Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan masalah kesehatan dan
menjadi salah satu penyebab angka kesakitan dan kematian yang berdampak pada sosial
dan ekonomi dunia. Prevalensi PPOK semakin meningkat dan diperkirakan pada tahun
2020 akan menjadi penyebab kematian nomor tiga di dunia. Penyakit paru obstruktif
kronik ditemukan sebanyak 384 kasus di dunia tahun 2010 dengan prevalensi global
sebesar 11,7%. Asia Pasifik pada tahun 2012 memiliki prevalensi PPOK yang masih
cukup tinggi yaitu sebesar 6,2%, sedangkan di Indonesia berkisar 4,5%. Lebih dari tiga
juta kematian akibat PPOK pada 2012 yang meliputi 6% dari seluruh kematian global.
Jumlah kematian akibat PPOK di negara berkembang meningkat seiring meningkatnya
jumlah masyarakat yang merokok. Merokok menyebabkan kematian sebesar 12% di
China dan diperkirakan akan meningkat menjadi 30% pada 2030. Risiko perokok
menderita PPOK berkisar 15-20%.

COPD/PPOK (Penyakit paru obstruksi kronis) adalah penyakit peradangan


paru berkembang dalam jangka waktu Panjang. Penyakit ini menghalangi aliran udara
dari paru-paru karena terhalang pembengkakan dan lender atau dahak, sehingga
penderitanya sulit bernapas. PPOK merupakan suatu penyakit kronis yang
dikarenakan adanya penyumbatan pada saluran pernapasan sehingga menyebabkan
terhambatnya aliran udara yang disebabkan karena paparan yang lama terhadap polusi
maupun asap rokok. Penyakit ini merupakan istilah lain untuk penyakit paru yang
berlangsung lama (Grace, 2011).
Perawatan paliatif merupakan pelayanan kepada kepada pasien yang
penyakitnya sudah bereaksi terhadap pengobatan kuratif,atau tidak dapat
disembuhkan secara medis. Tujuan dari perawatan paliatif adalah untuk
memaksimalkan perawatan, mengurangi penderitaan dan meningkatkan kuliatas
hidup penderita.Bagaimanapun juga para penderita COPD tidak akan mendapat
seluruh aspek perawatan paliatif tersebut. Saat ini perawatan paliatif banyak diterima
oleh para penderita kanker,untuk menekan gejala penyakit yang biasanya menyertai
seperti nyeri, mual dan dukungan spiritual sampai akhir kehidupan. Dari banyak
penelitian bahwa banyak penderita COPD yang dapat melakukan aktivitas sendiri,

1
sehingga jarang bagi meraka merasa butuh perawatan paliatif. Namun, pada COPD
yang parah akan didapatkan gejala seperti nyeri, kesulitan bernafas dan kelalahan.
Dalam beberapa penelitianjuga disebutkan COPD memeliki resiko meningkatnya
angka depresi. Pada penelitian Curtis dkk, peningkatan angka depresi pada COPD
dapat dilihat dari perbandingan penderita COPD, AIDS, dan kanker. Yang mana pada
penderita COPD mereka cenderung mengabaikan terapi yang diberikan.Seiring
dengan meningkatnya prevalensi PPOK dan sifat penyakitnya yang kronis,fokus
penanganan PPOK bergeser penekanannya dari pengobatan dan memperpanjang
harapan hidup kini mulai berfokus pada meningkatkan kualitas hidup. Pasien dengan
COPD yang berat biasanya mengalami isolasi social, ketidakmampuan secara fisik
dan mengalami penurunan kualitas hidup. Beberapa membutuhkan kursi roda dan
membutuhkan bantuan kebutuhan hidup dasar seperti mandi.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Apakah yang dimaksud dengan penyakit COPD/PPOK?
2. Bagaimanakah Perawatan Paliatif Terhadap Pasien Penderita COPD/PPOK?
3. Apakah Faktor Resiko perawatan paliatif penderita PPOK?
4. Bagaimanakah Penatalaksanaan perawatan paliatif pada penderita PPOK?
5. Bagaimanakah perawatan paliatif terhadap masalah fisik, psikologis, dan sosial
yang timbul pada penderita COPD/PPOK?
C. Tujuan
1. Tujuan Utama

Tujuan utama dari makalah ini adalah untuk mengetahui apa itu penyakit
COPD dan bagaimana perawatan paliatif pada penderita COPD.

2. Tujuan khusus
a. Mampu memahami apa yang dimaksud dengan penyakit COPD/PPOK.
b. Mampu mengetahui Faktor Resiko perawatan Paliatif PPOK/COPD
c. Mampu memahami Penatalaksaan umum perawatan paliatif PPOK/COPD
d. Mampu mengetahui perawatan paliatif pada masalah fisik, psikologis dan sosial
yang timbul pada penderita COPD/PPOK.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian PPOK

Penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) adalah penyakit umum yang dapat
dicegah dan diobati yang biasanya ditandai dengan gejala pernapasan persisten dan
keterbatasan aliran udara yang disebabkan tersumbatnya jalan napas atau adanya
kelainan alveolar. Biasanya disebabkan oleh pemaparan yang signifikan terhadap
partikel atau gas berbahaya (GOLD, 2017).

COPD/PPOK (Penyakit paru obstruksi kronis) adalah penyakit peradangan paru


berkembang dalam jangka waktu Panjang. Penyakit ini menghalangi aliran udara dari
paru-paru karena terhalang pembengkakan dan lender atau dahak, sehingga
penderitanya sulit bernapas.

1. Kelompok penyakit yang masuk dalam jenis PPOK


Klasifikasi penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) antara lain :
a. Asma
Asma merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan bronkospasme
episodik reversible yang terjadi akibat respons bronkokonstriksi berlebih terhadap
berbagai rangsangan (Robbins, 2007).

b. Bronkitis kronis
Bronkitis kronis merupakan suatu keadaan adanya batuk produktif lebih
dari 250 ml sputum perhari selama minimal 3 bulan pertahun selama 2 tahun
berturut-turut, tanpa ada penyebab medis lain (Patricia, et.al, 2011). Sedangkan
menurut GOLD (2017) bronkitis kronis merupakan batuk produktif dan menetap
minimal 3 bulan secara berturut-turut dalam kurun waktu sedikitnya 2 tahun.

c. Emfisema
Emfisema adalah suatu penyakit yang dimana terjadi kehilangan elastisitas
paru dan pembesaran abnormal dan permanen pada ruang udara yang jauh dari
bronkiolus terminal termasuk destruksi dinding alveolar dan bantalan kapiler
tanpa fibrosis yang nyata.

3
d. Bronkiektasis

Bronkiektasis adalah gangguan pada saluran pernapasan yang terjadi


akibat adanya pelebaran bronkus dan bronkiolus akibat kerusakan otot dan
jaringan elastik penunjang, yang disebabkan oleh atau berkaitan dengan infeksi
nekrotikan kronis. Sekali terbentuk, bronkiektasis menimbulkan kompleks gejala
yang didominasi oleh batuk dan pengeluaran sputum purulen dalam jumlah besar
(Robins, et.al ,2007)

B. Perawatan Paliatif Terhadap Pasien Penderita COPD/PPOK

Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas


hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang
mengancam jiwa, dengan cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui identifikasi
dini, pengkajian yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya
baik fisik, psikologis, sosial atau spiritual (WHO, 2016). Bagaimanapun juga para
penderita COPD tidak akan mendapat seluruh aspek perawatan paliatif tersebut. Saat
ini perawatan paliatif banyak diterima oleh para penderita kanker,untuk menekan
gejala penyakit yang biasanya menyertai seperti nyeri, mual dan dukungan spiritual
sampai akhir kehidupan. Dari banyak penelitian bahwa banyak penderita COPD yang
dapat melakukan aktivitas sendiri, sehingga jarang bagi meraka merasa butuh
perawatan paliatif. Namun, pada COPD yang parah akan didapatkan gejala seperti
nyeri, kesulitan bernafas dan kelalahan. Dalam beberapa penelitianjuga disebutkan
COPD memeliki resiko meningkatnya angka depresi. Pada penelitian Curtis dkk,
peningkatan angka depresi pada COPD dapat dilihat dari perbandingan penderita
COPD, AIDS, dan kanker. Yang mana pada penderita COPD mereka cenderung
mengabaikan terapi yang diberikan.

Pada pasien dengan PPOK sering mengalami keterbatasan dalam melakukan


aktifitas sehari-harinya yang disebabkan oleh dispnea.Selain dispnea karena obstruksi
udara,penurunan kondisi fisik dan disfungsi otot rangka merupakan salah satu ciri
khas dari PPOK (Amoros, 2008). Seiring dengan meningkatnya prevalensi PPOK dan
sifat penyakitnya yang kronis,fokus penanganan PPOK bergeser penekanannya dari
pengobatan dan memperpanjang harapan hidup kini mulai berfokus pada
meningkatkan kualitas hidup. Pasien dengan COPD yang berat biasanya mengalami

4
isolasi social, ketidakmampuan secara fisik dan mengalami penurunan kualitas hidup.
Beberapa membutuhkan kursi roda dan membutuhkan bantuan kebutuhan hidup dasar
seperti mandi.

C. Faktor Resiko perawatan Paliatif pada penderita PPOK/COPD


1. Hal yang perlu diperhatikan
- Riwayat merokok : Perokok aktif, pasif, atau bekas perokok.
2. Riwayat terpajang polusi udara dilingkungan dan tempat kerja
3. Hiperaktivitas bronchus
4. Riwayat infeksi saluran napas bawah berulang (PDIP, 2003)

D. Penatalaksaan umum perawatan paliatif pada penderita PPOK/COPD


 Tujuan penatalaksanaan :
1. Mengurangi gejala
2. Mencegah eksaserbasi berulang
3. Memperbaiki dan Mencegah penurunan faal paru
4. Meningkatkan kualitas hidup penderita
 Penatalaksanaan secara umum PPOK meliputi :
1. Edukasi
2. Obat-obatan
3. Terapi oksigen
4. Ventilasi mekanik
5. Nutrisi
6. Rehabilitasi

E. Masalah-masalah Perawatan Paliatif Pada Penderita PPOK/COPD


1. Perawatan Paliatif Pada Masalah Fisik Penderita COPD
Tata laksana pasien dipsnea (PPOK, Asma, bronkhitis, emfisema) dapat bersifat
farmakologis dan nonfarmakologis, pada pasien akhir kehidupan diantaranya, yaitu:
a. NonFarmakologis
 Menyediakan sirkulasi udara yang baik
 Suhu udara sejuk pada pasien yang dapat di torelir
 Menjelaskan kepada keluarga bahwa tanda-tanda eksternal ( misalnya takipnea)
tidak selalu mengindekasikan ketidaknyamanan pasien

5
 Humidifikasi udara yang di hirup pasien
 Meminimalisir stress dengan mendorong keluarga untuk menghindari
perselisihan dengan pasien
 Meminimalisasi pergerakan dengan menyediakan toilet disisi tempat tidur dan
menggunakan kursi roda untuk pergerakan ; hindari pajanan
 Drainase postural
 Berikan pijat dan alihkan perhatian pasien dengan music atau membaca dengan
keras
 Berikan oksigen dan kipas di kamar pasien
 Kunjungi pasien
 Konsultasi dengan tim paliatif
b. Farmakologis
 Opioid
Sejak abad ke-19 penggunaan opioid telah digunakan untuk mengatasi
sesak pada pasien asma, emfisema, dan PPOK.
 Dipsnea ringan
- Hidrokodon, 5 mg tiap 4 jam
- Asetamenofen-kodein (325-30 mg) 1 tablet tiap 4 jam
 Dipsnea berat
- Morfin
- Oksikodon
- Hidromorfon
 Benzodiazepine, titrasi dosis untuk mengurangi komponen ansietas
 Bronkodilator

2. Perawatan Paliatif Pada Masalah Psikologis Penderita COPD

Perawatan paliatif mencakup berbagai layanan, namun tujuannya jelas.


Sasarannya adalah untuk menawarkan pasien, terserang penyakit serius, terminal
atau sebaliknya, sistem pendukung memimpin menuju kehidupan senormal
mungkin. Ini berarti mengendalikan rasa sakit dan gejala menyedihkan lain
individu mungkin mengalami baik karena penyakit atau pengobatan yang
berkaitan dengannya. Perawatan paliatif mencakup perawatan rohani dan
psikologis. Hal ini juga berusaha untuk menawarkan sistem dukungan keluarga

6
dalam membantu individu beradaptasi dan mengatasi krisis. (Doyle, Hanks and
Macdonald, 2003 :7). Keluarga sebagai unit terkecil memiliki kewajiban untuk
memenuhi kebutuhan psikologis termasuk rasa disayangi dan diperhatikan
(Puspitawati, 2013).

Tingkat pendidikan mempengaruhi pemahaman akan kemampuan


berpikir. Martabat merupakan hal yang berkaitan dengan bagaimana seseorang
merasa, berpikir, dan berperilaku yang berkaitan dengan nilai (RCN, 2008).

3. Perawatan Paliatif Pada Masalah Sosial Penderita COPD

Peran dan keterlibatan seseorang di masyarakat merupakan salah satu


aspek individu merasakan rasa bermartabat (Galloway, 2011).Tentunya menderita
penyakit social akan membuat pasien merasa takut, marah, sedih, emosi tidak
terkontrol, dan depresi. Begitupun dengan keluarga pasien yang merasakan hal
yang sama. Dalam perawatan paliatif, hal ini dapat dikurangi dengan cara:
- Melakukan konseling
- Membuat diskusi antar pasien yang memiliki riwayat
penyakit yang sama
- Pertemuan keluarga

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perawatan paliatif merupakan pelayanan kepada kepada pasien yang


penyakitnya sudah bereaksi terhadap pengobatan kuratif,atau tidak dapat
disembuhkan secara medis. Tujuan dari perawatan paliatif adalah untuk
memaksimalkan perawatan, mengurangi penderitaan dan meningkatkan kuliatas hidup
penderita. COPD/PPOK (Penyakit paru obstruksi kronis) adalah penyakit peradangan
paru berkembang dalam jangka waktu Panjang. Penyakit ini menghalangi aliran udara
dari paru-paru karena terhalang pembengkakan dan lender atau dahak, sehingga
penderitanya sulit bernapas. Pada pasien dengan PPOK sering mengalami
keterbatasan dalam melakukan aktifitas sehari-harinya (Activity Daily Living (ADL))
yang disebabkan oleh dispnea.Selain dispnea karena obstruksi udara,penurunan
kondisi fisik dan disfungsi otot rangka merupakan salah satu ciri khas dari PPOK
(Amoros, 2008).Seiring dengan meningkatnya prevalensi PPOK dan sifat penyakitnya
yang kronis,fokus penanganan PPOK bergeser penekanannya dari pengobatan dan
memperpanjang harapan hidup kini mulai berfokus pada meningkatkan kualitas hidup
(Quality of Life (QoL)).

B. Saran
Dengan adanya makalah ini,kita mampu memahami dan mengetahi perawatan
paliatif pada penyakit COPD.Selain itu dengan adanya makalah ini kita dapat
meningkatkan pengetahuan dan pengembangan dalam melakukan atau memberikan
pelayanan paliatif terhadap berbagai karakter pasien dengan masalah-masalah yang
dihadapi baik itu fisik, psikologi maupun masalah social pasien.

8
Daftar Pustaka

https://www.alodokter.com/penyakit-paru-obstruksi-kronik/

Kementerian Kesehatan Indonesia. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan; 2013.
KEPMENKES RI NOMOR: 812/ MENKES/SK/VII/2007 Tentang Kebijakan Perawatan
Palliative Menteri Kesehatan Republik Indonesia

https://hellosehat.com.cdn.ampproject.org/apa-itu-perawatan-paliatif/

Anda mungkin juga menyukai