Anda di halaman 1dari 97

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. H DENGAN POST OPERASI


STRUMA NODUSA NON TOKSIK DALAM PEMENUHAN
KEBUTUHAN RASA NYAMAN (NYERI) DI RUANG
MELATI RSUD KOTA KENDARI

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:

Asri Rahmawati
NIM. P00320018058

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURSAN KEPEWRAWATAN
TAHUN 2021
STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. H DENGAN POST OPERASI


STRUMA NODUSA NON TOKSIK DALAM PEMENUHAN
KEBUTUHAN RASA NYAMAN (NYERI) DI RUANG
MELATI RSUD KOTA KENDARI

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan


Program Diploma III Keperawatan

Oleh:

Asri Rahmawati
NIM. P00320018058

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURSAN KEPEWRAWATAN
TAHUN 2021

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Nama : Asri Rahmawati


Nim : P00320018058
Program Studi : DIII Keperawatan

Karya Tulis Ilmiah dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN PADA


Nn. H DENGAN POST OPERASI STRUMA NODUSA NON TOKSIK
DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA NYAMAN (NYERI) DI
RUANG MELATI RSUD KOTA KENDARI. Ini Telah Diterima Dan Disetujui
Untuk Dipertahankan Di depan Penguji.

Kendari, Juli 2021


Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Abd. Syukur, S.Kep., Ns., M.Kep Hj. Nurjannah, B.Sc., S.Pd., M.Kes
197312081998031001 1965102011988032002

Mengetahui:
Ketua Jurusan Keperawatan

Indriono Hadi, S.Kep., Ns., M.Kes


NIP. 197003301995031001

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Asri Rahmawati


Nim : P00320018058
Program Studi : DIII Keperawatan

Karya Tulis Ilmiah dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN PADA


Nn. H DENGAN POST OPERASI STRUMA NODUSA NON TOKSIK
DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA NYAMAN (NYERI) DI
RUANG MELATI RSUD KOTA KENDARI. Ini Telah Dipertahankan Pada
Seminar Hasil Karya Tulis Ilmiah di Depan Tim Penguji Pada Hari/Tanggal:

Tim Penguji

1. Dr.Lilin Rosyanti, S.Kep., Ns., M.Kep (………………..………….)

2. Dian Yuniar Santi Rahayu, S.KM., M.Kep (………………………..….)

3. Sahmad, S.Kep., Ns., M.Kep (…….……………….…….)

4. Abd. Syukur, S.Kep., Ns., M.Kep (………..………………….)

5. Hj. Nurjannah, B.Sc., S.Pd., M.Kes (………………..………….)

Mengetahui:
Ketua Jurusan Keperawatan

Indriono Hadi, S.Kep., Ns., M.Kes


NIP. 197003301995031001

iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Asri Rahmawati
Nim : P00320018058
Program Studi : DIII Keperawatan
Judul Penelitian : ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. H DENGAN
POST OPERASI STRUMA NODUSA NON TOKSIK
DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA
NYAMAN (NYERI) DI RUANG MELATI RSUD KOTA
KENDARI.

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini adalah


benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan tidak terdapat unsur-unsur
penjiplakan karya penelitian atau karya ilmiah yang pernah dilakukan atau dibuat
oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan
sumber kutipan atau daftar rujukan.
Apabila di kemudian hari ternyata hasil penelitian ini terbukti terdapat
unsur-unsur penjiplakan, maka saya bersedia untuk menerima sanksi atas perbuatan
tersebut.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan tanpa
paksaan orang lain.

Kendari, 2021
Yang membuat pernyataan

(Asri Rahmawati)
Nim: P00320018058

iv
RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS

Nama Lengkap : ASRI RAHMAWATI

Nim : P00320018058

Tempat Tanggal lahir : Kendari, 24 Januari 2000

Jenis Kelamin : Perempuan

Suku Bangsa : Tolaki / Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Desa Momea, Kecamatan Tongauna,

Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi

Tenggara.

No. Hp : 082281063250

B. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SDN 2 Walay : Tamat Tahun 2012

2. SMP Negeri 1 Abuki : Tamat Tahun 2015

3. SMA Negeri 1 Tongauna : Tamat Tahun 2018

4. Politeknik Kesehatan Kendari : 2018 sampai 2021

v
MOTTO

Sukses hanya bisa bergantung pada diri sendiri dan bukan orang lain.
Sukses bukanlah seberapa banyak yang kita dapatkan,
tapi seberapa banyak yang bisa kita berikan kepada orang lain
dan seberapa besar artinya bagi orang lain.

Kupersembahkan Karya Tulis Ilmiah ini untuk kedua Orang Tuaku,


Almamater ku, dan Teman Seperjuangan
sebagai ungkapan rasa terima kasihku.

vi
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Nn. H Dengan Post Operasi
Struma Nodusa Non Toksik Dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman (Nyeri)
Di Ruang Melati RSUD Kota Kendari.” Sholawat dan salam senantiasa
tercurahkan kepada junjungan kita semua Nabi Muhammad SAW yang
membimbing manusia ke arah jalan kebenaran dan kebaikan.

Selanjutnya, peneliti sampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi


tingginya kepada pihak-pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan
kepada peneliti khususnya kepada Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah
ikhlas meluangkan waktunya untuk membimbing selama penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini. Saya ingin mengucapkan terima kasih khususnya kepada:

1. Ibu Askrening, SKM.,M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan


Kendari.
2. Kepala Ruangan Melati RSUD Kota Kendari yang telah memberikan izin
kepada peneliti untuk mengambil data terkait judul Karya Tulis Ilmiah
peneliti.
3. Bapak Indriono Hadi, S.Kep.,Ns., M.Kes selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kendari.
4. Ibu Reni Devianti Usman, M.Kep., Sp.KMB selaku Sekretaris Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kendari,.
5. Bapak Abd. Syukur, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Pembimbing 1 dan Ibu Hj.
Nurjannah, B.Sc., S.Pd., M.Kes selaku Pembimbing II, yang telah
meluangkan banyak waktu untuk memberikan bimbingan kepada penulis
dan mengarahkan penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Ibu Dr.Lilin Rosyanti, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Penguji I, Ibu Dian
Yuniar Santi Rahayu, S.KM., M.Kep selaku Penguji II dan Bapak Sahmad,
S.Kep., Ns., M.Kep selaku Penguji III yang telah memberikan masukan dan
arahan kepada penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

vii
7. Semua staf pengajar atau dosen dan semua staf Politeknik Kesehatan
Kendari, yang telah memberikan ilmu pengetahuan, dan pendidikan etika
kepada penulis.
8. Kepada Kedua orang tua saya tercinta, ayahanda Muis Sos, M.Si dan ibunda
Hj. Dra Marnisah, dan 3 saudaraku Nur Laela Marjuwita, S.Mat, M.E.
Muhammad Nur Adiyatma, S.Pd, M.Pd. dan Muhammad Trikal Surahman
S.Hi yang tidak henti-hentinya memberikan motivasi dan doa, sehingga
menjadi dorongan dalam menyelesaikan studi.
9. Kepada suami saya Ari Suhud, Amd.Kep, dan anak saya Fitri Tsamratul
Jannah dan Anasya Dwi Adreena Saila yang senantiasa mendukung dan
memberikan semangat untuk terus belajar.
10. Kepada Sahabatku Estina dan Asmawati yang selalu memberikan semangat
dan support kepada Peneliti selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
11. Serta sahabat dan teman-teman seperjuanganku Dewi, Nela, Zalsa, Fira
Safitri, Yustin, Safira Wati dan Ati Muliati yang selalu memberikan
motivasi selama menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
12. Teman-teman mahasiswa seperjuangan Politeknik Kesehatan Kendari,
terima kasih banyak atas bantuannya selama mengikuti pendidikan, yang
telah menemani penulis selama 3 tahun mengikuti pendidikan di Politeknik
Kesehatan Kendari.

Semoga karya tulis ini dapat dibaca dan bermanfaat bagi masyarakat
umumnya dan tenaga keperawatan khususnya dalam memberikan Asuhan
keperawatan. Semoga apa yang diperbuat bernilai ibadah di matanya. Amin Ya
Robbal Alamin.

Kendari, Juli 2021

Asri Rahmawati
Penulis

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN......................................................................... 1


HALAMAN SAMPUL DALAM ........................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................... iv
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... v
MOTTO ............................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix
ABSTRAK .......................................................................................................... x
ABSTRACT ...................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiv
DAFTAR ISTILAH ......................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 7
A. Tinjauan Teori Kebutuhan Rasa Nyaman .......................................... 7
B. Konsep Dasar Struma...................................................................... 18
C. Analisis Tindakan Keperawatan: Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Terhadap Tingkat Nyeri. ...................................................................... 32
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 36
A. Jenis Penelitian ............................................................................... 36
B. Subjek Studi Kasus ......................................................................... 36
C. Fokus Studi ..................................................................................... 37
D. Definisi Operasional ....................................................................... 37
E. Instrumen Penelitian ....................................................................... 38
F. Tempat dan Waktu Studi Kasus ...................................................... 38
G. Metode Pengumpulan Data ............................................................. 38
H. Analisa Data dan Penyajian Data..................................................... 39
I. Etika Penelitian ............................................................................... 39
BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN................................. 41
A. Hasil Studi Kasus ............................................................................ 41
B. Pembahasan .................................................................................... 59
C. Keterbatasan Studi Kasus ................................................................ 64
BAB V KESIMPILAN DAN SARAN ............................................................ 61
A. Kesimpulan ..................................................................................... 61
B. Saran............................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 64
LAMPIRAN

ix
ABSTRAK

Asri Rahmawati (P00320018058). “Asuhan Keperawatan Pada Nn. H Dengan Post Operasi
Struma Nodusa Non Toksik Dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman (Nyeri) Di Ruang
Melati RSUD Kota Kendari” di bawah bimbingan bapak Abd. Syukur, S.Kep., Ns., M.Kep dan
ibu Hj. Nurjannah, B.Sc., S.Pd., M.Kes. Struma Nodusa Non Toksik merupakan suatu kondisi
yang ditandai dengan adanya pembesaran kelenjar tiroid karena adanya nodul yang tidak disertai
dengan gejala hipertioridisme. Pembesaran ini bisa disebabkan karena adanya kerusakan atau
kelainan fungsi hormonal. Penyebabnya sering diidentikkan karena kekurangan yodium di dalam
tubuh. Salah satu masalah keperawatan yang ditimbulkan akibat dari penyakit Struma Nodusa Non
Toksik pasca operasi yaitu terganggunya kebutuhan rasa nyaman yang membuat pasien akan
merasakan nyeri atau rasa tidak nyaman setelah pulih dari pengaruh anestesi yang disebabkan karena
adanya luka insisi yang menyebabkan kontinuitas jaringan terputus. Tujuan studi kasus ini
memberikan gambaran penerapan asuhan keperawatan pada Nn. H dengan Post Operasi Struma
Nodusa Non Toksik dalam Pemenuhan Kebutuhan rasa nyaman di Ruang Melati RSUD Kota
Kendari. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode pendekatan studi kasus.
Diagnosa keperawatan yang didapatkan dari hasil pengkajian pada Nn.H disesuaikan dengan kondisi
klien saat itu yaitu nyeri akut. Implementasi keperawatan dilakukan selama 5 hari sesuai dengan
kondisi klien dan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah ditetapkan. Hasil evaluasi peneliti
pada kasus Nn. H Sesudah diberikan teknik relaksasi nafas dalam tingkat nyeri menurun dari skala
nyeri 6 menjadi skala nyeri 2 sehingga masalah nyeri akut teratasi. Saran: Bagi masyarakat
diharapkan mampu meningkatkan kemampuan melakukan teknik relaksasi nafas dalam secara
mandiri dalam mengatasi masalah gangguan kebutuhan rasa nyaman.

Kata Kunci: Struma Nodusa Non Toksik, Nyeri, Asuhan keperawatan.

x
ABSTRACT

Asri Rahmawati (P00320018058). “Nursing Care for Ms. H With Non-Toxic Struma Nodusa
Post Operation in Fulfilling the Need for Comfort (Pain) in the Melati Room of the Kendari
City Hospital” under the guidance of Mr. Abd. Syukur, S.Kep., Ns., M.Kep and Mrs. Hj.
Nurjannah, B.Sc., S.Pd., M.Kes. Non-toxic goiter nodusa is a condition characterized by
enlargement of the thyroid gland due to the presence of nodules that are not accompanied by
symptoms of hyperthyroidism. This enlargement can be caused by damage or abnormalities in
hormonal function. The cause is often identified as a lack of iodine in the body. One of the nursing
problems caused by postoperative Struma Nodusa is the disruption of the need for comfort which
makes the patient feel pain or discomfort after recovering from the effects of anesthesia caused by
an incision wound that causes tissue continuity to be interrupted. The purpose of this case study is
to provide an overview of the application of nursing care to Ms. H with Non-Toxic Struma Nodusa
Post Operation in Fulfilling the Need for Comfort in the Jasmine Room of the Kendari City Hospital.
This type of research is descriptive using a case study approach. Nursing diagnoses obtained from
the results of the assessment on Nn.H were adjusted to the client's current condition, namely acute
pain. Nursing implementation is carried out for 5 days according to the client's condition and
according to the nursing plan that has been established. The results of the researcher's evaluation in
the case of Ms. H After being given a breathing relaxation technique, the pain level decreased from
a pain scale of 6 to a pain scale of 2 so that the acute pain problem was resolved. Suggestion: The
community is expected to be able to improve their ability to perform deep breathing relaxation
techniques independently in overcoming the problem of disturbances in the need for comfort.

Keywords: Non-Toxic Struma Nodusa, Pain, Nursing care.

xi
DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

2.1. Rencana Keperawatan Post Operasi Struma Nodusa Non

Toksik…………………………...………………………………………..31

4.1. Pemeriksaan Laboratorium…………...………………...……………......51

4.2. Klasifikasi Data…………………...………...…... …………………...... .51

4.3. Analisa Data……………………...……………...……………………….52

4.4. Intervensi Keperawatan…………………………...…………………...…53

4.5. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan……………...……………..….53

xii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

2.1 Mekanisme Terjadinya Nyeri.……………………………………..............9

2.2 Skala Intensitas Nyeri NRS………………………………………………12

2.3 Anatomi Kelenjar Tiroid …………………………………………...........20

2.4 Patways Struma Nodusa Non Toksik ……………………………………26

4.1 Genogram 3 Generasi .…………………………………………………...44

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden (Informed Consent)


Lampiran 2 : Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Relaksasi Nafas
Dalam
Lampiran 3 : Format Judul
Lampiran 4 : Surat Pengambilan Data Awal dari Poltekkes
Lampiran 5 : Surat Pengambilan Data Awal dari Rumah Sakit
Lampiran 6 : Surat Selesai Dines dari Rumah Sakit
Lampiran 7 : Surat Keterangan Bebas Administrasi
Lampiran 8 : Surat Keterangan Bebas Pustaka
Lampiran 9 : Lembar Bimbingan Karya Tulis Ilmiah

xiv
DAFTAR ISTILAH

Istilah Arti/Makna

Care giver : Peran perawat sebagai pemberi asuhan


keperawatan
Composmentis : Sadar sepenuhnya, kesadaran normal, dapat
menjawab pertanyaan mengenai keadaan di
sekelilingnya
Tiroksin (T4) : Merupakan bentuk yang dihasilkan oleh kelenjar
tiroid, hanya memiliki efek yang ringan terhadap
kecepatan metabolisme tubuh tiroksin yang
dihasilkan oleh kelenjar tiroid.
Tirotoksin : Peningkatan kadar hormon tiroid di dalam darah
yang menimbulkan sejumlah gejala mulai dari
tremor, peningkatan denyut jantung, sampai
penurunan berat badan.
Triiodotironin (T3) : Hormon tiroid yang ada dalam darah dengan kadar
yang sedikit yang mempunyai kerja yang singkat
dan bersifat lebih kuat
Tyroid stimulating hormone : Hormon yang di produksi oleh struktur seukuran
kacang polong yang terletak di dasar otak
Yodium : Yodium merupakan komponen struktural dari
hormon tiroksin yang dihasilkan oleh kelenjar
tiroid.

xv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

WHO (2020) mengungkapkan bahwa 1,6 miliar orang beresiko

mengalami gangguan tiroid diseluruh dunia dan diantaranya terdapat sekitar 17

juta yang terdiagnosis struma salah satunya adalah Struma Nodusa Non Toksik

dimana 27% terdapat di Asia Tenggara. 90% kasus struma bersifat jinak

(benigna), dan 10% kasusnya bersifat ganas (maligna).

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2019, Prevalensi Struma masuk ke

dalam 10 penyakit tidak menular yang ada di Indonesia dan struma masuk ke

dalam 7 tertinggi setelah (1) asma, (2) kanker, (3) stoke, (4) diabetes melitus,

(5) penyakit jantung, (6) dan Hipertensi. Prevelansi Struma terbesar terdapat di

DKI Jakarta dengan presentase sebanyak 0,7 % dengan jumlah penduduk

11.063.324 dan sebanyak 73.283 jiwa yang terdiagnosis struma. Di provinsi

Jawa Timur presentase yang mengalami struma sebanyak 0,6 % dengan jumah

penduduk 39.698.776 dan sebanyak 240.308 jiwa yang terdiagnosis struma.

(Riskesdas, 2019).

Sedangkan Data Provinsi Sulawesi Tenggara berdasarkan (Dinas

Kesehatan Kota Kendari, 2020), dilaporkan jumlah kasus yang terdiagnosis

struma tercatat sebanyak 6.318 kasus dari jumlah penduduk 2.755.589 orang.

(Dinkes Kota Kendari, 2020)

Kelenjar tiroid merupakan salah satu kelenjar endokrin yang terletak di

bagian depan leher, sedikit dibawah laring. Kelenjar ini berfungsi untuk

mengatur kecepatan tubuh membakar energi, membuat protein dan mengatur

1
2

sensivitas tubuh terhadap hormon lainnya. Kelenjar tiroid mensekresi tiroksin

(T4) dan triiodotironin (T3), Kedua hormon ini mengawal metabolisme

(pengeluaran tenaga) pada manusia. Kelainan pada kelenjar tiroid dapat

menyebabkan terganggu nya sekresi hormon-hormon tiroid (T3 & T4), yang

dapat berpengaruh besar pada proses fisiologis tubuh sehingga dapat

menyebabkan berbagai macam penyakit dan kelainan bagi manusia itu sendiri.

(James R Maulinda, 2018).

Struma merupakan pembesaran kelenjar tiroid yang disebabkan oleh

folikel yang tumbuh semakin membesar dengan membentuk kista dan kelenjar

tersebut menjadi noduler. (Armerinayanti, 2017).

Struma Nodusa Non Toksik merupakan suatu kondisi yang ditandai

dengan adanya pembesaran kelenjar tiroid karena adanya nodul yang tidak

disertai dengan gejala hipertioridisme. Pembesaran ini bisa disebabkan karena

adanya kerusakan atau kelainan fungsi hormonal. Penyebabnya sering

diidentikkan karena kekurangan yodium di dalam tubuh.(Tampatty, 2018).

Gejala awal yang ditemui pada Struma adalah jantung berdebar,

penurunan berat badan secara tiba-tiba, merasa gugup, mata melotot, serta

adanya benjolan kecil yang sering tidak disadari oleh banyak orang yang

kemungkinan besar dapat menimbulkan keganasan. Apabila hal tersebut

dibiarkan begitu saja maka keadaan dari struma ini akan semakin membesar

dan menekan jaringan sekitar yang dapat membuat penderitanya akan merasa

sesak nafas, seperti tercekik, kesulitan menelan dan gangguan berkomunikasi.

Oleh karena itu tindakan pembedahan (tiroidektomi) diperlukan untuk

menghilangkan gangguan tersebut. (Andina, 2017).


3

Salah satu masalah keperawatan yang ditimbulkan akibat dari penyakit

Struma Nodusa Non Toksik pasca operasi yaitu terganggunya kebutuhan rasa

nyaman yang membuat pasien akan merasakan nyeri atau rasa tidak nyaman

setelah pulih dari pengaruh anestesi yang disebabkan karena adanya luka insisi

yang menyebabkan kontinuitas jaringan terputus kemudian merangsang

pengeluaran histamin dan prostaglandin sehingga menimbulkan rasa nyeri

yang disampaikan dalam bentuk sikap dan perilaku verbal maupun non verbal.

(Haswita & Sulistyowati, 2017).

Kebutuhan rasa nyaman adalah suatu kebutuhan individu berupa

terbebas dari rasa yang tidak menyenangkan. Nyeri merupakan perasaan yang

tidak menyenangkan yang terkadang di alami individu. Kebutuhan terbebas

dari rasa nyeri itu merupakan salah satu kebutuhan dasar yang merupakan

tujuan diberikannya Asuhan keperawatan pada seorang pasien. Nyeri adalah

pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan

jaringan, baik aktual maupun potensial atau yang digambarkan dalam bentuk

kerusakan tersebut. (Haswita & Sulistyowati, 2017).

Masalah yang timbul akibat dari nyeri yang tidak teratasi dapat

mengakibatkan mobilisasi dan pola tidur terganggu. Dalam hal ini peran

perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan (care provider) dapat

memberikan terapi farmakologis (analgesik) dan terapi non farmakologis

berupa teknik relaksasi nafas dalam untuk meningkatkan status kesehatan

pasien Struma Nodosa Non Toksik pasca operasi. Pemberian terapi non

farmakologi pasca operasi yang optimal merupakan salah satu intervensi

mandiri keperawatan yang dapat membantu menurunkan atau menghilangkan


4

intensitas nyeri. (Hidayat & Uliayh, 2016).

Penanganan nyeri non farmakologi teknik relaksasi nafas dalam

merupakan salah satu bentuk asuhan keperawatan yang dalam hal ini Peneliti

mengajarkan kepada pasien cara menarik nafas dalam, bernafas perlahan

(memaksimalkan menahan inspirasi), dan menghembuskan nafas secara

perlahan yang bertujuan untuk menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi

nafas dalam juga dapat mengurangi kecemasan. (Smeltzer, 2016).

Data yang di peroleh dari RSUD Kota Kendari, menunjukkan penderita

Struma Nodusa Non Toksik dalam 3 tahun terakhir yang dilakukan

pembedahan di Ruangan Bedah Melati pada tahun 2018 sebanyak 41 orang,

diantaranya 6 laki-laki dan 35 orang perempuan, kemudian tahun 2019

sebanyak 16 orang, diantaranya 4 laki-laki dan 12 orang perempuan, dan pada

tahun 2020 sebanyak 4 orang, diantaranya 1 laki-laki dan 3 orang perempuan.

(Rekam Medik dan SIRS RSUD Kota Kendari, 2020).

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas maka peneliti

tertarik mengangkat kasus tentang “Asuhan Keperawatan Pada Nn.H dengan

Post Operasi Struma Nondusa Non Toksik Dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa

Nyaman di Ruang Melati RSUD Kota Kendari”.

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah penerapan asuhan keperawatan pada Nn. H dengan Post

Operasi Struma Nodusa Non Toksik dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa

Nyaman di Ruang Melati RSUD Kota Kendari?


5

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Memberikan gambaran penerapan asuhan keperawatan pada Nn. H

dengan Post Operasi Struma Nodusa Non Toksik dalam Pemenuhan

Kebutuhan Rasa Nyaman di Ruang Melati RSUD Kota Kendari.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian keperawatan pada Nn.H dengan Post Operasi

Struma Nodusa Non Toksik dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa

Nyaman di Ruang Melati RSUD Kota Kendari.

b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada Nn.H dengan Post Operasi

Struma Nodusa Non Toksik dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa

Nyaman di Ruang Melati RSUD Kota Kendari.

c. Menyusun rencana tindakan keperawatan pada Nn.H dengan Post

Operasi Struma Nodusa Non Toksik dalam Pemenuhan Kebutuhan

Rasa Nyaman di Ruang Melati RSUD Kota Kendari.

d. Melakukan implementasi keperawatan pada Nn.H dengan Post

Operasi Struma Nodusa Non Toksik dalam Pemenuhan Kebutuhan

Rasa Nyaman di Ruang Melati RSUD Kota Kendari.

e. Melakukan evaluasi keperawatan pada Nn.H dengan Post Operasi

Struma Nodusa Non Toksik dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa

Nyaman di Ruang Melati RSUD Kota Kendari.

f. Melakukan tindakan Teknik Relaksasi Nafas Dalam pada Nn.H

dengan Post Operasi Struma Nodusa Non Toksik dalam Pemenuhan

Kebutuhan Rasa Nyaman di Ruang Melati RSUD Kota Kendari.


6

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pasien dan Keluarga

Menambah pengetahuan Pasien dan Keluarga tentang teknik

relaksasi nafas dalam pada pasien Post Operasi Struma Nodusa Non

Toksik dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman.

2. Bagi pengembangan ilmu dan teknologi keperawatan

Menambah keluasan ilmu dan wawasan di bidang keperawatan

khususnya dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman pada pasien Post

Operasi Struma Nodusa Non Toksik

3. Bagi Peneliti

Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil penelitian

keperawatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien Post

Operasi Struma Nodusa Non Toksik dalam Pemenuhan Kebutuhan rasa

nyaman.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori Kebutuhan Rasa Nyaman

1. Konsep Kebutuhan Rasa Nyaman


Kebutuhan rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya

kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (rasa puas

untuk meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah

terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi

masalah nyeri).(Potter & Perry, 2012).

Menurut ( Colcaba, 2003 dikutip dalam Tarwoto dan Wartonah,

2011) kenyamanan mesti dipandang secara holistik yang mencakup empat

aspek, yaitu:

a. Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh

b. Sosial, berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga dan

sosial

c. Psikospiritual, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri

sendiri yang meliputi harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan.

d. Lingkungan, berhubungan dengan pengalaman eksternal manusia

seperti cahaya, bunyi, temperatur, warna, dan unsur alamiah lainnya.

Secara umum dalam aplikasinya pemenuhan kebutuhan rasa

nyaman adalah kebutuhan rasa nyaman bebas dari rasa nyeri. Hal ini di

sebabkan karena kondisi nyeri merupakan kondisi yang mempengaruhi

perasaan tidak nyaman pasien yang ditunjukkan dengan timbulnya gejala

dan tanda pada pasien.

7
8

2. Gangguan Rasa Nyaman


Gangguan rasa nyaman adalah keadaan ketika individu mengalami

sensasi yang tidak menyenangkan dalam berespon terhadap suatu

rangsangan yang berbahaya (Carpenito, 2016). Jadi, gangguan

kenyamanan adalah keadaan yang tidak bebas dan tidak menyenangkan

yang dirasakan oleh setiap individu.

3. Konsep Nyeri
Nyeri adalah rasa tidak nyaman yang dimanifestasikan sebagai nyeri

yang disebabkan oleh suatu penderitaan persepsi yang nyata, ancaman, dan

ilusi luka. (Kozier & Erb, 2011).

Nyeri adalah perasaan tidak menyenangkan dan pengalaman

emosional yang ada hubungannya dengan kerusakan jaringan aktual atau

potensial, atau digambarkan dengan cedera, atau digambarkan sebagai apa

yang sedang terjadi.

Dari kedua definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa Nyeri

merupakan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan, persepsi

seseorang terhadap nyeri sangat bergantung pada pengalaman dan keadaan

emosinya. Nyeri terjadi karena kerusakan jaringan yang nyata.

4. Mekanisme Terjadinya Nyeri


Menurut (Zakiyah, 2015), mekanisme terjadinya nyeri merupakan

rangkaian proses elektrofisiologi yang terjadi antara kerusakan jaringan

(sebagai sumber rangsangan nyeri) dan persepsi nyeri (secara kolektif

disebut sebagai nosisepstif). Secara umum terdapat empat proses yang

terjadi dalam nosiseptif, yaitu:


9

Gambar. 2.1 Mekanise Terjadinya Nyeri.

a. Proses Transduksi

Proses transduksi adalah proses dimana suatu stimuli nyeri

(noxious stimuli) diubah menjadi suatu aktivitas listrik yang akan

diterima ujung-ujung saraf (nerve ending). Rangsangan ini dapat

berupa stimuli fisik (tekanan), suhu (panas/dingin) atau kimia.

(substansi nyeri).

b. Proses Transmisi

Tahap di mana rangsangan atau stimulus ditransmisikan dari

saraf perifer melalui medulla spinalis (spinal cord) menuju otak.

c. Proses Modulasi

Proses modulasi merupakan proses dari mekanisme nyeri dimana

terjadi interaksi antara sistem analgesik endogen yang dihasikan oleh

tubuh kita dengan input nyeri yang masuk ke kornu posterior medula

spinalis.

d. Persepsi

Hasil dari proses interaksi yang kompleks dan unik dimulai dari

proses transduksi dan transmisi pada gilirannya menghasilkan suatu

perasaan subjektif yang dikenal sebagai persepsi nyeri.


10

5. Klasifikasi Nyeri
Klasifikasi nyeri menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017) dibagi

menjadi 2, yaitu:

a. Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang berkaitan

dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset

mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang

berlangsung kurang dari 3 bulan.

b. Nyeri kronis yaitu pengalaman sensorik ataupun emosional yang

berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan

onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang

berlangsung lebih dari 3 bulan.

6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nyeri


Menurut Zakiyah (2015), ada beberapa faktor yang mempengaruhi

nyeri antara lain:

a. Usia

Usia sangat berpengaruh terhadap persepsi dan ekspresi

seseorang terhadap nyeri.Perbedaan perkembangan dapat

mempengaruhi bagaimana anak dan orang dewasa bereaksi terhadap

nyeri.

b. Jenis kelamin

Secara umum laki-laki dan perempuan tidak memiliki perbedaan

dalam merespon suatu nyeri, akan tetapi bebrapa kebudayaan

mempengaruhi laki-laki dan perempuan dalam mengekspresikan nyeri.

c. Kebudayaan
11

Pengaruh kebudayaan dapat menimbulkan anggapan pada orang

bahwa memperlihatkan tanda-tanda kesakitan berarti memperlihatkan

kelemahan pribadinya, dalam hal seperti itu maka sifat tentang dan

pengendalian diri merupakan sifat yang terpuji.

d. Arti nyeri

Arti nyeri terhadap seseorang dapat mempengaruhi pengalaman

nyeri dan cara seseorang untuk mengatasi nyerinya.

e. Perhatian

Tingkat seseorang Klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri

dapat mempengaruhi persepsi nyeri.

f. Kecemasan

Kecemasan yang di rasakan seseorang akan meningkatkan

persepsi terhadap nyeri. Begitu juga sebaliknya, nyeri dapat

menyebabkan seorang individu merasa cemas.

g. Keletihan

Rasa kelelahan yang dirasakan seseorang individu dapat

meningkatkan sensasi nyeri dan kemampuan koping individu menurun.

7. Pengukuran Intensitas Nyeri


Intensitas nyeri merupakan gambaran tingkat nyeri yang dirasakan

oleh seorang individu. Pengukuran intensitas nyeri bersifat objektif.

(Zakiyah, 2015).

a. Skala Numerik (Numeric Rating Scale)

Skala penilaian Numerik lebih digunakan sebagai alat

pendeskripsian kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan


12

menggunakan skala 0-10. Skala ini paling efektif saat menilai

intensitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi. (Andarmoyo, 2013).

Gambar 2.2 Skala Intensitas Nyeri NRS (Andarmoyo, 2013)

Keterangan:

Semakin besar nilai, maka akan semakin berat intensitas nyeri:

1) Skala 0 = Tidak nyeri

2) Skala 1 - 3 = Nyeri ringan

Secara objektif klien dapat berkomunikasi dengan baik,

tindakan manual dirasa sangat membantu.

3) Skala 4- 6 = Nyeri sedang

Secara objektif klien mendesis, menyeringai, dapat

menunjukkan lokasi nyeri dan dapat menggambarkan rasa nyeri,

klien dapat mengikuti perintah dengan baik dan responsif terhadap

tindakan manual.

4) Skala 7- 9 = Nyeri berat

Secara objektif terkadang klien dapat mengikuti perintah tapi

masih responsif terhadap tindakan manual, dapat menunjukkan

lokasi nyeri tetapi tidak bisa menggambarkannya, serta tidak dapat

diatasi dengan mengubah posisi dan mengambil nafas panjang.

5) Skala 10 = Nyeri sangat berat (nyeri terparah, tidak tertahankan)

Secara objektif klien tidak mau berkomunikasi dengan baik,

berteriak dan histeris, klien tidak bisa lagi mengikuti perintah,


13

selalu mendorong dan menarik apapun yang dapat dijangkau

secara tidak terkendali, dan tidak dapat menentukan lokasi nyeri.

8. Penatalaksanaan Nyeri
Penatalaksanaan pada klien dengan gangguan rasa nyaman nyeri

dapat di lakukan dengan terapi:

a. Farmakologis (kolaborasi terapi obat)

Pemberian obat analgesik adalah metode umum untuk

mengatasi nyeri. Pemberian obat dilakukan untuk mengganggu atau

memblok penerimaan stimulus agar terjadi perubahan persepsi dengan

cara mengurangi kortikal terhadap nyeri dan interpretasinya dengan

menekan fungsi talamus dan kortek serebri.

b. Terapi Non farmakologi

Menurut (Zakiyah, 2015) berbagai teknik dan terapi dapat

digunakan untuk manajemen nyeri nonfarmakologi, antara lain:

Pemberian kompres panas dan dingin, transcutaneous electrical nerve

stimulation (TENS), masase, akupressure, distraksi, hipnotis,

biofeedback, Namun pada klien Post Operasi Struma Nodusa Non

Toksik teknik manajemen nyeri non farmakologi yang memungkinkan

untuk di lakukan yakni teknik relaksasi nafas dalam.


14

9. Konsep Asuhan Keperawatan pada Gangguan Rasa Nyaman (Nyeri)


a. Pengkajian Keperawatan

Menurut Saputra (2013), Pengkajian keperawatan pada masalah

nyeri secara umum mencakup lima hal yaitu pemicu nyeri, kualitas

nyeri, lokasi nyeri, intensitas nyeri, dan waktu serangan. Pengkajian

dapat dilakukan dengan cara PQRST :

P = Palliative atau pemicu, yaitu faktor yang menimbulkan nyeri dan

mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri.

Q = Quality atau kualitas nyeri, misalnya nyerinya seperti apa tajam,

tumpul, tertusuk-tusuk atau tersayat.

R = Region atau lokasi, adalah perjalanan nyeri ke daerah lain.

S = Severity atau keparahan , yaitu intensitas nyeri.

T = Time atau waktu, yaitu lamanya waktu serangan atau frekuensi

nyeri.

Berbagai instrumen dapat digunakan untuk mengukur nyeri,

dalam memilih instrumen penilaian nyeri perlu dipertimbangkan

berdasarkan karakteristik nyeri yang dialami oleh individu yang akan

diukur tingkat nyerinya. Instrumen yang digunakan peneliti yaitu

menggunakan Skala penilaian Numerik (Numeric Rating Scale).

b. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan

respon manusia dari suatu individu atau kelompok (status kesehatan

atau risiko perubahan pola) dimana perawat dapat mengidentifikasi

dan memberikan intervensi yang jelas untuk menjaga penurunan,


15

pembatasan, pencegahan dan perubahan status kesehatan (Carpenito,

2016).

Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan

gangguan kebutuhan rasa nyaman pada klien Post Operasi Struma

Nodusa Non Toksik yaitu: Nyeri Akut.

Menurut (SDKI, 2017), diagnosa nyeri akut adalah pengalaman

sensori dan emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan

aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan

berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3

bulan. Penyebabnya adalah agen pencedera fisik.

Gejala dan tanda mayor:

1) Subjektif: mengeluhkan nyeri

2) Objektif: tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi

nadi meningkat, sulit tidur.

Gejala dan tanda minor:

1) Subjektif: tidak tersedia

2) Objektif: tekanan darah meningkat, pola nafas berubah, nafsu

makan berubah, proses berfikir terganggu, menarik diri, berfokus

pada diri sendiri dan diaphoresis.

c. Rencana Keperawatan

Rencana keperawatan merupakan suatu rencana tindakan

keperawatan yang akan di lakukan untuk mengatasi masalah sesuai

dengan diagnosa keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan

terpenuhinya kebutuhan klien.(Asmadi, 2013).


16

Tindakan keperawatan yang diberikan pada klien dengan

gangguan rasa nyaman, yaitu:

1. Manajemen nyeri

Definisi: mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik

atau emosonal yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang

terdiri dari:

Tindakan observasi:

1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,

intensitas nyeri.

2) Identifikasi skala nyeri

3) Identifikasi respons nyeri non verbal

4) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

5) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri

6) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri

7) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup

8) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah

diberikan

9) Monitor efek samping penggunaan analgesik

Tindakan terapeutik:

1) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

2) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri

3) Fasilitasi istirahat dan tidur

4) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan

strategi meredakan nyeri


17

Tindakan edukasi:

1) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri

2) Jelaskan strategi meredakan nyeri

3) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

4) Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat

5) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri

Tindakan kolaborasi:

1) Kalaborasi pemberian analgesik, jika perlu

d. Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan pengelolaan dari rencana keperawatan

yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada tahap ini, perawat

memberikan intervensi keperawatan langsung dan tidak langsung

terhadap klien untuk membantu melakukan atau mengarahkan kinerja

aktifitas kehidupan sehari-hari, memberikan arahan keperawatan

untuk mencapai tujuan yang berpusat kepada klien. (Setiadi, 2012).

e. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi atau tahap penilaian merupakan suatu perbandingan

yang sistematis dan terencana mengenai kesehatan klien dengan

tujuan yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya,

dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien,

keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (LeMone, Priscilla dkk. 2016).


18

Menurut (Asmadi, 2013), Evaluasi disusun menggunakan

SOAP:

S : Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara

subjektif oleh keluarga setelah diberikan implementasi

keperawatan.

O : Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat

menggunakan pengamatan yang objektif.

A : Analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan

objektif.

P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.

Menurut Asmadi (2013) terdapat tiga kemungkinan hasil

evaluasi yang terkait dengan pencapaian tujuan keperawatan anatara

lain:

1) Tujuan tercapai jika klien menunjukan perubahan sesuai dengan

standar yang telah ditentukan.

2) Tujuan tercapai sebagian atau klien masih dalam proses

pencapaian tujuan jika klien menunjukkan perubahan pada

sebagian kriteria yang telah ditetapkan.

3) Tujuan tidak tercapai jika klien hanya menunjukkan sedikit


perubahan dan tidak ada kemajuan sama sekali serta dapat
muncul masalah baru.

B. Konsep Dasar Struma

1. Pengertian
Struma merupakan pembesaran pada kelenjar tiroid akibat dari

pertambahan ukuran sel atau jaringan yang menghasilkan hormon tiroid


19

dalam jumlah besar, Struma terjadi karena folikel-folikel terisi koloid secara

berlebihan. Folikel akan tumbuh semakin besar dengan membentuk kista

dan kelenjar tersebut akan menjadi noduler setelah bertahun-tahun.

(Assegaf, 2015).

Struma Nodusa Non Toksik merupakan suatu kondisi yang ditandai

dengan adanya pembesaran kelenjar tiroid yang biasanya dianggap

membesar bila ukuran kelenjar tiroid melebihi dua kali ukuran normalnya

yang disebabkan karena adanya kerusakan atau kelainan fungsi hormonal.

Penyebab yang sering menimbulkan struma karena kurangnya zat yodium

di dalam tubuh. Kekurangan yodium memicu sel-sel folikel bekerja lebih

keras untuk memenuhi kebutuhan hormon tubuh. Ternyata penyakit struma

tidak hanya disebabkan oleh kekurangan yodium. Tumor jinak dan kista

juga bisa menyebabkan Struma Nodusa Non Toksik. (Tarwoto, 2012).

2. Anatomi Fisiologi Kelenjar Tiroid


a. Anatomi Kelenjar Tiroid

Kelenjar tiroid terletak di bagian bawah leher, kelenjar ini

memiliki dua bagian lobus yang dihubungkan oleh isthmus yang

masing-masing berbentuk lonjong berukuran panjang 2,5-5 cm, lebar

1,5 cm, tebal 1-1,5 cm dan berkisar 10-20 gram. Kelenjar tiroid sangat

penting untuk mengatur metabolisme dan bertanggung jawab atas

normalnya kerja setiap sel tubuh. Kelenjar ini memproduksi hormon

tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3) dan menyalurkan hormon tersebut

ke dalam aliran darah. Terdapat 4 atom yodium di setiap molekul T4

dan 3 atom yodium pada setiap molekul T3. Hormon tersebut


20

dikendalikan oleh kadar hormon perangsang tiroid TSH (thyroid

stimulating hormone) yang dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar

hipofisis. Yodium adalah bahan dasar pembentukan hormon T3 dan T4

yang diperoleh dari makanan dan minuman yang mengandung yodium.

(James R Maulinda, 2018).

Gambar 2.3 Anatomi Kelenjar Tiroid (Damayanti & Setiawan, 2017)

Sistem endokrin terdiri atas badan-badan jaringan kelenjar,

seperti tiroid tetapi juga terdiri atas kelenjar yang ada di dalam suatu

organ tertentu, seperti testis, ovarium, dan jantung. Sistem endokrin

menggunakan hormon untuk mengendalikan dan mengatur fungsi

tubuh sama seperti sistem saraf menggunakan sinyal listrik kecil. Kedua

sistem berintegrasi di otak dan saling melengkapi, tetapi keduanya

cenderung bekerja dengan kecepatan yang berbeda. Saraf bereaksi

dalam hitungan detik tetapi tindakan mereka tidak lama kemudian

hilang, beberapa hormon memiliki efek yang lebih lama dan bekerja

dalam hitungan jam, minggu bahkan tahun. Hormon mengatur proses

seperti pemecahan substansi kimia dalam metabolisme, keseimbangan

cairan dan produksi urin, pertumbuhan dan perkembangan tubuh, serta


21

reproduksi seksual. Hasil kerja hormon dari suatu kelenjar dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk kadar zat dalam darah dan

masukan dari sistem saraf. Karna hormon mengalir dalam darah, setiap

hormon dapat mencapai setiap bagian tubuh. Meskipun demikian

bentuk molekul khusus dari setiap hormon hanya bisa masuk ke dalam

reseptor (penerima) pada jaringan atau organ sasarannya saja. (James R

Maulinda, 2018).

b. Fisiologi Kelenjar Tiroid

Hormon tiroid memiliki efek pada pertumbuhan sel,

perkembangan dan metabolisme energi. Selain itu hormon tiroid

mempengaruhi pertumbuhan pematangan jaringan tubuh dan energi,

mengatur kecepatan metabolisme tubuh dan reaksi metabolik,

menambah sintesis asam ribonukleat (RNA), menambah produksi

panas, absorpsi intestinal terhadap glukosa, merangsang pertumbuhan

somatis dan berperan dalam perkembangan normal sistem saraf pusat.

Tidak adanya hormon-hormon ini, membuat retardasi mental dan

kematangan neurologik timbul pada saat lahir dan bayi. (James R

Maulinda, 2018).

Kelenjar tiroid mengeluarkan hormon triiodotironin (T3) dan

tiroksin (T4) yang memiliki fungsi dalam mengatur metabolisme tubuh,

mengatur sensitivitas tubuh terhadap hormon lain, memiliki peran

penting dalam mengontrol perkembangan embrio/fetus, otak, jantung,

dan paru-paru. Hormon-hormon tersebut juga memiliki peran aktif

yang sangat penting dalam mekanisme pencernaan, termoregulasi,


22

pertumbuhan, fungsi otot dan daya tahan tubuh. (James R Maulinda,

2018).

3. Etiologi
Menurut (Amin Huda, Nurarif dan Hardi Kusuma, 2016), Adanya

disfungsi pembentukan hormon tiroid merupakan salah satu faktor

penyebab terjadinya penyakit struma, diantaranya:

a. Kekurangan Yodium

Kekurangan yodium dapat mencegah kelenjar memproduksi

hormon tiroid. Hal ini memungkinkan kelenjar pituitari untuk

mengeluarkan kelebihan hormon perangsang tiroid (TSH). TSH

menyebabkan sel-sel tiroid mensekresi triglobulin dalam jumlah besar

ke dalam folikel dan membuat ukuran kelenjar membesar.

b. Gangguan metabolisme kongenital yang menghambat sintesa hormon

tiroid adalah zat kimia (dari kubis, lobak, dan kedelai) yang

menghambat sintesa hormon 0leh obat-obatan (triocarbamide,

sulfonylurea dan litium) menghambat sintesis hormon.

Penyebab lain struma adalah cacat genetik yang mengganggu

metabolisme yodium, kerusakan hormon tiroid, serta riwayat radiasi pada

kepala dan leher selama masa kanak-kanak yang mengarah ke nodul jinak

dan ganas.

4. Klasifikasi
Menurut (Damayanti & Setiawan, 2017), struma nodusa dapat

diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal, yaitu:

a. Berdasarkan fisiologisnya struma nodusa dapat diklasifikasikan


23

sebagai berikut:

1) Eutiroidisme adalah suatu kondisi hipertrofi pada kelenjar tiroid

yang disebabkan oleh stimulasi kelenjar tiroid yang lebih rendah

dari biasanya, sedangkan hormon perangsang tiroid yang

diproduksi oleh kelenjar pituitari meningkat. Jenis struma ini tidak

menimbulkan gejala, kecuali jika leher membesar secara

berlebihan, menyebabkan kompresi trakea.

2) Hipotiroidisme adalah kelainan struktural atau fungsional kelenjar

tiroid sehingga sintesis dari hormon tiroid menjadi berkurang.

Kelenjar tidak dapat mempertahankan kadar hormon plasma yang

cukup. Gejala hipotiroidisme adalah berat badan bertambah,

sensitif udara dingin, demensia, sulit berkonsentrasi, gerakan

lambat, konstipasi, kulit kasar, rambut rontok, menstruasi yang

berlebih, gangguan pendengaran dan penurunan kemampuan

bicara.

3) Hipertiroidisme juga disebut keracunan Tirotoksin, yang dapat

diartikan sebagai reaksi jaringan tubuh terhadap efek metabolisme

dari kelebihan hormon tiroid. Gejala hipertiroidisme terdiri dari

penurunan berat badan, nafsu makan meningkat, keringat

berlebih, kelelahan, suka udara dingin, sesak napas, jantung

berdebar, tremor pada ekstremitas atas, mata melotot (bola mata

melotot), diare, haid tidak teratur, rambut rontok, serta atrofi otot.

b. Berdasarkan Klinisnya struma dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1) Struma toksik dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu struma


24

diffusa toksik dan struma nodusa toksik. Diffusa dan nodusa lebih

ditujukan pada perubahan bentuk anatomi. Jika tidak diberikan

tindakan medis, Struma diffusa toksik akan menyebar luas ke

jaringan lain, dan nodusa akan menunjukkan satu atau lebih massa

yang teraba secara klinis. Struma Diffusa toksik (tirotoksikosis)

adalah keadaan hipermetabolisme karena jaringan tubuh

dipengaruhi oleh kelebihan hormon tiroid dalam darah.

2) Struma Non Toksik dibagi menjadi dua jenis, yaitu struma diffusa

non toksik dan struma nodusa non toksik. struma non toksik

disebabkan oleh kekurangan yodium kronis. Struma jenis ini biasa

disebut Struma koloid, dan sering terjadi di daerah di mana

kandungan yodium dalam air minum sangat rendah. Kandungan

yodium dan goitrogen menghambat sintesa hormon oleh zat kimia.

Kelenjar tiroid biasanya mulai membesar pada usia muda dan

menjadi nodul multinodular saat dewasa. Penderita biasanya tidak

mengalami keluhan karena tidak ada hipotiroidisme atau

hipertiroidisme.

5. Manifestasi Klinik
Menurut (Damayanti & Setiawan, 2017), Sebagian penderita dengan

Struma Nodusa Non Toksik tidak memiliki tanda dan gejala sama sekali.

Namun, bila ukuran struma cukup besar, akan mengakibatkan area trakea

dan esofagus tertekan sehingga menyebabkan gangguan pernafasan dan

kesulitan menelan. Peningkatan seperti ini memnbuat jantung berdebar,

gelisah, berkeringat, tidak tahan cuaca dingin, dan kelelahan. Beberapa


25

diantaranya mengeluh adanya kesulitan menelan, kesulitan bernafas, rasa

tidak nyaman di area leher, suara yang serak, serta penurunan berat badan

yang berkelanjutan yang dapat berlangsung selama berhari-hari,

berminggu-minggu dan bahkan berbulan-bulan.

6. Patofisiologi
Yodium merupakan komponen utama yang dibutuhkan oleh tubuh

manusia untuk pembentukan hormon tiroid. Zat yang mengandung yodium

diserap usus, masuk ke dalam sirkulasi darah dan ditangkap paling banyak

oleh kelanjar tiroid. Di dalam kelenjar, yodium dioksida mengambil bentuk

yang aktif dan distimulasikan oleh Tiroid Stimulating Hormon (TSH)

kemudian disatukan menjadi molekul tiroksin yang muncul di fase sel

koloid. Senyawa terbentuk dalam molekul diyodotironin membentuk

tiroksin (T4) dan triiodotiroksin (T3). Tiroksin (T4) menampilkan

pengaturan umpan balik negatif dari sekresi TSH dan bertindak langsung

pada tirotropihypofisis, sedangkan dari T3 hormon metabolik tidak aktif.

Karena kekurangan yodium pembentukan T4 dan T3 tidak terjadi

penambahan pembentukan, serta ukuran folikel menjadi lebih besar dan

kelenjar tiroid bisa bertambah beratnya sekitar 300-500 gram. Sebagian

Obat dan keadaan dapat mempengaruhi sintesis, pelepasan dan

metabolisme tiroid sekaligus menghambat sintesis tiroksin (T4), dan

meningkatkan pelepasan TSH dari hipofisis melalui stimulasi umpan balik

negatif. Kondisi ini bisa memperbesar ukuran kelenjar tiroid. Biasanya

kelenjar tiroid mulai membesar di usia muda dan berkembang menjadi

bentuk multi nodular di masa dewasa. karena pertumbuhannya yang


26

bertahap, struma bisa membesar tanpa gejala apa pun kecuali ada benjolan

di leher. Kebanyakan penderita struma nodular dapat hidup dengan struma

nya tanpa ada keluhan. Meskipun beberapa struma menonjol ke depan dan

tidak mengganggu pernapasan, jika membesar secara bilateral dapat

mempersempit trakea (Sudoyo & dkk, 2014).

7. Patway Struma Nodusa Non Toksik

Gambar 2.4 Patways Struma Nodusa Non Toksik (Sumber: Sudoyo& dkk, 2014)
27

8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk struma nodusa antara lain (Tonacchera,

dkk, 2016):

a. Pemeriksaan laboratorium.

1) Pemeriksaan tes fungsi hormon : T4 atau T3, dan TSH.

b. Pemeriksaan radiologi.

1) Foto rontgen dapat memastikan adanya deviasi trakea, yang secara

klinis dapat diprediksi.

2) Pemeriksaan ultrasonografi (USG). Pemeriksaan USG dilakukan

untuk mengetahui ukuran struma dan melihat apakah ada benjolan

lain yang tidak bisa diraba atau dilihat dari luar.

c. Biopsi aspirasi jarum halus (Fine Needle Aspiration Biopsy). Biopsi

dilakukan dengan mengambil sampel jaringan atau cairan dari kelenjar

tiroid, untuk diperiksa di laboratorium. Biopsi ini dilakukan terutama

jika di duga terdapat tumor ganas.

9. Penatalaksanaan Medis
Menurut (Sudoyo& dkk, 2014), penatalaksanaan medis pada

Struma dapat dilakukan menjadi dua, yaitu :

a. Penatalaksanaan Konservatif

1) Pemberian Tiroksin dan obat Anti-Tiroid.

Tiroksin digunakan untuk menyusutkan ukuran struma,

diyakini bahwa pertumbuhan sel kanker tiroid dipengaruhi

hormon TSH. Oleh karena itu untuk menekan TSH serendah

mungkin diberikan hormon tiroksin (T4) untuk mengatasi

hipotiroidisme yang terjadi sesudah operasi pengangkatan


28

kelenjar tiroid. Obat anti-tiroid (tionamid) yang digunakan saat

ini adalah propiltiourasil (PTU) dan metimasol/karbimasol.

2) Terapi Yodium Radioaktif

Yodium radioaktif memberikan radiasi dengan dosis yang

tinggi pada kelenjar tiroid sehingga menghasilkan ablasi

jaringan. Klien yang tidak mau dioperasi maka pemberian

yodium radioaktif dapat mengurangi gondok sekitar 50 %. Terapi

ini tidak meningkatkan resiko kanker, leukimia, atau kelainan

genetik. Yodium radioaktif diberikan dalam bentuk kapsul atau

cairan yang harus diminum di rumah sakit, biasanya diberikan

empat minggu setelah operasi, sebelum pemberian obat tiroksin.

b. Penatalaksanaan Pembedahan (Tiroidektomi)

Tindakan pembedahan dilakukan untuk mengangkat seluruh atau

sebagian kelenjar tiroid. Pembedahan diperlukan jika ukuran struma

besar dan menyebabkan kesulitan bernafas dan kesulitan menelan.

Pembedahan juga terkadang digunakan untuk menghilangkan nodul.

10. Konsep Asuhan Keperawatan Struma Nodusa Non Toksik


a. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan

merupakan proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari

berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status

kesehatan klien. (Budiono, 2016).


29

Fokus Pengkajian Keperawatan menurut (Sdwijo, 2015), meliputi:

1) Identitas

Meliputi nama, tempat tanggal lahir, umur, status, jenis kelamin,

alamat, pendidikan, tanggal masuk Rumah Sakit, nomer register,

diagnosis, nama orang tua, umur, pendidikan, pekerjaan, agama dan

suku bangsa.

2) Keluhan utama

Pada klien Struma Nodusa Non Toksik yang di lakukan

tindakan pembedahan keluhan yang dirasakan pada umumnya yaitu

nyeri pada daerah operasi.

3) Riwayat Penyakit Sekarang

Biasanya didahului karena adanya pembesaran nodul pada

leher yang semakin membesar sehingga terjadi penekanan pada

trakea dan esofagus yang mengakibatkan terganggu nya pernapasan

pada klien sehingga perlu dilakukan tindakan operasi.

4) Riwayat Penyakit Dahulu

Perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu yang berhubungan

dengan penyakit struma, misalnya pernah menderita struma lebih

dari satu kali.

5) Riwayat Kesehatan Keluarga

Ditujukan untuk anggota keluarga yang menderita penyakit

yang sama dengan yang di alami klien saat ini. Biasanya penyakit

ini bukan penyakit keturunan.

6) Pemeriksaan Fisik:
30

a) Keadaan umum

Pada umumnya keadaan klien lemah, kesadaran compos

mentis serta perubahan tanda-tanda vital yang meliputi tekanan

darah, nadi, pernapasan, dan suhu.

b) Pemeriksaan fisik pada umumnya keadaan penderita lemah dan

kesadarannya composmentis dengan tanda-tanda vital yang

meliputi tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu yang

berubah. Pada post operasi Struma Nodusa Non Toksik

biasanya didapatkan adanya luka operasi yang ditutup dengan

kassa steril yang direkatkan dengan hypafix dan terpasang drain.

Drain perlu di observasi dua sampai tiga hari. Biasanya

pernafasan lebih sesak akibat dari penumpukan sekret efek dari

anestesi, didapatkan ekspresi wajah yang tegang dan gelisah

karena menahan sakit.

b. Diagnosa Keperawatan

Menurut (Herdman & Kamitsuru, 2018) berdasarkan

diagnosis keperawatan SDKI tahun 2017, Diagnosa keperawatan yang

sering muncul pada klien Post Operasi Struma Nodusa Non Toksik

yaitu:

1) Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Pencedera Fisik

2) Risiko infeksi berhubungan dengan Efek Prosedur Invasif.


31

c. Rencana Keperawatan

Tabel. 2.1. Rencana Keperawatan Post Operasi Struma Nodusa Non


Toksik Menurut SLKI dan SIKI (Tim Pokja PPNI, 2018)
Diagnosa Luaran
No Intervensi Keperawatan
keperawatan Keperawatan
1. Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
berhubungan tindakan keperawatan Observasi
dengan Agen selama 5 x 24 jam 1. Identifikasi lokasi,
Pencedera maka tingkat nyeri karakteristik, durasi,
Fisik menurun dengan frekuensi, kualitas,
kriteria hasil: intensitas nyeri, skala
1. Keluhan nyeri nyeri.
dari meningkat 2. Identifikasi respon nyeri
(1) menjadi non verbal
menurun (5) Terapeutik
2. Meringis dari 1. Berikan teknik non
meningkat (1) farmakologis untuk
menjadi menurun mengurangi rasa nyeri.
(5) Edukasi
3. Gelisah dari 1. , periode, dan pemicu
meningkat (1) nyeri.
menjadi menurun Kolaborasi
(5) 1. Kolaborasi pemberian
analgetik.
2. Risiko Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi
infeksi tindakan keperawatan Observasi
berhubungan selama 5 x 24 jam 1. Monitor tanda dan gejala
dengan Efek maka tingkat infeksi lokal dan sistemik
Prosedur menurun dengan Terapeutik
Invasif kriteria hasil: 1. Batasi jumlah
1. Demam dari pengunjung
meningkat (1) 2. Cuci tangan sebelum dan
menjadi menurun sesudah kontak dengan
(5) pasien dan lingkungan
2. Kemerahan dari pasien.
meningkat (1) 3. Pertahankan teknik
menjadi menurun aseptic pada pasien
(5) berisiko tinggi
3. Nyeri dari Edukasi
meningkat (1) 1. Jelaskan tanda dan
menjadi menurun gejala infeksi
(5) 2. Ajarkan cara mencuci
4. Bengkak dari tangan dengan benar
meningkat (1) Kolaborasi
menjadi menurun 1. Kolaborasi pemberian
(5) analgetik, jika perlu
32

d. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah kegiatan atau tindakan yang

diberikan kepada klien sesuai dengan kondisi klien saat ini dan sesuai

dengan rencana keperawatan yang telah ditetapkan. (Nurarif, 2016).

e. Evaluasi

Evaluasi hasil merupakan suatu kegiatan yang membandingkan

antara hasil implementasi dengan kriteria dan standar yang telah

ditetapkan untuk melihat apakah perencanaan sudah tercapai atau

belum tercapai. Setelah dilakukan tindakan keperawatan 5 x 24 jam

diharapkan tingkat nyeri klien dapat menurun. (Nurarif, 2016).

C. Analisis Tindakan Keperawatan: Teknik Relaksasi Nafas Dalam

Terhadap Tingkat Nyeri.

1. Pengertian
Teknik relaksasi nafas dalam adalah salah satu terapi non

farmakologis yang digunakan dalam penatalaksanaan nyeri yang bertujuan

untuk membebaskan mental maupun fisik dari ketegangan dan stres

sehingga dapat meningkatkan toleransi terhadap nyeri. Teknik relaksasi

yang sederhana terdiri dari pernapasan abdomen dan pursed lip Breathing

dengan frekuensi yang lambat atau berirama. (Andarmoyo, 2013).

2. Batasan Karakteristik
Batasan karakteristik nyeri akut pada pasien Post Operasi Struma

Nodusa Non Toksik dengan gangguan kebutuhan rasa nyaman menurut

SDKI (2017), antara lain:


33

a. Data Mayor

1) Subjektif: mengeluhkan nyeri

2) Objektif: tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi

nadi meningkat, sulit tidur.

b. Data Minor:

1) Subjektif: tidak tersedia

2) Objektif: tekanan darah meningkat, pola nafas berubah, nafsu

makan berubah, proses berfikir terganggu, menarik diri, berfokus

pada diri sendri dan diaforesis.

3. Faktor yang berhubungan dengan nyeri akut


Menurut SDKI (2017) faktor yang berhubungan dengan nyeri akut adalah:

a. Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)

b. Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)

c. Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong,

mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan).

4. Langkah Teknik Relaksasi Nafas Dalam


Menurut Smeltzer (2016) dikutip oleh Nurdin (2019), Teknik

relaksasi nafas dalam merupakan salah satu bentuk asuhan keperawatan.

Perawat mengajarkan kepada pasien cara menarik nafas dalam, bernafas

perlahan (memaksimalkan menahan inspirasi), dan menghembuskan nafas

secara perlahan. Selain menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas

dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan mengurangi kecemasan.

Ada tiga hal utama yang perlu diperhatikan dalam teknik relaksasi

nafas dalam, yaitu posisi yang tepat (fowler atau semifowler), pikiran
34

beristirahat, lingkungan yang tenang. Langkah-langkah teknik relaksasi

nafas dalam antara lain:

1) Ciptakan lingkungan yang tenang

2) Atur posisi pasien agar rileks tanpa beban fisik

3) Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan

udara melalui hitungan 1, 2, 3.

4) Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan

ekstremitas atas dan bawah rileks.

5) Anjurkan pasien untuk bernafas dengan irama normal 3 kali.

6) Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui

mulut secara perlahan-lahan.

7) Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks

8) Usahakan agar tetap konsentrasi / mata sambil terpejam

9) Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah nyeri.

10) Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang

11) Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali

12) Bila nyeri menjadi hebat, seseorang dapat bernafas dangkal dan

cepat.

Apabila teknik relaksasi nafas dalam dilakukan dengan benar maka

akan sangat mengurangi tingkat nyeri yang dirasakan sehingga klien

merasa lebih nyaman dari sebelumnya, sebaliknya jika teknik relaksasi

nafas dalam dilakukan salah maka rasa sakitnya hanya akan sedikit

berkurang, akibatnya klien tetap merasakan nyeri sehingga membuat klien

tidak nyaman dengan keadaan tersebut. (Rahayuningrum, 2017).


35

5. Hubungan Tindakan Keperawatan Teknik Relaksasi Nafas Dalam


dengan SDKI dan SLKI
Tindakan keperawatan Teknik Relaksasi Nafas Dalam pada pasien

Post Operasi Struma Nodusa Non Toksik diharapkan mampu mengatasi

masalah nyeri akut sebagaimana terdapat pada SLKI (2018) keluhan nyeri

menurun, meringis menurun, gelisah menurun. Teknik Relaksasi Nafas

Dalam merupakan salah satu tindakan terapeutik dari intervensi utama

manajemen nyeri pada diagnosa nyeri akut.

6. Penelitian Terkait Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Tingkat


Nyeri.
Penelitian yang dilakukan oleh Intan Hayati HK. (2014), dengan

judul “Pengaruh teknik distraksi dan relaksasi nafas dalam terhadap

Tingkat Nyeri Pada Pasien Post Operasi”, didapatkan bahwa pemberian

teknik distraksi dan relaksasi yang dilakukan 1 jam sebelum pemberian

analgesik atau 7-8 jam setelah pemberian terapi ketorolak didapatkan hasil

terdapat pengaruh terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien Post

Operasi Di rumah Sakit Imannuel Bandung.


36

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode

pendekatan studi kasus. Studi kasus ini bertujuan untuk memperoleh gambaran

tentang studi keadaan secara objektif tentang asuhan keperawatan pada klien

Post Operasi Struma Nodusa Non Toksik dalam pemenuhan kebutuhan Rasa

Nyaman di Ruang Melati RSUD Kota Kendari tahun 2021.

B. Subjek Studi Kasus

Subyek dalam studi kasus ini adalah individu dengan Post Operasi Struma

Nodusa Non Toksik yang mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan

rasa nyaman sebanyak satu orang yang di rawat di Ruang Melati RSUD Kota

Kendari dengan kriteria subyek sebagai berikut :

1. Kriteria Inklusi

a. Klien bersedia menjadi responden

b. Klien yang sedang menjalani perawatan

c. Klien dengan diagnosa medis Post Operasi Struma Nodusa Non Toksik

d. Klien dengan skala nyeri sedang (4-6)

e. Klien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman yang

berada di Ruang Melati RSUD Kota Kendari.

2. Kriteria Eksklusi

a. Klien menolak di jadikan subyek penelitian dan tidak kooperatif

b. Klien dengan skala nyeri ringan (1-3), berat (7-9), dan sangat berat (10).

c. Klien pulang sebelum 5 hari perawatan


37

d. Klien yang tidak mengalami masalah pemenuhan kebutuhan rasa

nyaman pada kasus Post Operasi Struma Nodusa Non Toksik.

C. Fokus Studi

Fokus studi pada penelitian ini adalah pelaksanaan asuhan keperawatan

pada klien Post Operasi Struma Nodusa Non Toksik dengan gangguan

pemenuhan kebutuhan rasa nyaman.

D. Definisi Operasional

1. Struma Nodusa Non Toksik yang dimaksud dalam studi kasus ini adalah

pasien yang didiagnosis oleh dokter dengan struma nodusa non toksik yang

didapatkan dari hasil pemeriksaan fisik yang di tandai dengan kesulitan

menelan, kesulitan bernafas,dan rasa tidak nyaman di area leher.

2. Post Operasi Struma Nodusa Non Toksik yang di maksud dalam studi kasus

ini adalah pasien yang telah menjalani operasi pembedahan untuk

menghilangkan nodul melalui suatu insisi pembedahan pada leher.

3. Kebutuhan rasa nyaman yang dimaksud dalam studi kasus ini merupakan

suatu keadaan dimana individu merasa lega dan terbebas dari rasa yang

tidak menyenangkan yang merupakan tujuan diberikannya asuhan

keperawatan pada seorang pasien.

4. Nyeri yang dimaksud pada studi kasus ini adalah keadaan dimana pasien

Post Operasi Struma Nodusa Non Toksik merasakan ketidaknyamanan

berupa sensasi menyakitkan atau rasa sakit pada area luka operasi.

5. Skala nyeri sedang yang di maksud pada penelitian ini merupakan

ungkapan keluhan pasien kepada peneliti secara langsung selama

pengkajian keperawatan dimana klien dapat menceritakan nyerinya dengan


38

menggunakan skala 4-6.

6. Teknik relaksasi nafas dalam yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

jenis dari terapi relaksasi yang diajarkan kepada pasien Post Operasi

Struma Nodusa Non Toksik dengan cara menarik nafas dalam, bernafas

perlahan (memaksimalkan menahan inspirasi), dan menghembuskan nafas

secara perlahan dengan tujuan untuk mendapatkan kenyamanan dan

mengurangi nyeri.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini menggunakan lembar

instrumen pengkajian keperawatan medikal bedah (KMB). lembar instrumen

pengkajian keperawatan medikal bedah (KMB) adalah format pengkajian yang

digunakan oleh perawat untuk memperoleh data secara umum.

F. Tempat dan Waktu Studi Kasus

1. Tempat penelitian ini telah dilaksanakan di Ruang Melati RSUD Kota

Kendari.

2. Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 22 sampai 26 Februari

tahun 2021.

G. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan adalah data primer dan

data sekunder. Data primer adalah data yang di peroleh langsung dari klien atau

keluarga berdasarkan format pengkajian asuhan keperawatan yang di dapat

secara langsung dari hasil observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik dengan

responden. Sedangkan data sekunder diperoleh peneliti dari status klien dan

rekam medik di RSUD Kota Kendari.


39

H. Analisa Data dan Penyajian Data

Setelah dilakukan pengumpulan data dari responden, kemudian dilakukan

analisa data dari hasil observasi, wawancara dan lain-lain. Setelah di analisa

data tersebut kemudian melakukan penyajian data. Penyajian data dalam

penelitian ini disajikan secara narasi atau terstruktur disertai dengan ungkapan

verbal dari subyek studi sebagai data pendukung.

I. Etika Penelitian

Menurut Nursalam (2011), dalam melakukan penelitian, penulis

menekankan masalah etika yang meliputi:

1. Informed consent (lembar persetujuan)

Lembar persetujuan ini diberikan pada subyek yang akan diteliti.

Responden harus memenuhi kriteria. Lembar informed consent harus

dilengkapi dengan judul penelitian. Bila subyek menolak, maka peneliti

tidak boleh memaksa dan harus tetap menghormati hak-hak subyek.

2. Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti akan mencantumkan nama

responden, tetapi pada lembar tersebut diberikan kode.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya

kelompok data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.

4. Justice (keadilan)

Prinsip yang terkandung dalam bioetik, berlaku adil dan tidak

membeda-bedakan perlakuan pada setiap responden.


40

5. Beneficence (bermanfaat bagi pasien)

Prinsip bioetik dimana seseorang peneliti melakukan suatu tindakan

yang menguntungkan responden.

6. Autonomy

Prinsip menghormati hak-hak responden, terutama hak otonomi

responden untuk memutuskan tindakan yang akan diberikan.

7. Nonmaleficience (terhindar dari cedera)

Prinsip menghindari terjadinya kerusakan atau prinsip moral yang

melarang tindakan yang memperburuk keadaan pasien.


BAB IV
HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Studi Kasus

1. Pengkajian

Pengkajian pada kasus ini diperoleh melalui observasi langsung,

pemeriksaan fisik, catatan medik maupun catatan perawat yang dilakukan

pada tanggal 22 Februari 2021 jam 15.00 WITA di Ruang Melati, kamar

C2 RSUD Kota Kendari dengan Nomor rekam medis 22-16-57, dari

pengkajian tersebut didapatkan hasil sebagai berikut ini:

a. Identitas

1) Klien

Nama Lengkap : Nn. H

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur/Tanggal Lahir : 26 tahun/ Teteona, 05 Mei 1994

Status perkawinan : Belum menikah

Agama : Islam

Suku : Tolaki

Pendidikan : DIII

Pekerjaan : Belum bekerja

Pendapatan :-

Tanggal Masuk RS : 20 Februari 2021

Diagnosa medis : Post Operasi Struma Nodusa Non Toksik

Sumber Informasi : Klien dan Keluarga klien

2) Penanggung jawab

41
42

Nama : Ny. H

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 70 tahun

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : Desa Ambuuwiu Kec. Wonggeduku Barat

Kab. Konawe

Hubungan dengan klien : Ibu

b. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan Utama : Klien belum bisa diajak untuk berbicara.

2) Riwayat Keluhan Utama :

Klien dibawa oleh keluarganya ke RSUD Kota Kendari pada

tanggal 20 Februari 2021 melalui poliklinik bedah dengan keluhan

adanya benjolan di leher depan di sebelah kanan, benjolan tersebut

muncul sekitar 1 tahun yang lalu. dari hasil pemeriksaan dokter

mendiagnosa klien dengan Struma Nodusa Non Toksik, dokter

menyarankan untuk di lakukan tindakan operasi. Setelah dilakukan

pemeriksaan klien kemudian datang ke Ruang Melati pada jam 17.00

WITA dan diberi terapi obat infus RL 20 tetes/menit, dan klien di

anjurkan untuk berpuasa. Pada tanggal 21 februari 2021 klien dioperasi

pada jam 09.00 WITA. Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 22

februari 2021 jam 15.00 di ruang melati, klien terlihat meringis saat

bergerak sedikit, klien menunjuk skala nyeri 6 (sedang) dari 10 dengan

menggunakan Numeric rating scale, Nyeri disebabkan karena luka post

operasi tiroidektomi pada daerah bagian leher, klien mengisyaratkan


43

nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk, sehingga membuat klien menjadi

gelisah. Saat ini klien sedang menjalani perawatan hari pertama di

ruang melati.

a) Penyebab/faktor pencetus : Nyeri disebabkan karena luka post

operasi tiroidektomi pada daerah

bagian leher

b) Sifat keluhan : Klien mengisyaratkan nyeri yang

dirasakan seperti tertusuk-tusuk

c) Lokasi dan penyebarannya : Pada daerah bagian leher

d) Skala keluhan : Klien menunjuk skala nyeri 6

(sedang) dari 10 dengan

menggunakan Numeric rating scale

e) Mulai dan lamanya keluhan : Saat bergerak sedikit.

c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

1) Apakah menderita penyakit yang sama : Keluarga klien mengatakan

klien tidak pernah menderita penyakit yang sama dan belum pernah

di rawat di rumah sakit sebelumnya serta klien belum pernah

mengalami pembedahan.

2) Riwayat alergi : keluarga klien mengatakan klien tidak memiliki

riwayat alergi terhadap obat-obatan, minuman, maupun makanan.

3) Kebiasaan/ketergantungan terhadap zat : keluarga klien mengatakan

klien mempunyai kebiasaan minum teh 2 kali sehari pada pagi dan

sore hari, namun klien tidak memiliki kebiasaan minum kopi,

minum alkohol, dan tidak merokok.


44

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

1) Genogram

Gambar 4.1 Genogram 3 Generasi

Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
X : Meninggal

? : Umur tidak diketahui


------ : Tinggal serumah
: Garis perkawinan

: Garis keturunan

2) Riwayat kesehatan anggota keluarga

Keluarga klien mengatakan bahwa di dalam keluarganya tidak

ada yang pernah mengalami penyakit seperti yang diderita klien, dan

keluarga tidak memiliki riwayat penyakit menular di dalam

keluarga.

e. Pemeriksaan fisik

1) Pemeriksaan umum didapatkan keadaan umum klien lemah.

2) Tanda-tanda vital

a) Tekanan darah : 120/80 mmHg

b) Nadi : 88 x/menit

c) Suhu : 36,6oC
45

d) Pernafasan : 20 x/menit.

3) Kepala

a) Bentuk kepala : Simetris kanan dan kiri

b) Keadaan kulit kepala : Kulit kepala tampak bersih

c) Nyeri kepala / pusing : Tidak ada nyeri kepala ataupun pusing

d) Distribusi rambut : Warna rambut tampak hitam dan

tumbuh merata baik

e) Rambut mudah tercabut : Rambut tidak mudah teracabut

f) Benjolan dan Alopesia : Tidak ada benjolan dan alopesia

4) Mata

a) Kesimetrisan : Nampak simetris antara kanan dan kiri

b) Edema kelopak mata : Tidak tampak edema pada kelopak

mata

c) Ptosis : Tidak ada

d) Sklera : Tampak putih dan tidak ikterus

e) Konjungtiva : Terlihat pucat

f) Ketajaman penglihatan : Dapat melihat dengan jelas dan tidak

menggunakan kaca mata

g) Pergerakan bola mata : Normal dapat bergerak ke segala arah

h) Lapang pandang : Baik

i) Diplopia : Tidak ada

j) Nyeri : Tidak ada nyeri tekan pada kedua

mata
46

5) Telinga

a) Kesimetrisan : Simetris antara kanan dan kiri

b) Sekret : Tidak ada

c) Serumen : Tidak ada serumen pada telinga

d) Ketajaman pendengaran : Baik

e) Tinnitus : Tidak ada

f) Nyeri : Tidak terdapat nyeri pada telinga

6) Hidung

a) Kesimetrisan : Simetris

b) Perdarahan : Tidak tampak perdarahan pada hidung

c) Sekresi : Tidak ada sekresi

d) Fungsi penciuman : Baik dapat mencium bau dan aroma

e) Nyeri : Tidak terdapat nyeri tekan pada hidung

7) Mulut

a) Fungsi berbicara : Klien belum bisa diajak berbicara

b) Kelembaban bibir : Tampak kering

c) Mukosa : Mukosa bibir tampak kering

d) Warna lidah : Warna lidah merah mudah dan bersih

e) Kebersihan lidah : Tampak bersih

f) Bau mulut : Tidak ada bau mulut

g) Kelengkapan gigi : Gigi lengkap tidak menggunakan gigi

palsu

h) Karies : Terdapat karies pada gigi


47

8) Leher

a) Mobilitas leher : Pergerakan leher terbatas

b) Pembesaran kel. Tiroid : Pemeriksaan kelenjar tiroid tidak di

lakukan karena klien telah di lakukan

tindakan pembedahan

c) Pelebaran vena jugularis : Tidak ada pelebaran vena jugularis

d) Lain-lain : - Terdapat luka operasi yang terbalut

dengan kassa

− Terpasang drain di leher sebelah

kanan.

9) Thoraks

Paru-Paru

a) Bentuk dada : Simetris

b) Pengembangan dada : Normal

c) Retraksi dinding dada : Tidak ada retraksi dinding dada

d) Tanda jejas : Tidak ada

e) Taktil fremitus : Tidak ada

f) Massa : Tidak teraba adanya massa

g) Dispnea : Klien tidak mengalami dispnea atau

(sesak nafas)

h) Perkusi thoraks : Terdengar suara sonor

i) Suara nafas : Vesikular

j) Bunyi nafas tambahan : Tidak terdengar bunyi nafas tambahan

k) Nyeri dada : Tidak terdapat nyeri tekan pada dada


48

Jantung

a) Iktus kordis : Tidak teraba

b) Nyeri dada : Tidak ada nyeri tekan pada dada

c) Palpitasi : Tidak ada palpitasi

d) Suara jantung : Normal, terdengar lupdup

10) Abdomen

a) Warna kulit : Sawo matang

b) Distensi abdomen : Tidak ada pembesaran abdomen

c) Ostomy : Tidak terdapat bekas luka

d) Tanda jejas : Tidak ada

e) Perkusi abdomen : Suara perkusi timpani

f) Massa : Tidak ada

g) Nyeri tekan : Tidak ada nyeri tekan pada perut

11) Payudara

a) Kesimetrisan : Simetris kanan dan kiri

b) Massa : Tidak ada

c) Nyeri : Tidak ada

12) Pengkajian sistem saraf

a) Tingkat kesadaran : Composmentis (normal)

b) Koordinasi : Baik

c) Memori : Baik

d) Orientasi : Baik

e) Keseimbangan : Seimbang

f) Kelumpuhan : Tidak terjadi kelumpuhan


49

g) Gangguan sensasi : Tidak ada gangguan sensasi

h) Kejang-kejang : Tidak ada

i) Refleks tendon ( Refleks fisiologis):

(1) Biseps : Baik

(2) Trisep : Baik

(3) Brakhioradialis : Baik

(4) Lutut : Baik

(5) Achiles : Baik

13) Pemeriksaan ekstremitas

a) Warna kulit : Sawo matang

b) Purpura / ekimosis : Tidak ada

c) Atropi / hipertropi : Tidak terdapat atropi maupun

hipertropi

d) Lesi : Tidak ada

e) Luka : Tidak ada

f) Deformitas : Tidak ada deformitas sendi

g) Tremor : Tidak ada

h) Varises : Tidak ada

i) Edema : Tidak ada

j) Turgor kulit : Elastis

k) Kelembaban kulit : Lembab

l) Capillary Refilling Time (CRT) : Kembali < 3 detik

m) Pergerakan : Normal
50

n) Kekakuan sendi : Tidak ada kekakuan pada sendi

ataupun tulang

o) Kekuatan otot : Normal

p) Nyeri : Tidak ada

q) Diaphoresis : Tidak ada

f. Pengkajian Kebutuhan Dasar

1) Pengkajian kebutuhan Kenyamanan :

a. Keluhan nyeri : Klien belum bisa diajak untuk berbicara,

tetapi saat dilakukan pengkajian klien

terlihat meringis.

b. Pencetus nyeri : Nyeri disebabkan karena luka post operasi

tiroidektomi pada daerah bagian leher.

c. Karakteristik nyeri : Klien mengisyaratkan nyeri yang dirasakan

seperti tertusuk-tusuk

d. Intensitas nyeri :-

e. Durasi nyeri :-

g. Program Terapi Yang Diberikan

Terapi medis yang diberikan antara lain Infuse RL 20 tetes/menit,

Ceftriaxon 2x1 gr/IV /12 jam dan Ketorolak 3x1 amp/IV / 8 jam.
51

h. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium Nn.H pada tanggal 20 Februari 2021.

Tabel. 4.1 Pemeriksaan Laboratorium


Hasil Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
MON# 0.53 0.0-0.9 103/uL
EOS# 0.22 0.0-0.9 103/uL
BAS# 0.07 0.0-0.2 103/uL
PCT 0.220 0.10-0.40 %

1. Diagnosa Keperawatan

a. Klasifikasi Data

Tabel. 4.2 Klasifikasi Data


No Data Masalah
1. DS : Nyeri
− Klien belum bisa diajak untuk berbicara akut
DO:
− Keadaan umum lemah
− Kesadaran composmentis
− Klien tampak meringis menahan nyeri
− Klien nampak gelisah ketika nyeri timbul
− Nampak terdapat luka terbalut kassa di leher
dan terpasang drain disebelah kanan
− Terapi obat Ceftriaxon 2 x 1 gr /IV /12 jam
dan Ketorolak 3 x 1 amp/IV /8 jam
− Tanda-tanda vital:
TD :120/80 mmHg N :88x/menit
S :36,6oC P : 20x/menit
52

b. Analisa Data
Tabel. 4.3 Analisa Data
Data Etiologi Masalah
DS :
− Klien belum bisa diajak untuk berbicara Agen Nyeri Akut
DO: pencedera
−Keadaan umum lemah fisik
−Kesadaran composmentis
−Klien tampak meringis menahan nyeri
−Klien nampak gelisah ketika nyeri timbul Tindakan
−Nampak terdapat luka terbalut kassa di Operasi
leher dan terpasang drain disebelah kanan
− Terapi obat Ceftriaxon 2 x 1 gr /IV / 12 jam
dan Ketorolak 3 x 1 amp/IV / 8 jam Luka insisi
− Tanda-tanda vital:
TD :120/80 mmHg N :88x/menit
S :36,6 Co
P :20x/menit Terputusnya
kontinuitas
jaringan

Merangsang
tubuh
mengeluarkan
bradikinin,
histamin dan
prostaglandin

Nyeri akut

c. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang Peneliti tegakkan sesuai dengan

prioritas yang di alami pasien yaitu:

1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen Pencedera Fisik.


53

2. Intervensi Keperawatan

Nama Klien : Nn.H

Umur : 26 tahun

No. Rekam Medik : 22-16-57

Tabel. 4.4 Intervensi Keperawatan


Diagnosa Luaran
No Intervensi Keperawatan
Keperawatan Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
pencedera fisik tindakan keperawatan Tindakan
ditandai dengan: selama 5x24 jam Observasi
− Keadaan umum maka Tingkat nyeri a. Identifikasi lokasi,
lemah menurun dengan karakteristik, durasi,
− Kesadaran kriteria hasil: frekuensi, kualitas,
composmentis 1. Keluhan nyeri dari intensitas nyeri, skala
− Klien tampak meningkat (1) nyeri.
meringis menjadi menurun b. Identifikasi respon nyeri
menahan nyeri (5) non verbal
− Klien nampak 2. Meringis dari Terapeutik
gelisah ketika meningkat (1) a. Berikan teknik non
nyeri timbul menjadi menurun farmakologis untuk
− Nampak (5) mengurangi rasa nyeri
terdapat luka 3. Gelisah dari Edukasi
terbalut kassa di meningkat (1) a. Jelaskan penyebab,
leher dan menjadi menurun periode, dan pemicu nyeri.
terpasang drain (5) Kolaborasi
disebelah kanan a. Kolaborasi pemberian
analgesik.

4. Implementasi Keperawatan

Tabel. 4.5. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


No Hari/Tanggal Jam Implementasi Evaluasi
1 Senin 15.00 1. Mengidentifikasi lokasi, S:
22-02-2021 karakteristik, durasi, − Klien belum bisa Klien
frekuensi, kualitas, belum bisa untuk diajak
intensitas nyeri, skala berbicara tetapi saat
nyeri. dilakukan pengkajian
Hasil : klien terlihat meringis.
− Klien belum bisa − Nyeri disebabkan karena
untuk diajak luka post operasi
54

berbicara tetapi saat tiroidektomi pada daerah


dilakukan pengkajian bagian leher.
klien terlihat − Klien mengisyaratkan
meringis. nyeri yang dirasakan
− Nyeri disebabkan seperti tertusuk-tusuk
karena luka post − Klien menunjuk skala
operasi tiroidektomi nyeri 6 (sedang) dari 10
pada daerah bagian dengan menggunakan
leher. Numeric rating scale.
− Klien O:
mengisyaratkan − Keadaan umum lemah
nyeri yang dirasakan − Kesadaran composmentis
seperti tertusuk- − Klien tampak meringis
tusuk menahan nyeri
− Klien menunjuk − Klien nampak gelisah
skala nyeri 6 ketika nyeri timbul
(sedang) dari 10 − Nampak terdapat luka
dengan terbalut kassa di leher dan
menggunakan terpasang drain disebelah
Numeric rating scale. kanan.
15.20 2. Mengidentifikasi respon − Terapi obat Ceftriaxon 2
nyeri non verbal x 1 gr /IV / 12 jam dan
Hasil : Ketorolak 3 x 1 amp/IV /
− Klien tampak 8 jam
meringis menahan − TTV :
nyeri TD:120/80 mmHg
− Klien nampak N : 88x/menit
gelisah ketika nyeri S : 36,5oC
timbul P : 20x/menit
15.40 3. Memberikan teknik non A : Masalah belum teratasi
farmakologis berupa P: Intervensi 1,2,3,4, dan 5
teknik relaksasi nafas di lanjutkan.
dalam untuk mengurangi
rasa nyeri
Hasil :
− Di berikan terapi
sebanyak 6x
16.30 4. Menjelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri.
Hasil:
− Keluarga dan klien
belum mengerti
mengenai pemicu
nyeri yang dirasakan
klien.
5. Mengkolaborasi
pemberian analgesik
55

Hasil :
17.00 a. Ceftriaxon 2 x 1 gr
/IV / 12 jam
21.00 b. Ketorolak 3 x 1
amp/IV / 8 jam
2 Selasa 15.20 1. Mengidentifikasi lokasi, S:
23-02-2021 karakteristik, durasi, − Klien belum bisa untuk
frekuensi, kualitas, diajak berbicara tetapi saat
intensitas nyeri, skala dilakukan pengkajian
nyeri. klien terlihat meringis.
Hasil : − Nyeri disebabkan karena
− Klien belum bisa luka post operasi
untuk diajak tiroidektomi pada daerah
berbicara tetapi saat bagian leher.
dilakukan pengkajian − Klien mengisyaratkan
klien terlihat nyeri yang dirasakan
meringis. seperti tertusuk-tusuk
− Nyeri disebabkan − Klien menunjuk skala
karena luka post nyeri 6 (sedang) dari 10
operasi tiroidektomi dengan menggunakan
pada daerah bagian Numeric rating
leher. scale.Klien mengatakan
− Klien O:
mengisyaratkan nyeri − Keadaan umum lemah
yang dirasakan − Kesadaran composmentis
seperti tertusuk-tusuk − Klien tampak meringis
− Klien menunjuk menahan nyeri
skala nyeri 6 − Klien nampak gelisah
(sedang) dari 10 ketika nyeri timbul
dengan − Nampak skala nyeri
menggunakan sedang
Numeric rating scale. − Nampak terdapat luka
15.30 2. Mengidentifikasi respon terbalut kassa di leher dan
nyeri non verbal terpasang drain disebelah
Hasil : kanan
− Klien tampak − Terapi Ceftriaxon 2 x 1 gr
meringis menahan /IV / 12 jam dan
nyeri Ketorolak 3 x 1 amp/IV /
− Klien nampak 8 jam.
gelisah ketika nyeri − TTV :
timbul TD:120/80 mmHg
15.40 3. Memberikan teknik non N : 80x/menit
farmakologis berupa S : 36,6oC
teknik relaksasi nafas P : 20x/menit
dalam untuk mengurangi A : Masalah belum teratasi
rasa nyeri P: Intervensi 1,2,3,4, dan 5
Hasil : di lanjutkan.
56

− Di berikan terapi
16.30 sebanyak 4x
4. Menjelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri.
Hasil:
− Keluarga dan klien
mengerti dengan
penjelasan perawat
mengenai penyebab
serta pemicu dari
nyeri yang di
rasakan klien.
5. Mengkolaborasi
pemberian analgesik
17.00 Hasil :
a. Ceftriaxon 2 x 1
21.00 gr/IV /12 jam dan
b. Ketorolak 3 x 1
amp/IV / 8 jam
3 Rabu 15.25 1. Mengidentifikasi lokasi, S:
24-02-2021 karakteristik, durasi, − Klien belum bisa untuk
frekuensi, kualitas, diajak berbicara tetapi
intensitas nyeri, skala saat dilakukan pengkajian
nyeri. klien terlihat meringis.
Hasil : − Nyeri disebabkan karena
− Klien belum bisa untuk luka post operasi
diajak berbicara tetapi tiroidektomi pada daerah
saat dilakukan bagian leher.
pengkajian klien terlihat − Klien mengisyaratkan
meringis. nyeri yang dirasakan
− Nyeri disebabkan karena seperti tertusuk-tusuk
luka post operasi − Klien menunjuk skala
tiroidektomi pada daerah nyeri 4 (sedang) dari 10
bagian leher. dengan menggunakan
− Klien mengisyaratkan Numeric rating scale
nyeri yang dirasakan O:
seperti tertusuk-tusuk − Keadaan umum lemah
− Klien menunjuk skala − Kesadaran composmentis
nyeri 4 (sedang) dari 10 − Klien tampak meringis
dengan menggunakan menahan nyeri
Numeric rating scale. − Klien nampak gelisah
15.35 2. Mengidentifikasi respon ketika nyeri timbul
nyeri non verbal − Nampak skala nyeri
Hasil : sedang
− Klien tampak − Nampak terdapat luka
meringis menahan terbalut kassa di leher dan
nyeri
57

− Klien nampak terpasang drain disebelah


gelisah ketika nyeri kanan
timbul − Terapi obat Ceftriaxon 2
16.10 3. Memberikan teknik non x 1 gr /IV / 12 jam dan
farmakologis berupa Ketorolak 3 x 1 amp/IV
teknik relaksasi nafas /8 jam.
dalam untuk mengurangi − TTV :
rasa nyeri TD:120/70 mmHg
Hasil : N : 80x/menit
− Di berikan terapi S : 36 oC
sebanyak 5x P : 20x/menit
16.40 4. Menjelaskan penyebab, A : Masalah belum teratasi
periode dan pemicu P: Intervensi 1,2,3,4, dan 5
nyeri. di lanjutkan.
Hasil:
− Nampak keluarga
dan klien mengerti
dengan penjelasan
perawat.
5. Mengkolaborasi
pemberian analgesik
Hasil :
17.00 a. Ceftriaxon 2 x 1 gr
/IV /12 jam dan
21.00 b. Ketorolak 3 x 1
amp/IV / 8 jam
4 Kamis 09.10 1. Mengidentifikasi lokasi, S:
25-02-2021 karakteristik, durasi, − Klien mengatakan nyeri
frekuensi, kualitas, pada daerah Post Operasi
intensitas nyeri, skala mulai berkurang.
nyeri. − Klien mengatakan nyeri
Hasil : yang dirasakan di leher
− Klien mengatakan depan sebelah kanan
nyeri pada daerah − Klien mengatakan nyeri
post operasi mulai seperti tertusuk-tusuk
berkurang − Klien mengatakan skala
− Klien mengatakan nyeri 3
nyeri yang dirasakan − Klien mengatakan
di leher depan nyerinya hilang timbul.
sebelah kanan O:
− Klien mengatakan − Keadaan umum sedang
nyeri seperti − Kesadaran composmentis
tertusuk-tusuk − Wajah klien nampak
− Klien mengatakan rileks
skala nyeri 3 − Klien tidak lagi gelisah
− Klien mengatakan − Nampak skala nyeri
nyerinya hilang ringan
timbul
58

09.30 2. Mengidentifikasi respon − Nampak terdapat luka


nyeri non verbal terbalut kassa di leher.
Hasil : − Terapi obat Ceftriaxon 2
− Wajah klien nampak x 1 gr /IV /12 jam dan
rileks Ketorolak 3 x 1 amp/IV
− Klien tidak lagi /8 jam.
gelisah − TTV :
10.15 3. Memberikan teknik non TD:110/80 mmHg N:
farmakologis berupa 80x/menit
teknik relaksasi nafas S : 36,5oC
dalam untuk mengurangi P : 20x/menit
rasa nyeri A:
Hasil : Masalah belum teratasi
− Di berikan terapi P:
sebanyak 3x Intervensi 1,2,3,4, dan 5 di
4. Mengkolaborasi lanjutkan.
pemberian analgesik
Hasil :
a. Ceftriaxon 2 x 1 gr
/IV /12 jam
13.00 b. Ketorolak 3 x 1
amp/IV /8 jam.
5 Jum’at 09.30 1. Mengidentifikasi lokasi, S:
26-02-2021 karakteristik, durasi, − Klien mengatakan nyeri
frekuensi, kualitas, pada daerah Post Operasi
intensitas nyeri, skala sudah berkurang.
nyeri. − Klien mengatakan skala
Hasil : nyeri 2.
− Klien mengatakan O:
nyeri pada daerah − Keadaan umum baik
Post Operasi sudah − Kesadaran composmentis
berkurang. − Ekspresi wajah klien
− Klien mengatakan nampak rileks
skala nyeri 2 − Klien tidak lagi gelisah
09.45 2. Mengidentifikasi respon − Nampak skala nyeri
nyeri non verbal. ringan
Hasil : − Nampak terdapat luka
− Ekspresi wajah klien terbalut kassa di leher.
nampak rileks − Terapi obat Ceftriaxon 2
− Klien tidak lagi x 1 gr /IV /12 jam dan
gelisah Ketorolak 3 x 1 amp/IV
10.30 3. Memberikan teknik non /8 jam.
farmakologis berupa − TTV :
teknik relaksasi nafas TD:110/70 mmHg
dalam untuk mengurangi N : 80x/menit
rasa nyeri S : 36,5oC
Hasil : P : 20x/menit
59

− Di berikan terapi A : Masalah teratasi


sebanyak 3x P: Intervensi 1,2,3,4, dan 5
4. Mengkolaborasi dihentikan (pasien pulang).
pemberian analgesik
Hasil :
a. Ceftriaxon 2 x 1 gr
13.00 /IV /12 jam
b. Ketorolak 3 x 1
amp/IV /8 jam.

B. Pembahasan

Pada bagian ini Peneliti akan membahas perbandingan antara teori dan

kasus yang ditemukan selama melakukan asuhan keperawatan pada Nn.H

dengan Post Operasi Struma Nodusa Non Toksik dengan gangguan

pemenuhan kebutuhan rasa nyaman di Ruang perawatan RSUD Kota Kendari,

sesuai dengan tahapan dalam proses keperawatan yang terdiri dari

pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, impelementasi dan evaluasi.

1. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan pada Nn.H dengan Post Operasi Struma

Nodusa Non Toksik menggunakan teknik wawancara, observasi, dan

pemeriksaan fisik.

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Sdwijo tahun 2015

mengatakan bahwa pengkajian pada penderita Post Operasi Struma

Nodusa Non Toksik didapatkan keluhan utama pada umumnya nyeri pada

luka post operasi, ekspresi wajah yang meringis serta gelisah karena

menahan rasa sakit. Adapun data pemeriksaan fisik yang ditemukan

menurut Sdwijo, 2015 yaitu umumnya keadaan penderita lemah dan

kesadarannya composmentis dengan tanda-tanda vital yang meliputi

tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu yang berubah. Pada pasien post
60

operasi Struma Nodusa Non Toksik di dapatkan luka operasi yang ditutup

dengan kassa steril yang direkatkan dengan hypafix dan terpasang drain.

Drain perlu di observasi dua sampai tiga hari. Biasanya pernafasan lebih

sesak akibat dari penumpukan sekret efek dari anestesi, didapatkan ekspresi

wajah yang tegang dan gelisah karena menahan sakit.

Sedangkan berdasarkan kasus dari hasil pengkajian penelitian

Pada Nn.H di hari pertama sampai hari ketiga, klien belum bisa di ajak

untuk berbicara akibat dari tindakan pembedahan, Saat dilakukan

pengkajian pada tanggal 22 februari 2021 jam 15.00 di ruang melati, klien

terlihat meringis saat bergerak sedikit, klien menunjuk skala nyeri 6

(sedang) dari 10 dengan menggunakan Numeric rating scale, Nyeri

disebabkan karena luka post operasi tiroidektomi pada daerah bagian leher,

klien mengisyaratkan nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk, sehingga

membuat klien menjadi gelisah. Hasil pemeriksaan fisik pada klien di

temukan keadaan umum klien lemah, tingkat kesadaran sadar penuh

(composmentis), Tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi:88x/menit, Suhu

36,6oC, Pernafasan: 20x/menit, fokus pemeriksaan pada leher di dapatkan

pergerakan leher terbatas, pemeriksaan kelenjar tiroid tidak di lakukan

karena klien telah di lakukan tindakan pembedahan, tidak ada pelebaran

vena jugularis, terdapat luka operasi yang terbalut dengan kassa, serta

terpasang drain di leher sebelah kanan.

Dari hasil perbandingan antara teori dengan kasus maka

ditemukan kesenjangan. Dimana ada beberapa tanda dan gejala yang ada

pada teori tetapi tidak ditemukan pada kasus seperti kadang mengalami
61

sesak napas. Alasan ditemukan kesenjangan antara teori dengan kasus

karena respon tubuh seseorang berbeda-beda terhadap stimulus yang

didapatkan.

2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Herdman & Kamitsuru,

berdasarkan diagnosis keperawatan SDKI, 2017 tentang diagnosa

keperawatan pada penyakit Post Operasi Struma Nodusa Non Toksik

yaitu:

1. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Pencedera Fisik

2. Risiko infeksi berhubungan dengan Efek Prosedur Invasif.

Sedangkan berdasarkan kasus dari hasil pengkajian dan analisa data

pada Nn.H, diagnosa yang di temukan peneliti yaitu Nyeri Akut

berhubungan dengan Agen Pencedera Fisik.

Dari hasil perbandingan antara teori dengan kasus maka ditemukan

kesenjangan. Ada 2 diagnosa pada teori tetapi tidak ditemukan pada

kasus yaitu Risiko infeksi berhubungan dengan Efek Prosedur Invasif.

Diagnosa ini tidak diangkat dalam kasus karena saat dikaji klien tidak

menunjukkan data yang mendukung dalam penegakan diagnosa tersebut

dimana klien tidak mengalami demam, bengkak dan kemerahan pada

daerah luka operasi.

Peneliti menetapkan diagnosa prioritas utama Nyeri Akut

berhubungan dengan Agen Pencedera Fisik. Diagnosa ini diangkat dalam

kasus karena saat klien dikaji ditemukan data yang mendukung dalam
62

penegakan diagnosa tersebut dimana klien tampak meringis menahan

nyeri, nampak gelisah ketika nyeri timbul.

Peneliti mengangkat diagnosa keperawatan Nyeri Akut

berhubungan dengan Agen Pencedera Fisik, sebagai prioritas diagnosa

utama karena menurut teori hierarki kebutuhan dasar manusia menurut

Maslow adalah salah satu kebutuhan kenyamanan yang sangat mendasar

dan mutlak yang harus dipenuhi untuk kelangsungan hidup manusia. Jika

tidak segera ditangani akan mengganggu aktivitas dan akan menimbulkan

rasa tidak nyaman pasien. (Saputra, 2013).

3. Intervensi Keperawatan
Rencana keperawatan disusun berdasarkan konsep teori yang

telah diperoleh untuk diterapkan secara aktual pada pasien Nn. H dengan

Post Operasi Struma Nodusa Non Toksik disesuaikan dengan kondisi

aktual yang ditemukan yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 5 x 24 jam maka tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil klien

mengatakan nyeri menurun, meringis menurun, gelisah menurun. . Adapun

intervensi yang dilakukan pada hasil pengkajian terdiri dari observasi,

terapeutik , edukasi, dan kolaborasi. (Amin Huda, 2016).

Berdasarkan hasil penelitian ini Peneliti befikir bahwa teknik

relaksasi nafas dalam merupakan salah satu intervensi terapeutik yang

cukup efektif di lakukan dalam mengatasi masalah gangguan rasa nyaman

pada pasien Post Operasi Struma Nodusa Non Toksik. Mudahnya

Pelaksanaan dan tidak memerlukan biaya merupakan hal yang sebaiknya

dipertahankan untuk tetap menegakkan intervensi ini dalam pelaksanaan


63

asuhan keperawatan khususnya pada pasien dengan gangguan rasa

nyaman.

4. Implementasi
Pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan dilakukan selama 5 hari

sejak tanggal 22 februari 2021 sampai 26 februari 2021 yang disesuaikan

dengan kondisi klien yang telah disusun berdasarkan rencana tindakan

keperawatan berdasarkan teori (SIKI) meliputi: mengidentifikasi lokasi,

karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, skala nyeri,

mengidentifikasi respon nyeri non verbal, memberikan teknik non

farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri sesuai dengan tujuan asuhan

keperawatan yang dilakukan oleh peneliti, menjelaskan penyebab, periode,

dan pemicu nyeri serta mengkolaborasi pemberian analgesik. Sehingga

dalam tahapan implementasi penulis tidak menemukan kesenjangan

Antara teori dan tindakan keperawatan yang telah di lakukan.

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu proses yang berkelanjutan yang

digunakan untuk mengukur dan memonitor kondisi dan menilai apakah

masalah yang terjadi sudah teratasi seluruhnya, hanya sebagian, atau

bahkan belum teratasi semuanya. (Dinarti dan Mulyanti, 2017).

Setelah peneliti melakukan implementasi keperawatan yang

disesuaikan dengan kondisi klien dan kebutuhan perawatan salah satunya

tindakan terapeutik berupa teknik relaksasi nafas dalam yang dilakukan

pada klien Nn.H saat dirawat selama 5 hari, maka diperoleh evaluasi

keperawatan Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Pencedera Fisik


64

masalah nyerinya sudah teratasi pada tanggal 26 Februari 2021 karena

nyeri pada daerah post operasi yang dirasakan klien sudah berkurang,

Ekspresi wajah rileks, tidak lagi gelisah sehingga intervensi dihentikan

pada hari ke 5 karena klien pulang.

C. Keterbatasan Studi Kasus

Pada studi kasus ini Peneliti menemui hambatan sehingga menjadi

keterbatasan dalam penyusunan studi kasus ini. Beberapa keterbatasan ini

adalah:

1. Peneliti terbatas mendapatkan sumber-sumber buku referensi terbaru.

2. Peneliti tidak bisa melakukan observasi nyeri secara terus menerus sampai

24 jam.

3. Peneliti terbatas melakukan tindakan keperawatan teknik relaksasi nafas

dalam karena peneliti hanya bisa melakukan observasi 1 kali shift saja.

4. Peneliti tidak bisa mengontrol pemberian terapi obat.

5. Peneliti harus mengumpulkan data dan melakukan wawancara kepada

keluarga pasien dan pasien dengan waktu yang singkat sehingga membuat

peneliti mengalami kesulitan.

6. Peneliti mendapatkan kendala saat melakukan pengkajian di hari

pertama sampai hari ketiga, klien belum bisa di ajak untuk berbicara akibat

dari tindakan pembedahan.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan paparan fokus studi kasus dan pembahasan sebelumnya,

maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Hasil pengkajian penelitian pada Nn.H di hari pertama sampai hari

ketiga, klien belum bisa di ajak untuk berbicara akibat dari tindakan

pembedahan, klien terlihat meringis saat bergerak sedikit, klien

menunjuk skala nyeri 6 (sedang) dari 10 dengan menggunakan Numeric

rating scale, Nyeri disebabkan karena luka post operasi tiroidektomi

pada daerah bagian leher, klien mengisyaratkan nyeri dirasakan seperti

tertusuk-tusuk, sehingga membuat klien menjadi gelisah.

2. Pada tahap diagnosa keperawatan, peneliti menegakkan diagnosa

keperawatan yang didapatkan dari hasil pengkajian yang disesuaikan

dengan kondisi klien saat itu, kemudian di prioritaskan berdasarkan

kebutuhan dasar manusia menurut Maslow dan keluhan klien yang

dapat mengganggu kesehatan klien. Diagnosa yang diangkat pada Nn.

H berdasarkan data yang diperoleh yaitu nyeri akut berhubungan

dengan agen pencedera fisik.

3. Pada tahap perencanaan keperawatan, peneliti menyusun rencana

tindakan keperawatan pada Nn.H berdasarkan teori SDKI yang

disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi klien saat itu untuk

mengatasi masalah pada Nn.H dengan Post Operasi Struma Nodusa

Non Toksik.

61
62

4. Tahap impementasi keperawatan, Peneliti melakukan rencana tindakan

asuhan keperawatan yang sesuai pada Nn.H yang dibuat berdasarkan

teori SDKI, SLKI, dan SIKI sehingga kesenjangan dalam pelaksanaan

asuhan keperawatan tidak terjadi.

5. Pada tahap evaluasi keperawatan,setelah tindakan asuhan keperawatan

pada Nn.H dilakukan selama 5 hari dan hasil evaluasi pada hari terakhir

pada tanggal 26 Februari 2021 didapatkan hasil nyeri berkurang,

masalah nyeri akut yang dialami klien teratasi, dan intervensi di

hentikan karena klien pulang.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka peneliti memberi kan

beberapa saran:

1. Bagi Pasien dan Keluarga

Bagi pasien dan keluarga diharapkan mampu meningkatkan

kemampuan melakukan teknik relaksasi nafas dalam secara mandiri dalam

mengatasi masalah gangguan kebutuhan rasa nyaman.

2. Bagi pengembangan ilmu dan teknologi keperawatan

Diharapkan dapat meningkatkan ilmu pengetahuan di bidang

keperawatan khususnya dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman pada

pasien Post Operasi Struma Nodusa Non Toksik.

3. Bagi peneliti

Diharapkan bisa menambah pengalaman dan wawasan peneliti

dalam menerapkan tindakan keperawatan terapi relaksasi nafas dalam


63

sebagai tindakan mandiri dalam mengatasi gangguan kebutuhan rasa

nyaman pada pasien Post Operasi Struma Nodusa Non Toksik.


64

DAFTAR PUSTAKA

A. Aziz Alimul Hidayat, & Musrifatul Uliyah. (2016). Pengantar Kebutuhan


Dasar Manusia. 2nd edn. Edited by Tri Utami. Jakarta Selatan: Salemba
Medika.

Andarmoyo Sulistyo. (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri.


Yogyakarta: Ar-Ruzz.

Andina. (2017). Kebutuhan Dasar Manusia Teori Dan Aplikasi Dalam Praktek
Keperawatan Profesional, Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Armerinayanti, N. W. (2017). Goiter Sebagai Faktor Predisposisi


Karisinoma Tiroid. Warmadewa Medical Journal. 1 (2), 42.
https://doi.org/10.22225/wmj.1.2.27.42-50. Diakses pada tanggal
10 maret 2021.

Asmadi. (2013). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.

Assegaf K Syaugi, Dkk. (2015). Gambaran Eutiroid Pada Pasien Struma


Nodusa Non-Toksik Di Bagian Bedah RSUP Prof. Dr. R .D Kandou
Manado. Volume 3.

Budiono. (2016). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Pusdika SDM


Kesehatan.

Carpenito, Lynda Juall. (2016). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Ed.13.


Jakarta: EGC.

Damayanti, N. L. A., & Setiawan, I. G. B. (2017). Endemik Goiter. Jurnal


Goiter,18. https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/view/4265. Diakses
pada tanggal 20 Maret 2021.

Dinarti dan Mulyanti Y. (2017). Bahan Ajar Keperawatan : Dokumentasi


Keperawatan.Kemenkes RI. http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/11/Praktika-Dokumen-Keperawatan-Dafis.pdf.
Diakses tanggal 15 Maret 2021

Dinkes Kota Kendari. (2020). Profil Kesehatan Kota Kendari Tahun 2019.
Kendari

Haswita, & Reni Sulistyowati. (2017). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta


Timur : CV.Trans Info Media.

Herdman, H., & Kamitsuru, S. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan:


Definisi dan Klasifikasi 2018-2020 (M. Ester & W. Praptiani (eds.); 11
thed.). EGC.
65

James R Maulinda. MD., FACP (2018). MedScape. Goiter. https://emedicine.


Medscape.com/article/120034-overview#a6- diakses pada 24 Maret 2021.

Kozier, Erb, Berman, & Snyder. 2011. Buku Ajar Fundemantal Keperawatan
Konsep, Proses & Praktik (7 ed., Vol I). Jakarta: EGC.

LeMone, Priscilla., Burke, Karen. M., & Bauldoff, Gerene. (2016). Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Nur Intan Hayati HK. 2014. Pengaruh Tehnik Distraksi Dan Relaksasi Terhadap
Tingkat Nyer Pada Pasien Post Operasi Di Rumah Sakit Immanuel
Bandung: Jurnal Ilmu Kesehatan, Volume: 8, Nomor.2.

Nurarif, H. A & Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan


Penerapan Diagnosa Nanda, Nic, Noc dalam berbagai kasus. Jogjakarta:
medication.

Nurdin. (2019). Pengaruh Teknik Relaksasi terhadap Intensitas Nyeri pada


Pasien Post Operasi Fraktur di Ruang Irina A BLU RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado. Journal Unsrat. Vol 1 (1).

Nursalam. (2011). Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep Dan Praktik.


Jakarta: Salemba Medika.

Potter, A & Perry, A. (2012). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,


Proses, dan Praktik, Vol.2, Edisi 4. EGC, Jakarta.

Rahayuningrum, D. C. (2017). Perbedaan Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas


Dalam dan Kompres Hangat dalam Menurunkan Dismenorea pada Remaja
SMA Negeri 3 Padang. Jurnal Kesehatan Medika Saintika, 7(2), 73-84.

Rekam Medik dan SIRS RSUD Kota Kendari. (2020). Data Kasus Post Operasi
Struma Nodusa Non Toksik. Kendari.

Riskesdas. (2019). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia:


Departemen Kesehatan Indonesia.

Saputra, L. 2013. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Binarupa


Aksara Publisher.

Sdwijo. (2015). Asuhan keperawatan struma. Retrieved from


https://id.scribd.com/doc/59585865/ASUHAN-KEPERAWATANSTRUMA.

Setiadi. (2012). Konsep Dan Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan.


Yogyakarta : Graha Ilmu.

Smeltzer, & Bare. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
Suddarth. Jakarta: EGC.
66

Sudoyo, Aru W, dkk. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I Edisi VI.
Jakarta: Interna Publishing.

Tampatty, G. T. (2018). Profil Pemeriksaan Ultrasonografi Pada Pasien Struma


Di RSUP Prof. DR. R. D. Kandaou Manado Periode Januari 2018-Juni
2018.

Tarwoto dan Wartonah. 2011. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Tarwoto. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem


Endokrin.Jakarta: CV.Trans Info Media.

Tim Pokja SDKI PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia


Definisi Dan Indikator Diagnosis. Jakarta Selatan: DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia


Definisi Dan Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan: DPP PPNI.

Tim Pokja SLKI PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi
Dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan: DPP PPNI.

Tonacchera, M., Pinchera, A., & Vitty, P. (2016). Assesment of nodular goiter.
Journal of best practice & research clinical endocrinology and metabolism.
Pisa: Elsevier.

World Health Organization. (2020). Data Penyakit Terbanyak Di Dunia.

Zakiyah, A. 2015. Nyeri, Konsep dan Pelaksanaan Dalam Praktek Keperawatan


Berbasis Bukti. Jakarta Selatan: Salemba Medika.
Lampiran 1
Lampiran 2
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM

STANDAR TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM


OPERASIONAL
PROSEDUR
Pengertian Teknik relaksasi nafas dalam adalah suatu tindakan untuk
membebaskan mental dan fisik dari ketegangan dan stress
sehingga dapat meningkatkan toleransi terhadap efek nyeri
yang dirasakan.
Tujuan 1. Memberikan rasa nyaman
2. Memberikan efek rileks pada tubuh dan pikiran
3. Meningkatkan kualitas tidur
4. Melancarkan sirkulasi darah
5. Mengurangi keputusasaan, kecewa
Indikasi 1. Klien dengan kondisi cemas
2. Klien dengan rasa nyeri
3. Klien dengan ketegangan otot tubuh yang membutuhkan
keadaan rileks
4. Klien dengan gangguan kualitas tidur
Kontra indikasi -
Prosedur Tahap Pra Interaksi
Pelaksanaan 1. Membaca status pasien
2. Mencuci tangan
Tahap Orientasi
1. Memberikan salam terapeutik
2. Validasi kondisi pasien
3. Menjaga privasi pasien
4. Menjelaskan tujuan dan prosedur terapi yang akan
dilakukan kepada pasien dan keluarga
Tahap Kerja
1. Berikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya jika
ada yang kurang jelas
2. Ciptakan lingkungan yang tenang
3. Atur posisi pasien agar rileks tanpa beban fisik
4. Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru
dengan udara melalui hitungan 1, 2, 3.
5. perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil
merasakan ekstremitas atas dan bawah rileks.
6. Anjurkan pasien untuk bernafas dengan irama normal 3
kali.
7. menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan
melalui mulut secara perlahan-lahan.
8. Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks
9. Usahakan agar tetap konsentrasi/mata sambil terpejam
10. Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang nyeri
11. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa
berkurang.
12. Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat
setiap 5 kali.
13. Bila nyeri menjadi hebat, seseorang dapat bernafas
dangkal dan cepat.
Tahap terminasi
1. Evaluasi hasil kegiatan
2. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3. Akhiri kegiatan dengan baik
4. Cuci tangan
5. Dokumentasi
a. catat waktu pelaksanaan tindakan
b. catat respons pasien
Sumber: Nurdin (2019)
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9

Anda mungkin juga menyukai