H DENGAN POST OP
OSTEOMIELITIS DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN
AKTIVITAS DI RUANG MAWAR RUMAH SAKIT
DR. ISMOYO KOTA KENDARI
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis
ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini
adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut.
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS PENULIS
1. Nama Lengkap : Ryan Indahyani Sudirman
2. Tempat/Tanggal Lahir : Kendari, 29 Maret 2001
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Suku/Kebangsaan : Mornene, Tolaki/Indonesia
6. Alamat : Kemaraya, Jl. Bunga Nusa
Indah III, No.7, Kel.
Lahundape, Kec. Kendari
Barat
7. No. Telp/Hp : 082292727668
B. PENDIDIKAN
1. SD Negeri 29 Lampeantani, Tamat Tahun 2013
2. SMP Negeri 06 Rarowatu, Tamat Tahun 20 16
3. SMA Negeri 11 Bombana, Tamat 2019
4. Sejak Tahun 2019 Melanjutkan Pendidikan di Politeknik
Kesehatan Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan Tahun
2019-2022
v
MOTTO
vi
KATA PENGANTAR
vii
Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penulisan dan penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini, baik
secara langsung maupun tidak langsung, yaitu kepada :
1. Bapak Teguh Fathurrahman, SKM, MPPM selaku Direktur Poltekkes
Kemenkes Kendari.
2. Bapak Abd. Syukur Bau, S.Kep., Ns., MM selaku Ketua Jurusan D-III
Keperawatan.
3. Ibu Fitri Wijayati, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Sekretaris jurusan D-III
Keperawatan.
4. Bapak Samsuddin, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua Prodi D-III
Keperawatan.
5. Kepada Direktur Rumah Sakit Dr. Ismoyo Kota Kendari yang telag memberi
izin untuk melakukan pengambilan data awal.
6. Ibu Nurfantri, S.Kep., Ns., M.Sc selaku Pembimbing Akademik yang telah
membimbing, memberikan masukan dan saran kepada saya.
7. Segenap Dosen dan seluruh Civitas Akademika Poltekkes Kemenkes Kendari
yang telah memberikan bekal ilmu dan pengetahuan yang tak ternilai
harganya.
8. Kepada teman D3 Keperawatan angkatan 2019 yang telah saling berbagi dan
memberikan masukan dalam proses penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.
9. Kepada teman-teman seperjuangan saya Ledi, Fira, Dwi, Tanesya, Irham,
Erlita, Nurlina, Sariya, Sukma, yang sudah banyak partisipasi dalam
memberikan dukungan.
10. Dan kepada semua pihak yang telah ikut membantu yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak
kekurangan, maka dari itu penulis berharap adanya masukkan kritik maupun saran
sehingga dapat membantu dalam menyempurnakan Karya Tulis Ilmiah ini.
viii
ix
x
xi
Abstrak
xii
Abstract
Bibliography: 29 (2016-2020).
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang didasarkan oleh ilmu dan teknik keperawatan medikal bedah yang
ditujukan kepada orang dewasa atau yang cenderung kepada seseorang yang
akibat trauma. Keperawatan Medikal Bedah merupakan salah satu bagian dari
keperawatan yang dimana keperawatan itu sendiri adalah sebuah bentuk dari
seseorang itu sakit maupun sehat yang mencakup seluruh dari proses
(Salsabila, 2019).
menjalani semua aktivitas yang dilakukan. Salah satu tanda seseorang itu
dikatakan sehat adalah dengan adanya kemampuan dari orang tersebut untuk
1
minum, personal hygiene, rekreasi, dan lain-lain. Dengan beraktivitas selain
tubuh menjadi sehat, melakukan aktivitas juga dapat mempengaruhi harga diri
dan tidur untuk pemulihan. Salah satu tubuh yang sehat adanya kemampuan
dan bekerja. Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan untuk bergerak untuk
oleh adekuatnya system persyarafan, otot dan tulang, atau sendi (Rachman,
2018).
pemenuhan kebutuhan aktivitas atau mobilisasi, yang terjadi pada pasien yang
hidupnya baik secara mandiri maupun dengan bantuan orang lain dan hanya
2
di mana seseorang tidak dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang
otak berat disertai fraktur pada ekstremitas, fraktur terbuka yang ditandai
yang berawal dari infeksi ruang medulla, dan dengan cepat melibatkan sistem
Kondisi ini dapat dikategorikan menjadi akut, sub akut dan kronis, tergantung
pada gambaran klinis (Cookson & Stirk, 2019). Osteomielitis akut sering
bakteri patogen dengan gejala yang terjadi dalam waktu 2 minggu setelah
inflamasi pada tulang, yang lebih sering diamati pada pasien dari negara
morbiditas yang tinggi terkait dengan potensi kecacatan pada orang tersebut
karena penyakitnya. Oleh karena itu, jika tidak diobati dengan benar dan
segera, ia memiliki efek yang menghancurkan dan prognosis yang buruk bagi
Diantara agen infeksi yang paling sering dikaitkan dengan penyakit ini adalah
terutama bila ada beberapa jenis gangguan sistem kekebalan atau penyakit
3
kronis yang melemahkan, agen etiologi yang terlibat mungkin bakteri atipikal
Staphylococcus aureus. Bakteri dapat masuk ke dalam tubuh jika terdapat luka
terbuka seperti patah tulang terbuka atau kontaminasi langsung saat bedah
tersebut dapat disebabkan oleh trauma tulang, pembedahan atau akibat adanya
penyakit demam sistemik akut yang disertai dengan gejala nyeri setempat,
akibat tindakan bedah, luka bedah akibat anestesinya atau akibat faktor lain.
Faktor lain ini termasuk status imunologi seperti komorbiditas atau masalah
psikologis. Jadi peran perawat dalam hal ini yaitu dengan melakukan
kolaborasi yaitu pemberian analgetik atau obat dan peran lainya yaitu
4
Berdasarkan data di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Asuhan keperawatan pada Klien Tn. H Dengan Post
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
5
d. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada Tn. H dengan post
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
2. Bagi Pasien
efikasi diri yang baik untuk dapat meningkatkan kemandirian pasien dalam
Penelitian ini dapat dijadikan referensi dan wacana ilmiah bagi institusi
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Aktivitas
dasar yang mutlak diharapkan oleh setiap manusia. Aktivitas adalah suatu
mudah, dan teratur untuk mencapai suatu tujuan, yaitu untuk memenuhi
2016).
Menurut Sutanto dan Fitriana (2017), sistem tubuh yang berperan dalam
aktivitas, yaitu:
a. Tulang
kalsium dan fosfor yang bisa dilepaskan setiap saat sesuai kebutuhan,
7
fungsi tempat sumsum tulang dalam membentuk sel darah, dan fungsi
b. Otot
gerakan-gerakan pada tubuh. Ada tiga macam otot yaitu otot rangka,
otot polos, dan otot jantung, ketiga macam otot tersebut dipersarafi
oleh saraf tepi yang terdiri atas serabut motorik dari medulla spinalis.
dan otot serta dapat melawan gravitasi dan bila diberikan tekanan
8
c. Ligamen
d. Sendi
kelenturan.
bergerak kebawah.
bergerak keatas.
9
e. Tendon
Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat (otak dan medulla
spinalis) dan sistem saraf tepi (percabangan dari sistem saraf pusat).
saraf tepi dapat mengakibatkan kerusakan pada saraf radial dan juga
2) Sel saraf atau neuron membawa impuls dari bagian tubuh satu ke
lainya.
10
3. Macam-macam Aktivitas
a. Aktivitas Penuh
b. Aktivitas Sebagian
11
4. Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas
a. Gaya Hidup
aktivitas diri seseorang, karena melalui gaya hidup itu sendiri dapat
c. Keadaan Nutrisi
kurang bebas.
d. Tingkat Energi
karena kalau ingin untuk melakukan suatu aktivitas yang baik, maka
e. Usia
5. Mekanika Tubuh
aktivitas dan istirahat dengan posisi yang benar dan tepat akan
12
dilakukan oleh seorang perawat harus memperhatikan mekanika tubuh
yang benar dan tepat seperti pada kegiatan mengangkat dan memindahkan
a. Status Kesehatan
sehari-harinya.
b. Nutrisi
c. Emosi
perasaan yang tidak aman, tidak bersemangat dan merasa harga diri
ambulasi.
13
d. Gaya Hidup
Gaya hidup adalah sebuah perubahan pada pola hidup seseorang, yang
Yanti, 2018).
1. Definisi Mobilisasi
2019).
yang tidak dapat bergerak dengan bebas karena kondisi yang mengganggu
14
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mobilitas
Amalia (2020) :
a. Kesehatan fisik.
b. Status mental.
c. Gaya hidup.
Penyebab gangguan mobilitas fisik menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI
(2017) :
b. Perubahan metabolisme.
c. Ketidakbugaran fisik.
f. Keterlambatan perkembangan.
g. Kekakuan sendi.
h. Kontraktur.
i. Malnutrisi.
j. Gangguan muskuloskeletal.
k. Gangguan neuromuscular.
15
m. Efek agen farmakologis.
o. Nyeri.
q. Kecemasan.
r. Gangguan kognitif.
Kondisi klinis terkait gangguan mobilitas fisik menurut Tim Pokja SDKI
a. Stroke.
c. Trauma.
d. Fraktur.
e. Osteoarthritis.
5. Jenis Imobilitas
16
b. Imobilitas intelektual, merupakan keadaan ketika seseorang mengalami
2019).
6. Etiologi Imobilitas
c. Kekakuan sendi.
d. Kontraktur.
e. Gangguan muskuloskletal.
f. Gangguan neuromuscular.
17
7. Tanda dan Gejala Gangguan Mobilitas Fisik
1) Subjektif
2) Objektif
1) Subjektif
2) Objektif
a) Sendi kaku
c) Gerak terbatas
18
beraktivitas, tremor akibat bergerak, instabilitas postur, gerakan
2021).
8. Komplikasi
kontraktur.
Mobilisasi
1. Latihan Ambulasi
operasi yang dimulai dari bangun dari tempat tidur, duduk, hingga klien
turun dari tempat tidur dan mulai berjalan dengan bantuan alat sesuai
Beberapa alat yang sering digunakan yaitu : kruk, canes (tongkat) dan
19
2. Pengaturan Posisi
lutut fleksi)
8) Posisi orthopneu (posisi duduk dimana klien duduk di bed atau pada
10) Posisi lateral (posisi dimana klien berbaring diatas salah satu sisi
2017).
Mobilitas Fisik.
fisik yaitu dengan memberikan latihan rentang gerak. Latihan rentang gerak
yang dapat diberikan salah satunya yaitu dengan latihan ROM (Range of
20
Motion) yang merupakan latihan gerak sendi dimana pasien akan
secara pasif maupun aktif. ROM (Range of Motion) pasif diberikan pada
pasien dengan kelemahan otot lengan maupun otot kaki, berupa latihan pada
yang tentu saja pasien membutuhkan bantuan dari perawat ataupun keluarga.
yang dilakukan sendiri oleh pasien tanpa membutuhkan dari perawat ataupun
1. Definisi
21
pembentukan tulang baru yang disekeliling jaringan mati. Osteomielitis
adalah infeksi akut yang dapat terjadi karena penyebaran infeksi dari darah
yang sulit diobati karena dapat terbentuk berupa abses lokal, abses tulang
2. Klasifikasi
sirkulasi darah.
di sekitarnya akibat dari bisul, luka dan fraktur (A. Yanti & Leniwita,
2019).
a. Osteomielitis akut
pada usia anak-anak dan orang dewasa dan biasanya terjadi komplikasi
1) Osteomyelitis hematogen
22
terinfeksi bisa pada daerah yang tumbuh dengan cepat dan
2) Osteomyelitis direk
Osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak infeksi pertama atau
c. Osteomielitis kronis
dan kronik biasanya terjadi pada orang dewasa dan biasanya terjadi
a. Periosteum
23
otot rangka (skelet) ke tulang dan berperan dalam memberikan nutrisi,
b. Tulang kompak
paling banyak ditemukan pada tulang kaki dan tulang tangan, Tulang
sumsum tulang berbentuk seperti jelly dan kental (A. Yanti &
Leniwita, 2019).
4. Etiologi
dengan tekanan oksigen yang rendah sehingga tidak dapat dicapai oleh
24
dan prosedur pembedahan orthopedi yang mengalami komplikasi infeksi
32% hingga 70% pasien. Atypical mycobacteria atau jamur dapat menjadi
5. Patofisiologi
berasal dari fraktur terbuka atau jalur eksternal lain seperti luka.
infeksi yang ada menyebar dari fokus lokal. Contoh yang paling sering
ditemukan yaitu infeksi dada, otitis media atau gangguan pada kulit yang
25
Terdapat tiga mekanisme dasar terjadinya ostemielitis, osteomielitis
6. Pemeriksaan Penunjang
26
Pathway
- Abses
Infeksi Eksogen - Otitis media
- Ulkus, dll
- Fraktur terbuka
- Luka (tembak, pembedahan, dll
Oedema
Iskemia jaringan
Peningkatan tekanan dalam
tulang
Nekrosis jaringan
NYERI
Infeksi berkemban ke javitas Penurunan kekuatan tulang
medularis dan ke bawah
periosteum Tulang rapuh
Abses tulang
Fraktur
patologis
Menyebar ke jaringan lunak
dan sendi di sekitarnya GANGGUAN MOBILITAS
FISIK
27
7. Penatalaksanaan
tulang atau luka tusuk pada jaringan lunak yang mengelilingi suatu tulang
infeksi.
sampai 3 bulan.
antibiotik.
f. Lakukan irigasi dengan larutan salin fisiologis steril 7-8 hari pada
28
F. Asuhan Keperawatan Gangguan Mobilitas Fisik Dalam Pemenuhan
Kebutuhan Aktivitas
1. Pengkajian
meliputi:
b. Selain itu perawat juga perlu untuk mengkaji kecepatan aktivitas klien.
gangguan pergerakan.
29
d. Perawat mengkaji tingkat aktivitas klien meliputi :
peralatan,
2. Diagnosa Keperwatan
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) gangguan mobilitas fisik
30
dan istirahat bersama dengan masalah keperawatan disorganisasi perilaku
aktivitas.
struktur tulang.
31
Kemudian, terdapat pula beberapa diagnosa yang mungkin pada klien
3. Intervensi Keperawatan
32
7) Gerakan tidak Terapeutik
terkoordinasi 1) Fasilitasi aktivitas
menurun. ambulasi dengan
8) Gerakan terbatas alat bantu (mis.
menurun. Tongkat, kruk).
9) Kelemahan fisik 2) Fasilitasi melakukan
menurun. mobilisasi fisik, Jika
perlu
3) Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
ambulasi.
Edukasi
1) Jelaskan tujuan dan
prosedur ambulasi.
2) Anjurkan
melakukan ambulasi
dini.
3) Ajarkan ambulasi
sederhana yang
harus dilakukan
(mis. Berjalan dari
tempat tidur ke kursi
roda, berjalan dari
tempat tidur ke
kamar mandi,
berjalan sesuai
toleransi).
33
6) Kekuatan tubuh Terapeutik
bagian atas 1) Sediakan
meningkat. lingkungan nyaman
7) Kekuatan tubuh dan rendah stimulus
bagian bawah (mis. Cahaya, suara,
meningkat. kunjungan).
8) Toleransi dalam 2) Lakukan latihan
menaiki tangga rentang gerak pasif
meningkat. dan/atau aktif.
9) Keluhan lelah 3) Berikan aktivitas
menurun. distraksi yang
10) Dispnea saat menenangkan.
aktivitas menurun. 4) Fasilitasi duduk di
11) Dispnea setelah sisi tempat tidur,
aktivitas. jika tidak dapat
12) Perasaan lemah berpindah atau
menurun. berjalan.
13) Aritmia saat Edukasi
aktivitas menurun. 1) Anjurkan tirah
14) Aritmia setelah baring.
aktivitas. 2) Anjurkan
15) Sianosis menurun. melakukan aktivitas
16) Warna kulit secara bertahap.
membaik. 3) Anjurkan
17) Tekanan darah menghubungi
membaik. perawat jika tanda
18) Frekuensi napas dan gejala kelelahan
membaik. tidak berkurang.
19) EKG iskemia 4) Ajarkan strategi
membaik. koping untuk
mengurangi
kelelahan.
Kolaborasi
1) Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang
cara meningkatkan
asupan makanan.
34
4. Implementasi Keperawatan
data berkelanjutan, observasi respon pasien, serta menilai data baru. Selain
2018).
35
5. Evaluasi Keperawatan
keperawatan.
dilakukan.
dilakukan.
baru atau ada masalah yang kontradiktif dengan masalah yang ada.
36
G. Konsep Umum Perawatan Luka
Tujuan dari perawatan luka adalah untuk mencegah masuknya kuman dan
luka.
1) Pinset anatomis
2) Pinset chirurgis
4) Kassa steril
a) Sarung tangan
b) Gunting plester
c) Plester
e) Bengkok
f) Perlak / pengalas
g) Perban
37
Prosedur kerja
1) Siapkan alat-alat.
2) Cuci tangan.
keluarga pasien.
9) Membuka peralatan.
bersihkan area sekitar luka bagian luar sampai bersih dari kotoran
13) Keringkan daerah luka dan pastikan area daerah luka bersih dari
kotoran.
15) Pasang kassa steril pada area luka sampai tepi luka.
kebutuhan.
38
17) Mengatur posisi pasien seperti semula.
22) Berpamitan.
Persiapan alat:
Prosedur kerja
3) Tutup sampiran.
4) Atur posisi pasien (jika klien dalam keadaan berbaring atau duduk).
tumit.
39
6) Membantu pasien untuk duduk dan menuruni tempat tidur. Klien
adanya jarak antara aksila dan kruk minimal 3 jari atau 2,5 cm sampai
5 cm).
a. Klien berdiri tegak lurus dan berat badan bertumpu pada penyangga
tangan di kruk.
kedepan.
kanan ke depan.
40
b) Gaya berjalan 3 titik.
d) Swing to gait
8) Kaji setiap kemajuan yang di capai pasien dan lakukan koreksi jika
diperlukan.
11) Terminasi
12) Dokumentasi.
41
BAB III
Subyek studi kasus ini tidak mengenal adanya istilah populasi dan
sampel, namun dalam studi kasus ini memfokuskan pada istilah subyek studi
kasus. Maka, demikian yang menjadi subyek dari studi kasus ini adalah satu
Subjek studi kasus pada penelitian ini adalah pada pasien dewasa yang
berikut:
1. Kriteria Inklusi
42
c. Pasien yang bersedia menjadi responden yang dibuktikan dengan
2. Kriteria Eksklusi
(Penurunan kesadaran).
C. Fokus Studi
Fokus studi kasus ini adalah Asuhan Keperawatan Pada Tn. H Dengan
aktivitas fisik.
yaitu :
43
a. Pengkajian keperawatan pada pasien dengan gangguan mobilitas fisik
dapat dilihat dari dua bagian yaitu mobilisasi dan imobilisasinya dengan
aktivitas.
yang dimulai dari pengkajian sampai evaluasi yang dilakukan pada klien
44
dilakukan yaitu dengan cara melakukan wawancara, observasi, pemeriksaan
1. Wawancara
ini tentang mengenai data dan keluhan yang dirasakan oleh responden,
keperawatan.
(Hasanah, 2016).
45
Pemeriksaan fisik merupakan proses dari pemeriksaan tubuh pasien
untuk menentukan ada atau tidak pada masalah fisik. Tujuan dari
3. Dokumentasi
sesuai dan terkait dengan fokus penelitian adalah sumber informasi yang
H. Analisis Data
46
data sampai dengan semua data terkumpul. Teknik analisis dapat dilakukan
Prinsip etika dalam studi kasus pada penelitian ini yang berkaitan dengan
2. Otonomi (Otonomi)
akan dilakukan.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
47
Data yang diperoleh dari penelitian dirahasiakan dan tidak boleh
4. Veracity (Kejujuran)
dampak serta apa saja yang didapat setelah mengikuti asuhan keperawatan
yang diberikan.
5. Justice (Keadilan)
diberikan kepadanya.
48
BAB IV
1. Pengkajian
a. Biodata
1) Identitas Klien
e) Agama : Islam
g) Pendidikan : SMP
2) Identitas Penanggung
c) Pekerjaan : Mahasiswa
e) Alamat : Puuwatu
49
I. Riwayat Kesehatan
kaki disebelah kanannya, dan terasa nyeri bila kaki sebelah kanan
terjaga atau terbangun karena adanya nyeri yang dirasakan pada bekas
op.
sebelah kanan.
obat/meminum obat.
50
II. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
X X X X
49 47
T
24 22 20 17
51
Ket :
: Laki-laki : Pasien
serumah.
penyakit serupa
a. Tanda-tanda vital
2) Pernapasan : 23 x/menit
3) Nadi : 80 x/menit
1) Berat badan : 58 kg
3) IMT : 21,00
52
c. Kepala
6) Alopesia : Normal
7) Lain-lain :-
d. Mata
3) Ptosis : Normal
4) Sklera : Normal
5) Konjungtiva : Normal
15) Lain-lain :-
53
e. Telinga
5) Tinnitus : Normal
7) Lain-lain :-
f. Hidung
1) Kesimetrisan : Simetris
3) Sekresi : Normal
6) Lain-lain :-
g. Mulut
4) Mukosa : Normal
6) Stomatitis : Normal
54
9) Kebersihan lidah : Bersih
18) Lain-lain :-
h. Leher
5) Trakhea : Normal
i. Thoraks
Paru-paru
6) Massa : Normal
55
7) Dispnea : Tidak ada dispnea
tambahan
13) Lain-lain :-
Jantung
4) Palpitasi : Normal
6) Lain-lain :-
j. Abdomen
5) Peristaltik : Normal
7) Peristaltik : Normal
56
k. Payudara
4) Massa : Normal
8) Lain-lain :-
2) Koordinasi : Normal
3) Memori : Normal
4) Orientasi : Normal
5) Konfusi : Normal
6) Keseimbangan : Normal
10) Lain-lain :-
11) Rerflex :
a) Reflex tendon
➢ Bisep : Normal
➢ Trisep : Normal
57
➢ Lutut : Normal
➢ Achiles : Normal
b) Reflex patologis
➢ Babinski : Normal
➢ Lain-lain :-
c) Tanda meninggal
➢ Brudzinski I : Normal
➢ Brudzinski II : Normal
➢ Lain-lain : Normal
1) Hemorrhoid : Normal
4) Lain-lain :-
n. Ekstremitas
58
8) Deformitas sendi : Tidak ada
disebelah kanan.
a. Kebutuhan Oksigenasi
59
b. Kebutuhan Istirahat dan Tidur
60
c. Kebutuhan Aktivitas
61
pergerakan kursi roda, tongkat/kruk.
Dispnea setelah Klien mengatakan Klien mengatakan tidak
beraktivitas tidak mengalami mengalami dispnea setelah
dispnea setelah beraktivitas
beraktivitas
Ketidaknyamanan Klien mengatakan Klien mengatakan
setelah beraktivitas tidak mengalami mengalami
ketidaknyamanan ketidaknyamanan setelah
setelah beraktivitas beraktivitas, yaitu nyeri
pada kaki kanan bawah
saat beraktivitas/bergerak
Pergerakan lambat Tidak ada Ada
1. Mandi
62
2. Berpakaian
3. Makan
63
Kemampuan Mampu Mampu
memegang
peralatan makan
Lain-lain - -
4. Eliminasi
e. Kebutuhan Keamanan
disebelah kanan.
kanan.
64
9. Benda asing pada luka : Tidak ada.
dibawa ke RS.
fokus.
f. Kebutuhan Kenyamanan
digerakkan.
atau kurang.
65
VI. Pemeriksaan Penunjang
A. Laboratorium :
66
VII. Tindakan Medik/Pengobatan
1) RL 28 tmp
Umur : 20 Tahun
Data
DS : DO :
1) Klien mengatakan mengalami 1) Keadaan umum sedang.
kecelakaan tabrak lari sehari 2) Gerakan terbatas.
sebelum dibawa ke RS. 3) Klien tampak enggan melakukan
2) Klien mengatakan tidak mampu pergerakan.
mengerakkan kakinya disebelah 4) Wajah terlihat lelah akibat kurang
kanan bekas op sejak 4 hari yang tidur.
lalu, dan terasa nyeri bila kaki 5) TTV:
kanan digerakkan pada daerah TD = 120/80 mmHg
bekas op. N = 80 x/m
3) Klien mengatakan dalam P = 21 x/m
melakukan aktivitas sehari-hari S = 36,5 ̊C.
seperti mandi, berpakaian, BB = 58 kg
eliminasi, dan berjalan dibantu TB = 166 cm.
oleh keluarga. IMT = 21,00
4) Klien mengatakan menggunakan
alat bantu berjalan dalam
melakukan pergerakkan seperti
kursi roda, kruk/tongkat.
5) Klien mengatakan mengeluh
sulit tidur, karena tidak bisa tidur
dengan lampu yang menyala dan
tidak bisa tidur jika ada
kebisingan/ribut.
6) Klien mengatakan mengeluh
tidak puas tidur, karena suka
terbangun karena nyeri di daerah
bekas op.
7) Klien mengatakan ketika bangun
67
tidur selalu merasa berdebar dan
tidak nyaman karena terbangun
kaget ketika berubah posisi tidur.
8) Klien mengatakan sering terjaga,
bila sudah terbangun.
9) Skala nyeri 5 (sedang)
Penilaian PQRST:
- P : Nyeri timbul ketika klien
melakukan pergerakkan pada
ekstremitas bawah pada kaki
sebelah kanan bekas op.
- Q : Sakit seperti ditekan.
- R : Kaki sebelah kanan area
bekas op, di betis hingga ke
punggung kaki.
- S : 5 (lima).
- T : Hilang timbul.
3. Analisa Data
Umur : 20 Tahun
1. DS : Nyeri Gangguan
1) Klien mengatakan tidak mampu mobilitas fisik
mengerakkan kakinya disebelah
kanan bekas op sejak 4 hari yang Keengganan
lalu, dan terasa nyeri bila kaki melakukan
kanan digerakkan pada daerah pergerakan
bekas op.
68
Penilaian PQRST:
- P = Nyeri timbul ketika klien
melakukan pergerakkan pada
ekstremitas bawah pada kaki
sebelah kanan bekas op.
- Q = Sakit seperti ditekan.
- R = Kaki sebelah kanan area
bekas op, di betis hingga ke
punggung kaki.
- S = 5 (lima).
- T = Hilang timbul.
DO :
1) Keadaan umum sedang.
2) Gerakan terbatas.
3) Klien tampak enggan melakukan
pergerakan.
4) TTV:
TD = 120/80 mmHg
N = 80 x/m
P = 21 x/m
S = 36,5 ̊C
2. DS : Hambatan Gangguan
1) Klien mengatakan mengeluh sulit lingkungan pola tidur
tidur, karena tidak bisa tidur (mis.
dengan lampu yang menyala dan Pencahayaan,
tidak bisa tidur jika ada kebisingan)
kebisingan/ribut.
2) Klien mengatakan mengeluh tidak
puas tidur, karena suka terbangun
karena nyeri di daerah bekas op. Kurang
3) Klien mengatakan ketika bangun kontrol tidur
tidur selalu merasa berdebar dan
tidak nyaman karena terbangun
kaget ketika berubah posisi tidur.
4) Klien mengatakan sering terjaga, Gangguan
bila sudah terbangun. pola tidur
DO :
1) Wajah terlihat lelah akibat kurang
tidur.
69
4. Diagnosa Keperawatan
5. Intervensi Keperawatan
70
ambulasi.
3) Lepaskan balutan
dan plester secara
perlahan pada
daerah luka.
4) Berikan salep yang
sesuai ke kulit/lesi,
jika perlu.
5) Pasang balutan
sesuai jenis luka.
Edukasi
1) Jelaskan tujuan dan
prosedur ambulasi.
2) Jelaskan tanda dan
gejala infeksi.
3) Anjurkan
melakukan
ambulasi dini.
4) Ajarkan ambulasi
sederhana yang
harus dilakukan
(mis. Berjalan dari
tempat tidur ke
kursi roda, berjalan
dari tempat tidur ke
kamar mandi,
berjalan sesuai
toleransi).
5) Ajarkan prosedur
perawatan luka
secara mandiri.
2. Gangguan pola Setelah dilakukan Dukungan Tidur
tidur b.d hambatan intervensi selama Tindakan:
lingkungan 3x24 jam, maka Pola Observasi
dibuktikan dengan Tidur membaik 1) Identifikasi pola
sulit tidur. dengan kriteria hasil : aktivitas dan tidur.
1) Keluhan sulit 2) Identifikasi faktor
tidur dari pengganggu tidur.
meningkat Terapeutik
menjadi 1) Modifikasi
menurun. lingkungan (mis.
2) Keluhan sering Tempat tidur,
terjaga dari pencahayaan,
meningkat kebisingan).
menjadi cukup 2) Lakukan prosedur
menurun. untuk meningkatkan
3) Keluhan tidak kenyamanan (mis.
puas tidur dari Penganturan posisi).
71
meningkat Edukasi
menjadi cukup 1) Jelaskan pentingnya
menurun. tidur cukup selama
sakit.
2) Ajarkan faktor-
faktor yang
berkontribusi
terhadap gangguan
pola tidur.
72
ambulasi. (sedang)
Hasil : TD = 120/80 Penilaian PQRST :
mmHg. - P : Nyeri timbul
ketika klien
4) Memonitor kondisi melakukan
umum selama pergerakkan
melakukan pada
ambulasi. ekstremitas
Hasil : Klien bawah pada
mengatakan nyeri kaki sebelah
pada daerah bekas op kanan bekas op.
saat bergerak. - Q : Sakit seperti
ditekan.
5) Memonitor - R : Kaki
karakteristik luka sebelah kanan
(mis. warna, area bekas op,
ukuran, bau) di betis hingga
Hasil : Warna luka ke punggung
berwarna pink kaki.
kemerahan, - S : 5 (lima).
berukuran 17 cm. - T : Hilang
timbul.
6) Memonitor tanda-
tanda infeksi. O:
Hasil : Terdapat 1) Keadaan umum
infeksi pada luka, sedang.
sebelum 2) Gerakan terbatas.
dilakukannya 3) Klien tampak
operasi. enggan melakukan
pergerakan.
7) Memfasilitasi 4) TTV:
aktivitas ambulasi TD = 120/80
dengan alat bantu mmHg
( mis. Tongkat, N = 80 x/m
bangku). P = 21 x/m
Hasil : Klien S = 36,5 ̊C.
melakukan ambulasi
dibantu oleh keluarga A :
dan perawat. - Masalah belum
teratasi
8) Melibatkan
keluarga untuk P :
membantu pasien - Intervensi
dalam dilanjutkan.
meningkatkan
ambulasi.
Hasil : Keluarga
klien ikut membantu
73
klien dalam
melakukan ambulasi.
9) Melepaskan
balutan dan
plester secara
perlahan pada
daerah luka.
Hasil : Melakukan
perawatan luka pada
kaki sebelah kanan
bekas op.
10) Memberikan
salep yang sesuai
ke kulit/lesi, jika
perlu.
Hasil : Rutin
memberikan salep
pada luka setiap hari.
11) Memasang
balutan sesuai
jenis luka.
Hasil : Memasangkan
balutan gips pada
kaki sebelah kanan
bekas op.
12) Menjelaskan
tujuan dan
prosedur
ambulasi.
Hasil : Klien dan
keluarga nampak
memahami
penjelasan yang
dijelaskan oleh
peneliti.
13) Menjelaskan
tanda dan gejala
infeksi.
Hasil : Klien nampak
memahami
penjelasan yang
dijelaskan oleh
peneliti.
74
14) Menganjurkan
melakukan
ambulasi dini.
Hasil : Klien
mengatakan akan
sering melakukan
ambulasi.
15) Mengajarkan
ambulasi
sederhana yang
harus dilakukan
(mis. Berjalan
dari tempat tidur
ke kursi roda,
berjalan dari
tempat tidur ke
kamar mandi,
berjalan sesuai
toleransi).
16) Mengajarkan
prosedur
perawatan luka
secara mandiri.
Hasil : Klien nampak
memahami
penjelaskan oleh
peneliti.
2. Gangguan Jum’at / 13.26 1) Mengidentifikasi S :
pola tidur 24 Juni pola aktivitas dan 1) Klien mengatakan
2022 tidur. mengeluh sulit
Hasil : Klien tidur, karena tidak
mengatakan sulit bisa tidur dengan
untuk tidur karena lampu yang
nyeri pada bekas op, menyala dan tidak
dan sering kali bisa tidur jika ada
terbangun tiba-tiba kebisingan/ribut.
karena nyeri pada 2) Klien mengatakan
kakinya. mengeluh tidak
puas tidur, karena
2) Mengidentifikasi suka terbangun
factor karena nyeri di
75
pengganggu daerah bekas op.
tidur. 3) Klien mengatakan
Hasil : Klien ketika bangun
mengatakan tidur selalu merasa
terganggu saat tidur berdebar dan tidak
karena nyeri pada nyaman karena
kakinya didaerah terbangun kaget
bekas op. ketika berubah
3) Memodifikasi posisi tidur.
lingkungan (mis. 4) Klien mengatakan
Tempat tidur, sering terjaga, bila
pencahayaan, sudah terbangun.
kebisingan).
Hasil : Nampak klien O:
bisa sedikit nyaman - Wajah terlihat
ketika di berikan lelah akibat kurang
posisi semi fowler. tidur.
4) Melakukan A:
prosedur untuk - Masalah belum
meningkatkan teratasi.
kenyamanan
(mis. P:
Penganturan - Intervensi
posisi). dilanjutkan.
Hasil : Klien
mengatakan nyaman
saat diberikan posisi
semi fowler.
5) Menjelaskan
pentingnya tidur
cukup selama
sakit.
Hasil : Nampak klien
memahami apa yang
dijelaskan peneliti.
6) Mengajarkan
faktor-faktor
yang
berkontribusi
terhadap
gangguan pola
tidur.
Hasil : Klien
Nampak memahami
apa yang diajarkan
76
oleh peneliti.
3. Gangguan Sabtu / 25 08.25 1) Mengidentifikasi S :
mobilitas Juni 2022 adanya nyeri atau 1) Klien mengatakan
fisik keluhan fisik tidak mampu
lainnya. mengerakkan
Hasil : Klien kakinya disebelah
mengatakan tidak kanan bekas op
mampu bergerak sejak 4 hari yang
serta nyeri pada lalu, dan terasa
bekas op. nyeri bila kaki
kanan digerakkan
2) Mengidentifikasi pada daerah bekas
intoleransi fisik op.
melakukan 2) Klien mengatakan
ambulasi. dalam melakukan
Hasil : Klien aktivitas sehari-
mengatakan tidak hari seperti mandi,
mampu untuk berpakaian,
bergerak maupun eliminasi, dan
berjalan sendiri serta berjalan dibantu
takut untuk oleh
menggerakkan keluarga.Klien
kakinya karena nyeri mengatakan
pada kakinya sebelah menggunakan alat
kanan bekas op. bantu berjalan
dalam melakukan
3) Memonitor pergerakkan
frekuensi jantung seperti kursi roda,
dan tekanan kruk/tongkat.
darah sebelum 3) Skala nyeri 5
memulai (sedang)
ambulasi. Penilaian PQRST:
Hasil : TD = 120/80 - P : Nyeri timbul
mmHg. ketika klien
melakukan
4) Memonitor pergerakkan
kondisi umum pada
selama ekstremitas
melakukan bawah pada
ambulasi. kaki sebelah
Hasil : Klien kanan bekas op.
mengatakan nyeri - Q : Sakit seperti
pada daerah bekas op ditekan.
saat bergerak. - R : Kaki
sebelah kanan
5) Memonitor area bekas op,
karakteristik luka di betis hingga
(mis. warna, ke punggung
77
ukuran, bau) kaki.
Hasil : Warna luka - S : 5 (lima).
berwarna pink - T : Hilang
kemerahan, timbul.
berukuran 17 cm.
O:
6) Memonitor tanda- 1) Keadaan umum
tanda infeksi. sedang.
Hasil : Terdapat 2) TTV:
infeksi pada luka, TD = 120/80
sebelum mmHg
dilakukannya N = 84 x/m
operasi. P = 21 x/m
S = 36 ̊C.
7) Memfasilitasi
aktivitas ambulasi A :
dengan alat bantu - Masalah belum
( mis. Tongkat, teratasi.
bangku).
Hasil : Klien P :
melakukan ambulasi - Intervensi
dibantu oleh keluarga dilanjutkan.
dan perawat.
8) Melibatkan
keluarga untuk
membantu pasien
dalam
meningkatkan
ambulasi.
Hasil : Keluarga
klien ikut membantu
klien dalam
melakukan ambulasi.
9) Melepaskan
balutan dan
plester secara
perlahan pada
daerah luka.
Hasil : Melakukan
perawatan luka pada
kaki sebelah kanan
bekas op.
10) Memberikan
salep yang sesuai
ke kulit/lesi, jika
78
perlu.
Hasil : Rutin
memberikan salep
pada luka setiap hari.
11) Memasang
balutan sesuai
jenis luka.
Hasil : Memasangkan
balutan gips pada
kaki sebelah kanan
bekas op.
12) Menjelaskan
tujuan dan
prosedur
ambulasi.
Hasil : Klien dan
keluarga nampak
memahami
penjelasan yang
dijelaskan oleh
peneliti.
13) Menjelaskan
tanda dan gejala
infeksi.
Hasil : Klien nampak
memahami
penjelasan yang
dijelaskan oleh
peneliti.
14) Menganjurkan
melakukan
ambulasi dini.
Hasil : Klien
mengatakan akan
sering melakukan
ambulasi.
15) Mengajarkan
ambulasi
sederhana yang
harus dilakukan
(mis. Berjalan
dari tempat tidur
ke kursi roda,
79
berjalan dari
tempat tidur ke
kamar mandi,
berjalan sesuai
toleransi).
Hasil : Klien Nampak
mengerti apa yang
diajarkan peneliti.
16) Mengajarkan
prosedur
perawatan luka
secara mandiri.
Hasil : Klien nampak
memahami
penjelaskan oleh
peneliti.
4. Gangguan Sabtu / 25 10.22 1) Mengidentifikasi S :
pola tidur Juni 2022 pola aktivitas dan 1) Klien mengatakan
tidur. mengeluh sulit
Hasil : Klien tidur, karena tidak
mengatakan sulit bisa tidur dengan
untuk tidur karena lampu yang
nyeri pada bekas op, menyala dan tidak
dan sering kali bisa tidur jika ada
terbangun tiba-tiba kebisingan/ribut.
karena nyeri pada 2) Klien mengatakan
kakinya. mengeluh tidak
puas tidur, karena
2) Mengidentifikasi suka terbangun
faktor karena nyeri di
pengganggu daerah bekas op.
tidur. 3) Klien mengatakan
Hasil : Klien ketika bangun tidur
mengatakan selalu merasa
terganggu saat tidur berdebar dan tidak
karena nyeri pada nyaman karena
kakinya didaerah terbangun kaget
bekas op. ketika berubah
posisi tidur.
3) Memodifikasi 4) Klien mengatakan
lingkungan (mis. sering terjaga, bila
Tempat tidur, sudah terbangun.
pencahayaan,
kebisingan). O:
Hasil : Nampak klien - Wajah terlihat lelah
bisa sedikit nyaman akibat kurang tidur.
ketika di berikan
80
posisi semi fowler. A:
- Masalah belum
4) Melakukan teratasi.
prosedur untuk
meningkatkan P:
kenyamanan - Intervensi
(mis. dilanjutkan.
Penganturan
posisi).
Hasil : Klien
mengatakan nyaman
saat diberikan posisi
semi fowler.
5) Menjelaskan
pentingnya tidur
cukup selama
sakit.
Hasil : Nampak klien
memahami apa yang
dijelaskan peneliti.
6) Mengajarkan
faktor-faktor
yang
berkontribusi
terhadap
gangguan pola
tidur.
Hasil : Klien Nampak
memahami apa yang
diajarkan oleh
peneliti.
5. Gangguan Minggu / 14.02 1) Mengidentifikasi S:
mobilitas 26 Juni adanya nyeri atau 1) Klien mengatakan
fisik 2022 keluhan fisik sudah mampu
lainnya. untuk bergerak, dan
Hasil : Klien terasa nyeri pada
mengatakan mampu daerah bekas op
perlahan mulai berkurang.
menggerakkan 2) Klien mengatakan
kakinya dan nyeri dapat melakukan
pada bekas op mulai ambulasi dengan
berkurang. dibantu oleh
keluarganya /
2) Mengidentifikasi perawat.
intoleransi fisik 3) Skala nyeri 5
melakukan (sedang)
81
ambulasi. Penilaian PQRST:
Hasil : Klien - P : Nyeri timbul
mengatakan sudah ketika klien
mampu untuk melakukan
bergerak maupun pergerakkan
berjalan tetapi masih pada ekstremitas
dibantu oleh bawah pada kaki
keluarga. sebelah kanan
bekas op.
3) Memonitor - Q : Sakit seperti
frekuensi jantung agak perih.
dan tekanan - R : Kaki sebelah
darah sebelum kanan area bekas
memulai op, di betis
ambulasi. hingga ke
Hasil : TD = 120/80 punggung kaki.
mmHg. - S : 3 (tiga).
- T : Hilang
4) Memonitor timbul.
kondisi umum
selama O:
melakukan 1) Keadaan umum
ambulasi. sedang.
Hasil : Klien 2) TTV:
mengatakan nyeri TD = 120/80
pada daerah bekas op mmHg
saat bergerak mulai N = 84 x/m
berkuraang. P = 21 x/m
S = 36,3 ̊C.
5) Memonitor
karakteristik luka A :
(mis. warna, - Masalah teratasi.
ukuran, bau)
Hasil : Warna luka P :
berwarna pink - Intervensi
kemerahan, dilanjutkan.
berukuran 17 cm.
6) Memonitor tanda-
tanda infeksi.
Hasil : Nampak
sudah mulai
membaik.
7) Memfasilitasi
aktivitas ambulasi
dengan alat bantu
( mis. Tongkat,
82
bangku).
Hasil : Klien
melakukan ambulasi
dibantu oleh keluarga
dan perawat.
8) Melibatkan
keluarga untuk
membantu pasien
dalam
meningkatkan
ambulasi.
Hasil : Keluarga
klien ikut membantu
klien dalam
melakukan ambulasi.
9) Melepaskan
balutan dan
plester secara
perlahan pada
daerah luka.
Hasil : Melakukan
perawatan luka pada
kaki sebelah kanan
bekas op.
10) Memberikan
salep yang sesuai
ke kulit/lesi, jika
perlu.
Hasil : Rutin
memberikan salep
pada luka setiap hari.
11) Memasang
balutan sesuai
jenis luka.
Hasil : Memasangkan
balutan gips pada
kaki sebelah kanan
bekas op.
12) Menjelaskan
tujuan dan
prosedur
ambulasi.
Hasil : Klien dan
keluarga nampak
83
memahami
penjelasan yang
dijelaskan oleh
peneliti.
13) Menjelaskan
tanda dan gejala
infeksi.
Hasil : Klien nampak
memahami
penjelasan yang
dijelaskan oleh
peneliti.
14) Menganjurkan
melakukan
ambulasi dini.
Hasil : Klien
mengatakan akan
sering melakukan
ambulasi.
15) Mengajarkan
ambulasi
sederhana yang
harus dilakukan
(mis. Berjalan
dari tempat tidur
ke kursi roda,
berjalan dari
tempat tidur ke
kamar mandi,
berjalan sesuai
toleransi).
Hasil : Klien Nampak
mengerti apa yang
diajarkan oleh
peneliti.
16) Mengajarkan
prosedur
perawatan luka
secara mandiri.
Hasil : Klien nampak
memahami
penjelaskan oleh
peneliti.
84
6. Gangguan Minggu / 16.01 1) Mengidentifikasi S:
pola tidur 26 Juni pola aktivitas dan 1) Klien mengatakan
2022 tidur. sudah dapat untuk
Hasil : Klien tertidur lebih lama,
mengatakan sudah karena nyeri yang
dapat tidur. dirasakan sekarang
2) Mengidentifikasi pada bekas op
factor mulai berkurang.
pengganggu
tidur.
Hasil : Klien O:
mengatakan nyeri - Nampak klien
mulai berkurang pada membaik.
bekas op, sehingga
sudah dapat tidur A:
lebih lama dari - Masalah teratasi.
sebelumnya. P:
- Intervensi
3) Memodifikasi dilanjutkan.
lingkungan (mis.
Tempat tidur,
pencahayaan,
kebisingan).
Hasil : Nampak klien
bisa sedikit nyaman
ketika di berikan
posisi semi fowler.
4) Melakukan
prosedur untuk
meningkatkan
kenyamanan
(mis.
Penganturan
posisi).
Hasil : Klien
mengatakan nyaman
saat diberikan posisi
semi fowler.
5) Menjelaskan
pentingnya tidur
cukup selama
sakit.
Hasil : Nampak klien
memahami apa yang
dijelaskan peneliti.
85
6) Mengajarkan
faktor-faktor
yang
berkontribusi
terhadap
gangguan pola
tidur.
Hasil : Klien Nampak
memahami apa yang
diajarkan oleh
peneliti.
A. Pembahasan
Berdasarkan hasil pada studi kasus dan tujuan penulisan studi kasus ini,
maka peneliti akan membahas terkait kesenjangan antara teori dengan hasil
Rumah Sakit dr. Ismoyo Kota Kendari, yang akan dilaksanakan pada tanggal
1. Pengkajian
Pada tahap pengkajian ini peneliti mengacu pada format yang telah
disediakan tidak jauh berbeda dengan format yang ada pada tinjauan
86
Pengkajian merupakan proses pengumpulan data dari pasien,
penerimaan, dan pengkajian fokus yang mencakup pada data subjektif dan
objektif.
dan terasa nyeri didaerah bekas op bila digerakkan, terdapat infeksi pada
area kaki sebelah kanan yang terluka, serta mengeluh sulit tidur, mengeluh
tidak puas tidur dan mudah terbangun atau terjaga. Pada pengkajian
teori dengan studi kasus, sudah pasti ada kesenjangan antara teori dan
studi kasus karena data pada teori tidak semua ada pada studi kasus,
begitupun sebaliknya data yang ada pada studi kasus tidak pula semua
dialami oleh Tn. H dengan teori yang ada adalah integritas ego.
terdapat gejala integritas ego seperti perasaan cemas, takut, dll. Perasaan
87
simpatik, parasimpatik dan endokrin. Rasa takut emosi tidak
orangtua, dan tidak sedikit pula dapat terjadi pada anak muda (Cookson &
2. Diagnosa Keperawatan
kesehatan yang aktual atau potensial, serta resiko yang merupakan dasar
data fokus sesuai dengan keluhan serta kondisi klien, peneliti merumuskan
Rumah sakit dr. Ismoyo Kota Kendari adalah gangguan mobilitas fisik
88
menggerakkan ekstremitas bawah dan gangguan pola tidur berhubungan
dengan hambatan lingkungan dibuktikan dengan sulit tidur. Dari data hasil
bila digerakkan, terdapat infeksi pada area kaki sebelah kanan yang
terluka, serta mengeluh sulit tidur, mengeluh tidak puas tidur dan mudah
= 166 cm.
semua yang ada pada teori ada pada klien, sehingga diagnosis yang
diangkat hanya ada dua yaitu gangguan mobilitas fisik dan gangguan pola
3. Intervensi Keperawatan
keputusan awal tentang apa yang akan dilakukan dari semua tindakan
89
dibuktikan dengan mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas bawah, yaitu
pola tidur membaik dengan kriteria hasil : keluhan sulit tidur dari
menurun.
lepaskan balutan dan plester secara perlahan pada daerah luka, berikan
salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu (Edukasi) jelaskan tujuan dan
90
sederhana yang harus dilakukan (mis. Berjalan dari tempat tidur ke kursi
roda, berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi, berjalan sesuai toleransi),
tidur. Pada tahap ini intervensi tidak terdapat kesenjangan antara teori dan
4. Implementasi Keperawatan
yang telah direncanakan oleh perawat, untuk membantu klien keluar dari
dengan intervensi yang dibuat yaitu dukungan ambulasi dan ambulasi dini
selama 3x24 jam, setiap kali dukungan ambulasi. Dukungan tidur dan
91
intervensi yang telah dibuat dan ditetapkan, yaitu dengan memperhatikan
aspek tujuan dan kriteria hasil dalam rentang yang telah ditentukan.
Berjalan dari tempat tidur ke kursi roda, berjalan dari tempat tidur ke
92
berturut-turut hasilnya dinilai sangat efektif dalam masalah pemenuhan
5. Evaluasi Keperawatan
hari pertama mobiltas fisik dan pola tidur menurun, pada hari kedua
mobilitas fisik dan pola tidur mulai membaik, dan pada hari ketiga
sistematis dan telah terencana antara hasil yang diamati dan tercapainya
tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan yang sesuai.
Evaluasi ada dua jenis yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif,
tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan (Cookson & Stirk, 2019).
93
B. Keterbatasan Penelitian Studi Kasus
Berdasarkan data dari kasus, keterbatasan studi kasus yang dilakukan selama
3 hari di ruang mawar Rumah Sakit Dr. Ismoyo Kota Kendari. diantaranya yaitu
dari segi sumber informasi dan referensi yang diperoleh oleh penulis dari internet
dengan dukungan ambulasi dan dukungan tidur yang digunakan sebagai pustaka
Karya Tulis Ilmiah, sehingga teori yang penulis jelaskan dalam studi kasus ini
masih sangat terbatas. Selain itu, keterbatasan dalam penelitian ini adalah tidak
bisa memonitor kebutuhan aktivitas selama 24 jam lamanya pada pasien karena
94
BAB V
A. Kesimpulan
pendekatan proses keperawatan selama 3x24 jam, diruang mawar Rumah Sakit
Dr. Ismoyo Kota Kendari pada tanggal 24 – 27 Juni 2022 didapatkan beberapa
area bekas operasinya yang ditandai dengan adanya keluhan nyeri pada saat
menggerakkan ekstremitas bawah sejak 5 hari yang lalu, kualitas nyeri yang
dirasakan hilang timbul dengan skala 5 (sedang) dan semakin terasa ketika
mandi dan berjalan, sehingga ketika akan tidur terasa tidak nyaman, membuat
sulit tidur dan diperkuat dengan hasil diagnosis yaitu post op osteomielitis.
dengan penurunan kekuatan otot dibuktikan dengan nyeri dan gangguan pola
tidur.
3. Intervensi keperawatan selama 3x24 jam dengan fokus luaran yaitu mobilitas
fisik dan pola tidur dengan intervensi dukungan ambulasi dan dukungan
hari (3x24 jam) maka telah terjadi perubahan pada gangguan mobilitas fisik
95
dan gangguan pola tidur, dengan uraian : hari pertama pergerakan ekstremitas
cukup meningkat, keluhan nyeri cukup menurun, keluhan sulit tidur cukup
tanggal 26 Juni 2022 dengan hasil mobilitas fisik dan pola tidur teratasi
B. Saran
kepada klien, serta petugas kesehatan yang terkhusus perawat agar selalu
status kesehatan klien. Serta juga diperlukan adanya kerja sama tim yang baik
klien.
melakukan ambulasi dini dan menjaga pola tidurnya, serta selalu merawat
lukanya setiap hari dengan indikasi yang dianjurkan, dan melakukan check
96
anjuran yang telah diajarkan, merawat lukanya, dan mengkonsumsi/
sebagai penerapan.
4. Bagi peneliti
97
DAFTAR PUSTAKA
Freire, LFL, Gavilanes, JMG, Caillagua, YSS, López, JAM, Velasco, SJS, vargas,
AMA, & Ramírez, AVC. (2019). Osteomielitis: pendekatan diagnostik
terapeutik. Arsip Farmakologi dan Terapi Venezuela , 38 (1), 53-62.
98
Mediana, H. S. Dan Tahlil, T. 2018. NANDA-I Diagnosa Keperawatan:
Definisi dan Klasiikasi 2018-2020. Edisi 11. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Dilihat pada tanggal 30 Januari 2021 pada pukul 16.30 WIB.
Irawandi, D., Hang, S., & Surabaya, T. (2018). Dedi irawandi stikes hang tuah
surabaya 2018.
Mujib, M., Dan E. Suprayitno. 2016. Pengaruh latihan range of motion (ROM)
terhadap perubahan skala nyeri pada lansia desa kalianget timur Kecamatan
Kalianget Kabupaten Sumenep. Journal Of Health Science (Jurnal Ilmu
Kesehatan). 1 (2):55-56. Diakses pada tanggal 21 Januari 2021 pada pukul
19.00 WIB.
Mussardo, G. (2019). Tahap Pengkajian Dalam Proses Keperawatan. Statistical
Field Theor, 53(9), 1689–1699.
Riyadi, S., dan Harmoko. 2016. Standart Operating Procedure dalam Praktik
Klinik Keperawatan Dasar. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Saifudin, D. M. 2018. Asuhan Keperawatan Pada Lansia Ny. S dan Tn. S Yang
Mengalami Reumatoid Arthritis Dengan Masalah Keperawatan Nyeri Kronis
Di UPT PSTW Jember Tahun 2017. KTI. Fakulitas Keperawatan Universitas
Jember.
99
Salsabila, S. (2019). Keperawatan Medikal Bedah. In Bcg (p. 300).
100
Lampiran Dokumentasi
101
Lampiran Surat
102
103
104
105
106
107
108
109