Anda di halaman 1dari 5

No : Eka

Nama Keterangan Pembahasan


Nurdamayanti, Mariatul Kiptiah, Nur Syarifah, Rovita Usnul Ado
1. :Topik
NIM Melakukan
1114190633, 1114190637, Pengkajian
1114190641, Di Unit Kritis dan Gawat Darurat
1114190642
2. Tema penelitian Pengkajian Pada Pasien Ventilator Mekanik
Semester : VII (Tujuh)
yang di ambil
3. Sumber dari Jurnal 1
Tentang "HUBUNGAN PEMAKAIAN VENTILASI
MEKANIK DENGAN KEJADIAN VAP (VENTILATOR
ASSOCIATED PNEUMONIAE) PADA PASIEN
MENGGUNAKAN CPIS (CLINICAL PULMONARY
INDICATOR SCORE) DI RUANG ICU RUMAH SAKIT
PARU JEMBER" Oleh: Nurul Hidayah Rahmawati (2021).
http://repository.unmuhjember.ac.id/8424/

Jurnal 2
Tentang "HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT
TENTANG PENCEGAHAN VENTILATOR ASSOCIATED
PNEUMONIA (VAP) DENGAN PENINGKATAN ANGKA
VAP DI RUANG ICU RUMAH SAKIT SARI ASIH
KARAWACI TANGERANG 2016 " Oleh: Dewi Fitriani
(2018)
https://ejournal.unair.ac.id/JNERS/article/download/
3975/2691/11176

4. Hasil diskusi yang Jurnal 1


disesuaikan dengan VAP merupakan salah satu infeksi nosokomial yang timbul
sumber pada pasien yang terpasang ventilator yang paling sering
ditemui di unit perawatan intensif (ICU). VAP didefinisikan
sebagai pneumonia yang terjadi 48 jamatau lebih setelah
ventilator mekanik diberikan. Diagnosis pasien dapat dibantu
dengan Critical Pulmonary Infection Score (CPIS). Score CPIS
0-12, penentuan CPIS berdasarkan pada 6 variabel, yaitu suhu
tubuh, jumlah leukosit, volume dan tingkat kekentalan secret
dalam trakea, oxigenasi, foto thorax dan kultur sputum ,
sehingga dapat mengidentifikasi VAPsecara dini. Metode:
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
Deskriptif korelasi. Dengan menggunakan metode pendekatan
cross sectional. Populasi penelitian ini sebanyak 15 responden.
Dalam penelitian ini juga Pasien dengan score CPIS lebih dari
6 mengindikasikan kecurigaan VAP, sehingga dapat
mengidentifikasi VAP secara dini. Pembuatan diagnosa VAP
secara dini sangat penting untuk
menurunkan biaya, angka kesakitan dan kematian serta
lamanya tinggal dirumah sakit. Didapatkan hasil selama tahun
2019 terdapat 254 pasien yang masuk ICU dan sebanyak 41
pasien menggunakan ventilator mekanik dengan lama
pemakaian venti lator lebih dari 96 jam (4 hari). Dari 41 pasien
yang menggunakan ventilator lebih dari 96 jam, 12 pasien
diantaranya dari hasil biakan kultur sputum ditemukan bakteri
penyebab pneumoniae sehingga bisa dikatakan 29,26%
pasien terdiagnosa VAP.

Jurnal 2
Ventilator Associated Pneumonia (VAP) didefenisikan sebagai
pneumonia yang terjadi 48 jam atau lebih setelah ventilator
mekanik diberikan. Ventilator Associated Pneumonia (VAP)
merupakan bentuk infeksi nosokomial yang paling sering
ditemui di unit perawatan intensif (UPI), khususnya pada
pasien yang menggunakan ventilator mekanik (Wiryana,
2007). Insiden Ventilator Associated Pneumonia (VAP) pada
pasien yang mendapat ventilasi mekanik sekitar 22,8 %, dan
pasien yang mendapat ventilasi mekanik menyumbang
sebanyak 86% dari kasus infeksi nosokomial. Tindakan yang
dapat dilakukan untuk mencegah VAP diantaranya cuci tangan
dan pemakaian sarung tangan sebelum dan sesudah melakukan
tindakan, dekontaminasi oral, intervensi farmakologis oral,
stress ulcer prophilaxis, pengisapan sekret endotrakeal,
perubahan posisi klien, posisi semi-fowler, pengisapan sekret
orofaring dan pemeliharaan sirkuit ventilator (Agustyn, 2007).
Perawat sebagai ujung tombak pelayanan di rumah sakit
khususnya perawat Intensive Care Unit ( ICU) perlu memiliki
pemahaman dasar mengenai penggunaan ventilator mekanik
dan mampu dalam pengelolaan pasien dengan ventilator
mekanik yang meliputi: Perawatan jalan napas, perawatan
endotrakeal, tekanan manset selang (cuff tube), perawatan
gastro intestinal, dukungan nutrisi, perawatan mata dan
perawatan psikolgis pasien (Purnawan dan Saryono, 2010).
Pengetahuan yang harus dimiliki oleh perawat sebagai pemberi
perawatan tehadap pasien yang di rawat di ICU harus mampu
melakukan perawatan yang sesuai dengan masalah yang
dihadapi pasien, kemampuan dalam melakukan perawatan pada
pasien di ICU diperoleh dengan cara pelatihan khusus ICU.
pelatihan yang harus dimiliki oleh seorang perawat ICU
mencakup: Pelatihan pemantauan (monitoring), pelatihan
ventilasi mekanik. Pelatihan terapi cairan, eletrolit, dan
asambasa, pelatihan penatalaksanaan infeksi dan pelatihan
manajemen ICU. Pelatihan yang dimaksud di atas merupakan
modal utama perawat ICU dalam melakukan perawatan
terhadap pasien yang dirawat di ICU. Menurut peneliti tingkat
pengetahuan perawat yang baik (55%) dikarenakan latar
belakang penagalaman dan tingginya tanggung jawab personal.
kepatuhan perawat dalam mencegah terjadinya VAP pada
pasien yang terpasang ventilator, sehingga akan membentuk
sikap perawat yang sesuai dengan standar perawat yang
seharusnya.

Dari hasil perbandingan antara jurnal 1 dengan jurnal 2 yaitu:


Bahwa pada jurnal 1 menjelaskan tentang penggunaan VAP
ditentukan dengan score CPIS yang dimana penggunaan VAP
ini diberikan pada pasien yang terkena penyakit pneumonia
diruangan ICU, penggunaan VAP sangat penting diberikan
sejak dini untuk mengurangi angka kematian pada pasien
pneumonia. Sedangkan pada jurnal menjelaskan bahwa
seorang perawat sangat penting untuk mengetahui cara
penggunaan VAP yang diberikan pasien di ruangan ICU,
karena banyak kejadian kurang nya pengetahuan seorang
perawat dalam penggunaan alat ventilator ini berakibat fatal.
5 Strategi penelitian Jurnal 1
sederhana yang Dengan demikian Mengemukakan pencegahan VAP dapat
akan dilakukan dilakukan dengan melakukan tindakan mencuci tangan,
memakai sarung tangan, dekontaminasi oral, intervensi
farmakologis oral, dan stress ulcer prophylaxis. Di samping itu,
pengisapan sekret endotrakheal, perubahan posisi klien, posisi
semifowler, dan pemeliharaan sirkuit ventilator juga dapat
mencegah terjadinya VAP. Hal ini dapat menurunkan total skor
dari simplified version of CPIS. diharapkan akan memberikan
pengetahuan bagi tenaga kesehatan khususnya keperawatan
untuk memberikan asuhan keperawatan dengan baik yang
berhubungan dengan pemakaian ventilasi mekanik lebih dari
96 jam dengan kejadian VAP pada pasien dengan
menggunakan indikator CPIS.
Jurnal 2
Sebaliknya pada penelitian ini didapatkan tingkat pengetahuan
perawat ICU. Menurut peneliti tingginya tingkat pengetahuan
responden akan mempengaruhi pola pikir responden yang telah
terpapar informasi dari lingkungan, pengalaman kerja dan
pelatihan khusus yang dijalani. Saat seseorang menerima suatu
informasi, secara otomatis pola pikir akan merespon dan
menseleksi informasi tersebut dalam hal ini tentang
pencegahan VAP sehingga semakin baik tingkat pengetahuan
perawat tentang pencegahan VAP maka akan semakin kecil
kemungkinan kejadian VAP pada pasien di ICU.
6 Kesimpulan Dari hasil dan pembahasan anatara Jurnal 1 dan Jurnal 2
didapatkan penelitian yang dilalukan dengan hasil uji dapat
menyebabkan berisiko VAP adalah intubasi endotrakheal,
peningkatan durasi penggunaan ventilasi mekanik, lama tinggal
di rumah sakit, pemakaian alat yang memerlukan tindakan
invasif (seperti: ETT, kateter, alat ukur tekanan vena sentral),
penggunaan antibiotik sebelumnya (penggunaan sembarangan
antibiotik), transfusi sel darah merah (efek imunomodulator),
posisi terlentang, tindakan pembedahan dan obat-obatan.Selain
itu juga ada beberapa faktor resiko penyebab timbulnya VAP
diantaranya Albumin serum < 2,2 g/dl, usia ≥ 60 tahun, dan
ARDS. Sedangkan“Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang
Pencegahan Ventilator Associated Pneumonia (VAP) Dengan
Peningkatan Angka VAP di Ruang ICU RS Sari Asih
Karawaci
Tangerang” Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan tentang
pencegahan Ventilator Associated Pneumonia(VAP) sebagian
besar dalam kategori baik (77%). Distribusi frekuensi kejadian
Ventilator Associated Pneumonia (VAP) dengan angka
CPIS<6 di Rumah Sakit Sari Asih Karawaci Tangerang yaitu
sebanyak 10 orang (77%). Dan Ada hubungan yang signifikan
tingkat pengetahuan tentang pencegahan Ventilator Associated
Pneumonia (VAP) dengan peningkatan angka VAP di Ruang
ICU RS Sari Asih

Anda mungkin juga menyukai