Anda di halaman 1dari 122

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

W DENGAN GANGGUAN
SISTEM KARDIOVASKULER PADA HIPERTENSI DALAM
PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA AMAN
DAN NYAMAN DI PANTI SOSIAL
TRESNA WERDHA MINAULA
KENDARI

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Menyelesaikan Pendidikan


Program Diploma III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kendari

Oleh : MUHAMMAD
YUSUF P00320015082

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI JURUSAN D
III KEPERAWATAN
TAHUN 2018
HALAMAN
PENGESAHAN

GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA


Ny.W DENGAN HIPERTENSI DALAM
PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA AMAN DAN
NYAMAN
DI PANTI SOSIAL TRESNA
WERDHA MINAULA KENDARI

Yang
disusunoleh:

MUHAMMAD
YUSUF
P00320015082

Telah dipertahankan pada Seminar Hasil Karya Tulis Ilmiah di depan TIM
Penguji
PadaHari/Tanggal : Kamis, 26 Juli
2018
Dan telah dinyatakan memenuhi
syarat

Tim Penguji
:

1. Lena Atoy, SST, MPH (…………………………….)

2. Indriono Hadi, S.Kep.,Ns.,M.kes (…………………………….)

3. Fitri Wijayati S.Kep.,Ns.,M.Kep (…………………………….)

4. Hj. Sitti Rachmi Misbah, S.Kp., M.Kes (…………………………….)

5. Muslimin, L., A.Kep., S.Pd., M.Si (…………………………….)

Mengetahui
:
Ketua Jurusan
Keperawatan
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN
TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

: Nama : Muhammad

Yusuf NIM :

P00320015082

InstitusiPendidikan : Jurusan Keperawatan

Judul KTI :ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.W


DENGAN GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER PADA
HIPERTENSI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA
AMAN DAN NYAMAN DI PANTI SOSIAL TRESNA
WERDHA MINAULA KENDARI TAHUN 2018.

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar
hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau pikiran orang lain yang
saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Kendari, 2018

Yang Membuat Pernyataan,

Muhammad Yusuf

i
RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS

1. NamaLengkap : Muhammad Yusuf

2. Tempat/TanggalLahir : Kendari, 06 April 1997

3. JenisKelamin : Laki-Laki

4. Agama : Islam

5. Suku/Kebangsaan : Makassar/Indonesia

6. Alamat : Islam

7. No. Telp/Hp : 085242771769

II. PENDIDIKAN

1. Sekolah Dasar Negeri : SDN 1 Tinobu 2006-2011

2. Sekolah Menengah Pertama: SMPN 1 Lasolo 2011-2013

3. Sekolah Menengah Atas : SMAN 1 Lasolo 2013-2015

4. Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan, masuk tahun 2015

sampai sekarang

4
MOTTO

Kegagalan bukan berarti berakhir segalanya


Namun sebaliknya jadikan kegagalan itu titik balik
kesuksesanmu
Kegagalan bukan halangan untuk bercita
Tapi sebaliknya jadikan kegagalan itu awal dari langkah
besarmu

Hidup ini penuh warna


Bukan berarti kita akan mewarnai diri kita dengan berbagai macam
warna
Tapi jadikan warna tersebut sebagai pijakanmu
Pijakan yang memperkuat letakmu
Dalam jalan yang penuh dengan kebahagiaan

Asa dan cita membenahi


benakmu Bernafas seperti paru
Mengalir seperti darah Membara
seperti api
Dan secara perlahan akar membakar semangatmu untuk segera
beraksi
Secepatnya meraih kesuksesanmu

Kupersembahkan karya tulisku ini untuk kedua orang


tuaku, almamaterku, nusa bangsa dan negaraku
Sebagai ungkapan rasa terimakasihku

5
ABSTRAK

Muhammad Yusuf (P0032001582). “Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan


Hipertensi Dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman Dan Nyaman di Panti Tresna Werdha
Minaula Kendari Tahun 2018” dibawah bimbingan Ibu Hj. Sitti Rachmi Misbah dan Bapak
Muslimin, L (xiv + 71 hal + 10 Tabel + 8 Lampiran). Hipertensi pada lanjut usia sebagian besar
merupakan hipertensi sistolik terisolasi (HST). hipertensi menempati 87% kasus pada orang
yang berumur 50 sampai 59 tahun. Adanya hipertensi, baik HST maupun kombinasi
sistolik dan diastolik merupakan faktor risiko morbiditas dan mortalitas untuk orang lanjut
usia. Hipertensi masih merupakan faktor risiko utama untuk stroke, gagal jantung penyakit
koroner, dimana peranannya diperkirakan lebih besar dibandingkan pada orang yang lebih
muda. Tujuan: Mendapatkan gambaran asuhan keperawatan gerontik pada pasien hipertensi
dalam pemenuhan kebutuhan aman dan nyaman di Panti Sosial Tresna Werdha Kota
Kendari. Metode: Metode yang digunakan yaitu deskriptif dengan pendekatan studi kasus
pada pasien hipertensi di panti sosial tresna werdha minaula Kota Kendari pada tanggal 8-
12 juli 2018 dengan melakukan asuhan keperawatan dimulai dari pengkajian, penegakkan
diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan dengan menekankan intervensi
kompres hangat dan pijatan yang bertujuan untuk menurunkan rasa nyeri yang alami pasien.
Data yang diperoleh dari observasi, wawancara langsung, pemeriksaan fisik dan didukung
jurnal yang menyangkut tema hipertensi pada lansia. Hasil: Dari evaluasi pada hari terakhir
didapatkan bahwa skala nyeri pasien menurun dari skala 6 (1-10) menjadi skala 3 (1-10).
Kesimpulan: Asuhan keperawatan pada lansia dengan hipertensi yang dilakukan selama 5 hari
dengan berfokus pada intervensi kompres hangan dan pijatan pada kepala dapat mengurangi
rasa nyeri yang di rasakan pasien.

Kata kunci: Hipertensi, lansia, nyeri, asuhan


keperawatan

6
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil Alamin, Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

atas limpahan nikmat rahmat dan berkah yang tak terhingga kepada kita semua hingga saat ini.

Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabiullah Muhammad SAW sebagai

sosok Rahmatan Lil Alamin beserta para kerabat, sahabat dan para pengikut beliau yang

hingga detik ini masih konsisten dalam jalan kebenaran islam.

Karya Tulis Ilmiah dalam bentuk laporan studi kasus ini dapat terselesaikan dengan

baik, tidak terlepas dari bantuan oleh berbagai pihak. Sehubungan dengan hal ini, maka dengan

segala kerendahan hati penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang

sebesar – besarnya kepada Ibu Hj. Sitti Rachmi Misbah, S.Kp., M.Kes Selaku Pembimbing I

dan Bapak Muslimin, L., A.Kep., S.Pd., M.Si Selaku pembimbing II yang telah banyak

memberikan bimbingan serta sumbangan pemikiran dalam proses penyusunan dan

penyelesaian Karya Tulis ini.

Pada kesempatan ini pula, penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih

kepada:

1. Ibu Askrening, SKM. M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari yang telah

memberi izin dan kesempatan untuk melaksanakan studi khususnya dalam pembuatan

Karya Tulis Ilmiah ini.

2. Direktur PTSW Minaula Kendari yang telah memberikan ijin dalam kegiatan studi kasus.

3. Seluruh dosen POLTEKKES KEMENKES KENDARI yang telah banyak

memberikan bimbingan selama penulis menjalani perkuliahan.

v
4. Kepada tim penguji Ibu Lena Atoy, SST, MPH, Bapak Indriono Hadi, S.Kep.,Ns.,M.kes

dan Ibu Fitri Wijayati S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku penguji yang telah meluangkan waktunya

dan memberikan saran, masukan serta kritikan yang bermanfaat bagi penulis dalam

melengkapi kesempurnaan laporan studi kasus ini.

5. Kepada klien Ny. W yang telah bersedia untuk penulis jadikan objek studi kasus

selama melaksanakan asuhan keperawatan dalam rangka menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Ayahanda tercinta Dg. Mansur sebagai sosok ayah yang selalu kubanggakan dan

Ibunda tersayang Sitti Haidah yang telah mengasuh, membimbing dan membesarkan

penulis dengan penuh pengorbanan.

7. Kepadasaudara-saudaraku Asparuddin, Burhanuddin, Muhammad Yahya dan

keluarga besarku, terucap rasa terimakasih yang tak terhingga atas untaian do’a serta nasehat

yang sangat berharga selama penulis menjalani pendidikan di Poltekkes Kemenkes Kendari.

8. Kepada Riznawati terimakasih atas saran dan motivasinya dalam pembuatan karya

tulis ilmiah.

9. Kepada temanku terdekatku,Muhammad resky, Maria Ayu Kondorura dan Hendi

Setiawan yang selalu memberikan semangat dengan tulus dan ikhlas dan masih menemani

baik senang maupun susah sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini

dengan baik.

10. Rekan-rekan mahasiswa “Angkatan 2015” Poltekkes Kemenkes Kendari, khususnya

Perawat Muda III.B, terima kasih atas kebersamaan dan jalinan persahabatan yang tercipta

selama penulis menuntut ilmu di Poltekkes Kemenkes Kendari

Sebagai manusia biasa yang tak luput dari kesalahan, sepenuhnya penulis

menyadari bahwa yang telah disajikan bukanlah bentuk yang sempurna meskipun pada

8
dasarnya penulis telah berupaya semaksimal mungkin untuk mewujudkan karya tulis

terbaik. Begitu banyak

9
kekurangan baik dari segi penyusunan, referensi hingga pada proses pemaparannya. Oleh

karena itu dengan tangan terbuka dan senyum tulus, penulis mengharapkan saran,kritik dan

pendapat dari semua pihak yang berkenan demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih yang takterhingga atas segala bantuan

yang telah diberikan baik berupa dukungan moril maupun dukungan materil, semoga Allah

SWT memberkati kita semua. Amin

Kendari, 24 Juli 2018

Penulis

9
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ................................................................. iii

KEASLIAN PENELITIAN ...................................................................................... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP.................................................................................. v

HALAMAN MOTTO............................................................................................... vi

ABSTRAK ................................................................................................................ vii

KATA PENGANTAR .............................................................................................. viii

DAFTAR ISI............................................................................................................. ix

DAFTAR TABEL..................................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .............................................................................. 3
C. Tujuan Penulisan ................................................................................ 3
D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. KonsepDasarLanjutUsia (Lansia) ......................................................... 5


1. Definisi LanjutUsia (Lansia) ........................................................ 5
2. Klasifikasi Lansia ........................................................................ 5
3. Karakteristik Lansia ....................................................................... 6
4. Perubahan Pada Lansia Pada Sistem Kardiovaskuler Dan Implikasi Klinik
...................................................................................................... 6
B. Konsep Dasar Hipertensi ................................................................... 8
1. Pengertian .................................................................................... 8
2. Tanda Dan Gejala........................................................................ 13
3. Pemeriksaan Diagnostik................................................................. 13
4. Penatalaksanaan Medis ............................................................... 14
C. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Penderita Hipertensi ............. 20
1. Pengkajian Keperawatan ............................................................ 21
2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan ...................................... 23
3. Intervensi ..................................................................................... 24
4. Evaluasi........................................................................................ 33
D. Konsep Kebutuhan Rasa Nyaman (Bebas Nyeri) ......................... 34
1. Pengertian Nyeri ............................................................................ 24

1
2.Fisiologi Nyeri............................................................................... 34
3.Klasifikasi Nyeri............................................................................ 36
4.Stimulasi Nyeri .............................................................................. 38
5.Teori Nyeri .................................................................................... 38
6.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nyeri ....................................... 40
7.Penatalaksanaan Nyeri ................................................................... 41
E. Askep Dalam Kebutuhan Rasa Nyaman (Nyeri) .......................... 43
1. Pengkajian Keperawatan ............................................................ 43
2. Diagnosa Keperawatan ............................................................... 44
3. Perencanaan Keperawatan .......................................................... 45
4. Pelaksanaan (Tindakan) Keperawatan ....................................... 45
5. Evaluasi Keperawatan................................................................. 48
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Studi Kasus ...................................................................... 49


B. Subyek Studi Kasus ............................................................................ 49
C. Fokus Studi Kasus .............................................................................. 49
D. Definisi Operasional Fokus Studi ...................................................... 50
E. Tempat Dan Waktu Studi Kasus ....................................................... 51
F. Pengumpulan Data.............................................................................. 51
G. Penyajian Data .................................................................................... 53
H. Etika Studi Kasus................................................................................ 53

BAB IV PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian...................................................................................... 55
1. Pengkajian ...................................................................................... 55
2. Diagnosa Keperawatan .................................................................... 56
3. Intervensi Keperawatan ................................................................... 58
4. Impelentasi dan Evaluasi Keperawatan ............................................ 59
B. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................. 63
1. Pengkajian ...................................................................................... 63
2. Diagnosa Keperawatan .................................................................... 64
3. Intervensi Keperawatan ................................................................... 66
4. Impelentasi Keperawatan ................................................................ 67
5. Evaluasi Keperawatan ..................................................................... 67

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................... 69
B. Saran ..................................................................................................... 71

DAFTAR PUSTAKA

1
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 klasifikasi hipertensi (menurut WHO) ................................................10

Tabel 2.2 klasifikasi hipertensi (menurut Joint National Committee 7)...............10

Tabel 2.3 klasifikasi hipertensi (Hasil Konsensus Perhimpunan Hipertensi

Indonesia) Tabel 2.4 Contoh makanan yang diperbolehkan dan dihindarkan

.......................16

Tabel 2.5 Terapi Obat ........................................................................................17

Tabel 2.6 Perbedaan Nyeri Akut dan Kronis ......................................................36

Tabel 2.7 Perbedaan Nyeri Somatis dan Nyeri Viseral .......................................37

Tabel 4.1 Analisa data ......................................................................................56

Tabel 4.2 Intervensi Keperawatan ......................................................................58

Tabel 4.3 Implementasi dan evaluasi Keperawatan ............................................59

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian Dari Institusi

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian Dari

Balitbang Lampiran 3 Surat Keterangan Telah

Meneliti Lampiran 4 Lembar Konsul Hasil

Lampiran 5 Lembar Informed

Consten Lampiran 6 Lembar

Observasi Lampiran 7 Master Tabel

Lampiran 8 Dokumentasi

Lampiran 9 SOP Kompres hangat pada penderita

hipertensi Lampiran 9 SOP Massage kepala, leher dan

punggung Lampiran 10 Surat Keterangan Bebas

Administrasi

Lampiran 11 Surat Keterangan Bebas Pustaka

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hipertensi pada lanjut usia sebagian besar merupakan hipertensi sistolik terisolasi

(HST), meningkatnya tekanan sistolik menyebabkan besarnya kemungkinan timbulnya kejadian

stroke dan

infark myocard bahkan walaupun tekanan diastoliknya dalam batas normal (isolated systolic

hypertension). Isolated systolic hypertension adalah bentuk hipertensi yang paling sering terjadi pada

lansia. Pada suatu penelitian, hipertensi menempati 87% kasus pada orang yang berumur 50
sampai

59 tahun. Adanya hipertensi, baik HST maupun kombinasi sistolik dan diastolik merupakan faktor

risiko morbiditas dan mortalitas untuk orang lanjut usia. Hipertensi masih merupakan faktor risiko

utama untuk stroke, gagal jantung penyakit koroner, dimana peranannya diperkirakan lebih

besar dibandingkan pada orang yang lebih muda (Kuswardhani, 2007).

Di era globalisasi ini terlalu banyak penyakit yang bermunculan namun penyakit sudah

lama ditemukan masih menjamur diberbagai belahan dunia salah satunya hipertensi bahkan

hipertensi seringkali disebut sebagai pembunuh gelap karena termasuk penyakit yang mematikan,

tanpa disertai dengan gejala-gejala terlebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya.

Sampai saat ini menurut catatan WHO tahun 2011 ada satu milyar orang di dunia

menderita hipertensi dan dua pertiga diantaranya berada di negara berkembang yang

berpenghasilan rendah- sedang. Bila tidak dilakukan upaya yang tepat jumlah ini akan terus

meningkat, dan diprediksi pada tahun 2025 sebanyak 29% atau 1,6 miliar orang di seluruh dunia

menderita hipertensi, sedangkan di Indonesia angka kejadian hipertensi cukup tinggi. Data dari

Riskesdas Kemenkes RI tahun 2011, angka kejadian hipertensi di Indonesia pada 7 tahun terakhir

sebanyak 31.7%. Sementara kasus hipertensi yang belum berhasil terdiagnosa juga masih sangat

tinggi yakni 76%. Seseorang yang berusia 50 sampai 59 tahun dengan tekanan darah sistolik lebih
1
dari > 140 mmHg lebih berisiko menderita penyakit kardiovaskular dari pada hipertensi

diastolik. Risiko menderita penyakit

2
kardiovaskular dimulai pada tekanan darah 115/75 mmHg, menambah 2 kali pada setiap
penambahan

20/10 mmHg. Seseorang yang mempunyai tekanan darah normal pada usia 55 tahun, 90%

nya berisiko menjadi hipertensi.

Di Sulawesi Tenggara belum ada hasil penelitian atau survey tentang hipertensi, data

yang ada adalah data yang diperoleh dari kunjungan pada unit – unit pelayanan seperti puskesmas

dan jaringannya. Dari 82.425 orang atau 8% penduduk dilakukan pengukuran tekanan darah,

sebanyak

31.817 orang tua atau 38,60% yang mengalami hipertensi. Berdasarkan jenis kelamin,

hipertensi lebih banyak ditemukan pada laki – laki yaitu sebesar 50.32%, sedangkan pada

perempuan hanya sebesar 34,67%. Data ini hanya berasal dari 11 kabupaten/kota, karena 6 daerah

lainnya tidak melaporkan hasil pemeriksaan tekanan darah di wilayahnya, meskipun demikian data

tersebut diatas dapat menjadi acuan tentang gambaran kasus hipertensi di Sulawesi tenggara yang

presentasenya berada di atas pravelensi nasional. (Diknes, Sultra,2016). Berdasarkan data dari Panti

sosial Tresna Werdha Minaula Kota Kendari juga menyebutkan bahwa jumlah lansia pada tahun

2018 adalah 95 orang dan penyakit pada lansia yaitu : Atritis Reumathoid sebanyak 30 orang,

Gangguan pendengaran sebanyak 12 orang, Gangguan penglihatan sebanyak 9 orang, Dermatitis

sebanyak 7 orang, Gastritis sebanyak 6 orang, Asma bronchial sebanyak 5 orang, Stroke sebanyak 2

orang, Prolapses sebanyak 1 orang, penyakit Hipertensi sebanyak 13 orang ditahun 2018 yang terdiri

dari 8 perempuan dan 5 laki-laki.

Bedasarkan uraian latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan

pengelolaan kasus asuhan keperawatan yang dituangkan dalam sebuah Studi Kasus yang

berjudul “Gambaran asuhan keperawatan pada lansia dengan hipertensi dalam pemenuhan

kebutuhan rasa aman dan nyaman di panti tresna wherda minaula kota kendari”.

B. Rumusan masalah

3
Bedasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

“Bagaimana gambaran asuhan keperawatan gerontik pada pasien hipertensi dalam pemenuhan

kebutuhan aman dan nyaman di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan umum dari penulisan ini adalah mendapatkan gambaran asuhan

keperawatan gerontik pada pasien hipertensi dalam pemenuhan kebutuhan aman dan nyaman di

Panti Sosial Tresna Werdha Kota Kendari.

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus penulisan ini adalah


untuk:

a. Melakukan asuhan keperawatan gerontik pada pasien hipertensi dalam

pemenuhan kebutuhan aman dan nyaman dengan masalah keperawatan Nyeri.

b. Mendapatkan gambaran asuhan keperawatan dengan memberikan tindakan

nonfarmakologi untuk meringankan sakit kepala, misalnya kompres hangat pada dahi, pijat

punggung dan leher sebagai tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral,efektif

dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Manfaat bagi meneliti yaitu dapat menambah pengetahuaan dalam mengembangkan wawasan

hipertensi pada lansia.

2. Bagi institusi pendidikan

Hasil penelitian yang akan dilakukan diharapkan dapat dijadikan salah satu bagian dari

pembelajaran asuhan keperawatan pada pada lansia dengan Hipertensi dalam pemenuhan

kebutuhan aman dan nyaman pada diploma III Keperawatan terkhusus pada

program Keperawatan Gerontik.

3. Bagi peneliti selanjutnya


4
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu dasar dari gambaran asuhan

keperawatan selanjutnya pada kasus Hipertensi.

5
BAB II TINJAUAN

PUSTAKA

A. Konsep Dasar Lanjut Usia (Lansia)

1. Definisi lanjut usia (lansia)

Menurut Reimer et al (1999); Stanley and Beare (2007 dalam Azizah

2011), mendefinisikan lansia berdasarkan karakteristik sosial masyarakat yang

menganggap bahwa orang telah tua jika menunjukkan ciri fisik seperti rambut

beruban, kerutan kulit dan hilangnya gigi.

Glascock dan Feinman (1981); Stanley and Beare (2007 dalam Azizah 2011),

menganalisis kriteria lanjut usia dari 57 negara di dunia dan menemukan bahwa kriteria

lansia yang paling umum adalah gabungan antara usia kronologis dengan perubahan

dalam peran sosial, dan diikuti oleh perubahan status fungsional seseorang.

Proses menua merupakan suatu hal yang fisiologis, yang akan dialami oleh

setiap orang. Batasan orang dikatakan lanjut usia berdasarkan UU No 13 tahun 1998

adalah 60 tahun.

Dari beberapa definisi dapat disimpulkan bahwa lansia adalah gabungan

antara usia kronologis dengan perubahan dalam peran sosial, dan diikuti oleh perubahan

status fungsional seseorang, serta ditandai ciri fisik seperti rambut beruban, kerutan

kulit dan hilangnya gigi.

2. Klasifikasi Lansia

Klasifikasi berikut menurut Depkes RI (2015)

a. Usia lanjut presenilis yaitu abtara usian45-59

tahun b. Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas

6
c. Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke atas dengan

masalah kesehatan.

3. Karakteristik Lansia

Menurut Budi Anna Keliat (1999). Lansia memiliki karakteristik sebagai berikut.

a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No. 13 tentang

Kesehatan).

b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit,

dari kebutuhan biopsikososial sampe spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga

kondisi maladaptif.

c. Lingkungan tempat tinggal yang berfariasiProses Penuaan Pada Lansia.

4. Perubahan Sistem Kardiovaskuler Pada Lansia Dan Implikasi

Klinik a. Perubahan pada Sistem Kardiovaskular

Jantung dan pembuluh darah mengalami perubahan baik struktural maupun

fungisional. Penurunan yang terjadi berangsur-angsursering terjadi ditandai dengan

penurunan tingkat aktivitas, yang mengakibatkan penurunan kebutuhan darah yang

teroksigenasi.

Jumlah detak jantung saat istirahat pada orang tua yang sehat tidak ada perubahan,

namun detak jantung maksimum yang dicapai selama latihan berat berkurang. Pada

dewasa muda, kecepatan jantung dibawah tekanan yaitu,180-200

x/menitkecepatan jantung pada usiam70-75 tahun menjadi 140-160 x/menit.

1) Perubahan Struktur

Pada fungsi fisiologis, faktor gaya hidup berpengaruh secara

signifikan terhadap fungsi kardiovaskuler. Gaya hidup dan pengaruh

lingkungan

7
merupakan faktor penting dalam menjelaskan berbagai keragaman

fungsi kardiovaskuler pada lansia, bahkan untuk perubahan tanpa penyakit-terkait.

Secara singkat, beberapa perubahan dapat diidentifikasi pada otot jantung,

yang mungkin berkaitan dengan usia atau penyakit seperti penimbunan

amiloid, degenerasi basofilik, akumilasi lipofusin, penebalan dan kekakuan

pembuluh darah, dan peningkatan jaringan fibrosis. Pada lansia terjadi

perubahan ukuran jantung yaitu hipertrofi dan atrofi pada usia 30-70 tahun.

Berikut ini merupakan perubahan struktur yang terjadi pada

sistem kardiovaskular akibat proses menua :

(a) Penebalan dinding ventrikel kiri karena peningkatan densitas kolagen

dan hilangnya fungsi serat-serat elastis. Implikasi dari hal ini adalah

ketidakmampuan jantung untuk distensi dan penurunan kekuatan kontraktil.

(b) Jumlah sel-sel peacemaker mengalami penurunan dan berkas his kehilangan

serat konduksi yang yang membawa impuls ke ventrikel. Implikasi dari hal ini

adalah terjadinya disritmia.

(c) Sistem aorta dan arteri perifer menjadi kaku dan tidak lurus karena peningkatan

serat kolagen dan hilangnya serat elastis dalam lapisan medial arteri.

Implikasi dari hal ini adalah penumpulan respon baroreseptor dan

penumpulan respon terhadap panas dan dingin.

(d) Vena meregang dan mengalami dilatasi. Implikasi dari hal ini adalah

vena menjadi tidak kompeten atau gagal dalam menutup secara sempurna

sehingga mengakibatkan terjadinya edema pada ekstremitas bawah

dan

penumpukan darah.
8
B. Konsep Dasar Hipertensi

1. Pengertian

Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140

mmHg atau tekanan diastolic sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya

beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti

penyakit saraf, ginjal dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar

resikonya (NANDA,2015). Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2

golongan, yaitu : a. Hipertensi primer (esensial)

Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor

yang mempengaruhinya yaitu :genetik, lingkungan, hiperaktifitas saraf

simpatis sistem renin. Angiotensin dan peningkatan Na + Ca intraseluler.

Faktor-faktor yang meningkatkan resiko : obesitas, merokok, alkohol dan

polisitemia.

b. Hipertensi sekunder

Penyebabnya yaitu penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom chusing

dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.

Menurut NANDA 2015, Hipertensi pada usia lanjut dibedakan menjadi :

a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg

dan atau tekanan diastolik sama atau lebi besar dari 90 mmHg

b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari

160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.

Penyebab hipertensi ada pada orang dengan lanjut usia adalah

terjadinya perubahan-perubahan pada :

a. Elastisitas dinding aorta menurun


9
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku

c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah

berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun

menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya

d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya

efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi

e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

Tanda dan gejala di atas dipengaruhi oleh perkalian antara Cardiac Output

(CO) dengan tahanan perifer yang menyebabkan tekanan darah meningkat.

Klasifikasi Hipertensi menurut WHO

Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)


Optimal < 120 < 80
Normal < 130 < 85
Tingkat 1 (hipertensi 140-159 90-99
ringan)
Sub grup : perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 (hipertensi 160-179 100-109
sedang)
Tingkat 3 (hipertensi berat) ≥ 180 ≥ 110

Hipertensi sistol ≥ 140 < 90


terisolasi
Sub grup : perbatasan 140-149 < 90
Tabel 1.1 klasifikasi hipertensi

Klasifikasi Hipertensi menurut Joint National Committee


7

Kategori Sistol Dan/atau Diastole (mmHg)


(mmHg)
Normal <120 Dan <80
Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi tahap 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi tahap 2 ≥ 160 Atau ≥ 100

1
Tabel 1.2 klasifikasi hipertensi

Klasifikasi Hipertensi Hasil Konsensus Perhimpunan Hipertensi Indonesia

Kategori Sistol (mmHg) Dan/atau Diastole


(mmHg)
Normal <120 Dan <80
Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi tahap 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi tahap 2 ≥ 160 Atau ≥ 100
Hipertensi sistol ≥ 140 Dan < 90
terisolasi
Tabel 1.3 klasifikasi hipertensi

1
Pathway Hipertensi

HIPERTENSI

Vasokonstriksi Vasokontriksi Penyumbatan Retensi


pembuluh darah pembuluh darah Pembuluh Ventrikel Kiri
jantung ke otak Progresif
↓ Aliran darah ke Beban Kerja Jantung
otak Meningkat
Suplai O2 ke Gangguan
miokardium Mikroinfark di
menurun ↓ Suplai O2 ke Jaringan Hipertropi
otak

Hipertropi Obstruksi Kompensasi -


Ventrikel ↓ Metabolisme Pembuluh Darah Dilatasi
Anerob Otak

Angina Pectoris Gagal Jantung


Penumpukan Gangguan Perfusi
asam laktat
Jaringan Cerebral
Nyeri Dada Curah Jantung
Menurun
Nyeri kepala
Nyeri Akut

Penurunan curah Suplai O2 Menurun


jantung

Kelemahan / Kelelahan

Intoleransi Aktivitas
1
Etiologi Hipertensi

Penyakit Perubahan
Genetik Gaya Hidup
Ginjal Gerontologis

Kelainan Arteriosklerosis
Transport Adrenalin Umur (Lansia)
Meningkat
Na+

Terjadi Degeneratif
Pelepasan Penyumbatan Arteri
Retensi Na+
Renin
Kekauan Pembuluh
Darah
TD Jantung Memompa
Produksi Darah Melewati
Meningkat
Urine Jalan yang Sempit
Menurun Resistensi Perifer
Meningkat

TD Meningkat

HIPERTENSI

1
2. Tanda dan gejala

Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :

a. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan

tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal

ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak

terukur

b. Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri

kepala dan kelelahan. Dalam kenyataanya ini merupakan gejala terlazim yang

mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis Beberapa

pasien yang menderita hipertensi yaitu :

1) Mengeluh sakit kepala,


pusing

2) Lemas, kelelahan

3) Sesak nafas

4) Gelisah

5) Mual

6) Muntah

7) Epistaksis

8) Kesadaran menurun

3. Pemeriksaan diagnostic

a. Pemeriksaan laboratorium

1
1) Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan

(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti

hipokoagulabilitas dan anemia

2) BUN/kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal

3) Glukosa : hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan

oleh pengeluaran kadar ketokolamin

4) Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM

5) CT Scan : mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati

6) EKG : dapat menunjukkan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang

P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi

7) IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : batu ginjal, perbaikan

ginjal

8) Photo dada : menunjukkan destruksi klasifikasi pada area katup, pembesaran

jantung

4. Penatalaksanaan medis

Penatalaksanaan medis atau penanganan yang tepat bagi penderita hipertensi

sebagai berikut:

a. Terapi

Terapi Non Farmakologis

Pencegahan dan manajemen hipertensi lebih utama ditekankan pada perubahan

gaya hidup dan pengaturan diet.

1) Diet

1
Diet untuk hipertensi membatasi konsumsi garam, makanan asin, meningkatkan

konsumsi sayuran dan buah sebagai sumber utama kalium. Diet yang banyak

mengonsumsi buah-buahan, sayuran, dan rendah lemak serta rendah lemak jenuh

(diet DASH) dapat menurunkan tekanan darah. Selain itu, terapi tambahan yang

perlu dilakukan untuk mencegah atau mengurangi hipertensi, yaitu:

(a) Kurangi berat badan jika berlebih

(b) Batasi asupan alkohol, etanol tidak lebih dari 1 oz (30 ml), bir (missal

24 oz (720 ml), anggur 10 oz (300 ml) atau wiski 2 oz (60 ml) tiap hari

atau

0,5 oz (15 ml) etanol tiap hari untuk wanita dan orang dengan berat

badan yang lebih ringan

(c) Tingkatkan aktivitas fisik aerobic (30-45 menit hampir tiap hari

dalam satu minggu)

(d) Kurangi asupan natrium tidak lebih dari 100 mmol/hari (2,4 gram

natrium atau 6 gram natrium klorida)

(e) Pertahankan asupan kalium yang adekuat dalam diet (kira-kira

90 mmol/hari)

(f) Pertahankan intake kalsium dan magnesium yang adekuat dalam

diet untuk kesehatan secara umum

(g) Berhenti merokok dan kurangi asupan lemak jenuh dalam diet

dan kolesterol untuk kesehatan kardiovaskuler secara keseluruhan.

Berikut merupakan beberapa contoh makanan yang diperbolehkan dan

dihindarkan untuk dikonsumsi diantaranya:

1
Sumber Bahan Makanan yang Makanan yang Harus

1
Makanan Diperbolehkan Dihindarkan

Protein nabati Tahu, tempe, kacang Keju, kacang tanah,


hijau, kacang kedelai, kacang kacang asin, tauco, tahu
tolo, kacang tanah, kacang kapri, asin
dan kacang lain yang segar

Lemak Santan encer, minyak mentega Salad dressing, mentega


tanpa garam margarine,
lemak hewan

Sayuran Semua sayuran segar Sayuran yang


diawetkan: sawi asin,
acar, asinan, sayuran dalam
kaleng

Buah-buahan Semua buah-buahan segar Buah yang diawetkan


menggunakan zat
pengawet: buah kering,
buah kaleng

Bumbu Semua bumbu dapur Garam dapur, MSG,


kecap, saus tomat botol, saus
cabai, pengempuk daging,
maggi, terasi, soda kue, petis,
saus tiram

Minuman Teh, kopi encer Cokelat, cafein,


alcohol

Tabel 2.4 contoh makanan yang diperbolehkan dan dihindarkan

b. Olahraga

Selain mengatur pola makan atau diet, dianjurkan pula untuk olah raga secara

teratur dan mengontrol tekanan darah, dan juga berhenti merokok untuk mencegah

kemungkinan komplikasi.

c. Terapi Obat

1
Tujuan pengobatan adalah memperkecil kerusakan organ target akibat tekanan

darah dan menghindari pengaruh buruk akibat pengobatan. Untuk yang menjalani

terapi obat ini juga memiliki criteria tertentu, yakni:

Tabel 2.5 Terapi Obat

Derajat tekanan Kelompok risiko Kelompok risiko Kelompok

darah (mmHg) A (tidak ada B (Paling sedikit risiko C

faktor risiko; 1 faktor risiko, tidak (TOD/CCD

tidak ada termasuk diabetes; dan/atau diabetes

TOD/CCD) tidak ada TOD/CCD) dengan atau tanpa

faktor risiko

lainnya

Normal tinggi Modifikasi gaya Modifikasi gaya Terapi obat

(130-139/85-89) hidup hidup

Derajat 1 (140- Modifikasi gaya Modifikasi gaya Terapi obat

159/80-99) hidup (sampai hidup (sampai 6

dengan 12 bulan)

Derajat 2 dan 3 bulan) Terapi Terapi obat Terapi obat

(≥160/≥100) obat

Keterangan: TOD/CCD (Target Organ Damage/Clinical Cardiovascular Disease)

menunjukkan adanya kerusakan organ target atau penyakit kardiovaskuler

klinis. Jenis anti hipertensi tersebut yaitu:

1
d. Diuretik

Menurunkan tekanan darah pada awalnya dengan cara menurunkan volume plasma

(dengan menekan reabsorpsi natrium oleh tubulus ginjal sehingga meningkatkan

ekskresi natrium dan air) dan curah jantung, tetapi selama terapi kronis pengaruh

hemodinamik yang utama adalah mengurangi resistensi vaskuler perifer. Contoh

obat pada golongan ini adalah hidroklortiazid, klortalidon, metolazon, furosemid,

dsb.

e. Agen Penghambat Beta Adrenergik

Obat ini efektif karena menurunkan denyut jantung dan curah jantung, kemudian

juga menurunkan pelepasan rennin dan lebih manjur pada populasi dengan

aktivitas rennin plasma yang meningkat seperti orang kulit putih yang berusia

lebih muda. Efek sampingnya antara lain: mencetuskan atau memperburuk gagal

ventrikel kiri, kongesti nasal, dapat terjadi kelemahan, letargi, impotensi, dsb.

Beberapa obat dalam golongan ini adalah: acebutolol, atenolol, betaksolol,

labetalol, dll.

f. Penghambat ACE (Angiotensin Converting Enzyme)

Banyak digunakan sebagai pengobatan awal hipertensi ringan hingga sedang. Aksi

kerja utamanya dengan menghambat system rennin-angiotensin-aldosteron, tetapi

juga menghambat degradasi bradikinin, menstimulasi sintesis prostaglandin

dan kadang mengurangi aktivitas sistem saraf simpatis. Keuntungan ACE

adalah relative bebas dari efek samping yang menggangu. Contoh obat golongan

ini yaitu: benazepril, kaptopril, enalpril, fosinopril, lisinopril, dll.

g. Agen Penghambat Reseptor Angiotensin II

1
Jenis ini sebaiknya hanya digunakan terutama pada pasien yang mengalami batuk

jika menggunaan penghambat ACE. Contoh obat pada golongan ini adalah:

eprosartan, irbesartan, losartan, valsartan, dll.

h. Agen Penghambat saluran Kalsium

Obat ini beraksi dengan cara menyebabkan vasodilatasi perifer, yang

berkaitan dengan refleks takikardi yang kurang begitu nyata dan retensi

cairan daripada vasodilator yang lain. Efek samping yang paling biasa yakni

nyeri kepala, edema perifer, bradikardi dan konstipasi, dsb. obat yang tergolong

dalam golongan ini diantaranya: amlodipin, isradipin, nikardipin, nifedipin, dll.

i. Antagonis Adrenoseptor Alfa

Parazosin, terazosin dan doksazosin memblok reseptor alfa pasca

sinaptik, membuat rileks otot polos dan menurunkan tekanan darah dengan

menurunkan resistensi vaskuler perifer. Efek samping utama adalah hipertensi

yang nyata dan sinkop setelah dosis pertama, yang oleh sebab itu sebaiknya

diberikan dosis kecil dan diberikan pada saat akan tidur.

j. Obat-obat dengan Aksi Simpatolitik Sentral

Metildopa, klonidin, gunabenz, dan guanfacine menurunkan tekanan darah dengan

cara menstimulasi reseptor alfa adrenergic pada sistem saraf pusat, sehingga

mengurangi aliran keluar simpatetik perifer eferen. Hal yang perlu

diperhatikan yaitu hipertensi kembali terjadi setelah penghentian pemberian obat

dan beberapa efek samping lainnya.

k. Dilator Arteriolar

2
Hidralazin dan minoksidil menyebabkan rileks otot polos vaskuler dan

menyebabkan vasodilatasi perifer. Hidralazin menyebabkan gangguan

gastrointestinal dan dapat menginduksi sindroma menyerupai lupus. Minoksidil

menyebabkan hirsutisme dan retensi cairan yang nyata; agen ini diberikan pada

pasien yang refrakter.

l. Penghambat Simpatetik Perifer

Reserpin merupakan agen hipertensi yang hemat biaya. Oleh karena efek samping

obat ini yang dapat menginduksi depresi mental dan efek samping lainnya seperti

sedasi, hidung tersumbat, gangguan tidur, dan ulkus peptikum, menyebabkan obat

ini tidak popular digunakan, meskipun masalah ini tidak biasa terjadi pada dosis

yang rendah.

2
C. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Penderita Hipertensi

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam peruses keperawatan. Untuk

itu, di perlukan kecermatan dan ketelitian dalam menangani masalah klien sehingga

dapat memberi arah terhadap tindakan keperawatan.

a. Anamnesis.

Anamnesis di lakukan untuk mengetahui:

1) Identitas meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang di

gunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah,

nomor register, tanggal masuk rumah sakit, dan giagnosis medis.

2) Aktifitas/ istirahat

Gejala : Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup


monoton

Tanda : Frekwensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,


takipnea

3) Sirkulasi

Gejala : Riwayat hipertensi, penyakit jantung koroner


aterosklerosis.

Tanda : Kenaikan tekanan darah, tachycardi, disrythmia, denyutan nadi

jelas, bunyi jantung murmur, distensi vena jugularis

4) Integritas Ego

Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah,

faktor stress multiple (hubungan, keuangan, pekerjaan)

2
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian, tangisan

yang meledak, otot muka tegang (khususnya sekitar mata), peningkatan

pola bicara

2
5) Eliminasi

Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi,

riwayat penyakit ginjal ), obstruksi.

6) Makanan/ cairan

Gejala : Makanan yang disukai (tinggi garam, tinggi lemak, tinggi

kolesterol), mual, muntah, perubahan berat badan (naik/ turun), riwayat

penggunaan diuretic. Tanda : Berat badan normal atau obesitas, adanya oedem.

7) Neurosensori

Gejala : Keluhan pusing berdenyut, sakit kepala sub oksipital,

gangguan penglihatan.

Tanda : Status mental: orientasi, isi bicara, proses berpikir,memori,

perubahan retina optik. Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman

tangan.

8) Nyeri/ ketidaknyamanan

Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, nyeri abdomen/ masssa.

9) Pernafasan

Gejala : Dyspnea yang berkaitan dengan aktifitas/ kerja, tacyhpnea, batuk


dengan/

tanpa sputum, riwayat merokok.

Tanda : Bunyi nafas tambahan, cyanosis, distress respirasi/ penggunaan alat

bantu pernafasan.

10) Keamanan

Gejala : Gangguan koordinasi, cara

brejalan. b. Pemeriksaan Diagnostik

2
1) Hb: untuk mengkaji anemia, jumlah sel-sel terhadap volume cairan (viskositas).

2
2) BUN: memberi informasi tentang fungsi ginjal.

3) Glukosa: mengkaji hiperglikemi yang dapat diakibatkan oleh peningkatan

kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).

4) Kalsium serum

5) Kalium serum

6) Kolesterol dan trygliserid

7) Urin analisa

8) Foto dada

9) CT Scan

10) EKG

2. Kemungkinan Diagosa Keperawatan

a. Gangguan rasa nyaman nyeri (sakit kepala) b/d peningkatan tekanan

vaskuler serebral.

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake

nutrisi inadekuat

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,

ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.

d. Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping tidak

efektif, harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistic.

e. Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan dengan

kurangnya keinginan untuk mencari informasi, tidak mengetahui sumber-sumber

informasi.

f. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi

pembuluh darah.
2
g. Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan defisit lapang

pandang, motorik atau persepsi.

3. Intervensi

a. Gangguan rasa nyaman nyeri (sakit kepala) b.d peningkatan tekanan vaskuler serebral

Tujuan : Menghilangkan rasa nyeri

Kriteria hasil :

1) Melaporkan ketidanyamanan hilang atau terkontrol.

2) Mengikuti regimen farmakologi yang

diresepkan. Intervensi :

1) Pertahankan tirah baring selama fase akut.

R/ Meminimalkan stimulasi dan meningkatkan relaksasi.

2) Berikan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala,

misalnya kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher.

R/ Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral, efektif

dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.

3) Hilangkan/minimalkan aktifitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan

sakit kepala, misalnya batuk panjang, mengejan saat BAB.

R/ Aktifitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala

pada adanya peningkatan vaskuler serebral.

4) Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.

R/ Meminimalkan penggunaan oksigen dan aktivitas yang berlebihan

yang memperberat kondisi klien.

2
5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik, anti

ansietas, diazepam dll.

R/ Analgetik menurunkan nyeri dan menurunkan rangsangan saraf


simpatis.

b. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d

intake nutrisi inadekuat

Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria Hasil :

1) Klien menunjukkan peningkatan berat badan

2) Menunjukkan perilaku meningkatkan atau mempertahankan berat badan ideal

Intervensi

1) Bicarakan pentingnya menurunkan masukan lemak, garam dan gula sesuai

indikasi.

R/ Kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya aterosklerosis, kelebihan

masukan garam memperbanyak volume cairan intra vaskuler dan dapat merusak

ginjal yang lebih memperburuk hipertensi.

2) Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet.

R/ Mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dalam program diit


terakhir..

3) Dorong klien untuk mempertahankan masukan makanan harian termasuk

kapan dan dimana makan dilakukan, lingkungan dan perasaan sekitar saat

makanan dimakan.

2
R/ Memberikan data dasar tentang keadekuatan nutrisi yang dimakan dan kondisi

emosi saat makan, membantu untuk memfokuskan perhatian pada factor mana

pasien telah/dapat mengontrol perubahan.

2
4) Intruksikan dan bantu memilih makanan yang tepat, hindari makanan

dengan kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju, telur, es krim, daging dll) dan

kolesterol (daging berlemak, kuning telur, produk kalengan,jeroan).

R/ Menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan kolesterol penting

dalam mencegah perkembangan aterogenesis.

5) Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi.

R/ Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan

diet individual.

c. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai

dan kebutuhan O2.

Tujuan : tidak terjadi intoleransi aktivitas

Kriteria Hasil :

1) Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan atau diperlukan

2) Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat

diukur. Intervensi

1) Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunkan parameter

: frekwensi nadi 20 x/menit diatas frekwensi istirahat, catat peningkatan

TD, dipsnea, atau nyeri dada, kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat, pusing

atau pingsan.

R/ Parameter menunjukan respon fisiologis pasien terhadap stress, aktivitas

dan indikator derajat pengaruh kelebihan kerja jantung.

3
2) Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh : penurunan

kelemahan/kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan perhatian pada

aktivitas dan perawatan diri.

R/ Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk memajukan tingkat aktivitas

individual.

3) Dorong memajukan aktivitas/toleransi perawatan diri.

R/ Konsumsi oksigen miokardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan

jumlah oksigen yang ada. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah

peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung.

4) Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi,

menyikat gigi/rambut dengan duduk dan sebagainya.

R/ Teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi dan sehingga

membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.

5) Dorong pasien untuk berpartisipasi dalam memilih periode aktivitas.

R/ Jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas dan

mencegah kelemahan.

d. Inefektif koping individu b.d mekanisme koping tidak efektif, harapan yang

tidak terpenuhi, persepsi tidak realistik.

Tujuan : klien menunjukkan tidak ada tanda-tanda inefektif koping

Kriteria Hasil :

1) Mengidentifikasi perilaku koping efektif dan konsekuensinya

2) menyatakan kesadaran kemampuan koping / kekuatan pribadi

3
3) mengidentifikasi potensial situasi stress dan mengambil langkah untuk

menghindari dan mengubahnya.

Intervensi

1) Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku, Misalnya :

kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam

rencana pengobatan.

R/ Mekanisme adaptif perlu untuk megubah pola hidup seorang, mengatasi

hipertensi kronik dan mengintegrasikan terapi yang diharuskan kedalam

kehidupan sehari-hari.

2) Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan konsentrasi, peka

rangsangan, penurunan toleransi sakit kepala, ketidak mampuan untuk

mengatasi/menyelesaikan masalah.

R/ Manifestasi mekanisme koping maladaptif mungkin merupakan indicator

marah yang ditekan dan diketahui telah menjadi penentu utama TD diastolic.

3) Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan strategi

untuk mengatasinya.

R/ Pengenalan terhadap stressor adalah langkah pertama dalam mengubah respon

seseorang terhadap stressor.

4) Libatkan klien dalam perencanaan perwatan dan beri dorongan partisipasi

maksimum dalam rencana pengobatan.

R/ Keterlibatan memberikan klien perasaan kontrol diri yang berkelanjutan.

Memperbaiki keterampilan koping, dan dapat menigkatkan kerjasama dalam

regiment teraupetik.

3
5) Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan

hidup yang perlu. Bantu untuk menyesuaikan ketimbang membatalkan tujuan

diri / keluarga.

R/ Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara realistic untuk

menghindari rasa tidak menentu dan tidak berdaya.

e. Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan dengan

kurangnya informasi mengenai penyakitnya.

Tujuan : Klien menunjukkan peningkatan pengetahuan mengenai penyakitnya

Kriteria hasil :

1) Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regiment pengobatan.

2) Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang

perlu diperhatikan. Mempertahankan TD dalam parameter normal.

Intervensi

1) Kaji tingkat pemahaman klien tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala,

pencegahan, pengobatan, dan akibat lanjut.

R/ Mengidentifikasi tingkat pegetahuan tentang proses penyakit hipertensi

dan mempermudah dalam menentukan intervensi.

2) Bantu klien dalam mengidentifikasi faktor-faktor resiko kardivaskuler yang

dapat diubah, misalnya : obesitas, diet tinggi lemak jenuh, dan kolesterol, pola

hidup monoton, merokok, pola hidup penuh stress dan minum alcohol (lebih dari

60 cc/hari dengan teratur).

R/ Faktor-faktor resiko ini telah menunjukan hubungan dalam

menunjang hipertensi dan penyakit kardiovaskuler serta ginjal.

2
3) Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat.

R/ Kesalahan konsep dan menyangkal diagnosa karena perasaan sejahtera yang

sudah lama dinikmati mempengaruhi minimal klien/orang terdekat untuk

mempelajari penyakit, kemajuan dan prognosis. Bila klien tidak menerima

realitas bahwa membutuhkan pengobatan kontinyu, maka perubahan perilaku

tidak akan dipertahankan.

4) Jelaskan pada klien tentang proses penyakit hipertensi

(pengertian,penyebab,tanda dan gejala,pencegahan, pengobatan, dan akibat

lanjut) melalui penkes.

R/ Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan klien tentang proses penyakit

hipertensi.

f. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi

pembuluh darah.

Tujuan : Tidak terjadi penurunan curah jantung

Kriteria Hasil :

1) Klien berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah/beban

kerja jantung

2) Mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat diterima.

3) Memperlihatkan norma dan frekwensi jantung stabil dalam rentang normal

pasien. Intervensi

1) Observasi tekanan darah

R/ Perbandingan dari tekanan darah memberikan gambaran yang lebih lengkap

tentang keterlibatan vaskuler.

3
2) Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer

3
R/ Denyutan karotis, jugularis, radialis dan femoralis mungkin teramati saat

palpasi. Denyut pada tungkai mungkin menurun, mencerminkan efek dari

vasokontriksi dan kongesti vena.

3) Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.

R/ S4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat karena adanya

hipertropi atrium, perkembangan S3 menunjukan hipertropi ventrikel dan

kerusakan fungsi, adanya krakels, mengi dapat mengindikasikan kongesti paru

sekunder terhadap terjadinya atau gagal jantung kronik.

4) Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler.

R/ Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat

mencerminkan dekompensasi/penurunan curah jantung.

5) Berikan lingkungan yang nyaman, tenang, kurangi aktivitas atau

keributan ligkungan, batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal.

R/ Membantu untuk menurunkan rangsangan simpatis, meningkatkan


relaksasi.

6) Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi dan distraksi.

R/ Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuat efek

tenang, sehingga akan menurunkan tekanan darah.

7) Kolaborasi dengan dokter dalam pembrian terapi anti hipertensi dan diuretik.

R/ Menurunkan tekanan darah.

g. Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan defisit lapang

pandang, motorik atau persepsi.

Tujuan : Tidak terjadi cidera

Kriteria hasil:

3
1) Mengidentifikasi faktor yang meningkatkan resiko terhadap cedera.

2) Memperagakan tindakan keamanan untuk mencegah cedera.

3) Meminta bantuan bila

diperlukan. Intervensi:

1) Lakukan tindakan untuk mengurangi bahaya lingkungan.

R/ Membantu menurunkan cedera.

2) Bila penurunan sensitifitas taktil menjadi masalah ajarkan klien untuk

melakukan: (a) Kaji suhu air mandi dan bantalan pemanas sebelum digunakan.

(b) Kaji ekstremitas setiap hari terhadap cedera yang tak terdeteksi.

(c) Pertahankan kaki tetap hangat dan kering serta kulit dilemaskan dengan

lotion emoltion.

R/ Kerusakan sensori pasca CVA dapat mempengaruhi persepsi klien

terhadap suhu.

3) Lakukan tindakan untuk mengurangi resiko yang berkenaan dengan

pengunaan alat bantu.

R/ Penggunaan alat bantu yang tidak tepat atau tidak pas dapat

meyebabkan regangan atau jatuh.

4) Anjurkan klien dan keluarga untuk memaksimalkan keamanan di rumah.

R/ Keamanan yang baik meminimalkan terjadinya cidera

4. Evaluasi

a. Apakah rasa nyeri pasien / sakit kepala berkurang ?

b. Apakah pasien sudah bisa beraktifitas sendiri / mandiri ?

3
c. Apakah pola nutrisi pasien seimbang atau normal

? D. Konsep Kebutuhan Rasa Nyaman (Bebas Nyeri)

1. Pengertian Nyeri

Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak meneyenagkan bersifat

sangat subjektif karena perasaan nyeri beerbeda pada stiap orang dalam hal

sekala atau tingkatanya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau

mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya. Berikut adalah pendapat beberapa ahli

mengenai pengertian nyeri: a) Mc. Coffery, mendefinisikan nyeri sebagai suatu

keadaan yang mempengaruhi seseorang yang keberadaanya di ketahui hanya jika

seseorang tersebut pernah

mengalaminya.

b) Wolf Waisfel Feurst, mengatakan nyeri merupaksn suatu perasaan menderita secara

fisik dan mental atau perasaan yang bisa menimbulkan ketegangan.

c) Arthur C, Curton, mengatakan bahwa nyeri merupakan suatu mekanisme

produksi bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedang di rusak, dan menyebabkan

individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rangsangan nyeri.

d) Serumum, mengartikan nyeri sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan

akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut saraf dalam tubuh ke otak

dan di ikuti oleh reaksi fisik, fisiologi, dan emosional.

3
2. Fisiologi Nyeri

Munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor

nyeri yang di maksud adalah noociceptor, merupakan ujung-ujung saraf sangat

bebas yang memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki myelin yang tersebar pada kulit

dan mukosa, khususnya pada kulit dan mukosa, khususnya pada visera, persendian,

dinding arteri, hati, dan kandung empedu,. Reseptor nyeri dapat memberikan

respons akibat adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa zat

kimiawi seperti histamin, bradikinin, prostaglandin, dan macam-macam asam yang di

lepas apabila terdapat kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigen. Stimulasi

yang lain dapat berupa termal, listrik, atau mekanis.

Selanjutnya, stimulasi yang diterima oleh reseptor tersebut di transmisikan beruma

impuls-impuls nyeri ke sumsung tulang belakang oleh dua jenis tersebut yang bermielin

rapat atau serabut A (delta) atau serabut lamban (serabut C). Impuls-impuls yang

di transmisikan oleh serabut delta A mempunyai sifat unhibitor yang di transmisikan ke

serabut C, serabut-serabut aferen masuk ke spinal melalui akar dorsal (dorsal root) serta

sinaps pada dorsal horn. Dorsal horn terdiri atas beberapa lapisan atau laminase yang

saling bertautan. Di antar lapisan dua da tiga terbentuk subtantia gelatinosa yang

merupakan saluran utama impuls. Kemudian, impuls nyeri menyebrangi sumsum tulang

belakang pada interneuron dan bersambung ke jalur spinal asendens yang paling utama,

yaitu jalur spinochalamictract (STT) atau jalur spinochalamus dan spinoreticular tract

(SRT) yang membawa informasi tentang sifat dan lokasi nyeri. Dari proses transmisi

tersebut terdapat dua jalur mekanisme terjadinya nyeri, yaitu jalur opiate dan

jalut nonopiate. Jalur opiate di tandai oleh pertemuan reseptor pada otak yang terdiri

atas jalur

3
spinal desendens dan thalamus yang melalui otak tengah dan medula ke tanduk

dorsal dari sumsung tulang belakang yang berkonduksi dengan nociceptor impuls

supresif. Serontonin merupakan neurotransmiter dalam impuls supresif. Sistem supresif

lebih mengaktifkal stimulasi nociceptor yang di transmisikan oleh serabut A. Jalur

nonopiate merupakan jalur desenden yang tidak memberikan respons terhadap

noloxone yang kurang banyak diketahui mekasinismenya (Barbara C.Long)

3. Klasifikasi Nyeri

Klasifikasi nyeri secara umum dibagi memjadi dua, nyeri akut dan nyeri kronis,

nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara medadak dan cepat menghilang, yang

tidak melebihi 6 bulan dan ditandai adanya peningkatan tegangan otot. Nyeri kronis

merupakan nyeri yang timbuls secara berlahan lahan, biasanya berlangsung cukup lama,

yaitu lebih dari 6 bulan. Yang termaksud dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri

terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis. Ditinjau dari sifat terjadinya,

nyeri dapat dibagi ke dalam beberapa kategori, diantaranya nyeri tertusuk dan nyeri

terbakar.

Tabel 2.6 Perbedaan Nyeri Akut dan


Kronis

Karakteristik Nyeri Akut Nyeri Kronis

Pengalaman Satu kejadian Satu situasi, stus


eksistensi

Sumber Sebab eksternal atau Tidak diketahui


penyakit dari dalam atau pengobatan
yang terlalu lama

Serangan Mendadak Bisa mendadak,


berkembang, dan
terselubung

3
Waktu Sampai 6 bulan Lebih dari 6 bulan
sampai bertahun- tahun

Pernyataan nyeri Daerah nyeri tidak Daerah nyeri sulit

3
diketahui dengan pasti dibedakan
intensitasnya, sehingga
sulit dievaluasi
(perubahan perasaan)

Gejala-gejala klinis Pola rspons yang khas Pola respons yang


dengan gejala yang lebih berfariasi dengan sedikt
jelas gejala (beradaptasi)

Pola Terbatas Berlangsung trus,


dapat berfariasi

Perjalanan Biasanya berkurang Penderita


setelah beberapa saat meningkat setelah
beberapa saat

Selai klasifikasi nyeri di atas, terdapat jenis nyeri yang spesifik, di antaranya nyeri

somatis, nyeri viseral, nyeri menjalar (referent pait), nyeri psikogenik, phantom

dari ekstremitas, nyeri neurologis, dan lain-lain

Nyeri somatis dan nyeri viseral ini umumnya bersumber dari kulit dan jari di bawah

kulit (superfisial) pada otot dan tulang. Perbedaana antara kedua nyeri ini dapat dilihat

pada tabel berikut:

3
Tabel 2.7: Perbedaan Nyeri Somatis dan Nyeri Viseral

Karakteristik Nyeri Somatis Nyeri viseral

Superfisial Dalam

Kualitas Tajam, mensuk, Tajam, tumpul, Tajam,


membakar nyeri trus tumpul, nyeri
terus, kejang

Menjalar Tidak Tidak Ya

Stimulasi Torehan, abrasi Torehan, panas, Distensi,


terlalu panas dan iskemia iskemia, spasmus/
dingin pergeseran iritasi
tempat kimiyawi(tida k
ada torehan)

Reaksi otonom Tidak Ya Ya

Reaksi kontraksi Tidak Ya Ya

Otot

4. Stimulasi Nyeri

Seseorang dapat menoleransi, menahan nyeri (pain tolerance), atau mengenali

jumlah stimulasi nyeri sebelum merasakan nyeri.

Terdapat beberapa stimulasi nyeri, di antaranya:

a. Trauma pada jaringan tubuh, misalnya karena bedah akibat terjadinya

kerusakan jaringan dan iritasi secara langsung pada reseptor.

b. Gangguan pada jaringan tubuh, misalnya karena edema akibat terjadinya

penekanan pada reseptor nyeri.

c. Tumor, dapat juga menekan pada reseptor nyeri.

d. Iskemia pada jaringan, misalnya terjadi blokade pada arteria koronaria

yang menstimulasi reseptor nyeri akibat tertumpuknya asam laktat

3
e. Spasme otot, dapat menstimulasi mekanik.

5. Teori Nyeri

Terdapat beberapa teori tentang terjadinya rangsangan nyeri, di antaranya:

a. Teori Pemisahan (Specificity theory)

Rangsangan sakit masuk ke medula spinalis melalui kornul dorsalis yang

bersinaps di daerah posterior, kemudia naik ke tractus lissur dan menyilang ke garis

median ke sisi lainya, dan berakhir di korteks sensori tempat rangsangan

nyeri tersebut di teruskan.

b. Teori Pola (Pattern Theory)

Rangsangaan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke medula spinalis dan

merangsang aktifitas sel T. Hal ini mengakibatkan suatu respons yang merangsang

ke bagian yang lebih tinggi, yaitu korteks serebri, serta kontraksi menimbulkan

persepsi dan otot erkontraksi sehingga menimbulkan nyeri. Persepsi

dipengaruhi oleh modalitas respons dari reakti sel T.

c. Teori Pengendalian Gerbang ( Gate Control Theory)

Nyeri tergantung dari kerja syarafbesar dan kecil yang keduanya berada pada

akar ganglion dorsalis. Rangsangan pada saraf-saraf besar akan menigkatkan

aktivitas substansia ganglion yang mengakibatkan tertutupnya pintu mekanisme

sehingg aktifitas sel T terhambat dan menyebabkan hantaran rangsangan ikut

terhambat. Rangsangan saraf besar dapat langsung merangsang korteks serebri. Hasil

persepsi ini akan di kembalikan ke dalam medula spinalis melalui saraf efeen dan

reaksinya akan mempengaruhi aktifitas sel T. Ragsangan pada serat kecil akan

menghambat aktifitas

4
substansia gelatinosa dan membuka pintu mekanisme, sehinga merangsang

aktifitas sel T yang selanjutnya akan meghantarkan rangsangan nyeri.

d. Teori Transmisi dan Inhibisi

Adanya stimulasi pada nociceptor memulai transmisi impuls-impuls saraf,

sehigga transmisi impuls nyeri menjadi efektif oleh neurotransmiter yang spesifik.

Kemudian, inhibisi imouls nyeri menjadi efektif oeh impuls-impuls pada

serabut serabut besar yang memblok impuls-impuls pada serabut lamban dan

endogen opiate sistem supresif.

6. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Nyeri

Pengalaman nyeri pada seseorang dapat di pengaruhi pleh beberapa hal, di

antaranya adalah:

a. Arti Nyeri.

Arti nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir sebagian arti

nyeri mrupakan arti yang negatif, seperti membahayakan, merusak, dan lain-

lain. Keadaan ini di pengaruhi oleh berbagai faktor, seperti usia, jenis kelamin,

larat belakang busaya, lingkungan, dan pengalaman.

b. Persepsi Nyeri

Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat subjektif tempatnya pada

korteks pada fungsi evaluatif kognitif. Persepsi ini di pengaruhi oleh faktor

yang dapat memicu stimulasi nociceptor

c. Toleransi Nyeri

Toleransi ini erat hubunganya dengan intensitas nyeri yang dapat memengaruhi

kemampuan sesorang menahan nyeri. Faktor yang dapat memengaruhi

peningkatan

4
toleransi nyeri antara lain alkohol, obat-obatan, hipnotis, gesekan atau garukan,

pengalihan perhatian, kepercayaan yang kuat, dan sebagainya. Sedangkan faktor

yang menurunkan toleransi antara lain kelelahan, rasa marah, bosan, cemas,

nyeri yang tidak kunjung hilang, sakit, dan lain-lain.

7. Penatalaksanaan Nyeri

Penelitian tentang kompres panas untuk mengurangi nyeri sudah pernah dilakukan.

Handoyo (2008) membuktikan bahwa terdapat perbedaan intensitas nyeri antara

sebelum dan sesudah terapi kompres panas pada pasien pasca bedah sesar dengan spinal

anestesi. Sementara itu, Wahyuni dan Nurhidayat(2008) juga membuktikan bahwa

terdapat penurunan tingkat nyeri flebitis akibat pemasangan infuse intravena setelah

diberikan terapi kompres panas.

Tindakan kompres hangat dapat digunakan untuk mengurangi maupun meredakan

rangsang pada ujung saraf atau memblokir arah berjalanya impuls nyeri menuju ke

otak. Pemberian kompres hangat pada daerah tubuh akan memberikan sinyal

kehipotalamus melalui sumsum tulang belakang. Ketika reseptor yang peka terhadap

panas di hipotalamus dirangsang, system efektor mengeluarkan sinyal yang memulai

berkeringat dan vasodilitasi perifer. Perubahan ukuran pembuluh darah diatur oleh pusat

vasomotor pada medulla oblongata dari tangkai otak, di bawah pengaruh

hipotalamus bagian anterior sehingga terjadi vasodilatasi. Vasodilitasiini menyebabkan

aliran darah sehingga suplai oksigen ke jaringan lancar dan metabolisme jaringan

meningkat. Jaringan khususnya yang mengalami radang dan nyeri diharapkan akan

terjadi penurunan nyeri sendi pada jaringan yang meradang (Tamsuri, 2007). Teori

gate control mengatakan bahwa stimulasi kutaneus: kompres hangat dan

kompres dingin bahwa cara ini

4
menyebabkan pelepasan endorfin suatu pembunuh nyeri alami yang berasal dari tubuh

memblok transmisi stimulus nyeri, neuromodulator ini menutup menakanisme

pertahanan dengan menghambat pelepasan sustansi P, mengaktifkan serabut saraf

sensori A-beta yang lebih besar dan lebih cepat proses ini menurunkan transmisi nyeri

melalui serabut C dan delta –A berdiameter kecil, gerbang sinap menutup transmisi

nyeri (Potter,

2005).

Menurut Price(1995), kompres hangat sebagai metode yang sangat efektif untuk

mengurangi nyeri atau kejang otot. Panas dapat disalurkan melaui konduksi (botol air

panas).Panas dapat melebarkan pembuluh darah dan dapat meningkatkan aliran darah.

a. Prosedur tindakan Kompres


Hangat

1) Persiapan alat dan bahan menurut (An, 2010) adalah sebagai berikut:

a) Alat

(1) Handscoen

(2) Baskom kecil

(3) Handuk kecil

b) Bahan

(1) Air secukupnya

c) Cara kerja

Untruk pelaksanaan kompres hangat dapat mengikuti langkah-

langkah sebagai berikut:

(1) Infrm consent

(2) Siapkan wadah dan isi dengan air hangat suhu 40-50 secukupnya

4
(3) Masukan handuk kecil kedalam air hangat tersebut kemudian

tunggu beberapa saat sebelum handuk diperas

(4) Peraskan handuk kemudian tempelkan ke daerah sendi yang terasa

nyeri klien

(5) Pengompresan dilakukan selama 20 menit

(6) Setelah selesai bereskan semua peralatan yang telah dipakai.

Sebaiknya kompres hangat hangat dilakukan dua kali sehari pagi dan

sore agar mendapatkan hasil yang optimal(An,2010).

E. Asuhan Keperawatan dalam Kebutuhan Rasa Nyaman (Nyeri)

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian pada masalah nyeri (gangguan rasa nyaman) yang dapat dilakukan adalah

adanya riwayat nyeri; keluhan nyeri seperti lokasi nyeri, intensitas nyeri, kualitas dan

waktu serangan. Pengkajian dapat dilakukan dengan cara PQRST :

a. P (pemacu), yaitu faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya

nyeri. b. Q (quality) dari nyeri, seperti apakah rasa tajam, tumpul, atau

tersayat.

c. R (region), yaitu daerah perjalanan


nyeri.

d. S (severity) adalah keparahan atau intensitas


nyeri.

e. T (time) adalah lama / waktu serangan atau frekuensi


nyeri.

4
Intensitas nyeri dapat diketahui dengan bertanya kepada pasien melalui skala nyeri

berikut :

SKALA NYERI

Tidak Nyeri Sedikit Nyeri Sedang Parah /


Berat

Tidak Nyeri Ringan Sedang Parah Separah-parahnya

0 : Tidak nyeri 0 : Tidak nyeri 0 : Tidak nyeri


1 : Nyeri ringan 1 : Nyeri ringan 1 : Sedikit nyeri
2 : Tidak nyaman 2 : Nyeri sedang 2 : Nyeri sedang
3 : Mengganggu 3 : Nyeri parah 3 : Nyeri parah
4 : Sangat mengganggu 4 : Nyeri sangat parah

2. Diagnosa Keperawatan

Terdapat beberapa diagnosis yang berhubugan dengan masalah nyeri, diantaranya :

a. Nyeri akut akibat fraktur

panggul b. Nyeri kronis akibat

arthritis

c. Gangguan mobilitas akibat nyeri pada ekstremitas

d. Kurangnya perawatan diri akibat ketidakmampuan menggerakkan tangan

yang disebabkan oleh nyeri persendian

e. Cemas akibat ancaman peningkatan nyeri

3. Perencanaan Keperawatan

a. Mengurangi dan membatasi faktor-faktor yang menambah nyeri.

b. Menggunakan berbagai teknik noninvasif untuk memodifikasi nyeri yang dialami.

4
c. Menggunakan cara-cara untuk mengurangi nyeri yang optimal, seperti

memberikan analgesik sesuai dengan program yang ditentukan.

4
4. Pelaksanaan (Tindakan) Keperawatan

a. Mengurangi faktor yang dapat menambah nyeri, misalnya ketidak percayaan,

kesalah pahaman, ketakutan, kelelahan, dan kebosanan.

1) Ketidak percayaan

Pengakuan perawat akan rasa nyeri yang di derita pasien dapat mengurangi

nyeri. Hal ini dapat dilakukan melalui pernyataan verbal, mendengarkan dengan

penuh perhatian mengenai keluhan nyeri pasien, dan mengatakan kepada pasien

bahwa perawat mengkaji rasa nyeri pasien agar lebih dapat memahami tentang

nyerinya.

2) Kesalah pahaman

Mengurangi kesalahpahaman pasien tentang nyerinya akan mengurangi nyeri,

hal ini dilakukan dengan memberitahu pasien bahwa nyeri yang dialami sangat

individual dan hanya pasien yang tahu secara pasti tentang nyerinya.

3) Ketakutan

Memberikan informasi yang tepat dapat mengurangi ketakutan pasien dengan

mengganjurkan pasien untuk mengepresikan bagaimana mereka menangani

nyeri.

4) Kelelahan

Kelelahan dapat memperberat nyeri. Untuk mengatasinya, kembangkan pola

aktivitas yang dapat memberikan istirahat yang cukup.

5) Kebosanan

Kebosanan dapat meningkatkan rasa nyeri, untuk mengurangi nyeri dapat

digunakan pengalih perhatian yang bersifat terapeutik. Beberapa tehnik pengalih

4
perhatian adalah bernafas pelan dan berirama, memijat secara perlahan,

menyanyi

4
berirama, aktif mendengarkan musik, membayangkan hal-hal

yang menyenangkan, dan sebagainya.

b. Memodifikasi stimulus nyeri dengan menggunakan teknik-teknik seperti :

1) Teknik latihan pengalihan :

a) Menonton
televisi

b) Berbincang-bincang dengan orang

lain c) Mendengarkan music

2) Tehnik relaksasi

Menganjurkan pasien untuk menarik nafas dalam dan mengisi paru-paru dengan

udara, menghembuskannya secara perlahan, melemaskan otot-otot tangan, kaki,

perut, dan punggung, serta mengulangi hal yang sama smabil terus konsentrasi

hingga dapat rasa nyaman, tenang, dan rileks.

3) Stimulasi kulit :

a) Menggosok dengan halus pada daerah nyeri

b) Menggosok punggung

c) Menggunakan air hangat dan

dingin d) Memijat dengan air

mengalir

c. Pemberian obat analgesik, yang dilakukan guna mengganggu atau

memblok stransmisis stimulus agar terjadi perubahan persepsi dengan cara

mengurangi kortikal terhadap nyeri. Jenis analgesiknya adalah narkotika danbukan

narkotika. Jenis narkotika diginakan utuk menurunkan tekanan darah dan

menimbulkan depresi pada fungsi vital, seperti respirasi. Jenis bukan narkotika yang

4
paling banyak dikenal di masyarakat adalah aspirin, asetaminofen, dan bahan

anti inflamasi nonsteroid.

5
Golongan aspirin (asetysalicylic acid) diguakan untuk memblok rangsangan pada

sentral dan perifer, kemungkinan menghambat sintesis protagladin yang memiliki

khasiat setelah 15-20 menit dengan efek puncak obat sekitar 1-2 jam. Aspirin juga

menghambat agregrasi trombosit dan antagonis lemah terhadap vitamin K, sehingga

dapat meningkatkan waktu perdarahan dan protombin bila diberikan dalam

dosis yang tinggi. Golongan asetaminofen sama dengan seperti aspirin, akan tetapi

tidak menimbulkan perubahan kadar protombin dan jenis nonsteroid anti

inflamatory drug (NSAID), juga dapat menghambat prostaglandin dan dosis rendah

dapat berfungsi sebagai analgesik. Kelompok obat ini meliputi ibuprofen,

mefenamic acid, fenoprofen, naprofen, zomepirac, dan lain-lain.

d. Pemberian stimulator listrik yaitu dengan memblok atau mengubah stimulus

nyeri dengan stimulus yang kurang dirasakan.bentuk stimulator metode stimulus

listrik meliputi:

1) Trancutanneus electrical stimulator (TENS), digunakan untuk mengendalikan

stimulus manual daerah nyeri tertentu dengan menempatkan beberapa elektrode

diluar.

2) Percutaneus implanted spinal cord epidural stimulator merupakan alat stimulator

sumsum tulang belakang dan epidural yang di implan di bawah kulit

dengan transistor timah penerima yang dimasukkan ke dalam kulit pada daerah

epidural dan columna vetebrae.

3) Stimulator columna vertibrae, sebuah stimulator dengan stimulus alat penerima

transistor dicangkok melalui kantong kulit intraklavikula atau abdomen,

yaitu elektroda ditanam melalui pembedahan pada dorsum sumsum tulang

belakang.

5
5. Evaluasi keperawatan

Evaluasi terhadap masalah nyeri dilakukan dengan menilai kemampuan dalam merespon

rangsangan nyeri, diantaranya hilangnya perasaan nyeri, menurunnya intensitas nyeri,

adanya respons fisiologis yang baik, dan pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari

tanpa keluhan nyeri.

5
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Studi Kasus

Desain penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan dimana data

variabel-variabel yang termasuk variabel dependen dan variabel independen yang

dikumpulkan dalam waktu bersamaan (Notoatmodjo, 2005). Hasil yang diharapkan oleh

peneliti adalah melihat asuhan keperawatan gerontik pada pasien dengan Hipertensi di

Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari pada tahun 2018

B. Subyek studi kasus

Subjek dari penelitian studi kasus ini adalah Ny.W di Panti Sosial Tresna Wherda Minaula

Kendari yang berjumlah satu orang. Dengan kriteria inklusi :

1. Pasien bersedia menjadi subjek dari penelitian

2. Pasien dengan diagnosa medis Hipertensi.

3. Pasien dengan kesadaran komposmentis

4. Pasien yang berumur 60 tahun ke atas

Dan dengan kriteria eksklusi :

1. Pasien pulang atau meninggal sebelum 6 hari dari pengambilan data atau 5

hari pengambilan data

2. Pasien pindah ruang rawat atau dirujuk ke Rumah Sakit lain

C. Fokus Studi Kasus

1. Kebutuhan rasa aman dan nyaman pada pasien Hipertensi

2. Memberikan tindakan kompres hangat pada dahi, pijat punggung dan leher sebagai

tindakan yang meringankan nyeri pada kepala.

5
D. Definisi Operasional fokus studi

Definisi operasional studi kasus asuhan keperawatan :

1. Asuhan keperawatan adalah suatu pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat

berdasarkan upaya-upaya preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif, sesuai

dengan posisi yang ada pada diri mereka.

2. Pengkajian adalah dasar utama atau langkah awal dari proses keperawatan yang

terdiri dari beberapa tahapan diantaranya pengumpulan data, pengelompokan data dan

menganalisis data.

3. Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang singkat, jelas dan pasti

tentang status atau masalah kesehatan pada lansia dengan kasus hipertensi yang perlu

ditanggulangi.

4. Perencanaan adalah pengembangan dari pencatatan rencana keperawatan

dan menentukan pendekatan yang digunakan untuk memecahkan masalah atau

mengurangi masalah klien dengan rencana memberikan kompres hangat pada lansia

dengan kaus hipertensi.

5. Implementasi adalah perwujudan atau pelaksanaan perencanaan keperawatan

oleh perawat dan klien dengan melakukan kompres hangat pada lansia dengan

kasus hipertensi.

6. Evaluasi adalah langkah terakhir dari proses keperawatan yang merupakan

pengukuran keberhasilan dari seluruh tindakan keperawatan dalam memenuhi

kebutuhan klien dengan menanyakan kembali apakah nyeri atau sakit kepala pasien

berkurang.

7. Pasien adalah seorang individu atau salah satu bagian dari masyarakat

yang membutuhkan pelayanan kesehatan, khususnya dalam keadaan sakit.


5
8. Hipertensi adalah penyakit degeneratif dan tidak menular.

9. Lansia adalah manusia yang sudah tua dan menunjukkan ciri fisik seperti

rambut beruban, kerutan kulit dan hilangnya gigi.

10. Nyeri adalah perasaan tidak nyaman yang sangat subjekif yang hanya orang

yang mengalaminya yang dapat menjelaskan dan mengevaluasi perasaan tersebut.

11. kebutuhan rasa aman dan nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya

kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu

kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari).

E. Tempat Dan Waktu studi kasus

1. Tempat

Studi kasus ini telah dilaksanakan di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota Kendari.

2. Waktu

Studi kasus ini telah dilaksanakan pada tanggal 28 Maret - 12 Juli tahun 2018

F. Pengumpulan data

1. Prosedur administrasi pengumpulan data meliputi :

a. Penulis meminta izin studi kasus dari instansi asal peneliti yaitu Poltekkes
Kemenkes

Kendari Jurusan Keperawatan ke badan riset penelitian

b. Penulis meminta surat rekomendasi ke lokasi penelitian yaitu Panti Sosial Tresna

Werdha Minaula Kendari

c. Penulis meminta izin kepada Direktur Panti Sosial Tresna Wherda Minaula Kendari

2. Prosedur pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada studi kasus adalah sebagai berikut :

a. Observasi

5
Observasi kegiatan merupakan suatu kegiatan untuk melakukan secara langsung

seperti pengukuran, pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan. Yang

perlu di observasi, tekanan darah, pengkajian nyeri(PQRST), dan reaksi klien

selama dilakukan tindakan.

b. Wawancara

Wawancara adalah pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan

secara langsung pada narasumber untuk mendapatkan informasi dengan cara

dicatat.

3. Instrumen pengumpulan data

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena

alam maupun sosisal yang diamati. Instrumen penelitian digunakan sebagai alat

pengumpulan data. Pada penelitian ini instrumen yang digunakan yaitu :

a. Alat pengukur tekanan darah

1) Tensimeter

2) Stetoskop

b. Alat Kompres

1) Baskom

2) Handuk kecil

3) Air hangat

c. Alat Pemjat

1) Minyak gosok atau balsam

5
G. Penyajian data

Data yang akan disajikan pada penelitian ini yakni secara tekstural atau

narasi, disertai dengan cuplikan ungkapan verbal dan respon dari subyek studi kasus

yang merupakan data pendukung dari penelitian.

H. Etika Studi Kasus

Penelitian ini akan diajukan kepada tim program karya tulis ilmiah Poltekkes

Kemenkes Kendari jurusan Keperawatan, adapun etika yang harus di taati oleh

peneliti dalam melaksanakan studi kasus yakni :

1. Klien memiliki otonomi dan hak untuk membuat keputusan secara sadar dan

dipahami dengan baik, bebas dari paksaan untuk berpartisipasi atau tidak dalam

penelitian ini untuk mengundurkan diri dari penelitian ini (self determination).

2. Klien memiliki hak untuk dihargai tentang apa yang mereka lakukan dan apa

yang dilakukan terhadap mereka serta untuk mengontrol kapan dan bagaimana

informasi tentang mereka dibagi dengan orang lain (privacy dan dignity)

3. Semua informasi yang didapatkan dari klien harus dijaga dengan sedemikian

rupa sehingga informasi individual tertentu tidak bisa langsung dikaitkan dengan klien,

dan klien juga harus dijaga kerahasiaan atas keterlibatannya dalam penelitian ini

(anonymity dan confidentialy).

4. Hak terhadap penanganan yang adil memberikan individu hak yang sama untuk

dipilih dalam penelitian tanpa diskriminasi dan didberikan hak yang sama dengan

menghormati seluruh persetujuan yang disepakati.

5. Hak untuk mendapatkan perlindungan dari ketidaknyamanan dan kerugian

mengharuskan agar klien dilindungi dan eksploitasi dan peneliti harus menjamin

bahwa semua usaha


5
dilakukan untuk meminimalkan bahaya atau kerugaian dari suatu penelitian,

serta memaksimalkan manfaat dari penelitian (macnee, 2004).

5
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian

1. Pengkajian

Data yang diperoleh penulis dari wawancara dan observasi saat melakukan

pengkajian pada Ny.W dari tanggal 8 juli 2018 adalah sebagai berikut: Nama Ny.W

umur

75 tahun, jenis kelamin perempuan, agama islam, status perkawinan janda, Suku Muna,

pendidikan SR. Alasan masuk ke Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari yaitu

diantar oleh anaknya. Ny.W tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari

diwisma Sentosa bersama lansia lainnya, jumlah semua lansia yang tinggal di

Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari sebanyak 95 lansia, diwisma Sentosa

sendiri ada

5 lansia. Ny.W selalu mengikuti senam, Ny.W mengatakan sebelum tidur membaca
Do’a

sebelum tidur dan jika tidur lebih suka dengan posisi


miring.

Status kesehatan umum Ny.W selama 6 bulan terakhir ditemukan data subjektif :

Ny.W mengeluh kepala sering pusing dan sakit daerah tengkuk leher, nyeri

bertambah saat beraktivitas dan berkurang saat istirahat, nyeri seperti ditusuk-tusuk,

nyeri dibagian kepala, skala nyeri 6, nyeri hilang timbul. Ny.W mengatakan sulit

dalam beraktivitas terutama aktivitas yang berat, lemas dan cepat lelah. Ny.W

mengatakan tidak mengetahui penyebab dan cara pencegahan penyakit

hipertensi. Data objektif : Ny.W tampak menahan nyeri dan memegangi leher bagian

5
belakang, TD : 160/100 mmHg, Nadi : 87x/menit, Pernafasan : 20x/menit, Ny.W

tampak bingung ketika ditanya penyebab dan cara pencegahan penyakit

hipertensi.

6
Tinjauan persistem Pada Ny.W Didapatkan keadaan umum : Ny.W

mengeluh sering sakit kepala dan terasa berat di bagian belakang.

Berdasarkan pengukuran skala nyeri didapatkan data : nyeri saat beraktivitas dan

berkurang saat istirahat, Ny.W tampak nyeri sambil memegangi kepala kualitas

nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk, nyeri terasa dibagian kepala, skala nyeri 6, nyeri

hilang timbul.

Pengkajian status fungsional yang dikaji menggunakan Indeks Kats. Nilai

indeks kats pada Ny.W adalah A karena tingkat kemandirian dalam aktifitas

sehari- hari seperti dalam hal kontinen, berpindah, ke kamar kecil, berpakaian

dan mandi dapat dilakukan secara mandiri. Dari hasil pengkajian status kognitif

dan afektif menggunakan format Shot Portable Mental Questionare (SPMSQ),

Ny.W masih utuh / baik, Ny.W dapat menjawab 9 dari 10 pertanyaan. Dari hasil

pengkajian skala depresi Ny.W memperoleh nilai 15 maka Ny.W mengalami depresi

ringan.

6
2. Diagnosa keperawatan
a. Analisa data
Nama pasien : Ny.W
Umur : 75 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Tabel 4.1
Symptom Etiologi Problem

DS :
- Klien mengeluh sering sakit
kepala dan terasa berat dibagian
belakang.
- P : nyeri bertambah saat
beraktivitas dan berkurang saat
istirahat
- Q : nyeri seperti ditusuk-
tusuk,
- R : nyeri dibagian kepala, Peningkatan tekanan

- S : skala nyeri 6, vaskuler selebral Nyeri akut


- T : nyeri hilang timbul. DO :

- Ny.W tampak menahan nyeri


dan memegangi kepala bagian
belakang.
- Tanda – Tanda Vital : TD :
160/100 mmHg
S : 36OC N :
87 x/menit
P : 20 x/menit

(sumber: Data primer penelitian)

6
b. Diagnosa keperawatan
Dari data yang didapatkan saat melakukan pengkajian maka peneliti
dapat mengangkat diagnosa keperawatan yaitu Nyeri akut berhubungan
dengan
peningkatan tekanan vaskuler serebral.
3. Intervensi keperawatan
Nama pasien : Ny.W
Umur : 75 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Tabel 4.2

No. Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi (NIC) Rasional


keperawatan hasil (NOC)

1. Nyeri akut NOC : NIC :


berhubunga n Pain Level, Pain Management
dengan 1. Mengetahui
Pain control, 1. Kaji tanda-tanda
peningkatan vital kondisi umum
tekanan Comfort level pasien
vaskuler Kriteria Hasil : 2. Memantau
serebral. skala nyeri
 Mampu
mengontrol nyeri yang dirasakan
(tahu penyebab 2. Lakukan
nyeri, mampu pengkajian nyeri
menggunakan secara
tehnik komprehensif
nonfarmakologi termasuk lokasi,
untuk mengurangi karakteristik,
nyeri, mencari durasi, frekuensi,
bantuan). kualitas dan
 Melaporkan bahwa faktor presipitasi 3. Mengetahui
nyeri berkurang 3. Observasi reaksi
nonverbal dari respon pasien
dengan
menggunakan ketidaknyamanan
manajemen nyeri.
 Mampu mengenali
nyeri (skala,
intensitas,
frekuensi dan
tanda nyeri). 4. Untuk
4. Gunakan teknik

6
 Menyatakan rasa komunikasi mendapatkan
nyaman setelah terapeutik untuk
informasi yang
nyeri berkurang. mengetahui
 Tanda vital dalam pengalaman nyeri jelas
rentang normal. pasien.

5. Mengetahui
5. Kontrol
lingkungan yang hal-hal yang
dapat
dapat
mempengaruhi
nyeri seperti suhu meningkatkan
ruangan,
rasa nyeri
pencahayaan dan
kebisingan. 6. Merupakan
6. Lakukan tindakan
tindakan untuk
non farmakologi
berupa kompres mencegah
hangat dan pijatan
nyeri kambuh
pada kepala

7. Anjurkan pasien 7. Merupakan


istirahat yang
tindakan untuk
cukup.
mengurangi
nyeri yang
dirasakan.
8. Untuk
mengetahui
pengaruh dari

8. ajarkan pada klien tindakan yang


tentang pola diberikan.
hidup sehat
seperti rajin 9. Untuk menjaga
olahraga, makan dan
yang bergizi dan
istirahat yang mempertahank
cukup an kesehatan
9. Mengonsultasikan
pada dokter pasien.

58
tentang obat yang
diberikan pada
pasien.
(Sumber: data primer penelitian)

59
4. Implementasi dan evaluasi keperawatan
Nama pasien : Ny.W
Umur : 75 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Tabel 4.3
NO. Hari/Tgl/ IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
Jam
1 Minggu, 8 1. Mengkaji tanda – S:
juli 2018 tanda vital. - Ny.W
09.00 mengatakan
Hasil : sakit kepala dan
daerah tengkuk
- TD : 160/100 leher.
mmHg - P : nyeri
- Nadi : 87x/mnt bertambah saat
- RR : 20x/mnt. beraktivitas dan
berkurang saat
istirahat
2. Melakukan - Q : nyeri seperti
pengkajian nyeri ditusuk-tusuk
09.15 - R : nyeri dibagian
secara berkala kepala
Hasil : Ny.S - S : skala nyeri
6
mengatakan sakit kepala
- T : nyeri hilang
dan daerah tengkuk timbul
09.30 leher dengan skala nyeri
6
O:
3. Mengobservasi
- Ny.W tampak
reaksi nonverbal
menahan nyeri
dari dan memegangi
kepala bagian
ketidaknyamanan belakang,
Hasil : pasien mengatakan - TD : 160/100
kepanasan pada siang hari mmHg
- Nadi : 87x/menit
4. Menggunakan teknik - Pernapasan :
20x/menit.
komunikasi
terapeutik untuk
A : Masalah belum
mengetahui teratasi.

60
pengalaman nyeri
pasien.
P : I nt e r v e n s i
Hasil : Ny.S 1, 2 , 5 , 6 d a n 7
mengatakan sakit lanjutkan.
kepala dan daerah
tengkuk leher

5. Mengontrol
lingkungan yang
dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu
ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan.
Hasil : lingkungan
tampak tenang dan
mendapatkan cahaya
yang cukup.

6. Melakukan
kompres hangat
09.45
dan pijatan pada
daerah kepala.
Hasil : klien
mengatakan merasa
nyaman saat di pijat

7. Menganjurkan
pasien istirahat
yang cukup.
10.00
Hasil : pasien mau
beristirahat.

8. Megajarkan pada
klien tentang pola
10.30 hidup sehat seperti

61
rajin olahraga,
makan yang bergizi
dan istirahat yang
cukup.
Hasil : pasien
menyimak dan bersedia
melakukannya.

9. Mengonsultasikan
pada dokter tentang
obat yang diberikan
pada pasien.
Hasil : pemberian obat
diuretic
hydrochlorothiazide 25
mg 1x1 untuk
Menurunkan tekanan
darah tinggi dapat
mencegah stroke,
serangan jantung, dan
masalah ginjal.

2 Senin, 9 1. Mengkaji tanda – S:


juli 2018 tanda vital. - Ny.W
09.00 Hasil : mengatakan
masih sakit
- TD : 150/100 kepala,
mmHg - P : nyeri
- Nadi : 80x/mnt bertambah saat
- RR : 20x/mnt.
beraktivitas dan
berkurang saat
09.15 istirahat.
2. Melakukan
- Q : nyeri seperti
pengkajian nyeri ditusuk-tusuk.
- R : nyeri dibagian
secara berkala kepala
Hasil : Ny.W tampak - S : skala nyeri
menahan nyeri. 4
- T : nyeri hilang
3. Mengontrol timbul.
lingkungan yang
dapat
09.30 O :
mempengaruhi nyeri
seperti suhu - Ny.W tampak
ruangan,

62
pencahayaan dan menahan nyeri
kebisingan. Hasil dan memegangi
: lingkungan tampak kepala bagian
tenang dan belakang
mendapatkan cahaya - TD : 150/100
mmHg
yang cukup.
- Nadi :
09.45 4. Melakukan 80x/menit.
- Pernapasan :
kompres hangat 20x/menit.
dan pijatan pada
daerah kepala. A : masalah belum
Hasil : Ny.W teratasi.
mengatakan merasa
nyaman saat di pijat
P : lanjutkan
5. Menganjurkan intervensi 1,2,6 dan
pasien istirahat 7
yang cukup.
Hasil : Ny.W mau
beristirahat.

3 Selasa, 10 1. Mengkaji tanda – S:


juli 2018 tanda vital. - Ny.W
09.00 Hasil : mengatakan sakit
kepala berkurang
- TD : 140/100 - P : nyeri saat
mmHg banyak
- Nadi : 80x/mnt beraktivitas.
- RR : 20x/mnt. - Q : nyeri seperti
ditusuk-tusuk.
09.15 - R : nyeri dibagian
2. Melakukan kepala
pengkajian nyeri - S : skala nyeri
3
secara berkala - T : nyeri hilang
Hasil : Ny.W timbul.
mengatakan nyeri
berkurang O :
3. Melakukan - Ny.W tampak
09.30 kompres hangat nyaman

63
dan pijatan pada - TD : 140/100
daerah kepala. mmHg
- Nadi :
Hasil : Ny.W 80x/menit.
mengatakan merasa - Pernapasan :
nyaman saat di pijat 20x/menit.

4. Menganjurkan
A : masalah teratasi
pasien istirahat
10.00 sebagian.
yang cukup.
Hasil : Ny.W mau
beristirahat. P : lanjutkan
intervensi 1,2,6 dan
7.
4 Rabu, 11 1. Mengkaji tanda – S:
juli 2018 tanda vital. - Ny.W
09.00 Hasil : mengatakan sakit
kepala berkurang
- TD : 140/100 - P : nyeri saat
mmHg banyak
- Nadi : 72x/mnt beraktivitas.
- RR : 20x/mnt. - Q : nyeri seperti
ditusuk-tusuk.
09.20 - R : nyeri dibagian
2. Melakukan kepala
pengkajian nyeri - S : skala nyeri
3
secara berkala - T : nyeri hilang
Hasil : Ny.W timbul.
mengatakan nyeri
berkurang O :
3. Melakukan - Ny.W tampak
09.40 kompres hangat nyaman
- TD : 140/100
dan pijatan pada mmHg
daerah kepala. - Nadi :
80x/menit.
Hasil : Ny.W - Pernapasan :
mengatakan merasa 20x/menit.
nyaman saat di pijat

4. Menganjurkan A : masalah teratasi

64
10.00 pasien istirahat sebagian.
yang cukup.
Hasil : Ny.W mau
beristirahat. P : lanjutkan
intervensi 1,2,6 dan
7.
5 Kamis, 12 1. Mengkaji tanda – S:
juli 2018 tanda vital. - Ny.W
09.00 Hasil : mengatakan
merasa nyaman
- TD : 140/100 dan enakan.
mmHg
- Nadi : 90x/mnt
- RR : 22x/mnt. O :

09.15 - Ny.W tampak


2. Melakukan nyaman
pengkajian nyeri - TD : 140/100
mmHg
secara berkala - Nadi :
Hasil : Ny.W 80x/menit.
- Pernapasan :
mengatakan tidak
20x/menit.
merasa nyeri.

A : Masalah
3. Melakukan teratasi.
09.30
kompres hangat
dan pijatan pada P : Intervensi
daerah kepala. dipertahankan.
Hasil : Ny.W
mengatakan merasa
nyaman saat di pijat

4. Menganjurkan
10.00
pasien istirahat
yang cukup.
Hasil : Ny.W mau
beristirahat.

65
(Sumber : data primer penelitian)

B. Pembahasan hasil penelitian

Berdasarkan tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini dan hasil studi kasus yang

penulis lakukan dari tanggal 8-12 Juli 2018, maka pada bagian ini penulis akan membahas

tentang perbandingan antara teori dan praktek atau kasus yang ditemukan selama

melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien Ny.W, berumur 75 tahun dengan hipertensi

dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman diwisma Sentosa Panti Sosial Tresna Werdha

Minaula Kendari yang akan dibahas berdasarkan tahapan proses keperawatan yaitu tahap

pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

1. Pengkajian

Tahap pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan. Pengkajian

dilakukan dengan pendekatan sistematis untuk mendapatkan data klien baik data

subjektif maupun objektif. Tekhnik pengumpulan data yang digunakan adalah

wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, studi dokumentasi, dan studi kepustakaan.

Selain tahap ini, penulis tidak mendapatkan hambatan yang cukup berarti karena klien

cukup kooperatif dan dapat diajak kerjasama dalam melaksanakan asuhan keperawatan.

Terdapat kesenjangan antara teori dan hasil yang di dapatkan pada pasien yaitu menurut

teori dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala

dan kelelahan. Sedangkan data yang didapatkan pada pasien saat dilakukan pengkajian

yaitu Ny.S mengeluh kepala sering pusing dan sakit daerah tengkuk leher. Ny.S

mengatakan sulit dalam beraktivitas terutama aktivitas yang berat, lemas dan cepat

lelah.

6
Adanya kesenjangan ini disebabkan karena setiap manusia dalam memberikan

respon baik bio, psiko, social dan spiritual terhadap stimulus berbeda-beda

sehingga

6
gejala dan karakteristik yang didapatkan berbeda pula serta kemungkinan data-data yang

ada dalam kasus masih merupakan gejala awal dari penyakit sehingga data-data yang

ada pada pengkajian tidak semua terdapat dalam teori.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga

atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual dan

potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar pemilihan intervensi keperawatan

untuk mencapai hasil yang menjadi tanggung gugat perawat. Berdasarkan pengkajian

dan analisa data pada kasus yang dilakukan pada Ny.S diagnosa yang diangkat penulis

yaitu nyeri akut.

Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang

muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang digambarkan sebagai

kerusakan (international association for the study of pain), awitan yang tiba-tiba atau

lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi

atau diprediksi (Heather,H.T. 2015).

Diagnosa nyeri akut menjadi diagnosa prioritas, karena jika diagnosa ini

tidak segera ditangani akan terjadi komplikasi seperti stroke dan gagal ginjal.

Sedangkan menurut konsep kebutuhan manusia Maslow, nyeri akut masuk

kedalam kebutuhan keselamatan dan rasa aman nyaman yang merupakan urutan

kedua dari hierarki kebutuhan dasar manusia Maslow (Mubarak 2007).

Dalam kasus, diagnosa ditegakkan oleh penulis karena pada saat pengkajian

ditemukan data bahwa klien mengeluh sering sakit kepala dan terasa berat

dibagian belakang.

6
a. P : nyeri bertambah saat beraktivitas dan berkurang saat

istirahat. b. Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk.

c. R : nyeri dibagian

kepala. d. S : skala nyeri 6.

e. T : nyeri hilang timbul.

DO :

a. Ny.S tampak menahan nyeri dan memegangi kepala bagian

belakang. b. Tanda – Tanda Vital :

1) TD : 160/100 mmHg

2) S : 36OC

3) N : 87 x/menit

4) P : 20 x/menit

Diagnosa keperawatan diangkat disesuaikan dengan kondisi klien pada saat

pengkajian, interprestasi data, dan hasil analisa data serta tidak adanya data-data

pendukung untuk mengangkat diagnosa tersebut. Manusia adalah makhluk unik,

dalam hal ini respon individu terhadap stress atau penyakit berbeda-beda dan

karakteristik masalah yang ditemukan berbeda pula.

3. Intervensi keperawatan

Intervensi adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan yang berpusat

pada pasien dan hasil yang diperkirakan dari intervensi keperawatan yaang dipilih untuk

mencapai tujuan tersebut (Potter & Perry, 2005).

6
Diagnosa keperawatan yang diangkat selanjutnya dibuat rencana asuhan

keperawatan sebagai tindakan pemecah masalah keperawatan dimana penulis membuat

rencana keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan kemudian menetapkan

tujuan dan kriteria hasil, selanjutnya menetapkan tindakan yang tepat.

Perencanaan disusun berdasarkan konsep teori yang telah didapatkan untuk

diterapkan secara aktual pada pasien Ny.S dengan hipertensi dalam masalah kebutuhan

rasa aman dan nyaman yang mendasari penyusunan rencana keperawatan berdasarkan

diagnosis keperawatan pada pasien hipertensi disesuaikan dengan kondisi aktual yang

ditemukan adapun tindakan yang direncanakan yaitu :

a. Kaji tanda – tanda vital.

b. Lakukan pengkajian nyeri secara berkala.

c. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.

d. Lakukan kompres hangat dan pijatan pada daerah

kepala. e. Anjurkan pasien istirahat yang cukup.

4. Implemntasi keperawatan

Implementasi adalah tindakan keperawatan yang penulis lakukan kepada

pasien sesuai dengan intervensi, sehingga kebutuhan pasien dapat terpenuhi

(wilkinson, 2011).

Pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan disesuaikan dengan rencana

tindakan keperawatan berdasarkan teori (NIC) yaitu :


7
a. Mengkaji tanda – tanda vital.

b. Melakukan pengkajian nyeri secara berkala.

c. Mengobservasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.

d. Melakukan kompres hangat dan pijatan pada daerah

kepala. e. menganjurkan pasien istirahat yang cukup.

Implementasi yang direncanakan telah dilaksanakan yaitu melakukan

kompres hangat dan pijatan pada paerah kepala sehingga nyeri kepala yang

dirasakan pasien berangsur-angsur menurun dan menghambat terjadinya peningkatan

tekanan vaskuler selebral sehingga pasien merasa lebih nyaman.

5. Evaluasi keperawatan

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk memperbaiki proses keperawatan

yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan

pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi perawat untuk memonitor

kealpaan yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan, dan pelaksanaan

tindakan keperawatan (Nursalam, 2010).

Evaluasi yang dilakukan berdasarkan diagnosis yang ditegakkan yaitu nyeri akut

dan dievaluasi pada hari rabu tanggal 11 Juli 2018 dengan hasil masalah nyeri

akut teratasi dimana pada data subyektif pasien mengatakan merasa nyaman dan enakan.

Data objektif yaitu pasien tampak nyaman, TD : 140/100 mmHg, nadi :

80x/menit, pernapasan : 20x/menit. Analisa : masalah nyeri akut teratasi karena

tujuan telah di penuhi yaitu skala nyeri berkurang, tanda-tanda vital dalam batas

normal dan pasien melaporkan bahwa nyeri berkurangdan merasa lebih nyaman

sehingga intervensi

7
dianjurkan untuk dilakukan secara mandiri jika sakit kepala sehingga kondisi saat

ini dapat dipertahankan.

7
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam melakukan asuhan keperawatan pada Ny.W dengan hipertensi dalam

pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman diwisma Sentosa Panti Sosial Tresna Werdha

Minaula Kendari. Penulis menggunakan tahap proses keperawatan yaitu : pengkajian,

diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi.

1. Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan data subjektif yaitu Ny.W mengeluh

kepala sering pusing dan sakit daerah tengkuk leher. Ny.W mengatakan sulit dalam

beraktivitas terutama aktivitas yang berat, lemas dan cepat lelah.

a) P : nyeri bertambah saat beraktivitas dan berkurang saat

istirahat. b) Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk.

c) R : nyeri dibagian

kepala. d) S : skala nyeri 6.

e) T : nyeri hilang timbul.

DO :

a) Ny.W tampak menahan nyeri dan memegangi kepala bagian

belakang. b) Tanda – Tanda Vital :

1) TD : 160/100 mmHg

2) S : 36OC

3) N : 87 x/menit

4) RR : 20 x/menit

7
2. Berdasarkan pengkajian dan analisa data pada kasus yang dilakukan pada Ny.W

diagnosa yang diangkat penulis yaitu nyeri akut. Diagnosa nyeri akut menjadi

diagnosa prioritas, karena jika diagnosa ini tidak segera ditangani akan terjadi

komplikasi seperti stroke dan gagal ginjal. Diagnosa keperawatan diangkat

disesuaikan dengan kondisi klien pada saat pengkajian, interprestasi data, dan hasil

analisa data serta tidak adanya data-data pendukung untuk mengangkat diagnosa

tersebut. Manusia adalah makhluk unik, dalam hal ini respon individu terhadap stress

atau penyakit berbeda-beda dan karakteristik masalah yang ditemukan berbeda pula.

3. Diagnosa keperawatan yang diangkat selanjutnya dibuat rencana asuhan keperawatan

sebagai tindakan pemecah masalah keperawatan. Perencanaan disusun berdasarkan

konsep teori yang telah didapatkan untuk diterapkan secara aktual pada pasien Ny.W

dengan hipertensi dalam masalah kebutuhan rasa aman dan nyaman, adapun

tindakan yang direncanakan yaitu :

a. Kaji tanda – tanda vital.

b. Lakukan pengkajian nyeri secara berkala.

c. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.

d. Lakukan kompres hangat dan pijatan pada daerah

kepala. e. Anjurkan pasien istirahat yang cukup.

4. Pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan

keperawatan berdasarkan teori (NIC) yaitu :

a. Mengkaji tanda – tanda vital.

b. Melakukan pengkajian nyeri secara berkala.

c. Mengobservasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.

7
d. Melakukan kompres hangat dan pijatan pada daerah

kepala. e. menganjurkan pasien istirahat yang cukup.

5. Evaluasi yang dilakukan berdasarkan diagnosis yang ditegakkan yaitu nyeri akut

dan dievaluasi pada hari rabu tanggal 12 Juli 2018 dengan hasil masalah nyeri akut

teratasi.

B. Saran

1. Bagi akademik

Penulis berharap agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan

pembejaran dalam teori tentang hipertensi.

2. Bagi tempat penelitian

Penulis berharap agar hasil penelitian ini dapat jadikan sebagai landasan dalam

memberi asuhan keperawatan.

3. Bagi peneliti

Penulis berharap agar hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan

dalam mengembangkan wawasan hipertensi pada lansia.

7
DAFTAR PUSTAKA

Arianto, PS Budi. 2016. Faktor Resiko Kejadian Hipertensi Sistolik Terisolasi Pada Lansia
Tahun 2014; 3. Available from: http://repository.usu .ac.id/handle/ 123456789/ 58759
{Accesed 15 juli 2018}
Depkes RI, 2005. Profil Kesehatan Indonesia Sehat 2010

Depkes RI, 2011. Profil Indonesia Sehat. Jakarta, PT Rineka Cipta

Depkes Sumbar, 2010. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas

Doenges., 2003. Rencana Asuhan Keperawatan.EGC. Jakarta

Fatimah.,2010.Merawat manusia Lanjut usia.Trans Info media.Jakarta


Kumar, Vinay. Et.al. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins. Vol.2 Ed. 7. Jakarta : EGC.
Kurnia R. 2007. Karakteristik Penderita Hipertensi yang Dirawat Inap di Bagian Penyakit
Dalam Rumah Sakit Umum Kota Padang panjang Sumatera Barat Tahun 2002-2006; 7 –
8, 11 – 13. Available from: http://repository.usu.ac.id/ handle/ 123456789/ 14618
{Accesed 15 Juli 2018}
Leonard E, Pikir BS. 2015. Hipertensi Manajemen Komprehensif. Surabaya: AUP; 1

McPhee SJ, Ganong WF. 2011. Patofisiologi Penyakit: Pengantar Menuju Kedokteran Klinis
Edisi V. Jakarta: EGC; 341 – 342

Ma’rifatul Lilik Azizah.,2011.Keperawatan lanjut usia.Graha ilmu.Jogjakarta.

Notoatmodjo, Metedologi Penelitian. Jakarta, PT Rineka Cipta

Nugroho, 2008. Panduan Kesehatan untuk Lansia. Jakarta Gramedia

N. Richard. Mitchell. Et.al. 2008. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit Robbins dan Coutran.
Jakarta : EGC.
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.Jakarta
: EGC.

7
. 2014. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Volume I.
Jakarta : EGC; 583
Rahajeng E, Tuminah S. 2009. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia; 581.
Available from: htt p://egiwidiyaoktora201432049. weblog.
esaunggul.ac. id/wp- content/uploads/sites/4896/2015/09/700-760-1-PB.pdf {Accesed 15
Juli 2018}
Rasmaliah, Siregar FA, Jemadi. 2010. Gambaran Epidemiologi Penyakit Hipertensi di Wilayah
Kerja Puskesmas Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan
Provinsi Sumatera Utara; 101. Available from :
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/18866 {Accesed 15 Juli 2018}
Sadoso Sumosardjuno, 2008, Pengetahuan Praktis Kesehatan Dalam Olahraga 3. Jakarta.
Gramedia

Sihotang UA, Nasution AN. 2015. Hubungan Faktor Risiko Hipertensi dengan Kejadian
Hipertensi pada Masyarakat Pesisir Laut Kecamatan Belawan; 25 – 27. Available from:
http://repository.usu.ac.id/ handle/ 123456789/ 46894 {Accessed 15 Juli 2018}

Sugiharto A. 2007. Faktor-Faktor Resiko Hipertensi Grade II Pada Masyarakat (Studi Kasus di
Kabupaten Karanganyar); 3. Available form :
http://eprints.undip.ac. id/16523/1/Aris_Sugiharto.pdf {Accesed 15 Juli 2018}
Suhardi, Yogiarto M. 2015. Hipertensi Manajemen Komprehensif. Surabaya: AUP; 49 – 51
Susanto, 2010. Hindari Hipertensi, Konsumsi Garam 1 Sendok per Hari. Jakarta Gramedia

Sustrani, 2004. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi). Jakarta. Raja Grasindo Pers
Waluyo, 2004. Antisipasi Hipertensi pada Lansia. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas

Wardoyo, 2006. Kesehatan Lansia dan Masalahnya. Jakarta. Citra Parsindo


Yogiantoro, M., 2006. Hipertensi Esensial. In: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I.,
Simadibrata, M., dan Setiati, S., 2006. Buku Ajar Penyakit Ilmu Penyakit Dalam.
Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FK UI; 610-611

7
7
7
7
8
7
9
8
0
8
1
8
2
8
3
LAMPIRAN 8

8 4
8
5
8
6
8
7
8
8
8
9
9
0
9
1
9
2
9
3

Anda mungkin juga menyukai