RESPIRASI II
Tentang :
VENTILATOR ASSOCIATED PNEUMONIA( VAP )
Disusunoleh:
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Berdasarkan fenomena diatas, penulis tertarik menelaah jurnal mengenai
dekontaminasi oral yang efektif untuk mencegah terjadinya Ventilator associated
pneumonia (VAP).
1.4 Manfaat
2
BAB II
PEMBAHASAN
Membagi VAP menjadi onset dini yang terjadi dalam 4 hari pertama pemberian
ventilasi mekanis dan onset lambat yang terjadi 5 hari atau lebih setelah pemberian
ventilasi mekanik. VAP onset dini yang terjadi pada 4 hari pertama perawatan di
ICU pada umumnya memiliki prognosis lebih baik karena disebabkan oleh kuman
yang masih sensitif terhadap antibiotika.VAP onset lambat yang terjadi selama 5 hari
atau lebih perawatan memiliki prognosis yang lebih buruk karena disebabkan oleh
kuman patogen yang Multi Drug Resisten
( MDR),Ibrahim,2000 dalam Wiryana,2007.
3
2.2 Etiologi VAP
Bakteri yang menyebabkan VAP terbagi berdasarkan onset atau lamanya pola
kuman. Kelompok pertama dengan onset dini adalah Streptococcus penumoniae,
Haemophilus influemza, Moraxella cattarrhalis, Staphylococcus aureus, dan
kuman aerobik gram negative dan Methicilin sensitive staphylococcus aureus
(MSSA). Kelompok berikutnya dengan onset lambat adalah Pseudomonas
aeruginosa, Enterobacter spp, Klebsiella pneumonia,Serratia marcescens, jamur
dan E. Coli. Kelompok penyebab VAP lainnya adalah bakteri anaerob, Legionella
penumophillia, Influenza A,B dan Methicillin resistan staphylococcus aureus
(MRSA).
Risiko terkait penjamu termasuk kondisi yang suda ada sebelumnya seperti
imunocompromise, penyakit paru-paru obstruktif kronis, dan sindromgangguan
pernafasan akut. Faktor lainnya termasuk kondisi tubuh pasien, tingkat kesadaran,
jumlah intubasi, dan obat-obatan, termasuk obat anestesi dan antibiotik. Dalam
suatu studi, kontaminasi bakteri sekresi endotrakrea lebih tinggi pada pasien
dengan pada posisi terlentang dibanding kan pada pasien dengan posisi setengah
berbaring. Hilangnya kesadaran yang mengakibatkan hilangnya reflek batuk dan
muntah berkontribusi terhadap risiko aspirasi yang dimana dapat meningkatkan
4
risiko VAP. Reintubasi dan aspirasi selanjutnya dapat meningkatkan kemungkinan
VAP sebesar 6 kali lipat. Perangkat yang berhubungan dengan risiko VAP antara
lain adalah selang endotrakea, sirkuit ventilator dan adanya nasogastrik atau
orogastrik tube.
5
infeksi paru. Dinyatakan oleh Torres bahwa diagnosis VAP meliputi tanda-tanda
infiltrat baru maupun leukopeni dan sekret purulen. Gambaran foto torak disertai
dua dari tiga criteria gejala tersebut memberikan sensitivitas 69% dan spesifitas
75%.Hal ini terangkum dalam Clinical Pulmonary Infection Score (CPIS), dimana
nilai ≥6 dinyatakan positif.
6
demikian kuman yang masuk ke saluran nafas bagian bawah akan mengalami
kolonisasi dan berkembangan sehingga menyebabkan hambatan di paru-paru.
Paru-paru yang berusaha bekerja menyalurkan oksigenmenjadi terhambat
2.6 Terapi
Sebagai masalah yang sedang berkembang dalam perawatan pasien, infeksi
yang didapat dirumah sakit memerlukan perhatian khusus pada pasien ICU karena
secara signifikan berhubungan dengan hasil buruk biaya yang lebih tinggi.
Pneumonia menjadi penyakit yang umum dikalangan pasien ICU, kejadian
berkisar antara 9,3 VAP dan 13,6 kasus per 1000 hari ventilasi. Awal terapi
antimikroba yang tepat dan memadai merupakan factor penentu yang penting dari
hasil klinis.
Sediaan yang direkomendasikan termasuk monoterapi dengan
acylaminopenicillines + betalaktamase inhibitor, chepalosporins generasi ketiga,
kuinolon, carbapenemes dan sediaan kombinasi.
7
2) Suction
Suctionendotrakeal merupakan prosedur penting dan sering
dilakukanuntuk pasien yang membutuhkan ventilasi mekanis. Prosedur
ini dilakukanuntuk mempertahankan patensi jalan napas, memudahkan
penghilangansekret jalan napas, merangsang batuk dalam, dan
mencegah terjadinyapneumonia (Smeltzer, 2002).
3) Oral dekontaminasi
Oral dekontaminasi atau perawatan mulut juga merupakan salah
satutindakan mengurangi jumlah bakteri dalam rongga mulut pasien.
yang dapatdilakukan dengan intervensi mekanis dan farmakologis.
Intervensi mekaniktermasuk menyikat gigi dan pembilasan dari
rongga mulut untukmenghilangkan plak gigi. Adapun intervensi
farmakologis melibatkanpenggunaan antimikroba ( Luna, 2003).
Penggunaan antibiotik profilaksis sistemik tidak menurunkan kejadian
VAP dan ketika agen-agen yangdigunakan tidak tepat, dapat
mengembangkan resistensi antibiotik (Mandell,2007)
4) Perubahan posisi tidur
Rutin mengubah pasien minimal setiap dua jam dapat
meningkatkandrainase paru dan menurunkan resiko VAP. Penggunaan
tempat tidur mampurotasi lateral terus menerus dapat menurunkan
kejadian pneumonia tetapitidak menurunkan angka kematian atau
durasi ventilasi mekanis (Pineda dkk,2006).
b. Tindakan pencegahan untuk mencegahaspirasi ke paru-paru. Selain
strategiuntuk mencegah kolonisasi, strategi untuk mencegah aspirasi juga
dapatdigunakan untuk mengurangi risiko VAP.
Strategi tersebut meliputi :
1) Menyapih dan ekstubasi dini
Karena adanya suatu selang endotrakeal merupakan predisposisi
pasienVAP, oleh karena itu pasien harus diobservasi setiap hari.
8
Jikamemungkinkan menyapih dan ekstubasi lebih dini dari ventilasi
mekanislebih dianjurkan (Wiryana, 2007).
2) Posisi semifowler
Memberikan posisi pasien dalam posisi semifowler dengan kepala
tempattidur ditinggikan 30° sampai 45° mencegah refluks dan aspirasi
bakteri darilambung ke dalam saluran napas. Cukup mengangkat kepala
30° tempat tidurdapat menurunkan VAP sebesar 34% (AACN, 2007).
9
BAB III
TINJAUAN KASUS ATAU STUDI KASUS
Ny.R umur 25 tahun agama islam,suku bangsa jawa,perkerjaan PNS alamat jl.H T
jambi.klien masuk Rs pada tanggal 30 september 2012 ruang paru kelas 1, klien
masuk Rs dengan Hiperkapnia atau penuranan kesadaran dan pasien terpasang
ventilator,hidung memerah, penggunaan otot bantu pernafasan, dan timbul
sianosis,badan lemas dan, malaise, gelisah, ansietas, adanya retraksi dada,dari hasil
pemeriksaan fisik TD:130/90 mmHg, suhu:37 C, Nadi: 100 x/menit ,RR:32x/menit.
10
BAB IV
PENGKAJIAN KASUS
3.1 ASUHAN KEPERAWATAN
I. Identitas
a. Identitas klien
Nama : Ny. R.
Umur : 25 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : PNS
Agama : Islam
Alamat : jl.H T. Jambi
Status perkawinan : Sudah menikah
Tgl masuk : 30 September 2015
Tgl pengkajian : 03 Oktober 2015
Dx. Medis : Pneumonia
Gagal nafas.
11
hasil pemeriksaan fisik TD:130/90 mmHg, suhu:37 C, Nadi: 100 x/menit
,RR:32x/menit.
Klien mengatakan tidak ada riwayat alergi terhadap kuman, debu, dll.
penyakit seperti yang dialaminya dan tidak ada anggota keluarga yan
Aktivitas Istirahat:
Eliminasi
BAK: 2x BAB:1x
12
Output lancar frekuensi bab lancar
6) Pemeriksaan fisik
Keadaan umum :
Klien tampak lemah, klien tampak kesulitan bernapas dan klien tampak
gelisah.
TTV :
TD : 130/90 mmHg
ND : 100 x/menit
RR : 32 x/menit
S : 37°C.
Kepala :
Mata :
Inspeksi: simetris mata kika, simetris bola mata kika, warna konjungtiva
Telinga :
Inspeksi: bentuk dan posisi simetris kika, warna sama dengan kulit,tidak
13
Mulut : ada bau mulut ,lidah simetris, mukosa bibir kering dan pucat,langit
langit utuh.
Intergumen :
kering.
Abdomen :
Perkusi: timpani
Jantung
Inspeksi: simestris
Perkusi: normal
Kuku :
Thorak / paru
14
Palpasi : ada nyeri dad skala nyeri 8
Perkusi : Redup
Bawah : Atas:
kiri
7) Pemeriksaan penunjang
15
3.2 ANALISA DATA
16
3.3 Diagnosa Keperawatan yang Muncul
yang kental.
4. Koping individu tidak efektif dan ketidak berdayaan yang berhubungan dengan
17
3.4 Rencana Asuhan Keperawatan
Hasil
pembersihan jalan
mampu melakukan
kesadaran.
17
3.5 Evaluasi
Format
Catatan Perkembangan
Diagnosa
Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi
Keperawatan
Bersihan jalan Jam : 08.00,- S : Klien terlihat
O3okt 2015 nafas tak 03oktober nafasnya
efektif 2015 tidak terlalu
berhubungan sesak lagi
dengan - Memberikan O : RR :
peningkatan obat sesuai 44x/menit
produksi indikasi misal : A : Masalah
sputum ekspektoran. teratasi
- Berikan cairan sebagian
tambahan P : Intervensi
misal IV dilanjutkan
oksigen
humidifikasi
18
bantu pasien
dalam teknik
menekan dada
selama episode
batuk.
- Memberikan
analgesik dan
antitusif sesuai
indikasi.
19
BAB V
PEMBAHASAN KASUS
1. Pengkajian
Pengkajian pada Ny.R umur 25 tahun agama islam,suku bangsa jawa,perkerjaan
PNS alamat jl.H T jambi.klien masuk Rs pada tanggal 30 september 2012 ruang
paru kelas 1, klien masuk Rs dengan Hiperkapnia atau penuranan kesadaran dan
pasien terpasang ventilator,hidung memerah,penggunaan otot bantu pernafasan,
dan timbul sianosis,badan lemas dan, malaise, gelisah, ansietas, adanya retraksi
dada,dari hasil pemeriksaan fisik TD:130/90 mmHg, suhu:37 C, Nadi: 100
x/menit ,RR:32x/menit.
Diagnosa Keperawatan
a) Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekresi pada jalan napas.
Penulis menegakkan diagnosa tersebut berdasarkan data
yangdidapatkan pada klien saat pengkajian yaitu data subjektif :pasien
keadaan tidak sadar data objektif : sputum hijau dan purulen.
b) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan ototpernapasan
Penulis menegakkan diagnosa tersebut berdasarkan data
yangditemukan pada klien saat pengkajian yaitu data Subjektif : sesak
napas, data objektif : pasien dispneu,napas cuping hidung, RR : 32x/menit,
terdapat retraksi dada.
2. Pelaksanaan Tindakan
Implementasi keperawatan dan Rasional ketidakefektifan bersihan jalan
napas yang dilakukan menurut (Wilkinson, 2011), adalah
20
a) Monitor vital sign (suhu, RR, Nadi) dengan rasional untukmengetahui
keadaan umum klien.
b) Monitor respirasi dan oksigenasi dengan rasional penurunan bunyinapas
dapat menunjukkan atelektasis.
c) Auskultasi bunyi napas dengan rasional untuk mencatat adanyasuara napas
tambahan.
d) Sajikan minum hangat atau air susu hangat dengan rasional
dapatmelunakan secret
e) Kolaborasi dalam pemberian terapi nebulizer 2,5 mg denganrasional
melancarkan jalan napas.
21
3. Evaluasi
a) Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubunganketidakmampuan untuk
mengeluarkan sekresi jalan napas
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3 x 24 jam pada diagnosa ini
dengan kriteria hasil pada , 03 Oktober 2015 jam 13.45 adalah subjektif :
pasien mengatakan anak masih batuk. Objektif : pasien masih batuk,suara
napas ronkhi, RR : 50 x/menit,suhu : 36,5ºC, nadi : 120 x/menit. Assement
: Masalah teratasi sebagian. Planning : Lanjutkan intervensi.
b) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan ototpernapasan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3 x 24 jam pada diagnosa ini
dengan kriteria hasil pada 03 oktober 2015jam 13.45 adalah Subjektif :
pasien mengatakan sesak napas berkurang. Objektif : Sesak napas
berkurang, RR : 40 x/menit, suhu. Assement : masalah teratasi sebagian.
Planning : lanjutkan intervensi
22
BAB VI
PENUTUP
3.2 Kesimpulan
3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini kelompok kami menyadari masih banyak
terdapat kekurangan dan kelemahannya baik dari segi isi maupun teknis
penulisannya. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat kami harapkan guna perbaikan dalam penulisan makalah
ini dan kami berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi semua pihak.
23
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC Jilid 2. Jakarta:EGC
iii