menyelesaikan laporan ini dengan lancar.
Mudah-mudahan amal baik mereka senantiasa mendapat pahala dan balasan yang
setimpal dari Allah Swt. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya.Aamin.

Simpang Empat, September 2021

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan jiwa adalah bagian internal dari upaya kesehatan yang bertujuan menciptakan
perkembangan jiwa yang sehat secara optimal baik intelektual maupun emosional. Masalah
kesehatan jiwa mempunyai lingkup yang sangat luas dan kompleks yang saling berhubungan
satu dengan yang lainnya. Apabila individu tidak bisa mempertahankan keseimbangan atau
kondisi mental yang sejahtera, maka individu tersebut akan mengalami gangguan dan apabila
gangguan tersebut secara psikologis maka akan mengakibatkan individu mengalami ganguan
jiwa. [ CITATION Jua15 \l 1033 ].
Gangguan jiwa adalah respon maladaptif dari lingkungan internal dan eksternal,
dibuktikan melalui pikiran, perasaan dan perilaku yang tidak sesuai dengan norma lokal atau
budaya setempat dan mengganggu fungsi sosial, pekerjaan dan atau fisik. Pengertian ini
menjelaskan klien dengan gangguan jiwa akan menunjukkan perilaku yang tidak sesuai
dengan norma masyarakat dimana perilaku tersebut mengganggu fungsi sosialnya. Masalah
kesehatan terutama gangguan jiwa insidennya masih cukup tinggi. [ CITATION Ayu19 \l 1033 ].
Menurut WHO (Word Health Organization) menyebutkan bahwa 17% pasien-pasien yang
berobat kedokter adalah pasien dengan depresi. Diperkirakan prevalensi pada populasi
masyarakat dunia adalah 3%. Sementara itu Sartorius memperkirakan 100 juta penduduk
didunia mengalami depresi. Menurut WHO (Word Health Organization) memperkirakan 450
juta orang mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang dewasa mengalami gangguan jiwa
saat ini dan 25% penduduk diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu
dimasa hidupnya. Berdasarkan data riset kesehatan dasar (2012) di indonesia, menunjukan
bahwa prevalensi gangguan jiwa secara nasional mencapai 5,6% dari jumlah penduduk,
dengan kata lain menunjukkan bahwa pada setiap 1000 orang penduduk terdapat empat
sampai lima orang menderita gangguan jiwa. Berdasarkan dari data tersebut bahwa data
pertahun di indonesia yang mengalami gangguan jiwa selalu meningkat terdapat di provinsi
daerah khusus ibu kota jakarta (24,3%), diikuti Nangroe Aceh Darussalam (18,5%), sumatra
barat (17,7), NTB (10,9), sumatra selatan (9,2%) dan jawa tengah (6,8%). [CITATION Rio17 \l
1033 ].
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana melakukan pengkajian asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus Isolasi
sosial
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui cara memberikan pelayanan berupa pengkajian asuhan
keperawatan pada pasien Isolasi sosial
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian isolasi sosial
2. Untuk mengetahui etiologi isolasi sosial
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala isolasi sosial
4. Untuk mengetahui patofisiologi isolasi sosial
5. Untuk mengetahui masalah keperawatan isolasi sosial
6. Untuk mengetahui masalah penatalaksanaan isolasi sosial
7. Untuk mengetahui masalah phatway isolasi sosial
1.4 Manfaat
a. Penulis
Semoga dengan pembuatan makalah ini penulis dapat menambah wawasan dan
pengalaman tentang materi asuhan keperawatan jiwa pada kasus isolasi sosial
b. Institusi
Sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun program pembelajaran serta menentukan
metode dan media pembelajaran yang tepat.
c. Masyarakat
Semoga dengan ada nya penyusunan makalah ini masyarakat dapat memahami tentang
asuhan keperawatan atau materi tentang isolasi sosial
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Isolasi Sosial


2.1.1 Pengertian
Isolasi sosial menurut Townsend, dalam Kusumawati F dan Hartono Y (2010)
adalah suatu keadaan kesepian yang dirasakan seseorang karena orang lain menyatakan
negatif dan mengancam. Sedangkan Menarik diri adalah usaha menghindari interaksi
dengan orang lain. Individu merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai
kesempatan untuk berbagi perasaan, pikiran, prestasi atau kegagalanya (Depkes, 2006
dalam Dermawan D dan Rusdi, 2013).
Isolasi sosial adalah keadaan seorang individu yang mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Pasin
merasa ditolak, tidak diterima, kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang
berarti dengan orang lain disekitarnya (Keliat, 2011). Jadi isolasi sosial Menarik diri
adalah suatu keadaan kesepian yang dialami seseorang karena merasa ditolak, tidak
diterima, dan bahkan pasien tidak mampu berinteraksi untuk membina hubungan yang
berarti dengan orang lain disekitarnya.

2.1.2 Etiologi
Terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi dan faktor presipitasi.
a. Faktor predisposisi
Menurut Fitria (2015) faktor predisposisi yang mempengaruhi masalah isolasi sosial
yaitu:
1) Faktor tumbuh kembang
Pada setiap tahap tumbuh kembang terdapat tugas tugas perkembangan
yang harus terpenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial. Apabila
tugas tersebut tidak terpenuhi maka akan menghambat fase perkembangan sosial
yang nantinya dapat menimbulkan suatu masalah.
2) Faktor komunikasi dalam keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung
terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Dalam teori ini yang termasuk
masalah dalam berkomunikasi sehingga menimbulkan ketidakjelasan (double
bind) yaitu suatu keadaan dimana seorang anggota keluarga menerima pesan
yang saling bertentangan dalam waktu bersamaan atau ekspresi emosi yang
tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk hubungan dengan lingkungan
diluar keluarga.
3) Faktor sosial budaya
Norma-norma yang salah didalam keluarga atau lingkungan dapat
menyebabkan hubungan sosial, dimana setiap anggota keluarga yang tidak
produktif seperti lanjut usia, berpenyakit kronis dan penyandang cacat diasingkan
dari lingkungan sosialnya.
4) Faktor biologis
Faktor biologis juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang dapat mempengaruhi
gangguan hubungan sosial adalah otak, misalnya pada klien skizofrenia yang
mengalami masalah dalam hubungan memiliki struktur yang abnormal pada otak
seperti atropi otak, serta perubahan ukuran dan bentuk sel-sel dalam limbic dan
daerah kortikal.
b. Faktor presipitasi
Menurut Herman Ade (2013) terjadinya gangguan hubungan sosial juga dipengaruhi
oleh faktor internal dan eksternal seseorang. Faktor stressos presipitasi dapat
dikelompokan sebagai berikut:
1) Faktor eksternal
Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress yang ditimbulkan
oleh faktor sosial budaya seperti keluarga.
2) Faktor internal
Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress yang terjadi akibat
kecemasan atau ansietas yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan individu untuk mengatasinya. Ansietas ini dapat terjadi
akibat tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau tidak terpenuhi
kebutuhan individu.

2.1.3 Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala yang muncul pada klien dengan isolasi sosial: menarik diri
menurut Dermawan D dan Rusdi (2013) adalah sebagai berikut:
a. Gejala Subjektif
1. Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
2. Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
3. Respon verbal kurang atau singkat
4. Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
5. Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
6. Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
7. Klien merasa tidak berguna
8. Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
9. Klien merasa ditolak
b. Gejala Objektif
1. Klien banyak diam dan tidak mau bicara
2. Tidak mengikuti kegiatan
3. Banyak berdiam diri di kamar
4. Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat
5. Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal
6. Kontak mata kurang
7. Kurang spontan
8. Apatis (acuh terhadap lingkungan)
9. Ekpresi wajah kurang berseri
10. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
11. Mengisolasi diri
12. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
13. Memasukan makanan dan minuman terganggu
14. Retensi urine dan feses
15. Aktifitas menurun
16. Kurang enenrgi (tenaga)
17. Rendah diri
18. Postur tubuh berubah,misalnya sikap fetus/janin (khusunya pada posisi tidur)
2.1.4 Patofisiologi
Individu yang mengalami Isolasi Sosial sering kali beranggapan bahwa
sumber/penyebab Isolasi sosial itu berasal dari lingkunganya. Padahalnya rangsangan
primer adalah kebutuhan perlindungan diri secara psikologik terhadap kejadian traumatik
sehubungan rasa bersalah, marah, sepi dan takut dengan orang yang dicintai, tidak dapat
dikatakan segala sesuatu yang dapat mengancam harga diri (self estreem) dan kebutuhan
keluarga dapat meningkatkan kecemasan. Untuk dapat mengatasi masalah-masalah yang
berkaitan dengan ansietas diperlukan suatu mekanisme koping yang adekuat. Sumber-
sumber koping meliputi ekonomi, kemampuan menyelesaikan masalah, tekhnik
pertahanan, dukungan sosial dan motivasi.
Sumber koping sebagai model ekonomi dapat membantu seseorang
mengintregrasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping
yang berhasil. Semua orang walaupun terganggu prilakunya tetap mempunyai beberapa
kelebihan personal yang mungkin meliputi: aktivitas keluarga, hobi, seni, kesehatan dan
perawatan diri, pekerjaan kecerdasan dan hubungan interpersonal. Dukungan sosial dari
peningkatan respon psikofisiologis yang adaptif, motifasi berasal dari dukungan keluarga
ataupun individu sendiri sangat penting untuk meningkatkan kepercayaan diri pada
individu (Stuart & Sundeen, 2015)

2.1.5 Masalah Keperawatan


 Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
 Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
 Defisit perawatan diri

2.1.6 Penataklaksanaan.
a. Terapi Medis
Berupa Therapy farmakologi
(1) Clorpromazine (CPZ)
a) Indikasi: Untuk syndrome psikosis yaitu berdaya berat dalam kemampuan
menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya nilai norma sosial dan tilik
diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi – fungsi mental: waham,
halusinasi, gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau, tidak terkendali,
berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari -hari, tidak mampu bekerja,
hubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin.
b) Efek samping: Sedasi, gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/
parasimpatik,mulut kering, kesulitan dalam miksi, dan defikasi, hidung
tersumbat,mata kabur, tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama
jantung),gangguan ekstra pyramidal (distonia akut, akatshia
sindromaparkinson/tremor, bradikinesia rigiditas), gangguan endokrin,
metabolik, hematologik, agranulosis, biasanya untuk pemakaian jangka
panjang.
(2) Haloperidol (HLD)
a) Indikasi : Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi
netral serta dalam fungsi kehidupan sehari –hari.
b) Efek samping : Sedasi dan inhibisi psikomotor, gangguan otonomik
(hipotensi, antikolinergik /parasimpatik, mulut kering, kesulitan miksi dan
defikasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intraokuler meninggi,
gangguan irama jantung).
(3) Trihexy phenidyl (THP)
a) Indikasi: Segala jenis penyakit parkinson,termasuk paska ensepalitis dan
idiopatik,sindrom parkinson akibat obat misalnya reserpin dan fenotiazine.
b) Efek samping: Sedasi dan inhibisi psikomotor Gangguan otonomik
(hypertensi, anti kolinergik/ parasimpatik, mulut kering, hidung tersumbat,
mata kabur,gangguan irama jantung).
b. Electro convulsif therapi
Electro convulsif therapi (ECT) atau yang lebih dikenal dengan electroshock
adalah suatu terapi psikiatri yang menggunakan energi shock listrik dalam usaha
pengobatannya. Biasanya ECT ditujukan untuk terapi pasien gangguan jiwa yang
tidak berespon kepada obat psikiatri pada dosis terapinya. ECT pertama kali
diperkenalkan oleh 2 orang neurologist Italia Ugo Cerlitti dan Lucio Bini pada tahun
1930.
Diperkirakan hampir 1 juta orang didunia mendapat terapi ECT setiap
tahunnya dengan intensitas antara 2-3 kali seminggu. ECT bertujuan untuk
menginduksi suatu kejang klonik yang dapat memberi efek terapi (Therapeutic Clonic
Seizure) setidaknya selama 15 detik. Kejang yang dimaksud adalah suatu kejang
dimana seseorang kehilangan kesadarannya dan mengalami rejatan. Tentang
mekanisme pasti dari kerja ECT sampai saat ini masih belum dapat dijelaskan dengan
memuaskan. Namun beberapa penelitian menunjukkan kalau ECT dapat
meningkatkan kadar serum Brain-Derived Neurotrophic Faktor (BDNF) pada pasien
depresi yang tidak responsif terhadap terapi farmakologi.
c. Therapy kelompok
Therapy kelompok merupakan suatu psikotherapy yang dilakukan
sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang
dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa. Therapy
ini bertujuan memberi stimulus bagi klien dengan gangguan interpersonal.
Terapi aktivitas kelompok yang dapat dilakukan untuk pasien dengan isolasi sosial
adalah :
1) Sesi 1 : kemampuan memperkenalkan diri
2) Sesi 2 : kemampuan berkenalan
3) Sesi 3 : kemampuan bercakap-cakap
4) Sesi 4 : kemampuan bercakap-cakap topik tertentu
5) Sesi 5 : kemampuan bercakap-cakap masalah pribadi
6) Sesi 6 : kemampuan bekerjasama
7) Sesi 7 : evaluasi kemampuan sosialisasi
d. Therapy Individu
Menurut Pusdiklatnakes (2012)tindakan keperawatan dengan pendekatan
strategi pelaksanaan (SP) pada pasien dapat dilakukan sebagai berikut :
a) Strategi pelaksanaan pertemuan 1 pada pasien :
Pengkajian Isolasi sosial, dan melatih bercakap-cakap antara pasien dan keluarga.
(1) Membina hubungan saling percaya
(2) Membantu pasien menyadari masalah isolasi sosial
(3) Melatih bercakap-cakap secara bertahap antara pasien dan anggota keluarga
b) Strategi pelaksanaan pertemuan 2 pada pasien :
Melatih pasien berinteraksi secara bertahap (pasien dengan 2 orang lain), latihan
bercakap-cakap saat melakukan 2 kegiatan harian.
(1) Mengevaluasi tanda dan gejala isolasi sosial
(2) Memvalidasi kemampuan berkenalan (berapa orang)
(3) Beri pujian, melatih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian
(4) Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan 2-3 orang
c) Strategi pelaksanaan pertemuan 3 pada pasien :
Melatih pasien berinteraksi secara bertahap (pasien dengan 4-5 orang), latihan
bercakap-cakap saat melakukan 2 kegiatan harian baru.
(1) Evaluasi tanda dan gejala isolasi sosial
(2) Validasi kemampuan berkenalan (berapa orang) dan bicara saat melakukan
dua kegiatan harian
(3) Tanyakan perasaan setelah melakukan kegiatan
(4) Beri pujian, melatih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian (latih 2
kegiatan baru)
(5) Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan 4-5 orang
d) Strategi pelaksanaan pertemuan 4 pada pasien :
Mengevaluasi kemampuan berinteraksi, melatih cara bicara saat melakukan
kegiatan sosial
(1) Evaluasi tanda dan gejala isolasi sosial
(2) Validasi kemampuan berkenalan (beberapa orang) dan bicara saat
melakukan empat kegiatan harian
(3) Tanyakan perasaan setelah melakukan kegiatan
(4) Beri pujian, melatih cara berbicara saat melakukan kegiatan sosial

e) Therapy Lingkungan
Menurut Rusdi (2013), manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungan
sehingga aspek lingkungan harus mendapatkan perhatian khusus dalam kaitannya
untuk menjaga dan memelihara kesehatan manusia. Lingkungan berkaitan erat
dengan stimulus psikologi seseorang yang akan berdampak Poltekkes Kemenkes
Padangpada kesembuhan,karena lingkungan tersebut akan memberikan dampak
baik pada kondisi fisik maupun kondisi psikologis seseorang.
2.1.7 Phatway
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ISOS

SKENARIO KASUS

Seorang pasien dengan nama Tn. R, berusia 51 tahun. Sebelumnya pasien pernah masuk kerumah
sakit sejak 10 tahun yang lalu, istri klien mengatakan saat itu klien sering tertawa sendiri dan
pasien mengali berbicra sendiri. Klien juga ketergantungan dengan obat, pada saat kambuh kien
harus meminum obat. Berdasarkan keterangan yang didapat dari informan, sebelum mengalami
kondisi tersebut klien terlalu mendalami ilmu agama sehingga terlalu fanatik dan meninggalkan
hal yang berkaitan dengan dunia, tak lama dari sikap klien yang terlalu mendalami ilmu agama
membuat klien mengalami gangguan yang dialami nya sekarang. Dari kasus tersebut Istri klien
mengatakan klien terlihat kurang nyaman dengan lingkungan ataupun orang sekitar, klien
kesulitan mengekspresikan wajah, klien sering tidak ingat waktu ketika sholat (disorientasi
waktu) dan kadang tidak mau berbicara dan klien tidak terlalu berinteraksi dengan tetangga
ataupun keluarga. Berdasarkan hasil tanda-tanda vital klien TD : 140/60 mmHg ,N : 88x/mnt, R :
20x/mnt, S : 36,8o, TB 168 cm dan BB 80 kg.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA PADA PASIEN ISOS
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

RUANG RAWAT : TANGGAL DIRAWAT :

I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn. R Tanggal Pengkajian : 20 Januari
2021
Umur : 51 Tahun RM No. : -
Alamat : Jln. Manggis Rt 01 Rw 02
Pekerjaan: Buruh
Informan: Istri

II. ALASAN MASUK


Sebelumnya pasien pernah masuk kerumah sakit sejak 10 tahun yang lalu, istri klien
mengatakan saat itu klien sering tertawa sendiri dan sering berbicra sendiri. Klien juga
ketergantungan dengan obat, pada saat kambuh kien harus meminum obat. Berdasarkan
keterangan yang didapat dari informan, sebelum mengalami kondisi tersebut klien terlalu
mendalami ilmu agama sehingga terlalu fanatik dan meninggalkan hal yang berkaitan
dengan dunia, tak lama dari sikap klien yang terlalu mendalami ilmu agama membuat klien
mengalami gangguan yang dialami nya sekarang.

III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG dan FAKTOR PRESIPITASI


Sekarang kondisi klien hanya sesekali saja kambuh namun dari kondisi yang dilihat, istri
klien mengatakan bahwa klien tidak terlalu mau bersosialisasi dengan orang lain. Pada saat
dirumah pun, klien hanya terlihat sendiri dan terkadang tidak mau diganggu.

IV. FAKTOR PREDISPOSISI

 RIWAYAT PENYAKIT LALU

1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ? √ Ya Tidak

Bila ya jelaskan : Gangguan jiwa dimasa lalu pada saat klien masuk RS sejak 10 tahun yang
lalu

2. Pengobatan sebelumnya Berhasil √ Kurang berhasil Tidak


Berhasil

3. Pernah mengalami penyakit fisik (termasuk gangguan tumbuh ya √ tidak


kembang)

Bila ya jelaskan : -
Masalah Keperawatan : -
 RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Pelaku / usia Korban / usia Saksi / usia

1. Aniaya fisik - - - - - -

2. Aniaya seksual - - - - - -

3. Penolakan - - - - - -

4. Kekerasan dalam keluarga - - - - - -

5. Tindakan Kriminal - - - - - -

Jelaskan :-
Masalah Keperawatan : -
6. Pengalaman masa lalu lain yang tidak menyenangkan (bio,psiko,sosio,kultural spiritual)
:
Klien selalu ingin sholat dan tidak mau sholatnya tertinggal meskipun 1 waktu, jika
dalam keadaan kambuh pun beliau tetap ingin sholat.

Masalah Keperawatan : Distress Spritual b.d Perubahan tiba tiba dalam praktik
spritual

7. Kesan Kepribadian Klien : √ Extrover introvert Lain-lain :


t ……………..

 RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


1. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa √ Ya Tidak
?

Hubungan Keluarga Gejala Riwayat Pengobatan /


perawatan

Masalah Keperawatan : -

V. STATUS MENTAL

1. Penampilan
Tidak rapi Penggunaan pakaian √ Cara berpakaian tidak
tidak sesuai seperti biasanya
Jelaskan : Klien terkadang memakai pakaian sholat meskipun bukan waktunya sholat
Masalah Keperawatan : -

2. Kesadaran
 Kwantitatif/penurunan kesadaran
√ Compos mentis Apati/sedasi somnolensia
Sopor Subkoma koma
 Kwalitatif
Tidak berubah Berubah
Meninggi √ Gangguan tidur : Tidak bisa tidur tanpa meminum obat

Hipnosa Disosiasi : sebutkan

3. Disorientasi :
√ Waktu Tempat Orang

Jelaskan : Terkadang klien tidak ingat waktu kapan sholat dan aktivitas lain
Masalah Keperawatan : -

4. Aktivitas Motorik/Psikomotor
Kelambatan : -
Hipokinesa, hipoaktivitas Sub stupor katatonik

Katalepsi Flexibilitas serea

Peningkatan

Hiperkinesa, Gaduh gelisah katatonik


hiperaktivitas

√ Tik Grimase Tremor gagap

stereotipi Mannarism kataplexia ekhopraxia

Command Otomatis negativism Reaksi


automatism ma e konversi

Verbigerasi Berjalan kaku/ Kompulsif : sebutkan


rigid ………………….

Jelaskan : Pada saat dilihat nampak raut wajah klien berubah-ubah


Masalah Keperawatan : -
5. Afek/emosi
adequat Tumpul Dangkal/datar √ Labil

inadequat Anhedonia Merasa eforia


kesepian

ambivalensi Apati marah Depresif/sedih

Cemas : Ringan sedang berat panik

Jelaskan : Terkadang emosi klien tidak terkontrol


Masalah Keperawatan : -

6. Persepsi
√ Halusinasi Ilusi depersonalisasi derealisasi
Macam Halusinasi
Pendengaran Penglihatan Perabaan

Pengecapan Penghidu/Pembauan Lain-lain sebutkan


…………

Jelaskan : Pasien suka berbicara sendiri


Masalah Keperawatan : -

7. Proses Pikir
 Arus Pikir
koheren inkoheren asosiasi longgar

Flight of ideas Blocking Pengulangan pembicaraan /


persevarasi

Tangensial Sirkumstansiali logorea


ty

neologisme √ Bicara lambat Bicara cepat irelevansi

Main kata-kata Afasi Assosiasi bunyi

Jelaskan : -
Masalah Keperawatan : Hambatan komunikasi verbal

 Isi Pikir
Obsesif Ekstasi fantasi

Bunuh diri Ideas of reference Pikiran magis


Alienasi Isolasi sosial Rendah diri

Preokupasi Pesimisme Fobia sebutkan :


…………………

Waham : sebutkan jenisnya


Agama Somatik/hipokond Kebesaran Curiga
rik

Nihilistik Sisip piker Siar pikir Kontrol


pikir

Kejaran Dosa
Jelaskan : -
Masalah Keperawatan : -

 Bentuk Pikir
√ Realistik Nonrealistic autistik

Dereistik
Jelaskan : -
Masalah Keperawatan : -
8. Memori
Gangguan daya ingat jangka Gangguan daya ingat jangka pendek
panjang

√ Gangguan daya ingat saat ini Amnesia, sebutkan jenisnya


……………………

Paramnesia sebutkan jenisnya ………..

Hipermnesia sebutkan …………..


Jelaskan : Daya ingat terkadang ingat terkadang tidak
Masalah Keperawatan : -

9. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung


√ Mudah beralih Tidak mampu Tidak mampu berhitung
berkonsentrasi sederhana

Jelaskan : Istri klien mengatakan untuk Konsentrasi dan berhitung klien sangat mudah
beralih
Masalah Keperawatan : -
10. Kemampuan Penilaian
√ Gangguan ringan Gangguan bermakna

Jelaskan : Kemampuan klien dalam menilai seseorang terkadang masih bingung


Masalah Keperawatan : -

11. Daya tilik diri /insight


√ Mengingkari penyakit yang diderita Menyalahkan hal-hal diluar dirinya

Jelaskan : Tidak mau dianggap bahwa klien mengalami gangguan


Masalah Keperawatan : -
12. Interaksi selama wawancara
Bermusuhan √ Tidak kooperatif Mudah tersinggung

Kontak mata kurang Defensif Curiga

Jelaskan : Saat ingin didekati untuk melakukan wawancara ringan pun pasien sudah
menunjukkan penolakan
Masalah Keperawatan : -

VI. FISIK

1. Keadaan umum : Compusmentis (Sadar)

2. Tanda vital : TD : 140/60 N : 88x/mnt S : 36,8OC P : 20x/mnt

3. Ukur : TB : 168 Cm BB : 80 Kg Turun √ Naik

4. Keluhan fisik : √ Tidak Ya jelaskan


…………………………………

5. Pemeriksaan fisik :
Jelaskan : Pada saat dilihat, tidak ada tanda tanda fisik pasien
menunjukkan tanda-tanda abnormal, dari ujung kepala hingga
kaki tidak terdapat pembengkakan atau apapun itu, hanya saja
klien tidak mau didekati dan pemeriksaan dilakukan mengamati
klien dari jauh dan mendapatkan informasi melalui informan
(istri) klien.
Masalah Keperawatan : -

VII. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL (sebelum dan sesudah sakit)

1. Konsep diri :
a. Citra tubuh :Klien menyukai bentuk tubuhnya
b. Identitas : Klien anak tunggal
c. Peran : Klien sebagai suami
d. Ideal diri : Klien sering berbicara sendiri dan ketergantungan dengan
obat-obatan
e. Harga diri : Klien merasa ketergantungan dengan istrinya
Masalah Keperawatan : Hambatan interaksi social b.d Gangguan konsep diri
_____________________________________________________________
2. Genogram :
Keterangan :
: Perempeuan

: laki-laki

: klien

: cerai

: garis keturunan

: garis perkawinan

: meningal

3. Hubungan Sosial :
a. Orang terdekat : Klien dengan orang terdekat terkadang bisa marah-marah dan
selalu saja ingin sendiri
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : -
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : -
Masalah Keperawatan : -

4. Spiritual & kultural


a. Nilai dan keSyakinan : Klien memiliki keyakinan terlalu berlebihan
b. Konflik nilai / keyakinan / budaya : -
c. Kegiatan ibadah : Selalu melaksanakan ibadah secara berlebihan
Masalah Keperawatan : -

VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG

1. Makan
√ Bantuan minimal Bantuan total

2. BAB / BAK
√ Bantuan minimal Bantuan total

3. Mandi
√ Bantuan minimal Bantuan total

4. Berpakaian / berhias
Bantuan minimal Bantuan total

5. Istirahat dan tidur


Tidur siang lama : _________________________ s/d
_________________________

Tidur malam lama : _________________________ s/d


_________________________

Aktivitas sebelum / sesudah tidur : _____________________ s/d


_____________________

6. Penggunaan obat
√ Bantuan minimal Bantuan total
7. Pemeliharaan kesehatan
Ya Tidak
Perawatan Lanjutan √

Sistem Pendukung √

8. Aktivitas di dalam rumah


Ya Tidak
Mempersiapkan makanan √

Menjaga kerapihan rumah √

Mencuci pakaian √

Pengaturan keuangan √
9. Aktivitas di luar rumah
Ya Tidak
Belanja √

Transportasi √

Lain-lain √

Jelaskan : -
Masalah Keperawatan : -
IX. MEKANISME KOPING

Adaptif Maladaptif
Bicara dengan orang lain Minum alkohol

Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat / berlebih

Teknik relokasi Bekerja berlebihan

Aktivitas konstruktif √ Menghindar

Olah raga Mencederai diri

Lainnya …………………….. Lainnya ………………………………..

Jelaskan :
Masalah Keperawatan :

X. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN

√ Masalah dengan dukungan kelompok, uraikan: Klien tidak ada masalah dengan orang
lain

√ Masalah berhubungan dengan lingkungan, uraikan : Klien tidak dapat bergaul dengan
lingkungan sekitar

Masalah dengan pendidikan, uraikan

√ Masalah dengan pekerjaan, uraikan: Klien tidak dapat melakukan pekerjaan


√ Masalah dengan perumahan, uraikan : Klien tidak dapat melakukan pekerjaan yang ada
di dalam rumah, klien selalu ketergantungan kepada istrinya

Masalah dengan ekonomi, uraikan

Masalah dengan pelayanan kesehatan, uraikan

Masalah lainnya, uraikan

Masalah Keperawatan :

XI. KURANG PENGETAHUAN TENTANG

√ Penyakit jiwa Sistem pendukung

Faktor presipitasi √ Penyakit fisik

√ Koping Obat-obatan

Lainnya : -

Masalah Keperawatan : -

XII. ASPEK MEDIK

Diagnosa medik : Isolasi Sosial (ISOS)

Terapi medik : -

XIII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN

 Resiko perubahan sensori prepsi


 Isolasi sosial
XIV. ANALISA DATA

N DATA MASALAH
O

1.
Ds : Istri klien mengatakan klien terlihat Hambatan Rasa Nyaman
kurang nyaman dengan lingkungan
ataupun orang sekitar
Do : Klien nampak terlihat gelisah dan
menyendiri
TD : 140/60 mmHg
N : 88x/mnt
R : 20x/mnt
S : 36,8oC

2.
Ds : Istri klien mengatakan klien kesulitan Kontrol Emosi Labil
mengekspresikan wajah
Do : Klien nampak terlihat menarik diri,
ekspresi wajah dan emosi kurang
TD : 140/60 mmHg
N : 88x/mnt
R : 20x/mnt
S : 36,8oC

3. Ds : Istri klien mengatakan klien sering


tidak ingat waktu ketika sholat Hambatan Komunikasi Verbal
(disorientasi waktu) dan kadang tidak mau
berbicara
Do : Klien nampak tidak mau diganggu
dan gelisah
TD : 140/60 mmHg
N : 88x/mnt
R : 20x/mnt
S : 36,8oC
Ds : Istri klien mengatakan klien tidak
4.
terlalu berinteraksi dengan tetangga Hambatan Interaksi Sosial
ataupun keluarga
DO : Klien nampak menyendiri
TD : 140/60 mmHg
N : 88x/mnt
R : 20x/mnt
S : 36,8oC
XV. POHON MASALAH

Perubahan sensori/ persepsi:


Halusinasi pendengaran

Isolasi sosial:
Menarik diri

Gangguan konsep diri:
Harga diri rendah

XVI. DIAGNOSA KEPERAWATAN

 Resiko perubahan sensori prepsi b.d halusinasi dengan gangguan interaksi sosial
menarik diri
 Isolasi sosial b.d harga diri rendah
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NAMA KLIEN : Tn. R


NO. REG :-

N DIAGNOSA IMPLEMENTASI RESPON TT


O KEPERAWATAN HASIL
1. Resiko gangguan SP1: 1. Membina S:
sensori persepsi: hubungan saling percaya. a. Klien menjawab
Halusinasi 2. Membantu klien salam perawat
berhubungan dengan mengenal b. Klien mengatakan
menarik diri penyebab isolasi sosial 3. namanya Tn.R
Membantu klien senang dipanggil Tn.Rc.
mengenal keuntungan Klien mengatakan
berhubangan dan kerugian kabarnya baik
tidak berhubungan dengan d. Klien mengatakan
orang lain 4. Mengajarkan tidak mau bergaul
klien cara berkenalan 5. dengan orang lain
Memasukan ke jadwal karena malas dan malu
harian klien e. Klien mengatakan
keuntungan berinteraksi
dengan orang lain
adalah banyak teman
banyak ilmu
f. Klien mengatkan
kerugian tidak
berinteraksi dengan
orang lain adalah tidak
punya teman
g. Klien mengatakan
mau berkenalan dengan
orang lain
O:
a. Klien menjawab
salam perawat dan
mengungkapkan alasa
menarik diri
b. Klien mengerti
tentang manfaat
berinteraksi dan
kerugian tidak
berinteraksi dengan
orang lain
c. Kontak mata sedikit
saat berkurang
d. Klien tidak
maumemulai
pembicaraan
e. Klien kurang
kooperaif sering
menunduk
f. Dan kurang fokus
pada pembicaraan A:
Klien mampu
mempraktekan cara
berkenalan
P:
Klien
a. Motivasi klien untuk
belajar berkenalan
dengan perawat
b. Anjurkan klien untuk
untuk memasukan ke
jadwalkegiatan harian
Perawat:
a. Evalusi SP1
b. Ajarkan klien
untuk berinteraksi
dengan perawat
lain(SP2)
SP2: 1. Mengevaluasi SP1 S: a. Klien mengatakan
2. Mengajarkan klien kabarnya baik b. Klien
berinteraksi secara mengatakan masih
bertahap(berkenal dengan mengingat yang
orang pertama seorang diajarkan perawat
perawat) 3. Memasukan kemarin yaitu cara
ke jadwal harian klien tentang berkenalan c.
Klien mengatakan mau
berkenalan dengan
perawat
O:
a. Klien tampak lebih
semangat
b. Kontak mata mulai
ada
c. Klien sudah bisa
tersenyum sedikit
d. Klien tampak lebih
kooperatif dari
sebelumnya
A:
a. Klien mampu
mengulang cara
berkenalan (SP1)
b. Klien mampu
berkenalan dengan
perawat lain(SP2)
P:
Klien:
a. Motivasi klien untuk
berkenalan dan
berinteraksi dengan
perawat lain
b. Anjurkan klien untuk
memasukan jadwal
harian
Perawat:
a. Evaluasi SP1 dan SP2
b. Ajarkan klien untuk
berkenalan dengan
orang lain (klien lain)

SP3: S:
1. Mengevaluasi sp 1 a. Klien mengatakan
2. Melatih klien perasaannya lebih baik
berinteraksi secara dari hari kemarin
bertahap( berkenalan b. Klien mengatakan
dengan dengan orang masih mengingat SP1
kedua seorang klien) yaitu cara berkenalan
3. Memasukan ke jadwal dengan perawat yang
harian klien lain
c. Klien mengatakan
mau berkenalan dengan
klien yang lain
O:
a. Klien lebih
kooperatif dari
sebelumnya
b. Kontak mata ada
c. Klien tidak bisa
fokus dengan klien lain
karena lebih terbiasa
dengan perawat
A:
a. Klien mampu
mengulang SP1 yaitu
cara berkenalan dan SP2
yaitu berkenalan dengan
perawat lain
b. Klien belum mampu
melakukan SP3 yaitu
berkenalan dengan klien
lain
P:
Klien
a. Motivasi klien untuk
berkenalan dengan klien
yang lain
b. Ajarkan klien untuk
untuk memasukan ke
jadwal harian
Perawat
a. Evaluasi SP1 dan
SP2
b. Ulangi tindakan
untuk SP3 karena belum
optimal
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pada makalah ini kami dapat menyimpulkan bahwa isos adalah keadaan
dimana individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu
berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Klien mungkin merasa di tolak,tidak
diterima,kesepian,dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang
lain. Isolasi sosial merupakan upaya klien untuk menghindari interaksi dengan orang
lain maupun berkomunikasi dengan orang lain
4.2 Saran
Sebaiknya mahasiswa/i mampu mempelajari dan memahami tentang konsep
asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa (isos). Kita akan mengetahui
bagaimana cara menangani atau mempelajari tentag gangguan jiwa pada pasien isos.
Semoga dengan pembuatan laporan ini dapat bermanfaat yang akan menjadi informasi
untuk kehidupan kita sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai