Anda di halaman 1dari 114

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANEMIA DENGAN


KETIDAKEFEKTIFAN PERFUSI JARINGAN PERIFER

DI RUANG DAHLIA BRSUD TABANAN

I Komang Triadi Suryawan

(17E10016)

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

2020
KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANEMIA DENGAN


KETIDAKEFEKTIFAN PERFUSI JARINGAN PERIFER

DI RUANG DAHLIA BRSUD TABANAN

Karya tulis ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar
Ahli Madya Keperawatan (A.Md.Kep) Pada Institut Teknologi dan
Kesehatan Bali

I Komang Triadi Suryawan

(17E10016)

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

2020

ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Na m a : I Komang Triadi Suryawan

NIM : 17E10016

Program Studi : Diploma III Keperawatan

Institusi : ITEKES BALI

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya


tulis ini adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan
pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil
tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan karya tulis ilmiah ini
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Denpasar, 27 Februari 2020

Pembuat Pernyataan

( I Komang Triadi Suryawan )

17E10016

Mengetahui,

Pembimbing

Ns. L.G Nita Sri Wahyuningsih,S.Kep.,MM


NIDN 0831018803

iii
MOTTO

Ada hal-hal tertentu yang membuat kita takut,dan ketakutan adalah reeaksi yang
wajar. Tapi menjadi berani untuk mengalahkan rasa takut adalah pilihan.

iv
LEMBAR PERSETUJUAN

Studi Kasus oleh I Komang Triadi Suryawan, NIM : 17E10016 dengan

judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANEMIA DI RUANG

DAHLIA BRSUD TABANAN” telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan.

Denpasar, 27 Februari 2020

Ns. L.G Nita Sri Wahyuningsih,S.Kep.,MM


NIDN 0831018803

v
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah oleh I Komang Triadi Suryawan dengan judul Karya

Tulis “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANEMIA DI RUANG

DAHLIA BRSUD TABANAN” telah dipertahankan di depan dewan penguji

pada tanggal 9 Maret 2020

Penguji Pembimbing

Ns. L.G Nita Sri Wahyuningsih,S.Kep.,MM


Ns. Ni Kadek Sutini ,,S.Kep.,M.Kes
NIDN 0831018803
NIDN 0825128001

Mengetahui ,
Institu Teknologi Dan Keesehatan Bali

I Gede Putu Darma Suyasa, S.Kp.,M.Ng.,Ph.D

NIDN.0823067802

vi
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah yang
berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANEMIA DI
RUANG DAHLIA BRSUD TABANAN”

Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak mendapatkan bmbingan,


pengarahan dan bantuan dari semua pihak sehingga proposal karya tuis ilmiah ini
dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu penulis sangat ingin
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu menyelesaikan
laporan kasus ini antara lain kepada:

1. Bapak I Gede Putu Darma Suyasa, S.Kep., M.Ng., Ph.D. selaku Rektor
ITEKES Bali yang telah banyak membina, membimbing penulis dari awal
mengikuti pendidikan sampek sekarang ini.
2. Ibu Ns. NLP Dina Susanti, S.Kep., M.Kep. selaku Wakil Rektor I ITEKES
Bali yang telah memberikan arahan kepada penulis dalam menyelasaikan
proposal karya tulis ilmiah ini.
3. Bapak Ns. I Ketut Alit Adianta, S.Kep., S.Pd., MNS Selaku Wakil Rektor II
ITEKES Bali yang telah memberikan arahan dan motivasi untuk
menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah ini.
4. Ibu Ida Ayu Lisandari, SE.,MM selaku Sekertaris Rektor ITEKES Bali yang
telah memberikan kesempatan serta arahan khususnya di bidang administrasi
kepada penulis dalam menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah ini.
5. Bapak Ns. I Gede Satria Astawa, S.Kep., M.Kes. selaku Kepala Program
Studi DIII Keperawatan ITEKES Bali yang telah memberikan arahan dan
motivasi bagi penulis untuk menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah ini.
6. Ibu Ns. Ni Kadek Sutini ,,S.Kep.,M.Kes. Selaku penguji utama yang telah
memberikan arahan dan masukan maupun saran yang diberikan kepada
penulis, serta pernyataan pengesahan yang diberikan kepada penulis.

vii
viii

7. Ibu Ns. L.G Nita Sri Wahyuningsih,S.Kep.,MM Selaku pembimbing yang


telah banyak memberikan masukan, arahan, dan motivasi dalam pembuatan
proposal karya tulis ilmiah ini.
8. Seluruh teman-teman Diploma III Keperawatan tingkat III, sahabat tercinta
beserta semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moral, material,
motivasi, serta spiritual dalam penyusunan proposal karya tulis ilmiah ini.
9. Keluarga di rumah Bapak, Ibu, Kakak, Adik yang telah memberikan
dukungan baik moral, material, spiritual, dan motivasi dalam penyusunan
proposal karya tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa proposal karya tulis ilmiah ini jauh dari yang
namanya sempurna. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang bersifat konstruktif
perlu diharapkan oleh penulis demi kesempurnaan proposal karya tulis ilmiah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.

Om Santhi Santhi Santhi Om

Denpasar, 27 Februari 2020

Penulis
ix

I Komang Tiadi Suryawan


Program Studi DIII Keperawatan ITEKES BALI
Komingtriadi11@gmail.com
Abstrak
Latar belakang : Anemia adalah kondisi dimana sesorang tidak memiliki cukup
sel darah merah yang sehat untuk membawa oksigen yang cukup ke jaringan
tubuh. (Sugeng Jituwiyono, 2018). Anemia merupakan masalah medis dan
masalah kesehatan utama masyarakat yang sering dijumpai di seluruh dunia,
terutama di Negara berkembang seperti Indonesia. Diperkirakan lebih dari 30%
penduduk dunia atau 1,5 miliar orang menderita anemia. Jumblah penduduk usia
remaja (10-19 tahun) di Indonesia sebesar 26,2% yang terdiri dari 50,9% laki-laki
dan 49,1% perempuan (Kemenkes RI, 2013). Angka kejadian anemia di Bali
terutama di BRUD Tabanan pada 3 bulan terakhir yaitu mencapai 173 jiwa.
Tujuan : Memberikan asuhan keperawatan pada pasien anemia dengan
ketidakefektifan perfusi jaringan perifer di Ruang Dahlia BRSUD Tabanan dan
diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan pada
Program Studi DIII Keperawatan ITEKES Bali.
Metode : Studi kasus yang dilakukan pada dua pasien yang berbeda dengan
dengan diagnosa yang sama yaitu pasien yang mengalami anemia berat dengan
diagnosa keperawatan ketidakefektifan perfusi jaringan perifer.
Hasil : Asuhan keperawatan pada pasien Tn. NR dan Tn. WS dengan anemia
berat dengan diagnosa ketidakefektifan perfusi jaringan perifer, dimana pada Tn.
NR mengeluh sakit di bagian dada sebelah kiri sedangkan pada TN. WS tidak ada
mengeluh sakit di bagian dada sebelah kiri. Setelah diberikan asuhan keperawatan
selama 3 x 24 jam didapatkan kondisi pasien membaik.
Kesimpulan : Terdapat beberapa masalah keperawatan baik Tn. NR dan Tn. WS
dengan Anemia Berat.

Kata Kunci: Asuhan Keperawatan, Anemia Berat.


DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ........................................................... iii

MOTTO ............................................................................................................... iv

LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................. v

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. vi

KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii

DAFTAR LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH ................................... xiv

BAB I .................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 4

C. Tujuan Studi Kasus ........................................................................................ 5

D. Manfaat Studi Kasus ...................................................................................... 5

BAB II ................................................................................................................... 7

A. Anatomi Fisiologi .......................................................................................... 7

B. Anemia ......................................................................................................... 17

C. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Anemia ................................................. 26

x
xi

D. Pemenuhan Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer ................................ 34

WOC ................................................................................................................... 38

BAB III ............................................................................................................... 39

A. Desain Studi Kasus ...................................................................................... 39

B. Subyek Studi Kasus ..................................................................................... 39

C. Fokus Studi .................................................................................................. 39

D. Definisi Operasional .................................................................................... 39

E. Instrumen Studi Kasus ................................................................................. 40

F. Metode Pengumpulan Data .......................................................................... 40

G. Lokasi dan Waktu Studi Kasus ................................................................... 40

H. Analisa Data dan Penyajian Data ................................................................. 41

I. Etika Studi Kasus ......................................................................................... 42

BAB IV ............................................................................................................... 44

A. Hasil Studi Kasus ......................................................................................... 44

B. Pembahasan .................................................................................................. 87

BAB V................................................................................................................. 94

A. Kesimpulan .................................................................................................. 94

B. Saran ............................................................................................................ 94

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 96


DAFTAR TABEL

Tabel 4. 1 Identitas Pasien .................................................................................... 45

Tabel 4. 2 Riwayat Penyakit ................................................................................. 46

Tabel 4. 3 Perubahan Pola Kesehatan ................................................................... 49

Tabel 4. 4 Pemeriksaan Fisik ................................................................................ 54

Tabel 4. 5 Pemeriksaa Diagnostik......................................................................... 60

Tabel 4. 6 Analisa Data Pasien ............................................................................. 62

Tabel 4. 7 Diagnosa Keperawatan ........................................................................ 63

Tabel 4. 8 Rencana Keperawatan .......................................................................... 65

Tabel 4. 9 Implementasi Keperawatan .................................................................. 67

Tabel 4. 10 Evaluasi Keperawatan ........................................................................ 85

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Bagan Hematopoiesis Sederhana ....................................................... 9

Gambar 2. 2 Sel Induk (Stem Cell) Dari Sel Sumsum Tulang ............................. 12

Gambar 2. 3 Bentuk-Bentuk Sel Darah................................................................. 14

Gambar 2. 4 Bagan WOC ..................................................................................... 38

xiii
DAFTAR LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH

Daftar Singkatan
HB : Hemoglobin
GI : Gastro Intestinal
KG : Kilo Gram
MCH : Mean Corppuscular Hemoglobin
MCU : Medical Check Up
LED : Laju Endap Darah
PCR :Polymerase Chain Reaction
RBC : Red Blood Cell
ISPA : Inpeksi Saluran Napas Atas
NGT : Nasogastrik Tube
IVFD : Intravenous Fluid Drops
SDM : Sel Darah Merah
TB : Tinggi Badan
BB : Berat Badan
DM : Diabetes Militus

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak yang harus di dapatkan oleh setiap masyarakat,

oleh karena itu pemerintah secara terus menerus berupaya meningkatkan

pembangunan di bidang kesehatan. Pembangunan kesehatan tersebut

bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk

hidup sehat agar dapat meningkatkan derajat kesehatan setinggi-tingginya dan

mengurangi resiko terjadinya sakit (Kemenkes RI, 2012). Sakit adalah

perasaan tidak nyaman di tubuh atau bagian tubuh karena menderita sesuatu

seperti demam, sakit perut, dan lain-lain (Krisna Triyono dan K. Herdiyanto,

2018). Sakit tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti gaya hidup

danling kungan yang tidak sehat serta menurunnya metabolism tubuh. Salah

satu penyakit yang perlu di waspadai dan sering dijumpai yaitu anemia.

Anemia merupakan msalah medis yang sering di jumpai diseluruh dunia,

terutama di Negara berkembang seperti Indonesia. Kelainan ini adalah

penyebab debilitas kronik yang mempunyai dampak yang besar terhadap

kesehatan, ekonomi dan kesejahteraan sosial. Sekitar sepertiga dari pupulasi

dunia atau 32,9% diperkirakan menderita anemia pada tahun 2010 (WHO,

2015). Kelompok populasi yang paling rentan terhadap anemia meliputi anak

usia dibawah 5 tahun sebesar 42% pada tahun 2016, wanita usia produktif

sebesar 32,9% pada tahun 2016 (WHO,2016). Secara global, wanita memiliki

resiko anemia lebih besar dibandingkan laki-laki hampir di semua wilayah

1
2

geografis dan disebagian besar kelompok umur (WHO, 2016). Sedangkan

secara nasional di Indonesia, angkap revalensi anemia pada semua kelompok

umur adalah sebesar21,70%. Prevalensi anemia pada perempuan relative lebih

tinggi yaitus ebesar 23,90% apabila dibandingkan dengan laki-laki sebesar

18,40% (Kemenkes RI, 2013). Angka kejadian di Bali khususnya di BRSUD

Tabanan pada bulan Januari tahun 2019 sampai bulan Februari tahun 2020

sebanyak 137 jiwa. Berdasarakan studi kasus yang dilakukan di RSUD

Mangusada Badung tahun 2019 menunjukan angka kjadian anemia yaitu

sebanyak 230 jiwa.

Anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau

hemoglobin kurang dari normal. Kadar hemoglobin normal umumnya berbeda

pada laki-laki dan perempuan. Anemia yang terjadi pada pria biasanya terjadi

apabila hemoglobin kurang dari 13,5 gram/100ml dan pada wanita apabila

hemoglobin kurang dari 12,0 gram/100ml (Wahyuningsih & Uswatun, 2019).

Gejala utama yang terjadi pada penderita anemia adalah fatigue, nadi teras

cepat, gejala dan tanda keadaan hiper dinamik (denyut nadi kuat, jantung

berdebar, dan roaring in the ears). Anemia disebabkan karena kecepatan

produksi sel darah merah lebih rendah dari destruksinya. Penyebab

berkurangnya produksi sel darah merah tersebut adalah kekurangan nutrisi Fe,

B12, atau folat dapat disebabkan oleh kekurangan diet, mal aborpsi atau

kehilangan darah (defisiensi Fe) kelainan sumsum, rendahnya trophic

hormonee untuk stimulus produksi sel darah merah (Wahyuningsih &

Uswatun, 2019).
3

Anemia merupakan masalah kesehatan yang harus diperhatikan karena

dapat menyebabkan dampak yang serius. Dampak yang timbul dari anemia ini

adalah kelelahan, badan lemah, penurunan kapasitas/kemampuan atau

produktifitas kerja bagi penderitanya. Selain itu, akan terjadi penurunan

imunitas, kinerja yang terbatas dan berkurangnya fungsi kognitif pada anak

usia sekolah. Dampak jangka panjangnnya yaitu dapat berpengaruh terhadap

hasil kelahiran, pertumbuhan dan perkembangan anak (Destarina, 2018).

Komplikasi yang terjadi pada anemia adalah penyakit ginjal kronis dimana

Anemia terjadi pada 80-90% pasien penyakit ginjal kronis, terutama bila

sudah mencapai stadium III, dalam keadaan normal 90 % eritropoeitin (EPO)

dihasilkan di ginjal tepatnya oleh juxtaglomerulus dan hanya 10% yang

diproduksi di hati hal inilah yang menyebabkan terjadinya kekurangan kadar

oksigen didalam ginjal Eritropoetin mempengaruhi produksi eritrosit dengan

merangsang proliferasi, diferensiasi dan maturasi prekursor eritroid. Keadaan

anemia terjadi karena defisiensi eritropoietin yang dihasilkan oleh sel

peritubular sebagai respon hipoksia lokal akibat pengurangan parenkim ginjal

fungsional, anemia juga diperparah dengan nyeri akut berhubungan dengan

frekuensi jantung, ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan

penurunan konsentrasi HB dan darah, suplai darah berkurang (Utami & Fuad,

2018).

Penatalaksanaan pasien dengan anemia yaitu dengan terapi terutama

ditujukan pada penyakit dasarnya. Pada anemia yang mengancam nyawa dapat

diberikan transfuse dara hmerah (packed red cell) seperlunya. Pengobatan


4

kedua dengan suplementasi besi tidak diindikasikan kecuali untuk mengatasi

anemia pada arthritis teuma toroid, pemberian kobalt dan eritropoeitin

dikatakan dapat memperbaiki anemia (Ridha, 2014). Peran perawat dalam

implementasi keperawatan sangat diperlukan dalam penatalaksanaan anemia

agar dapat memberikan pelayanan yang tepat. Penatalaksanaan anemia

dilakukan dengan pengecekan tanda-tanda vital pasien, melakukan transfuse

darah bila HB pasien sangat rendah serta memberikan asupan zat besi hal ini

dilakukan guna mencegah terjadinya komplikasi penyakit lainnya dengan

demikian angka mordibitas dan mortalitas penyakit anemia dapat dicegah.

Namun dalam melakukan penatalaksanaan anemia tentunya masih mengalami

permasalahan. Salah satunya seperti kurangnya persediaan darah yang ada di

Rumah Sakit membuat penanganan kasuss anemia menjadi terhambat karena

pasien harus menunggu donor darah dari keluarga pasien sehingga hal tersebut

memperlambat penanganan terhadap pasien dan memperburuk keadaan

pasien.

Berdasarkan uraian diatas, dengan melihat angka kejadian anemia yang

besarserta dapat memberikan dampak yang serius bagi penderitanya, maka

penulis tertarik menyusun studi kasus terkait masalah pemberian “Asuhan

Keperawatan pada Pasien Anemia di Ruang Dahlia BRSU Tabanan”.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien anemia dengan ketidakefektipan

perfusi jaringan perifer di Ruang Dahlia BRSUD Tabanan?


5

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui perbandingan asuhan keperawatan pada 2 pasien

anemia di Ruang Dahlia BRSUD Tabanan

2. Tujuan Khusus

a. Dapat membandingkan pengkajian pada dua pasien anemia di Ruang

Dahlia BRSUD Tabanan.

b. Dapat membandingkan diagnose keperawatan yang muncul pada

pasien anemia di Ruang Dahlia BRSUD Tabanan.

c. Dapat membandingkan intervensi keperawatan pada dua pasien

anemia di Ruang Melati BRSUD Tabanan.

d. Melaksanakan membandingkan implementasi keperawatan pada dua

pasien anemia di Ruang Dahlia BRSUD Tabanan.

e. Dapat membandingkan evaluasi keperawatan pada dua pasien anemia

di Ruang Dahlia BRSUD Tabanan.

D. Manfaat Studi Kasus

1. ManfaatTeoritis

a. Untuk menambah wawasan mengenai asuhan keperawatan

khususnya pada pasien anemia.

b. Data atau hasil studi kasus dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan dalam pemberian asuhan keperawatan khususnya pada

pasien anemia.
6

2. Manfaat Praktis

a. Menambah pengalaman penulis dalam mengaplikasikan hasil riset

keperawatan, khususnya studi kasus tentang pelaksanaan asuhan

keperawatan pada pasien anemia.

b. Sebagai masukan untuk instansi kesehatan dalam melakukan asuhan

keperawatan pada pasien anemia.

c. Sebagai informasi bagi masyarakat terkait dengan asuhan

keperawatan pada pasien anemia.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Fisiologi

Sistem hematologi terdiri dari darah dan sumsum tulang, organ utama

yang memproduksi sel darah (Jituwiyono, 2018). Sistem limfatik terdiri dari

pembuluh limfatik dan jaringan. Organ dan struktur lainnya, seperti limpa,

hati, dan ginjal, juga melakukan fungsi yang spesifik. Sistem hematologi

adalah sistem utama dimana nutrisi, oksigen, dan unsur lainnya dibawa

keberbagai jaringan dalam tubuh. Pada saat system pernapasan mengatur

oksigen dan membawa karbon dioksida ke eritrosit, maka eritrosit membawa

darah ke semua jaringan, dan membawa oksigen/nutrisi, serta membawa

limbah. Jika aliran ini terganggu, tubuh akan mengalami gangguan ringan

hingga parah. Kekurangan aliran darah menyebabkan infark miokard, strok,

dan kematian jaringan.

Sistem hematologi memiliki tiga fungsi umum, yakni transportasi,

regulasi, dan perlindungan. Fungsi ini meliputi pengiriman nutrisi dan

oksigen ke sel, pembuangan limbah, regulasi volume darah, produksisel

darah dan antibodi, serta koagulasi darah. Sistem limfatik mengangkut

lemak, menguras cairan interstisial, dan member kekebalan untuk membantu

melindungi tubuh dari infeksi. Sistem yang bisa terlepas dari pembuluh darah

ke sirkulasi sistemik.

7
8

1. Darah

Darah berbeda dari jaringan ikat lainnya, karena selnya tidak tetap,

tetapi bergerak bebas ke semua sel tubuh (Jituwiyono, 2018). Seperti

semua jaringan penghubung, darah terdiri dari elemen seluler dan

matriks ekstraseluler. Elemen interseluler terdiri atas sel darah merah

(eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan fragmen sel yang yang

disebut trombosit. Sementara itu, elemen ekstraseluler yang disebut

plasma darah, membuat darah menjadi jaringan ikat yang unik karena

bersifat cairan. Cairan ini, yang sebagaian besar air, terus-menerus

menahan unsur-unsur yang terbentuk dan memungkinkan mereka

beredar ke seluruh tubuh di dalam system kardiovaskular.

Kebanyakan sel darah memiliki umur yang pendek, sehingga

membuat tubuh untuk mengisi kembali pasokan selnya terus-menerus.

Proses ini disebut hemapoiesis yang utamanya terjadi pada sumsum

tulang. Selama perkembangan embrio dan dalam kondisi lain, hati dan

limpa juga bisa terlibat dalam proses hematopoiesis.


9

Gambar 2. 1 Bagan Hematopoiesis Sederhana


(Sumber: Sugeng Jitowiyono, 2018)

Darah adalah cairan yang selalu beredar yang menyediakan nutrisi,

oksigen, dan pembuangan limbah untuk tubuh. Darah sebagian besar

cair, dengan banyak sel dan protein tersuspensi didalamnya, membuat

darah “lebih kental” dari pada air murni. Rata-rata orang memiliki

sekitar 5 liter (lebih dari satu galon) darah. Faktanya sekitar 7-10%

berat badan orang dewasa terdiri dari darah. Perempuan memiliki

sekitar 4-5 liter, sedangkan laki-laki memiliki sekitar 5-6 liter.

Perbedaan ini terutama disebabkan oleh perbedaan ukuran tubuh

antara laki-laki dan perempuan.

Volume darah secara keseluruhan kira-kira merupakan 1/12 berat

badan atau kira-kira 5 liter. Sekitar 55 persennya adalah cairan,

sedangkan 45% sisanya terdiri atas sel darah. Angka ini dinyatakan
10

dalam nilai hematokrit atau volume sel darah yang dipadatkan yang

berkisar antara 40-47. Diwaktu sehat volume darah adalah konstan

dan sampai batas tertentu diatur oleh tekanan osmotic dalam

pembuluh darah dan dalam jaringan.

Beredar melalui sistem vascular dan berfungsi sebagai

penghubung antara organ tubuh, darah membawa oksigen yang

diserap dari paru-paru dan nutrisi yang diserap dari saluran

gastrointestinal (GI) ke sel-sel tubuh untuk metabolism sel. Darah juga

membawa hormon, antibodi, dan zat lainnya ke tempat yang

dibutuhkan. Selain itu, darah membawa produk limbah yang

dihasilkan oleh metabolisme sel ke paru-paru, kulit, hati, danginjal,

dimana mereka ditransformasikan dan dihilangkan dari tubuh

(Smeltzer dkk., 2010).

Suhu rata-rata darah adalah 38 derajat celcius dan memiliki pH

7,35-7,45. Seluruh darah sekitar 4,5-5,5 kali kental seperti air,

menunjukan bahwa ia lebih tahan terhadap aliran dari pada air.

Viskositas ini sangat penting untuk fungsi darah karena jika darah

mengalir terlalu mudah atau dengan terlalu banyak resistensi, hal

tersebut bisa menyiksa jantung dan menyebabkan masalah

kardiovaskular berat. Darah di arteri adalah merah yang lebih cerah

dari pada darah di pembuluh darah karena kadar oksigen yang lebih

tinggi ditemukan di arteri.


11

Seperti yang disinggung sebelumnya, darah memiliki tiga fungsi

utama: transportasi, perlindungan, dan regulasi.

a. Transportasi

Darah mengangkut oksigen dari paru-paru ke sel-sel tubuh

untuk metabolisme. Karbon dioksida yang dihasilkan selama

metabolisme dibawa kembali ke paru-paru oleh darah, dimana

sel-sel nutrisi, mengangkut hormon dan membuang produk

limbah, dari hati, ginjal atau ususnya.

b. Regulasi

Darah membantu menjaga keseimbangan tubuh. Misalnya,

memastikan suhu tubuh tetap terjaga. Hal ini dilakukan baik

melalui plasma darah, yang bisa menyerap atau mengeluarkan

panas, serta melalui kecepatan aliran darah.

c. Perlindungan

Jika pembuluh darah rusak, bagaian tertentu dari gumpalan

darah bersatu dengan sangat cepat dan memastikan bagaian luka

berhenti berdarah.

2. Sumsum Tulang

Menurut Sugeng Jitowiyono (2018, hal. 11) Sumsum tulang

adalah jaringan lunak, berbentuk seperti agar-agar yang ditemukan

pada rongga interior tulang. Berat rata-rata jaringan ini adalah sekitar
12

4% dari total berat badan atau 2,6 kg pada orang dewasa dengan berat

65 kg. sel induk (stem cell) dari sel sumsum tulang menghasilkan sel

darah dan sel stroma baru. Sumsum tulang juga merupakan bagian

penting dari sistem limfatik.

Sistem tulang terdiri dari sel punca berukuran besar yang

didukung oleh jaringan fibrosa, disebut stroma. Sumsum tulang terdiri

dari 2 jenis jaringan seluler. Hal ini dikarenakan ada 2 tipe utama sel

induk. Salah satu jenis sel induk terlibat dalam produksi sel darah dan

yang lainnya terlibat dalam produksi sel stroma (yang bertanggung

jawab untuk stroma pendukung).

Gambar 2. 2 Sel Induk (Stem Cell) Dari Sel Sumsum Tulang


(Sumber: Sugeng Jitowiyono, 2018)

Ada dua jenis sumsum tulang, merah atau kuning, tergantung pada

apakah sumsum terdiri dari jaringan hematopoietic (berwarna merah)


13

atau jaringan lemak (berwarna kuning). Kedua jenis sumsum tulang

sangat vaskular, diperkaya dengan banyak pembuluh darah dan

kapiler.

Semua jenis sel darah berasal dari 1 sel induk yang umum. Sel

induk ada sepanjang umur seseorang. Sel induk yang umum

menghasilkan 2 sel induk lainnya, sel induk myeloid, dan selinduk

limfoid. Sel punca ini membelah kemudian menghasilkan sel darah

merah (trombosit) dan sebagaian besar sel darah putih disumsum

merah.

Eritrosit, granulosit, monosit, trombosit, dan limfosit semuanya

terbentuk di sumsum tulang. Limfosit T berasal dari sel punca limfoid

yang bermigrasi ke timus dan berdiferensiasi di bawah pengaruh

hormon timus thymopoietin dan timosin. Tingkat produksi sel darah

dikendalikan oleh kebutuhan tubuh. Sel darah normal bertahan untuk

waktu yang terbatas. Sel darah putih bertahan dari beberapa jam

sampai beberapa hari, trombosits selama sekitar 10 hari, dan sel darah

merah selama sekitar 120 hari. Sel-sel ini harus diganti terus-menerus.

3. Sel Darah

Menurut Sugeng Jitowiyono (2018, hal. 13) sel darah terdiri dari :
14

Gambar 2. 3 Bentuk-Bentuk Sel Darah


(Sumber: Sugeng Jitowiyono, 2018)

a. Sel darah merah

Sel darah merah atau eritrosit adalah sel darah yang

paling banyak dalam tubuh. Sel darah ini muncul sebagai

cakram dengan identitasi di permukaan dan mereka tidak

memiliki inti, eritrosit umumnya berdiameter 6-8

mikrometer dan kebanyakan orang dewasa memiliki 20-30

triliun eritrosit ditubuh mereka pada titik tertentu.

b. Sel darah putih

Sel darah putih atau leukosit adalah salah satu sarana

kekebalan tubuh. Sebagai alat pertahanan tubuh, sel darah

putih berfungsi membantu tubuh melawan berbagai

penyakit infeksi. Ada dua jenis sel darah putih, yaitu

granulosit dan agranulosit. Granulosit atau sel

polimorfonuklear terdiri dari neutrofil, eosinofil, dan


15

basofil. Neutrophil berfungsi melawan bakteri dan jamur,

eosinofil melawan parasit yang lebih besar dan memodulasi

respon inflamasi dengan alergi, dan basofil melepaskan

histamin untuk menginduksi respon inflamasi.

4. Plasma dan Protein Plasm

Menurut Sugeng Jitowiyono (2018, hal. 14) Plasma darah

(trombosit) adalah cairan yang terdiri dari 90% air, dimana darah

tersuspensi. Plasma memungkinkan sel darah bergerak melalui

pembuluh darah, di dalam air yang dikandungnya. Plasma juga terdiri

dari mineral, nutrisi, dan elektrolit. Trombosit protein plasma terdiri

atas tiga bagian utama, yaitu albumin, globulin, dan fibrinogen.

a. Albumin

Ini adalah protein plasma yang paling melimpah dalam tubuh

(2,8-4,5 g/100ml) dengan mobilias elektroforesis tertinggi.

b. Globulin

Globulin adalah protein globular yang memiliki bobot

molekul lebih tinggi dari pada albumin dan tidak larut dalam air

murni namun larut dalam larut garam encer.

c. Fibrinogen

Ini adalah protein berserat dengan berat molekul

340.000.jenis protein plasma ini memiliki 6 rantai polipeptida


16

yang disatukan oleh hubungan disulfide. Fibrinogrn berperan

penting dalam pembekuan darah dimana ia diubah menjadi fibrin

dan thrombin.

5. Sistem retikuloendotelial

Menurut Sugeng Jitowiyono (2018, hal. 17) Sistem

retikuloendotelial merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh

manusia dan terdiri dari sel fagositik. Sistem ini terkait erat dengan

sistem limfatik karena keduanya bersifat structural dan fungsional

secara independen. Sistem ini membentuk garis pertahanan tubuh

melawan mikroorganisme, karena sifat amoeboid dan fagositosis

selnya. Selain itu, makrofag jaringan limfoid dianggap terkait dengan

meningkatnya respon imun spesifik oleh sel. Banyak situs utama

sistem ini juga merupakan lokasi penting hemopoiesis.

6. Hemostasis

Menurut Sugeng Jitowiyono (2018, hal. 17) Hemostasis adalah

proses alami dimana aliran darah melambat dan membentuk bekuan

darah untuk mencegah kehilangan darah saat cidera, hemo bermakna

“darah” dan stasis yang berarti “berhenti”.Selama hemostasis, darah

berubah dari cairan menjadi seperti agar-agar. Hemostasis mencakup

tiga langkah yang terjadi dalam urutan cepat:

a. Kejang vascular, atau vasokontriksi, kontraksi pembuluh darah

yang singkat dan intens

b. Pembentukan sumbat trombosit


17

c. Pembekuan darah atau koagulasi yang memperkuat sumbat

trombosit dengan fibrin, berfungsi sebagai lem untuk menahan

bekuan tersebut.

B. Anemia

1. Definisi

Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematocrit

atau hitung eritrosit (red cell count) berakibat pada penurunan

kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah. Tetapi harus di ingat pada

keadaan tertentu dimana ketiga parame tersebut tidak sejalan dengan

massaeritrosit, seperti pada dehidrasi, pendarahan akut, dan

kehamilan. Oleh karena itu dalam diagnosis anemia tidak cukup hanya

sampai kepada label anemia tetapi harus dapat ditatapkan penyakit

dasar yang menyebabkan anemia tersebut.

Anemia adalah kondisi dimana seseorang tidak memiliki cukup sel

darah merah yang sehat untuk membawa oksigen yang cukup

kejaringan tubuh. Anemia adalah suatu kondisi di mana konsentrasi

hemoglobin lebih rendah dari biasanya. Kondisi ini mencerminkan

kurangnya jumlah normal eritrosit dalam sirkulasi. Akibatnya jumlah

oksigen yang dikirim ke jaringan tubuh juga berkurang. Anemia

bukanlah penyakit yang spesifik namun merupakan tanda kelainan

mendasar (Sugeng Jituwiyono, 2018).


18

a. Patofisiologi

1) Etiologi

Etiologi menurut NANDA NIC-NOC (2016 : 21) terdiri dari

beberapa etiologi:

Anemia bukanlah suatu kesatuan penyakit tersendiri (disease

entity), tetapi merupakan gejala berbaga macam penyakit dasar

(underlying disease). Pada dasarnya anemia disebabkan oleh:

a) Gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang;

b) Kehilangan darah keluar tubuh (pendarahan);

c) Proses penghancuran eritrosit oleh tubuh sebelum waktunya

(hemolysis).

Gambaran lebih rinci tentang etiologi anemia sebagai berikut:

a) Klasifikasi Anemia menurut Etiopatogenesis

(1) Anemia karena gangguan pembentukan eritrosit dalam

sumsum tulang.

(a) Kekurangan bahan esensial pembentukan eritrosit

i. Anemia defisiensi besi

ii. Anemia defisiensi asam folat

iii. Anemia defisiensi vitamin B12

(b) Gangguan penggunaan (utilisasi) besi

i. Anemia akibat penyakit kronik

ii. Anemia sideroblastik


19

(c) Kerusakan sumsum tulang

i. Anemia aplastik

ii. Anemia mieloptisik

iii. Anemia pada keganasan hematologi

iv. Anemia diseritropoietik

v. Anemia pada sindrom meilodisplastik

(d) Anemia akibat kekurangan eritropoietin: anemia

pada gagal ginjal kronik

(e) Anemia akibat hemoragi

i. Anemia pasca perdarahan akut

ii. Anemia akibat perdarahan kronik

(f) Anemia hemolitik

i. Anemia hemolitik intrakorpuskular

Gangguan membram eritrosit, gangguan

ensim eritrosit (ensimipati): anemia akibat

difisiensi G6PD, gangguan hemoglobin

(hemoglobinopati): Thalassemia

hemoglobinopati structural: HbS, HbE, dll

ii. Anemia hemolitik ekstrakorpuskular:

Anemia hemolitik autoimun, anemia

hemolitik mikroangiopatik dan lain-lain

iii. Anemia dengan penyebab tidak diketahui

atau dengan patogenesis yang kompek


20

b) Klasifikasi anemia berdasarkan morfologi dan etiologi

(1) Anemia hipokromik mikrositer, bila MCV <80 fl dan

MCH<27 pg

(a) Anemia defisiensi besi

(b) Thalassemia major

(c) Anemia akibat penyakit kronik

(d) Anemia sideroblasti

(2) Anemia normokromik normositer, bila MCV 80-95 fl dan

MCH 27-34 pg:

(a) Anemia pasca pendarahan akut

(b) Anemia aplastic

(c) Anemia hemolitik didapat

(d) Anemia akibat penyakit kronik

(e) Anemia pada gagal ginja kronik

(f) Anemia pada sindrom mielodisplastik

(3) Anemia pada keganasan hematologic

(a) Anemia makrositer, bila MCV >95 fl

i. Bentuk megaloblastik asam folat

• Anemia defisiensi asam folat

• Anemia defisiensi B12, termasuk anemia

pernisiosa

ii. Bentuk non-megaloblastik

• Anemia pada penyakit hati kronik


21

• Anemia pada hipotiroidisme

• Anemia pada sindrom mielodisplastik

2) Proses Terjadi

Menurut Wiwik dan Hariwibowo, patofisiologi pada pasien

anemia adalah timbulnya anemia mencerminkan adanya

kegagalan sumsum tulang atau kehilangan sel darah merah

berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum tulang dapat terjadi

akibat kekurangan nutrisi

Pajanan toksik, invasi tumor, atau akibat penyebab yang tidak

diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau

hemolisis. Lisis sel merah terjadi dalam hati dan limpa. Sebagai

hasil sampingan dari proses tersebut, bilirubin yang terbentuk

dalam fagosit akan memasuki aliran darah. Apabila sel darah

merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, maka

hemoglobin akan muncul dalam plasma. Apabila konsentrasi

plasmanya melebihi kapasitas hemoglobin plasma, hemoglobin

akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan ke dalam urine.

(Bararah & Jauhar, 2013).

3) Manifestasi Klinis

a) Manifestasi klinis yang sering muncul

1. Pusing

2. Mudah berkunang-kunang

3. Lesu
22

4. Aktivitas kurang

5. Rasa mengantuk

6. Susah konsentrasi

7. Cepat lelah

8. Prestasi kerja/pikiran menurun

b) Gejala khas masing-masing anemia:

1. Perdarahan berulang/kronik pada anemia pasca

perdarahan, anemia defisiensi besi

2. Ikterus, urine berwarna kuning tua/coklat, perut

mrongkol/makin buncit pada anemia hemolitik

3. Mudah infeksi pada anemia aplastik dan anemia karena

keganasan

c) Macam-macam anemia

1. Tidak anemia dengan Hb lebih dari 11 g/dl

2. Anemia ringan dengan Hb 9-10 g/dl

3. Anemia sedang dengan Hb 7-8 g/dl

4. Anemia berat dengan Hb kurang dari 7 g/dl

d) Pemeriksaan fisik

1. Tanda-tanda anemia umum: pucat, takhikardi, pulpusceler,

suara pembuluh darah spontan, bising karotis, bising

sistolik anorganik, pembesaran jantung.

2. Manifestasi khusus pada anemia:

- Defisiensi besi: spoon nail, glositis


23

- Defisiensi B12: paresis, ulkus di tungkai

- Hemolitik: ikterus, splenomegaly

- Aplastik: anemia biasanya berat, perdarahan, infeksi

a. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik menurut NANDA NIC-NOC (2016:23)

terdiri dari beberapa pemeriksaan diagnostik:

1) Pemeriksaan laboratorium

a) Tes penyaring, tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap

kasus anemia. Dengan pemeriksaan ini, dapat dipastikan

adanya anemia dan bentuk morfologi anemia tersebut.

Pemeriksaan ini meliputi pengkajian padakomponen-

komponen berikut ini: kadar hemoglobin, indeks eritrosit,

(MCV dan MCHC), apusan darah tepi.

b) Pemeriksaan darah seri anemia: hitung leukosit, trambosit,laju

endap darah (LED), dan hitung retikulosit.

c) Pemeriksaan sumsum tulang: pemeriksaan ini memberikan

informasi mengenai keadaan system hematopoiesis.

d) Pemeriksaan atas indikasi khusus: pemeriksaan ini untuk

mengkonfirmasi dugaan diagnosis awal yang memiliki

komponen berikut ini :

1. Anemia defisiensi besi: serum iron, TIBC, saturasi

transferrin, feritin serum.


24

2. Anemia megaloblastik: asam folat darah/eritrosit, vitamin

B12

3. Anemia hemolitik: hitung retikulosit, tes coombs, dan

elektroforesis Hb.

4. Anemia pada leukeumia akut biasanya dilakukan

pemeriksaan sitokimia.

2) Pemeriksaan laboratorium non hematologis: faal ginjal,

faalendokrin, asam urat, faal hati, biakan kuman.

3) Radiologi: tork, bone survey, USG, atau linfangiografi.

4) Pemeriksaan sitogenetik

5) Pemeriksaan biologi molekuler (PCR= polymerase chainraction,

FISH= fluorescence in situ hybrization

b. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan menurut NANDA NIC-NOC (2016 : 24) terdiri

dari beberapa penatalaksanaan:

- Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab

dan mengganti darah yang hilang. Penatalaksanaan anemia

berdasarkan penyebabnya, yaitu:

1) Anemia aplastik

Dengan transplantasi sumsum tulang dan terapi

immune sopresif dengan antithimocyte globulin (ATG)

yang diperlukan melalui jalur sentral selama 7-10 hari.

Prognosis buruk jika transplantasi sumsum tulang tidak


25

berhasil. Bila diperlukan dapat diberikan transfusi RBC

rendah leukosit dan platelet.

2) Anemia pada penyakit ginjal

Pada pasien dialisis harus ditangani dengan pemberian

besi dan asam folat kalau tersedia, dapat diberikan

eritropoetin rekombinan.

3) Anemia pada penyakit kronis

Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan

tidak memerlukan penanganan untuk anemianya. Dengan

menangani kelainan yang mendasarinya, maka anemia

akan terobati dengan sendirinya.

4) Anemia pada defisiensi besi dan asam folat

Dengan pemberian makanan yang adekuat. Pada

defisiensi besi diberikan sulfas ferosus 3x10 mg/hari.

Transi fusedarah diberikan apabila kadar Hb kurang dari

5 gr%.

5) Anemia megaloblastik

a) Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian

vitamin B12, bila defisiensi disebabkan oleh defek

absorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsic dapat

diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.

b) Untuk mencegah kekambuhan anemia, terapi vitamin

B12 harus diteruskan selama hidup pasien yang


26

menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang

tidak dapat dikoreksi.

c) Pada anemia defisiensi asam folat diberikan asam

folat 3x5 mg/hari.

d) Anemia defisiensi asam folat pada pasien dengan

gangguan absorbs, penanganannya dengan diet dan

penambahan asamfolat 1 mg/hari secara IM.

6) Anemia pasca perdarahan

Dengan memberikan transfusi darah dan plasma.

Dalam keadaan darurat diberikan cairan intravena

dengan cairan infuse apa saja yang tersedia.

7) Anemia hemolitik

Dengan pemberian transfusi darah menggantikan

darah yang hemolisis

C. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Anemia

a. Pengkajian

1) Identitas klien dan keluarga, nama, umur, TTL, nama ayah/ibu,

pekerjaan ayah/ibu, agama, pendidikan, alamat

2) Keluhan utama

3) Biasanya kien datang ke rumah sakit dengan keluhan pucat, kelelahan,

kelemahan, pusing.
27

4) Riwayat kehamilan dan persalinan

a) Prenatal: apakah selama hamil pernah menderita penyakit berat,

pemeriksaan kehamilan berapa hari, kebiasaan pemakaian obat-

obatan dalam jangka waktu lama.

b) Intranasal: usia kehamilan cukup, proses persalinan dan berapa

panjang dan berat badan waktu lahir.

c) Postnatal: keadaan bayi setelah masa neonatorium, ada trauma post

partum akibat tindakan misalnya vakum dan pemberian ASI.

5) Riwayat kesehatan dahulu

a) Adanya menderita penyakit anemia sebelumnya, riwayat imunisasi.

b) Adanya riwayat trauma, perdarahan

c) Adanya riwayat demam tinggi

d) Adanya riwayat penyakit ISPA

6) Keadaan kesehatan saat ini

a) Klien pucat, kelemahan, sesak napas, adanya gejala gelisah,

diaphoresis, takikardi, dan penurunan kesadaran.

b) Riwayat kesehatan keluarga

- Riwayat anemia dalam keluarga

- Riwayat penyakit-penyakit, seperti kanker, jantung hepatitis,

DM, asma, penyakit-penyakit infesi saluran pernapasan.

7) Pemeriksaan fisik

a) Keadaan umum: apakah klien tampak lemah sampai sakit berat.


28

b) Kesadaran: apakah klien tampak compas mentis kooperatif sampai

terjadi penurunan tingkat kesadaran apatis, somnolen, spoor,

coma.

c) Tanda-tanda vital

- TB dan BB

- Kulit: apakah kulit teraba dingin, keringat yang berlebihan,

pucat, terdapat perdarahan dibawah kulit.

- Mata: apakah ada kelainan bentuk mata, konjungtiva

anemis, kondisi sclera, terdapat perdarahan

subkonjungtiva, keadaan pupil, palpebral dan reflek

cahaya.

- Hidung: apakah ada kelainan bentuk, mukosa hidung,

cairan yang keluar dari hidung, atau gangguan fungsi

penciuman.

- Telinga: apakah ada kelainan bentuk fungsi pendengaran.

- Mulut: apakah ada kelainan bentuk, mukosa kering,

perdarahan gusi, lidah kering, bibir pecah-pecah, atau

perdarahan.

- Leher: apakah terdapat pembesaran kelenjar getah bening,

tiroid membesar, dan kondisi distensi vena jugularis.

- Thoraks: periksa pergerakan dada, adakah pernapasan cepat

atau irama napas tidak teratur.


29

- Abdomen: periksa apakah ada pembesaran hati, nyeri,

bising usus, dan bias di bawah normal.

- Genetalia: pada laki-laki apakah testis sudah turun ke dalam

skrotum dan pada perempuan apakah labia minora tertutup

labia mayora.

- Ekstremitas: apakah klien mengalami nyeri ekstremitas,

tonus otot kurang.

8) Pemeriksaan penunjang

a) Riwayat Sosial

Siapa yang mengasuh klien dirumah, kebersihan didaerah tempat

tinggal, orang yang terdekat dengan klien, keadaan lingkungan,

pekarangan, dan pembuangan sampah.

b) Kebutuhan Dasar

Meliputi kebutuhan nutrisi klien sehubungan dengan anoreksia, diet

yang harus dijalani, pasang NGT, cairan IVFD yang digunakan jika

ada.

c) Pemeriksaan tingkat perkembangan

Bergantung pada usia, terdiri dari motoric kasar, halus,kognitif, dan

bahasa.

d) Data psikologis

1. Keseriusan ancaman penyakit terhadap anaknya

2. Pengalaman sebelumnya terhadap penyakit dan hospitalisasi

3. Prosedur medis yang akan dilakukan


30

4. Adanya sistem dukungan

5. Kemampuan koping

6. Agama, kepercayaan, adat

7. Pola komunikasi dalam keluarga

b. Diagnosis keperawatan

Diagnosis keperawatan menurut NANDA NIC-NOC (2016: 24) terdiri

dari:

1) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan konsentrasi

Hb dan darah, suplai oksigen berkurang.

2) Ketidakefektifan pola napas b.d sindrom hipoventilasi, penurunan

transfer oksigen ke paru.

3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake

yang kurang, anoreksia.

4) Nyeri akut b.d perubahan frekuensi jantung.

5) Defisit perawatan diri b.d kelemahan fisik.

6) Resiko infeksi b.d penurunan hemoglobin.

7) Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan oksigen, proses metabolism yang terganggu.

8) Kelelahan berhubungan dengan anemia.

c. Perencanaan

Menurut NANDA NIC-NOC (2016 : 392) terdiri dari:

1) Diagnosa Keperawatan ketidakefektifan perfusi jaringan perifer


31

a) Definisi: penurunan sirkulasi darah ke perifer yang dapat

mengganggu kesehatan.

b) Batasan karakteristik:

1. Tidak ada nadi

2. Perubahan fungsi motoric

3. Perubahan karakteristik kulit (warna, elastisitas, rambut,

kelembapan, kuku, sensasi, suhu)

4. Indek angkle-brachial <0,90

5. Perubahan tekanan darah diekstremitas

6. Waktu pengisian kapiler >3 detik

7. Klaudikasi

8. Warna tidak kembali ketungkai saat tungkai diturunkan

9. Kelambatan penyembuhan luka perifer

10. Penurunan nadi

11. Edema

12. Nyeri ekstremitas

13. Bruit femoral

14. Pemendekan jarak total yang ditempuh dalam uji berjalan 6

menit

15. Pemendekan jarak bebas nyeri yang di tempuh dalam uji

berjalan 6 menit

16. Perestesia

17. Warna kulit pucat saat elevasi


32

c) Faktor yang berhubungan

1. Kurang pengetahuan tentang faktor pemberat (mis,

Merokok, gaya hidup menonton, trauma, obesitas, asupan

garam, imobilitas)

2. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit

3. Diabetes melitus

4. Hipertensi

5. Gaya hidup menonton

6. Merokok

d) NOC

1. Circulation status

2. Tissue perfusion: cerebral

e) Kriteria hasil

1. Mendemonstrasikan status sirkulasi

2. Mendemonstrasikan kemampuan kognitif

3. Menunjukan fungsi sensori motori cranial yang utuh:

tingkat kesadaran membalik, tidak ada gerakan gerakan

involunter

f) Intervensi

1. Awasi tanda-tanda vital

Rasional: mengetahui keadaan umum pasien.

2. Kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa,

dasar kuku.
33

Rasional: memberi informasi tentang derajat/keadekuatan

perfusi jaringan dan membantu menentukan kebutuhan

intervensi

3. Selidiki keluhan nyeri dada, palpitasi

Rasional: iskemia seluler mempengaruhi jaringan

miokardial/potensial resiko infark.

4. Awasi pemeriksaan laboratorium. Mis. Hb dan jumlah

SDM, GDA

Rasional: mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan

pengobatan respons terhadap terapi.

5. Berikan SDM, darah lengkap/packed, produk darah sesuai

indikasi. Awasi ketat untuk komplikasi transfuse

Rasional: meningkatkan sel pembawa oksigen:

memperbaiki defisiensi untuk menurunkan risiko

perdarahan.

6. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi

Rasional: memaksimalkan transport oksigen ke jaringan.

d. Pelaksanaan Keperawatan

Pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai tujuan yang

spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana intervensi disuse

dan ditunjukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai

tujuan yang diharapkan (Nursalam,2013).


34

e. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tindakan intlektual untuk melengkapi proses

keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnose keperawatan,

rencana intervensi, dan implementasinya. Tahap evaluasi memungkinkan

perawat untuk memonitor keadaan yang terjadi selama tahap pengkajian,

analisis, perencanaan, dan implementasi intervensi (Nursalam, 2013).

D. Pemenuhan Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer

a. Pengertian

Nutrisi atau gizi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme

untuk fungsi normal dari system tubuh, pertumbuhan, pemeliharaan

kesehatan. Menurut Marcdante, dkk. (2014, hal. 134), mengatakan bahwa

Besi, trace mineral yang paling berlimpah, digunakan dalam sintesis

hemoglobin, myoglobin, dan enzim yang mengandung besi. Kandungan

besi tubuh diatur terutama melalui modulasi absorbsi besi, yang

dipengaruhi oleh status cadangan besi tubuh, bentuk dan jumblah besi

dalam makanan, dan kombinasi makanan dalam menu harian. Terdapat

dua kategori besi dalam makanan. Kategori pertama adalah besi hem.

Terdapat dalam hemoglobin dan myoglobin, sumbernya adalah daging,

dan jarang sekali mencapai lebih dari seperempat besi yang dikonsumsi.

Kategori kedua adalah besi nonhem, yang merupakan asupan besi yang

lebih banyak dan terdapat dalam bentuk garam besi. Absorbs besi nonhem

ditingkatkan oleh adanya asam askorbat, daging, ikan,dan unggas.


35

b. Gangguan pemenuhan nutrisi pada pasien anemia.

Defisiensi besi juga dapat terjadi akibat kehilangan darah, seperti

menstruasi atau ulserasi gaster. Selain menyebabkan anemia, defisiensi

juga mempengaruhi banyak jaringan (otot dan system saraf pusat).

Defisiensi besi dan anemia dikaitkan dengan letargi dan penurunan

kemampuan kerja serta gangguan perkembangan neurokognitif, defisit

yang dapat ireversibel bila awitin terjadi pada 2 tahun perama kehidupan.

c. Pengaturan pemenuhan nutrisi pada pasien anemia

Terapi anemia defisiensi besi mencakup perubahan pola makan agar

mengandung besi yang cukup dan pemberian 2 sampai 6 mg besi/kg/hari

(dalam bentuk sulfas ferosus) dibagi dalam dua atau tiga kali pemberian.

Retikulo sitosis terjadi dalam 3 sampai 7 parenteral berisiko menimbulkan

anafilaksis dan harus diberikan dengan protocol yang ketat, termasuk

adanya dosis tes.hari sejak dimulainya terapi. Terapi oral harus dilanjutkan

selama 5 bulan. Bila besi oral tidak dapat diberikan, dibutuhkan terapi besi

intramuskular atau intravena, namun ini jarang terjadi. Terapi parenteral

berisiko menimbulkan anafilaksis dan harus diberikan dengan protocol

yang ketat, termasuk adanya dosis tes.

d. Edukasi pemenuhan nutrisi pada pasien anemia

Diagnosis anemia defisiensi besi ditegakkan berdasarkan adanya

anemia mikrositik hipokrom, kadar ferritin serum rendah, besi serum

rendah, saturasi transferin rendah, red blood cel width distribution normal

atau meningkat. Didapatkan penurunan volume korpuskular rata-rata dan


36

indeks eritrosit, demikian pula hitung retikulosit rendah. Defisiensi besi

dapat terjadi tanpa anemia.

e. Prosedur tranfusi darah

- Pengertian: pemberian darah produk dan monitor pasien

- Tujuan: meningkatkan kadar Hb dan darah

- Prosedur

a) Menyiapkan alat:

1) 1 kolf tranfusi darah dengan blood filter

2) Cairan isotonik (Nacl 0,9%)

3) Darah sesuai kebutuhan

4) Obat-obatan sesuai dengan program medik

5) Handscoon disposable

6) Tensimeter dan thermometer

b) Prosedur kerja

1) Mengecek program terapi

2) Mencuci tangan

3) Memberikan salam terapeutik, menjelaskan tujuan dan

prosedur tindakan, tanda dan gejala reaksi tranfusi

4) Periksa produk darah yang disiapkan, golongan darah dan

kesesuaian cross math, jumlah darah dan nomor kantong

masa berlaku

5) Menggunakan handscoon/sarung tangan


37

6) Pemasangan system infus set dengan filter yang tepat

terhadap produk darah

7) Memasang cairan dengan cairan isotonik (Nacl 0,9%)

8) Hindari tranfusi darah lebih dari satu unit atau produk darah

pada satu waktu, kecuali diwajibkan oleh kondisi pasien

9) Monitor tempat IV terhadap tanda dan gejala infiltrasi dan

infeksi local

10) Monitor tanda-tanda vital (pada awal, selama tranfusi dan

setelah tranfusi)

11) Berikan tranfusi anti histamine bila perlu

12) Ganti cairan Nacl 0,9% dengan tranfusi darah

13) Monitor ada tidaknya reaksi alergi terhadap pemasangan

tranfusi

14) Monitor kecepatan aliran tranfusi

15) Jangan memberikan medikasi IV atau cairan lain kecuali

isotonik dalam darah

16) Ganti larutan Nacl 0,9% ketika tranfusi telah lengkap/selesai

17) Evaluasi respons pasien terhadap tindakan yang dilakukan

18) Membersihkan alat-alat

19) Buka sarung tangan dan cuci tangan

20) Dokumentasi
WOC

(Web Of Caution)

Pendarahan saluran cerna, Defisiensi besi, vit B 12, Overaktif RES, produksi
uterus,hidung, luka as. Folat Depresi sum- SDM abnormal
sum tulang eritropoetin
Kehilangan SDM (sel Penghancuran SDM
darah merah)
Produksi SDM

Pertahanan sekunder
Resiko infeksi
tidak adekuat

Penurunan jumlah Penurunan kadar HB Efek GI


eritrosit

Kompensasi jantung Kompensasi paru Gangguan penyerapan


nutrisi & defisiensi folat

Peningkatan frekuensi Glositis berat (lidah


Beban kerja dan curah napas meradang), diarek
jantung meningkat
Dypsnea (kesulitan kehilangan nafsu makan
bernapas)
Takikardia,
angina,(nyeri dada) Intake nutrisi turun
Penurunan transfortasi O2 (anoreksia)
iskemia miokardium,
beban kerja jantung
Hipoksia Ketidak seimbangan
Ketidak efektifan
perfu jaringan perifer nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Nyeri akut

Lemah lesu, parestesia, Ketidak efektifan pola


mati rasa, ataksia, napas
gangguan koordinasi,
bingung
Defisit perawatan diri Gambar 2. 4 Bagan WOC
Intoleransi aktivitas
(Sumber: NANDA NIC & NOC)

38
BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Desain Studi Kasus

Studi menggunakan desain studi kasus, untuk mengeksplorasikan masalah

asuhan keperawatan pada pasien Anemia di Ruang Dahlia BRSUD Tabanan.

B. Subyek Studi Kasus

Studi kasus ini bertujuan mendeskripsikan karakteristik partisipan atau

unit analisis atau subjek studi kasus yang akan diteliti. Unit analisis atau

subjek studi kasus dalam keperawatan umumnya adalah klien dan keluarga.

Dalam penelitian ini adapun yang menjadi subjek studi kasus adalah 2 pasien

anemia yang sama.

C. Fokus Studi

Pemberian asuhan keperawatan pada pasien anemia di Ruang Dahlia

BRSUD Tabanan.

D. Definisi Operasional

Pada studi kasus yang dilakukan pada pasien anemia menggunakan 2

pasien dengan jenis kelamin laki-laki atau perempuan dengan rentang umur

antara 30 -75 tahun yang sedang dirawat di Ruang Dahlia BRUSD Tabanan.

39
40

E. Instrumen Studi Kasus

Instrumen yang akan dipakai dalam pengambilan data pada pasien

anemia adalah format asuhan keperawatan, setelah itu pada saat pengkajian

akan dianalisis sebagai bahan untuk menunjang tindakan keperawatan dan

perkembangan pasien.

F. Metode Pengumpulan Data

Data dikumpulkan melalui proses pengkajian, meliputi:

1. Wawancara: Hasil anamnesia berisi tentang identitas pasien, keluhan

utama, riwayat penyakit sekarang, dahulu, keluarga dll. Sumber data

dari klien, keluarga, perawat lainnya.

2. Observasi dan pemeriksaan fisik dengan pendekatan IAPP: inspeksi,

palpasi, perkusi, auskultasi pada sistem tubuh klien.

3. Studi dokumentasi: Hasil dari pemeriksaan diagnostik dan data lain

yang releven. Pengumpulan data juga dapat dilaksanakan dengan

menggunakan angket jika diperlukan.

G. Lokasi dan Waktu Studi Kasus

Lokasi penelitian harus menjadi perhatian serius oleh seorang peneliti.

Penelitian harus mempertimbangkan dengan baik dimana penelitian akan

dilaksanakan mengapa ditempat tersebut, kemudian kapan sebaiknya

penelitian dilakukan dan berapa lama penelitian akan dilakukan. Artinya,

ketika penelitian dilaksanakan atau data dikumpulkan maka masalah

penelitian tersebut memang masih terjadi atau masih di tempat dimana


41

penelitian dilaksanakan serta akan memperjelas konsep generalisasi hasil

penelitian (Swarjana, 2015). Studi kasus ini dilaksanakan di Ruang Dahlia

BRSUD Tabanan selama kurang lebih 3 hari perawatan (3x24 jam).

H. Analisa Data dan Penyajian Data

Analisa data dilakukan sejak penelitian di BRSUD Tabanan sewaktu

pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data

dilakukan dengan cara mengemukaan fakta, selanjutnya akan dituangkan

dalam opini pembahasan. Teknik analisa yang digunakan dengan cara

menarasikan jawaban-jawaban yang diperoleh dari hasil interpretasi,

wawancara, dan observasi. Uraian dalam analisa adalah:

1. Pengumpulan data

Data yang dikumpulkan dari hasil wawancara, observasi dan

dokumentasi. Hasil ditulis dalam bentu catatan lapangan, kemudian

disalin dalam bentuk transkrip (catatan terstruktur).

2. Mereduksi data

Data hasil wawancara yang terkumpul dalam catatan lapangan

dijadikan satu dalam bentuk transkrip dan dikelompokkan menjadi data

subyektif dan obyektif, dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan

diagnostic kemudian dibandingkan nilai normal.

3. Penyajian data
42

Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun

teks naratif. Kerahasiaan dari klien dijamin dengan jalan mengaburkan

identitas dari klien.

4. Kesimpulan

Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan

dengan hasil- hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan

perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode

induksi. Data yang dikumpulkan terkait dengan data pengkajian,

diagnosa, perencanaan tindakan, dan evaluasi.

I. Etika Studi Kasus

Dalam studi kasus asuhan keperawatan pada pasien pneumonia

dengan Ketidakefektifan bersihan jalan nafas di Ruang Anggrek BRSUD

Tabanan, etika yang perlu diperhatikan adalah :

1. Information Sheet

Lembar informasi yang berisi informasi yang akan disampaikan

kepada calon subyek peneliti dan atau keluarganya sebelum mereka

memutuskan bersedia menjadi subyek atau tidak.

2. Inform Consent

Inform consent yaitu suatu lembaran yang berisikan tentang

permintaan persetujuan kepada keluarga pasien bahwa bersedia untuk

menjadi narasumber pada studi kasus ini dengan membuktikan

lembaran inform consent tersebut.


43

3. Anonimity (tanpa nama)

Penulis tidak mencantumkan identitas dari pasien. Pasien cukup

mencantumkan inisial.

4. Confidentiality (kerahasiaan)

Penulis akan menjaga kerahasiaan tentang penyakit yang dialami

pasien.
BAB IV

HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Studi Kasus

1. Gambaran Lokasi Pengambilan Data

BRSUD Kab.Tabanan berdiri pada tanggal 24 November 1953 dengan

nama Rumah Sakit Umum Tabanan yang berdiri diatas tanah seluas 1.610

m². BRSUD Tabanan merupakan rumah sakit milik Pemerintah Kabupaten

Tabanan, terletak di Jantung Kota Tabanan, dengan kapasitas tempat tidur

225 tempat tidur.

Pada Bulan April 2002 sistem pengelolaan keuangan BRSUD Tabanan

bersifat Swadana, dan di tahun 2005 Rumah Sakit Tabanan menerima

penghargaan Citra Pelayanan Prima dari Kementrian Negara

Pemberdayagunaan Aparatur Negara. Pada Bulan Juni 2006 menjadi BLU,

Badan Layanana Umum. Pada bulan Mei 2014 Lulus Akreditasi Standar

2012 dengan peringkat Paripurna dan sebagai Rumah sakit Tipe B

Pendidikan sejak tanggal 10 Agustus 2016.

2. Karakteristik Partisipan

Pasien dalam penelitian anemia yaitu pasien Tn. NR, umur 71 Tahun,

beragama Hindu, pendidikan SD, alamat Br. Munduk Damping, Petang,

Badung.

44
45

3. Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada tanggal 2 April 2020 pada Pukul 10.00

Wita di ruang DAHLIA BRSUD TABANAN dengan teknik wawancara,

observasi, pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi.

a. Identitas

Tabel 4. 1 Identitas Pasien

Identitas Pasien Pasien 1 Pasien 2


Nama Tn. NR Tn. WS
Umur 71 Tahun 75 Tahun
Jenis Kelamin Laki-laki Laki-laki
Status Menikah Menikah
Pekerjaan Petani Wiraswasta
Pendidikan SD SD
Agama Hindu Hindu
Suku Bali Bali
Alamat Br. Munduk Br. Angantiga,
dampin,petang badung Petang, Badung
No. Telepon - -
No. RM 250503 271645
Tanggal MRS 2 April 2020 5 April 2020
46

b. Riwayat Penyakit

Tabel 4. 2 Riwayat Penyakit

Riwayat Penyakit pasien Pasien 1 Pasien 2


Keluhan Utama
a. Saat MRS Pasien mengeluh Pasien mengeluh
lemas lemas
b. Saat Pengkajian Pasien mengeluh Pasien mengatakan
lemas, batuk, sedikit lemas, sesak dan
sesak dan dada batuk kadang-kadang
Riwayat Penyakit sebelah kiri sakit Tanggal 5 April 2020
Tanggal 2 April 2020 pasien mengeluh
pasien mengeluh badanya lemas. Pada
batuk dan badanya saat dirumah pasien
lemas, pasien sempat tidak sempat minum
minum obat batuk dan obat, pada tanggal 5
tidak sembuh. Pada April 2020 pasien
tanggal 2 April 2020 diajak ke puskesmas
pasien diajak ke terdekat oleh
puskesmas terdekat keluarganya karena
oleh keluarganya, sesak, setelah
setelah dilakukan dilakukan
pemeriksaan di pemeriksaan di
puskesmas pasien puskesmas pasien
dirujuk ke BRSUD dirujuk ke BRSUD
Tabanan diterima di Tabanan pada tanggal
IGD pukul 11.30 wita, 5 April 2020 dan
di IGD pasien diterima di IGD pukul
dilakukan 07.30 wita, di IGD
pemeriksaan, tanda- pasien dilakukan
tanda vital, Tekanan pemeriksaan tanda-
darah: 110/70 mmHg, tanda vital, Tekanan
nadi: 82 x/menit, darah: 100/60 mmHg,
respirasi: 24 x/menit, nadi: 78 x/menit,
suhu:36,5C. respirasi: 26 x/menit,
Pemeriksaan suhu: 36,3o C.
penunjang, HB: 5,9 Pemeriksaan
g/dl, WBC: 3,74 penunjang, HB: 6,5
47

10^3/ul, PLT: 30 g/dl, WBC: 3,43


10^/ul, HCT: 18,3 %. 10^3/ul, HCT: 22.0
Dari hasil %. Dari hasil
pemeriksaan tersebut pemeriksaan tersebut
pasien di diagnosa pasien di diagnosa
Pansitopenia ec. Susp. Anemia berat.
Mds. Disarankan Disarankan MRS
MRS dengan therapi dengan therapi yang
yang diberikan di diberikan di IGD: -
IGD: -IVFD Nacl IVFD Nacl 0,9% 8
0,9% 12 tetes/menit - tetes/menit -Transfusi
Transfusi PRC 1-2 PRC 2 kolf/hari s/d
kolf/hari s/d HB> 10 HB> 10 gr/dl -Asam
gr/dl -Asam folat 2x1 folat 2x1 tab. -
tab. -Cefotaxime 3x1 Omeprazol 2x40 mg.
gr. Pasien diterima di Pasien diterima di
ruang Dahlia pukul ruang Dahlia pukul
16.30 wita untuk 24.00 wita untuk
menjalankan rawat menjalankan rawat
inap. Saat pengkajian inap. Saat pengkajian
tanggal 2 Aapril 2020 tanggal 5 April 2020
pukul 10.00 wita pukul 12.00 wita
Pasien mengatakan pasien mengatakan
batuknya tidak sedikit sesak, lemas,
kunjung hilang, dada pusing dan batuknya
sebelah kiri sakit dan kadang-kadang.
pasien mengatakan Terapi yang di
badanya lemas. Terapi berikan di ruang
yang di berikan di Oleg: -IVFD Nacl
ruang Dahlia 0,9% 8 tetes/menit -
Transfusi PRC 2
-IVFD Nacl 0,9% 12
kolf/hari s/d HB> 10
tetes/menit
gr/dl -Asam folat 2x1
-Transfusi PRC 1-2 tab. -Omeprazole
kolf/hari s/d HB> 10 2x40 gr. Pemeriksaan
gr/dl -Asam folat 2x1 tandatanda vital,
tab. tekanan darah: 100/70
mmHg, Nadi 88
-Cefotaxime 3x1 gr. x/menit, respirasi: 24
-NAC 3x1 amp. x/menit, suhu: 36 oC.
Pemeriksaan
tandatanda vital,
48

tekanan darah: 120/80


mmHg, Nadi
78x/menit, respirasi:
24x/menit, suhu:
36oC.

Riwayat Penyakit Pasien mengatakan 2 Pasien mengatakan


Sebelumnya tahun yang lalu pada sebelumnya tidak
bulan januari 2018 pernah mengalami
pernah MRS dengan penyakit seperti yang
keluhan yang sama dialaminya
batuk dan lemas
Riwayat penyakit keluarga Pasien mengatakan Pasien mengatakan
atau keturunan anggota keluarganya anggota keluarganya
tidak ada yang tidak ada yang
memiliki penyakit memiliki penyakit
yang sama seperti yang sama seperti
pasien dan tidak ada pasien dan tidak ada
penyakit keturunan penyakit keturunan
seperti Diabetes seperti Diabetes
mellitus, hipertensi, mellitus, hipertensi,
dan asma dan asma
49

c. Perubahan Pola Kesehatan

Tabel 4. 3 Perubahan Pola Kesehatan

Pola Kesehatan Pasien 1 Pasien 2


a. Data Biologis
1) Bernapas Sebelum pengkajian: Sebelum pengkajian:
Pasien mengatakan Pasien mengatakan
tidak mengalami tidak mengalami
gangguan pernapaan gangguan pernapaan
dan tidak mengalami dan tidak mengalami
sesak saat menarik sesak saat menarik
maupun maupun
mengeluarkan napas. mengeluarkan napas.
Saat pengkajian: Saat pengkajian:
Pasien mengatakan Pasien mengatakan
kesulitan untuk kesulitan untuk
bernapas, pasien bernapas, pasien
mengatakan batuk mengatakan batuk
disertai dahak kadang-kadang,
dengan karakteristik respirasi pasien 28
sputum berwarna x/menit
putih keruh, respirasi
pasien 30 x/menit
2) Makan dan minum
Makan
Sebelum pengkajian: Sebelum pengkajian:
Pasien mengatakan Pasien mengatakan
biasa makan 2 kali biasa makan 2
sehari dengan menu sampai 3 kali sehari
bubur, nasi, sayur, dengan menu bubur,
lauk dan habis dalam nasi, sayur, lauk dan
satu porsi. habis dalam satu
porsi.
Saat pengkajian:
Pasien mengatakan Saat pengkajian:
hanya makan 4-6 Pasien mengatakan
sendok makanan hanya makan 2-4
yang diberikan di sendok makanan
rumah sakit yang diberikan di
rumah sakit
50

Minum Sebelum dan saat Sebelum dan saat


pengkajian pasien pengkajian pasien
mengatakan biasa mengatakan biasa
minum 5-7 gelas air minum 4-6 gelas air
putih per hari. putih per hari.

3) Eliminasi
BAB
Sebelum pengkajian Sebelum dan
pasien mengatakan sesudah pengkajian
biasa buang air besar pasien mengatakan
1- 2 kali setiap hari biasa buang air besar
dengan konsistensi 1- 2 kali setiap hari
lembek, warna dengan konsistensi
kuning, tidak ada lembek, warna
lendir dan darah. kuning, bau khas
Saat pengkajian feses, tidak ada
pasien mengatakan lendir dan darah.
buang air besar 1
kali sehari dengan
konsistensi lembek
dan sedikit
bercampur darah.

BAK Sebelum pengkajian:


Sebelum pengkajian:
Pasien mengatakan Pasien mengatakan
BAK kurang lebih 4 BAK kurang lebih 3
kali sehari dan tidak kali sehari dan tidak
ada nyeri pada saat ada nyeri pada saat
BAK BAK

Saat pengkajian: Saat pengkajian:


Pasien mengatakan Pasien mengatakan
BAK kurang lebih 6 BAK kurang lebih 4
kali sehari dan tidak kali sehari dan tidak
ada nyeri saat BAK ada nyeri saat BAK.

4) Gerak dan aktivitas Sebelum pengkajian: Sebelum pengkajian


51

Pasien mengatakan Pasien mengatakan


dapat bergerak dan dapat bergerak dan
beraktivitas seperti beraktivitas seperti
biasa dirumah, tidak biasa dirumah, tidak
ada gangguan ada gangguan
ekstremitas saat ekstremitas saat
beraktivitas. Saat beraktivitas.
pengkajian: Pasien
Saat pengkajian:
mengatakan sedikit
Pasien mengatakan
lemas dan ADL di
lemas dan ADL di
bantu oleh perawat
bantu oleh perawat
dan keluarga
dan keluarga
5) Istirahat dan tidur Sebelum pengkajian: Sebelum pengkajian
Pasien mengatakan Pasien mengatakan
tidak ada gangguan tidak ada gangguan
dengan istirahat dan dengan istirahat dan
tidurnya baik di tidurnya baik di
siang hari maupun di siang hari maupun di
malam hari. Saat malam hari.
pengkajian: Pasien
Saat pengkajian:
mengatakan tidak
Pasien mengatakan
ada gangguan
tidak ada gangguan
dengan istirahat dan
dengan istirahat dan
tidurnya, jumblah
tidurnya, jumblah
jam tidur 6-8 jam
jam tidur 6-7 jam
sehar
sehari

6) Kebersihan diri Sebelum pengkajian: Sebelum pengkajian


Pasien mengatakan Pasien mengatakan
mandi 2 kali sehari mandi 1 kali sehari
dengan sabun dan saat sore hari dengan
mencuci rambut 2 sabun dan mencuci
hari sekali, sikat gigi rambut 3 hari sekali,
dengan pasta gigi 2 sikat gigi dengan
kali sehari dan pasta gigi 1 kali
mengganti pakaian sehari dan
sekali sehari saat mengganti pakaian
sore hari. sekali sehari saat
sore hari.
Saat pengkajian:
Pasien mengatakan Saat pengkajian:
52

mandi sekali sehari Pasien mengatakan


dibantu oleh mandi sekali sehari
keluarganya dibantu oleh
memakai sabun keluarganya
ditempat tidur ditempat tidur
dengan cara di lap, dengan cara di lap,
sikat gigi 2 kali sikat gigi 1 kali
sehari menggunakan sehari menggunakan
pasta gigi, frekuensi pasta gigi, frekuensi
ganti pakaian 1 hari ganti pakaian 1 hari
sekali, kuku tidak sekali, kuku tidak
panjang dan terlihat panjang dan terlihat
bersih dan bersih dan
kemampuan kemampuan
kebersihan diri di kebersihan diri di
bantu oleh bantu oleh
keluarganya. keluarganya.
7) Penganturan suhu Sebelum pengkajian Sebelum pengkajian
tubuh Pasien mengatakan Pasien mengatakan
tidak ada masalah tidak ada masalah
dengan suhu dengan suhu
tubuhnya. Saat tubuhnya. Saat
pengkajian Pasien pengkajian Pasien
mengatakan tidak mengatakan tidak
ada masalah dengan ada masalah dengan
suhu tubuhnya suhu tubuhnya
b. Data Psikologis
1) Rasa aman Sebelum pengkajian Sebelum pengkajian
Pasien mengatakan Pasien mengatakan
tidak tidak memiliki tidak tidak memiliki
masalah dengan rasa masalah dengan rasa
aman Saat aman Saat
pengkajian Pasien pengkajian Pasien
mengatakan tidak mengatakan tidak
merasa cemas. merasa cemas
2) Rasa nyaman Sebelum pengkajian Sebelum pengkajian:
Pasien mengatakan Pasien mengatakan
tidak memiliki tidak memiliki
gangguan terhadap gangguan terhadap
rasa nyaman rasa nyaman
53

Saat pengkajian Saat pengkajian


Pasien mengatakan Pasien mengatakan
kurang nyaman kurang nyaman
karena sedikit sesak karena lemas dan
dan lemas. sedikit sesak.
c. Data Sosial
1) Social Hubungan pasien Hubungan pasien
dengan keluarga, dengan keluarga,
perawat dan pasien perawat dan pasien
yang lain baik, yang lain baik,
pasien kooperatif pasien kooperatif
dalam memberikan dalam memberikan
informasi data dan informasi data dan
kooperatif dalam kooperatif dalam
menerima setiap menerima setiap
tindakan yang tindakan yang
diberikan. diberikan, tapi
pasien berhenti
bekerja semenjak
sakit.
2) Prestasi Pasien mengatakan Pasien mengatakan
hanya tamatan SD hanya tamatan SD
dan sampai saat ini dan sampai saat ini
pasien mengatakan pasien mengatakan
tidak memiliki tidak memiliki
prestasi yang dapat prestasi yang dapat
dibandingkan dibandingkan

3) Bermain dan rekreasi Pasien mengatakan Pasien mengatakan


jika ada waktu jika ada waktu
luang, pasien luang, pasien
biasanya biasanya
menghabiskan waktu menghabiskan waktu
dengan menonton tv dengan menonton tv
bersama dengan bersama dengan
keluarganya. keluarganya.

4) Pengetahuan belajar Pasien mengatakan Pasien mengatakan


tidak begitu tidak begitu
54

memahami tentang memahami tentang


penyakitnya penyakitnya
Data Spiritual Sebelum pengkajian hindu, sebelum sakit
Pasien mengatakan pasien mengatakan
biasa sembahyang 1 biasa sembahyang
sampai 3 kali sehari. jika ada odalan
Saat pengkajian (upacara agama),
Agama yang dianut dan saat pengkajian
pasien adalah agama pasien mengatakan
hindu, pasien hanya bisa berdoa di
mengatakan biasa tempat tidur saja,
beribadah saat sakit pasien menganut
hanya berdoa diatas kepercayaan hindu
tempat tidur.

d. Pemeriksaan Fisik

Tabel 4. 4 Pemeriksaan Fisik

Observasi Tn. NR
a. Keadaan Umum
1) Kesadaran CM (compos mentis) CM (compos mentis)
E4V5M6 E4V5M6
2) Postur tubuh Sedang Sedang
3) Bangun tubuh Tegak Tegak
4) Gerak motorik Terkoordinir Terkoordinir
5) Keadaan kulit Warna kulit pucat Warna kulit pucat
(sawo matang), (sawo matang),
lembab, tidak ada lembab, tidak ada
sianosi, turgor sianosi, turgor
kurang elastis, dan kurang elastis, dan
kebersihannya cukup kebersihannya cukup
55

b. Gejala Kardinal
1) Suhu 36, ºC 36,5 ºC
2) Nadi 88 x/menit 80 x/menit
3) Respirasi 22 x/menit 24 x/menit
4) Tekanan Darah 120/70 mmHg 110/70 mmHg
c. Ukuran Lain
1) BB sebelum sakit 60 kg 57 kg
2) BB saat pengkajian 59 kg 55 kg
3) Tinggi badan 170 cm 165 cm
4) IMT BB (kg) BB (kg)
TB (m) = TB (m)
55 (Kg) 60 (Kg)
2,85 (m) = 19 kg 9 2,72 (m) = 22 kg
(m) (m)
d. Keadaan Fisik
1) Kepala Inspeksi : bentuk Inspeksi : bentuk
simetris, lesi tidak simetris, lesi tidak
ada, benjolan tidak ada, benjolan tidak
ada, penyebaran ada, penyebaran
rambut merata, rambut merata,
rambut tidak rontok, rambut tidak rontok,
warna rambut hitam warna rambut hitam
keputihan, dan keputihan, dan
kepala bersih. kepala bersih.
Palpasi : nyeri tekan
Palpasi : nyeri tekan
tidak ada.
tidak ada.
2) Wajah Inspeksi : bentuk Inspeksi : bentuk
oval, lesi tidak ada, oval, lesi tidak ada,
oedem tidak ada, oedem tidak ada,
benjolan tidak ada. benjolan tidak ada.
Palpasi : nyeri tekan Palpasi : nyeri tekan
tidak ada tidak ada.
56

3) Mata Inspeksi : bentuk Inspeksi : bentuk


simetris, pergerakan simetris, pergerakan
bola mata bola mata
terkoordinasi, refleks terkoordinasi, refleks
pupil baik, pupil pupil baik, pupil
isokor, konjungtiva isokor, konjungtiva
pucat, klera putih. puca, klera putih.
Palpasi : nyeri tekan Palpasi : nyeri tekan
tidak ada. tidak ada.
4) Hidung Inspeksi : bentuk Inspeksi : bentuk
simetris, sekret tidak simetris, sekret tidak
ada, kebersihan ada, kebersihan
cukup. cukup.
Palpasi : nyeri Palpasi : nyeri tekan
tekan tidak ada

5) Telinga Inspeksi : bentuk Inspeksi : bentuk


simetris, kebersihan simetris, kebersihan
cukup. cukup.
Palpasi : nyeri tekan Palpasi : nyeri
tidak ada. tekan tidak ada.
6) Mulut Inspeksi : bentuk Inspeksi : bentuk
simetris, mukosa simetris, mukosa
bibir kering, bibir kering,
stomatitis tidak ada, stomatitis tidak ada,
pembesaran tonsil pembesaran tonsil
tidak ada, lidah tidak ada, lidah
bersih, kebersihan bersih, kebersihan
gigi cukup, caries gigi cukup, caries
tidak ada, dan secara tidak ada, dan secara
umum kebersihan umum kebersihan
mulut pasien cukup. mulut pasien cukup.
Palpasi : tidak ada Palpasi : tidak ada
nyeri tekan nyeri tekan
7) Leher Inspeksi : Inspeksi:
pembesaran kalenjar pembesaran kalenjar
tirod tidak ada, tirod tidak ada,
bendungan vena bendungan vena
jugularis tidak ada, jugularis tidak ada,
57

dan pergerakan dan pergerakan


terkoordinasi. terkoordinasi.
Palpasi : nyeri tekan Palpasi : nyeri tekan
tidak ada, tidak ada,
pembesaran kelenjar pembesaran kelenjar
limfe tidak ada limfe tidak ada.

8) Thorax
a. Paru-paru
Inspeksi : bentuk Inspeksi : bentuk
dada simetris, dada simetris,
retraksi otot dada retraksi otot dada
tidak ada. tidak ada. Palpasi :
tidak ada nyeri
Palpasi : tidak ada
tekan.
nyeri tekan.
Perkusi : suara paru
Perkusi : suara paru
sonor.
sonor.
Auskultasi :
Auskultasi :
whezing ada,
whezing ada,
ronching tidak ada,
ronching tidak ada,
suara napas
suara napas
vesikular.
vesikular.

Inspeksi :
Inspeksi :
iktuskordis tidak
iktuskordis tidak
tampak.
b. Jantung tampak.
Palpasi : ictus
Palpasi : ictus
cordisteraba di
cordisteraba di
sebelah medial linea
sebelah medial linea
midklavikulais.
midklavikulais.
Perkusi : terdengar
Perkusi : terdengar pekak.
pekak.
Auskultasi : suara
Auskultasi : suara jantung S1 S2
jantung S1 S2 tunggal legular.
tunggal legular.
58

9) Abdomen Inpeksi : Bentuk Inpeksi : Bentuk


simetris, simetris.
Auskultasi : Bising Auskultasi : Bising
usus 6x/menit. usus 5x/menit.
Palpasi : tidak ada Palpasi : tidak ada
nyeri tekan nyeri tekan.
Perkusi : Suara Perkusi : Suara
tympani sebagian tympani sebagian
besar perut, dullness besar perut, dullness
di atas hepar. di atas hepar.
10) Genetalia Tidak terobservasi Tidak terobservasi
11) Anus Tidak terobservasi Tidak terobservasi
12) Ekstremitas
a. Atas
Edema tidak ada, Edema tidak ada,
sianosis pada ujung sianosis pada ujung
kuku tidak ada, lesi kuku tidak ada, lesi
tidak ada, pergerakan tidak ada, pergerakan
pada tangan kanan pada tangan kanan
dan kiri dan kiri
terkoordinasi, CRT terkoordinasi,
<3 detik, terpasang CRT<3 detik,
infus di tangan kiri terpasang infus di
pasien. tangan kanan pasien.

Edema tidak ada, lesi Edema tidak ada, lesi


b. Bawah
ada, nyeri tidak ada ada, tidak terdapat
kuku pendek dan nyeri pada luka,
bersih, CRT <3 kuku pendek dan
detik, pasien bersih, CRT <3
mengatakan tidak detik. Kekuatan otot:
terasa apa-apa pada
kedua kakinya.
Kekuatan otot :
555 555 555 555
555 555 555 555
Keterangan : Keterangan :
59

0 : tidak ada 0 : tidak ada


kontraksi kontraksi
1 : hanya terdapat 1 : hanya terdapat
kontraksi otot kontraksi otot
2 : ada pergerakan 2 : ada pergerakan
tetapi tidak mampu tetapi tidak mampu
melawan gravitasi melawan gravitasi
3 : ada pergerakan, 3 : ada pergerakan,
tetapi hanya dapat tetapi hanya dapat
mengatasi gaya mengatasi gaya
gravitasi gravitasi
4 : mampu melawan 4 : mampu melawan
gravitasi dan gravitasi dan
melawan sedikit melawan sedikit
tahanan tahanan
5 : mampu melawan 5 : mampu melawan
gravitasi dan tahanan gravitasi dan tahanan
penuh penuh
60

e. Pemeriksaan Diagnostik

Tabel 4. 5 Pemeriksaa Diagnostik

Pasien 1 Pasien 2
Hasil pemeriksaan darah lengkap tanggal Hasil pemeriksaan darah lengkap tanggal 6
3 April 2020 , pukul 14.14 wita April 2020 , pukul 15.25 wita

Jenis Hasil Sat Nilai Jenis Hasil Sat Nilai


pemerik pemerk
uan Rujukan uan rujukan
Saan Saan
HGB LL g/dl 13.2 – HGB LL 6.5 g/dl 13.2 –
5,9
17.3 17.3
RBC L 1,96 [10^ 4.40 – RBC L 3.8 [10^6/ 4.40 –
6/ul] ul]
5.90 5.90
HCT L 18,3 % 40.0 – HCT L 22.0 % 40.0 –
52.0 52.0
MCV 9,7 FL 80.0 – MCV 80.7 FL 80.0 –
100.0 100.0
MCH 30.0 Pg 26.0 – MCH 28.0 Pg 26.0 –
34.0 34.0
MCHC 32.0 g/D 32.0 – MCHC 32.0 g/D 1 32.0 –
1
36.0 36.0
RDWCV H % 11.5- RDWC H 15.6 % 11.5-
14.6 V
14.5 14.5
WBC L 3.74 10^3 3.80- WBC L 3.43 10^3/ 3.80-
/ul 10.60 ul 10.60
Hitung Hitung
jenis jenis
NEUT % 50.3 % 50.0- NEUT 51.0 % 50.0-
61

70.0 % 70.0
LYMPH 33.5 % 25.0- LYMP 34.0 % 25.0-
% 40.0 H% 40.0
BASO % 1.0 % 0.0- BASO 1.2 % 0.0-
%
1.0 1.0
MONO H % 2.0- MONO H 11.7 % 2.0-
% 10.8 %
8.0 8.0
EOS% H44 % 2.0- EOS% 1.7 % 2.0-
4.0 4.0
NEUT# 1.9 10^3 1.5 - 7.0 NEUT# 1.8 10^3/ 1.5 -
/ul ul 7.0
LYMPH 1.3 10^3 1.0 – 3.7 LYMP 1.2 10^3/ 1.0 –
# /ul H# ul 3.7
BASO# 0.0 10^3 0.0– 0.1 BASO# 0.0 10^3/ 0.0–
/ul ul 0.1
MONO# 0.4 10^3 0.0– 0.7 MONO 0.4 10^3/ 0.0–
/ul # ul 0.7
EOS# 0.2 10^3 0.0– 0.4 EOS# 0.1 10^3/ 0.0–
/ul ul 0.4
PLT LL 30 10^3 150 – PLT 256 10^3/ 150 –
/ul 440 ul 440
PDW H FL 9.0 – PDW H 20.6 FL 9.0 –
22.7 17.0 17.0
MPV L 7.8 FL 9.0 – MPV L 6.7 FL 9.0 –
13.0 13.0
GLUKO GLUK
SA OSA
DARAH DARA
H
GLKOS 113 Mg/ 70 – 100
A dL GLKO - Mg/d 70 –
DARAH SA L 100
PUASA DARA
H
62

PUAS
A

ANALISA DATA KEPERAWATAN PADA PASIEN


ANEMIA DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN PERFUSI
JARINGAN PERIFER DI RUANG DAHLIA BRSUD
TABANAN

2. Analisa Data Pasien


Tabel 4. 6 Analisa Data Pasien

Data Etiologi Masalah


Tanggal 2 april 2020
Data Subyektif: 1. Penurunan Ketidakefektifa
konsentrasi Hb n perfusi
1. pasien
dan darah jaringan perifer
mengatakan
badannya 2. suplai oksigen
lemas berkurang
2. pasien 3. Kompensasi
mengatakan jantung
sakit di bagian
4. Beban kerja
dada sebelah
dan curah
kiri
jantung
meningkat
Data Obyektif 5. Takikardia,
angina,(nyeri
1. konjungtiva
dada) iskemia
pucat
miokardium,
2. CRT > 2 detik beban kerja

3. Pasien tampak
lemas dan
63

pasien tampak
pusing
4. Pasien tampak
memegangi
dadanya

PASIEN 2
Tanggal 5 April 2020
Data Etiologi Masalah
Data Subyektif 1. Penurunan Ketidakefektifa
konsentrasi Hb n perfusi
1. Pasien
dan darah jaringan perifer
mengatakan
lemas 2. suplai oksigen
berkurang
2. Pasien
mengatakan 3. Kompensasi
pusing jantung
4. Beban kerja
dan curah
Data Oobyektif
jantung
1. konjungtiva meningkat
pucat
5. Takikardia,
2. CRT > 2 detik angina,(nyerid
ada) iskemia
3. pasien terlihat miokardium,
lemas dan beban kerja
pusing
4. HB: 6,5 g/dl

Diagnose Keperawatan
Tabel 4. 7 Diagnosa Keperawatan

Data Problem Diagnose


Keperawatan
(masalah)
Data Subyektif Ketidakefektifa n Ketidakefektifan
64

1. Pasien perfusi jaringan perfusi jaringan


mengatakan perifer perifer
badannya lemas berhubungan
2. pasien dengan penurunan
mengatakan konsentrasi Hb
sakit di bagian dan darah, suplai
dada sebelah kiri
oksigen berkurang
DO
ditandai dengan
1. konjungtiva pasien mengatakan
pucat badanya lemas,
2. CRT > 2 detik pasien mengatakan
3. HB: 5,9 g/dl sakit di bagian
4. Pasien tampak dada sebelah kiri
memegangi konjungtiva
dada sebelah anemis, CRT> 2
detik, HB 5,9 g/dl
kirinya
,PLT: 30 10^3ul
PASIEN 2
Data Problem Diagnose
keperawatan
(masalah)
Data Subyektif Ketidakefektifan Ketidakefektifan
perfusi jaringan perfusi jaringan
1. Pasien
perifer perifer
mengatakan berhubungan
badannya lemas dengan penurunan
2. Pasien konsentrasi Hb
mengatakan dan darah, suplai
oksigen berkurang
pusing
ditandai dengan
Data Obyektif pasien mengatakan
lemas, pasien
1. konjungtiva mengatakan
pucat pusing,
2. CRT > 2 detik konjungtiva
anemis, CRT> 2
3. pasien terlihat detik,pasien
lemas dan terlihat lemas dan
pusing pusing, 6,5 g/dl,
4. HB: 6,5 g/dl turgor kulit kurang
elastis.
65

RENCANA KEPERAWATAN PADA PASIEN ANEMIA


DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN PERFUSI JARINGAN
PERIFER DI RUANG DAHLIA BRSUD TABANAN
3. Perencanaan Keperawatan
Tabel 4. 8 Rencana Keperawatan

Dx Kriteria hasil Rencana & Rasional


Keperawatan
Ketidakefektifan Setelah diberikan 1. Monitor CRT Rasional:
perfusi jaringan perifer asuhan Untuk memantau
berhubungan dengan keperawatan kekuatan suplai oksigen
penurunan konsentrasi selama 3 x 24 jam ke jaringan perifer
Hb dan darah, suplai di harapkan perfusi 2. Observasi TTV Rasional:
oksigen berkurang jaringan perifer Untuk mengetahui
keadaan umum pasien
ditandai dengan pasien efektif dengan
3. Observasi efek samping
mengatakan badanya kriteria hasil:
pemberian transfusi darah
lemas, pasien Rasional: Mengetahui
1. Pasien
mengatakan sakit di reaksi yang timbul selama
mengatakan
bagian dada sebelah kiri tidak lemas transfusi dan setelah
konjungtiva anemis, lagi transfusi darah
CRT> 2 detik, HB 5,9 2. Copillany 4. Bantu ADL pasien
g/dl ,PLT: 30 10^3ul refile time < 3 Rasional: Membantu
detik kemandirian ADL pasien
3. Fungsi sensori 5. Anjurkan pasien makan
motori cranial makanan yang mudah
utuh dicerna, dalam keadaan
4. Hb hangat dan makanan yang
pasien>10g/dl mengandung zat besi
seperti daging merah,
kuning telur Rasional:
Untuk meningkatkan
nafsu makan dan
memenuhi kebutuhan
nutrisi sesuai kebutuhan
6. Kolaborasi dalam
pemberian transfusi darah,
asam folat Rasional:
untuk meningkatkan sel
darah merah
66

PASIEN 2
Dx Keperawatan Kriteria Hasil Perencanaan & Rasional
Ketidakefektifan Setelah diberikan 1. Monitor CRT Rasional:
perfusi jaringan perifer asuhan Untuk memantau
berhubungan dengan keperawatan kekuatan suplai oksigen
penurunan konsentrasi selama 3 x 24 jam ke jaringan perifer
Hb dan darah, suplai di harapkan perfusi 2. Observasi TTV Rasional:
oksigen berkurang jaringan perifer Untuk mengetahui
keadaan umum pasien
ditandai dengan pasien efektif dengan
3. Observasi efek samping
mengatakan lemas, kriteria hasil:
pemberian transfusi darah
pasien mengatakan 1.Pasien Rasional: Mengetahui
pusing, konjungtiva mengatakan tidak reaksi yang timbul selama
anemis, CRT> 2 lemas lagi transfusi dan setelah
detik,pasien terlihat 2.Copillany refile transfusi darah
lemas dan pusing, 6,5 time < 3 detik 4. Bantu ADL pasien
g/dl, turgor kulit kurang 3.Fungsi sensori Rasional: Membantu
elastis. motori cranial utuh kemandirian ADL pasien
5. Anjurkan pasien makan
4. Hb pasien < 10 makanan yang mudah
g/dl dicerna, dalam keadaan
hangat dan makanan yang
mengandung zat besi
seperti daging merah,
kuning telur Rasional:
Untuk meningkatkan
nafsu makan dan
memenuhi kebutuhan
nutrisi sesuai kebutuhan
6. Kolaborasi dalam
pemberian transfusi
darah, asam folat
Rasional: untuk
meningkatkan sel darah
merah
67

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN PADA PASIEN


ANEMIA DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN PERFUSI
JARINGAN PERIFER DI RUANG DAHLIA BRSUD
TABANAN

4. Implementasi Keperawatan
Tabel 4. 9 Implementasi Keperawatan

Hari/ Dx Tindakan Evaluasi Paraf


Tanggal/ Keperawatan
Jam
1 2 3 4 5
Kamis, 2 1 Monitor CRT DS: pasien mengeluh lemas Triadi
april 2020

DO: CRT pasien >2 detik


Pukul.
10.00
Wita

Pukul. 1 Mengobservasi DS: pasien mengatakan sedikit Triadi


11.00 tanda-tanda vital lemas
Wita

DO: TD : 110/70 mmHg


N : 78 x/menit
R : 24 x/menit
S : 36 Oc
Pukul. 1 Mengobservas DS: pasien merasa nyaman Triadi
11.30 kondisi pasien
sebelum
wita
pemasangan DO: TD : 110/70 mmHg
transfusi darah
N : 78 x/menit
R : 24 x/menit
68

S : 36 oC
Sudah terpasang Nacl 20
tetes/menit
Pukul. 1 Delegatif dalam DS: pasien mengatakan tidak Triadi
12.00 pemberian merasa mual, pusing gatal
Wita transfusi darah maupun demam

DO: tetesan transfusi berjalan


lancar 24 tetes/menit

Pukul. 1 Menganjurkan DS: pasien mengatakan Triadi


12.30 pasien makan mengerti apa yang disarankan
Wita makanan oleh perawat
mengandung zat
besi, seperti
daging merah DO:pasien terlihat sudah paham
dan kuning telur dengan penjelasan perawat

Pukul. 1 Membantu DS: pasien mengatakan Triadi


13.00 pasien ke toilet keinginan untuk BAK
Wita

DO: pasien tampak lemas

Pukul. 1 Mengobservasi DS: pasien mengatakan tidak Triadi


13.45 terhadap efek ada alergi setelah dilakukan
samping setelah transfusi darah seperti gatal-
wita
gatal maupun kemerahan
transfusi darah

DO: setelah dilakukan transfusi


darah tidak ada tanda-tanda
alergi

Pukul. 1 Menganjurkan DS: pasien mengatakan masih Triadi


pasien untuk
69

14.00 istirahat sedikit batuk


Wita
DO: pasien tampak batuk

Pukul. 1 Delegegatif DS: pasien mengatakan sudah Triadi


15.00 dalam minum obat
Wita pemberian obat
asam folat
DO: tidak ada efek samping
obat seperti demam.

Pukul. 1 Mengobservasi DS: pasien mengatakan BAB Triadi


17.00 pendarahanv nya sedikit bercampur darah
wita
DO: tidak ada pendarahan di
daerah lainny

Pukul. 1 Menganjurkan DS: pasien mengatakan sudah Triadi


19.00 pasien untuk minum obat
Wita istirahat

DO: tidak ada efek samping


obat seperti demam

Pukul. 1 Delegatif dalam DS: pasien mengatakan sudah Triadi


21.00 pemberian obat minum obat
Wita asam folat

DO: tidak ada efek samping


obat seperti demam

Pukul. 1 Menganjurkan DS: pasien mengatakan segera Triadi


23.00 pasien untuk untuk beristirahat
Wita istirahat
70

DO: pasien tampak istirahat

Jumat , 2 1 Mengobservas i DS: pasien mengatakan lemas Triadi


April 2020 tanda-tanda vital
Pukul.
05.00 DO: TD: 100/70 mmHg
Wita
N : 80 x/menit
R : 20 x/menit
S : 36 oC

Pukul. 1 Delegatif dalam DS: pasien mengatakan sudah Triadi


08.00 pemberian obat minum obat
Wita asam folat

DO: tidak ada efek samping


obat seperti demam

Pukul. 1 Mengobservasi DS: paien mengatakan lemas Triadi


10.45 tanda-tanda vital
Wita
DO: TD: 110/70 mmHg
N : 76 x/menit
S : 36.6 oC
R : 22 x/menit

Pukul. 1 Mengobservasi DS: pasien merasa nyaman Triadi


11.00 kondisi pasien
Wita sebelum
pemasangan DO: TD : 110/70 mmHg
transfusi darah
N : 76 x/menit
R : 22 x/menit
71

S : 36.6 oC
Sudah terpasang Nacl 20
tetes/menit

Pukul. 1 Delegatif dalam DS: pasien mengatakan tidak Triadi


12.00 pemberian merasa mual, pusing gatal
Wita transfusi darah maupun demam

DO: tetesan transfusi berjalan


lancar 24 tetes/menit

Pukul. 1 Mengobservasi DS: pasien mengatakan tidak Triadi


13.45 terhadap efek ada alergi setelah dilakukan
Wita samping setelah transfusi darah seperti gatal-
transfusi darah gatal maupun kemerahan

DO: setelah dilakukan transfusi


darah tidak ada tanda-tanda
alergi

Pukul. 1 Memonitor CRT DS: pasien mengatakan lemas Triadi


14.00
Wita
DO: CRT >2 detik

Pukul. 1 Delegatif dalam DS: pasien mengatakan sudah Triadi


15.00 pemberian obat minum obat
asam folat
Wita
DO: tidak ada efek samping
obat seperti dema

Pukul. 1 Membantu ADL DS: pasien mengatakan tidak


17.00 pasien bisa mengganti pakaian karena
72

Wita terpasang infus di tangan Triadi


sebelah kiri

DO: pakaian pasien terganti

Pukul. 1 Menganjurkan DS: pasien mengatakan sedikit Triadi


19.30 pasien untuk batuk
wita1 beristirahat

DO: pasien tampak batuk

Pukul. 1 Delegatif dalam DS: pasien mengatakan minum Triadi


21.00 pemberian obat obat
asam folat
Wita
DO: tidak ada efek samping
obat seperti demam

Pukul. 1 Menganjurkan DS: pasien mengatakan segera Triadi


23.00 pasien untuk untuk istirahat
istirahat
Wita
DO: pasien tampak istirahat

Sabtu 4 1 Mengobservasi DS: pasien mengatakan sedikit Triadi


April 2020 tanda-tanda vital lemas
Pukul DO: TD: 110/70 mmHg
05.00 N : 80 x/menit
Wita
R : 20 x/menit
S : 36,8 oC

Pukul. 1 Delegatif dalam DS: pasien mengatakan sudah Triadi


08.00 pemberian obat minum obat
73

Wita asam folat


DO: tidak ada efek samping
obat seperti demam

Pukul. 1 Mengobservasi DS: paien mengatakan lemas Triadi


10.00 tanda-tanda vital
wita
DO: TD: 110/70 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36.8 oC
R : 20 x/menit
Pukul. 1 Mengobservasi DS: pasien merasa nyaman Triadi
11.00 kondisi pasien
Wita sebelum
pemasangan DO: TD : 110/70 mmHg
transfusi darah
N : 76 x/menit
R : 22 x/menit
S : 36.6 oC
Sudah terpasang Nacl 20
tetes/menit

Pukul. 1 Delegatif dalam DS: pasien mengatakan tidak Triadi


12.00 pemberian merasa mual, pusing gatal
Wita transfusi darah maupun demam

DO: tetesan transfusi berjalan


lancar 24 tetes/menit

Pukul. 1 Mengobservasi DS: pasien mengatakan tidak Triadi


13.45 terhadap efek ada alergi setelah dilakukan
Wita samping setelah transfusi darah seperti gatal-
transfusi darah gatal maupun kemerahan
74

DO: setelah dilakukan transfusi


darah tidak ada tanda-tanda
alergi

Pukul. 1 Delegatif dalam DS: pasien mengatakan sudah Triadi


15.00 pemberian obat minum obat
asam folat
wita
DO: tidak ada efek samping
obat seperti demam

Pukul. 1 Menganjurkan DS: pasien mengatakan Triadi


19.30 pasien untuk batuknya sudah berkurang dan
istirahat segera istirahat
wita

DO: Pasien tampak istirahat

Pukul. 1 Delegatif dalam DS: pasien mengatakan sudah Triadi


21.00 pemberian obat minum obat
asam folat
wita
DO: tidak ada efek samping
obat seperti demam

Pukul. 1 Menganjurkan DS: pasien mengatakan segera Triadi


23.00 pasien untuk istirahat
istirahat
Wita
DO: pasien tampak istirahat

Minggu, 5 1 Mengobservasi DS: pasien mengatakan sedikit Triadi


April 2020 tanda-tanda vital lemas
75

Pukul. DO: TD: 110/70 mmHg


05.00
N : 80 x/menit
Wita
R : 20 x/menit
S : 36,8 oC

Pukul. 1 Delegatif dalam DS: pasien mengatakan sudah Triadi


08.00 pemberian obat minum obat
asam folat
Wita
DO: tidak ada efek samping
obat seperti demam

Pukul. 1 Mengobservasi DS: paien mengatakan lemas Triadi


10.00 tanda-tanda vital
Wita
DO: TD: 110/70 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36.8 oC
R : 20 x/menit
Pukul. 1 Mengobservasi DS: pasien merasa nyaman Triadi
11.00 kondisi pasien
Wita sebelum
pemasangan DO: TD : 110/70 mmHg
transfusi darah
N : 76 x/menit
R : 22 x/menit
S : 36.6 oC
Sudah terpasang Nacl 20
tetes/menit

Pukul. 1 Delegatif dalam DS: pasien mengatakan tidak Triadi


12.00 pemberian merasa mual, pusing gatal
Wita transfusi darah maupun demam
76

DO: tetesan transfusi berjalan


lancar 24 tetes/menit

Pukul. 1 Mengobservasi DS: pasien mengatakan tidak Triadi


13.45 terhadap efek ada alergi setelah dilakukan
Wita samping setelah transfusi darah seperti gatal-
transfusi darah gatal maupun kemerahan

DO: setelah dilakukan transfusi


darah tidak ada tanda-tanda
alergi

Pukul. 1 Delegatif dalam DS: pasien mengatakan sudah Triadi


15.00 pemberian obat minum obat
asam folat
wita
DO: tidak ada efek samping
obat seperti demam

Pukul. 1 Menganjurkan DS: pasien mengatakan Triadi


19.30 pasien untuk batuknya sudah berkurang dan
istirahat segera istirahat
Wita

DO: Pasien tampak istirahat

Pukul. 1 Delegatif dalam DS: pasien mengatakan sudah Triadi


21.00 pemberian obat minum obat
asam folat
Wita
DO: tidak ada efek samping
obat seperti dema

Pukul. 1 Menganjurkan DS: pasien mengatakan segera Triadi


77

23.00 pasien untuk istirahat


istirahat
Wita
DO: pasien tampak istirahat
PASIEN 2

Hari / Dx Tindakan Evaluasi Paraf


Tanggal/ Keperawatan
Jam
April 2020 1 Delegatif dalam DS: Pasien mengatakan sudah Triadi
Pukul. pemberian obat minum obat
08.00 asam folat
Wita
DO: tidak ada efek samping
obat seperti demam
Pukul. 1 Memonitor CRT DS: pasien mengatakan lemas Triadi
14.00
Wita
DO: CRT >2 detik
Pukul. 1 Mengobservasi DS: paien mengatakan lemas Triadi
15.00 tanda-tanda vital
Wita
DO: TD: 110/70 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36.8 oC
R : 20 x/menit
Pukul. 1 engobservasi DS: paien mengatakan nyaman Triadi
15.30 kondisi pasien
Wita sebelum
pemasangan DO: TD: 110/70 mmHg
transfusi darah
N : 80 x/menit
S : 36.8 oC
R : 20 x/menit
Sudah terpasang Nacl 20
tetes/menit
78

Pukul.1 1 Delegatif dalam DS: pasien mengatakan tidak Triadi


16.00 pemberian merasa mual, pusing gatal
Wita transfusi darah maupun demam

DO: tetesan transfusi berjalan


lancar 24 tetes/menit
Pukul. 1 Menganjurkan DS: pasien mengatakan Triadi
16.30 pasien makan mengerti apa yang disarankan
Wita makanan oleh perawat
mengandung zat
besi, seperti
daging merah DO:pasien terlihat sudah paham
dan kuning telur dengan penjelasan perawat
Pukul. 1 Membantu ADL DS: pasien mengatakan tidak Triadi
17.00 pasien makan bisa melakukannya sendiri
1Wita dan minum

DO: pasien tampak lemas


Pukul. 1 Mengobservasi DS: pasien mengatakan tidak Triadi
19.30 terhadap efek ada alergi setelah dilakukan
Wita samping setelah transfusi darah seperti gatal-
transfusi darah gatal maupun kemerahan

DO: Tidak ada efek yang di


timbulkan dari transfsi darah
Pukul. 1 Delegatif dalam DS: pasien mengatakan sudah Triadi
21.00 pemberian obat minum obat
asam folat
Wita DO: tidak ada efek samping
obat seperti demam
Pukul. 1 Menganjurkan DS: pasien mengatakan segera Triadi
23.00 pasien untuk istirahat
istirahat
Wita DO: pasien tampak istirahat
Sabtu,11 1 Mengobservasi DS: pasien mengatakan lemas Triadi
April 2020 tanda-tanda vital
DO: TD: 100/70 mmHg
pukul
79

05.00 wita N : 80 x/menit


R : 20 x/menit
S : 36 oC
Pukul. 1 Delegatif dalam DS: pasien mengatakan sudah Triadi
08.00 pemberian obat minum obat
Wita asam folat
DO: tidak ada efek samping
obat seperti dema
Pukul 1 Memonitor CRT DS: pasien mengatakan lemas Triadi
14.00
Wita
DO: CRT >2 detik
Pukul. 1 Mengobservasi DS: paien mengatakan nyaman Triadi
15.00 wita tanda-tanda vital

DO: TD: 110/70 mmHg


N : 80 x/menit
S : 36.8 oC
R : 24 x/pemenit
Pukul. 1 Mengobservasi DS: paien mengatakan nyaman Triadi
15.30 kondisi pasien
Wita sebelum
pemasangan DO: TD: 110/70 mmHg
transfusi darah
N : 80 x/menit
S : 36.8 oC

Pukul 1 Delegatif dalam DS: pasien mengatakan tidak Triadi


16.00 pemberian merasa mual, pusing gatal
Wita transfusi darah maupun demam

DO: tetesan transfusi berjalan


lancar 24 tetes/menit
Pukul. 1 Menganjurkan DS: pasien mengatakan Triadi
16.30 pasien makan mengerti apa yang disarankan
80

Wita makanan oleh perawat


mengandung zat
besi, seperti
daging merah DO:pasien terlihat sudah paham
dan kuning telur dengan penjelasan perawat
Pukul. 1 embantu ADL DS: pasien mengatakan tidak Triadi
17.00 pasien makan bisa melakukannya sendiri
Wita dan minum

DO: pasien tampak lemas


Pukul. 1 Mengobservasi DS: pasien mengatakan tidak Triadi
19.00 terhadap efek ada alergi setelah dilakukan
Wita samping setelah transfusi darah seperti gatal-
transfusi darah gatal maupun kemerahan

DO: Tidak ada efek yang di


timbulkan dari transfsi darah
Pukul. 1 Delegatif dalam DS: pasien mengatakan sudah Triadi
21.00 pemberian obat minum obat
asam folat
Wita DO: tidak ada efek samping
obat seperti demam
Pukul. 1 Menganjurkan DS: pasien mengatakan segera Triadi
23.00 pasien untuk istirahat
istirahat
Wita DO: pasien tampak istirahat
Minggu, 1 Mengobservasi DS: pasien mengatakan lemas Triadi
12 April tanda-tanda vital
DO: TD: 100/70 mmHg
2020
pukul N : 80 x/menit
05.00 wita
R : 20 x/menit
S : 36 oC
Pukul. 1 Delegatif dalam DS: pasien mengatakan sudah Triadi
08.00 pemberian obat minum obat
Wita asam folat

DO: tidak ada efek samping


81

obat seperti dema


Pukul. 1 Memonitor CRT DS: pasien mengatakan lemas Triadi
14.00
Wita
DO: CRT >2 detik
Pukul. 1 Mengobservasi DS: paien mengatakan nyaman Triadi
15.00 wita tanda-tanda vital

DO: TD: 110/70 mmHg


N : 80 x/menit
S : 36.8 oC
R : 24 x/pemenit
Pukul. 1 Mengobservasi DS: paien mengatakan nyaman Triadi
15.30 kondisi pasien
Wita sebelum
pemasangan DO: TD: 110/70 mmHg
transfusi darah
N : 80 x/menit
S : 36.8 oC

Pukul.1 1 Delegatif dalam DS: pasien mengatakan tidak Triadi


16.00 pemberian merasa mual, pusing gatal
Wita transfusi darah maupun demam

DO: tetesan transfusi berjalan


lancar 24 tetes/menit
Pukul. 1 Menganjurkan DS: pasien mengatakan Triadi
16.30 pasien makan mengerti apa yang disarankan
Wita makanan oleh perawat
mengandung zat
besi, seperti
daging merah DO:pasien terlihat sudah paham
dan kuning telur dengan penjelasan perawat
Pukul. 1 embantu ADL DS: pasien mengatakan tidak Triadi
17.00 pasien makan bisa melakukannya sendiri
82

Wita dan minum


DO: pasien tampak lemas
Pukul. 1 Mengobservasi DS: pasien mengatakan tidak Triadi
19.00 terhadap efek ada alergi setelah dilakukan
Wita samping setelah transfusi darah seperti gatal-
transfusi darah gatal maupun kemerahan

DO: Tidak ada efek yang di


timbulkan dari transfsi darah
Pukul 1 Delegatif dalam DS: pasien mengatakan sudah Triadi
21.00 wita pemberian obat minum obat
asam folat
DO: tidak ada efek samping
obat seperti demam
Pukul 1 Menganjurkan DS: pasien mengatakan segera Triadi
23.00 wita pasien untuk istirahat
istirahat
DO: pasien tampak istirahat
Senin, 13 1 Mengobservasi DS: pasien mengatakan lemas Triadi
April 2020 tanda-tanda vital
DO: TD: 100/70 mmHg
pukul
05.00 N : 80 x/menit
R : 20 x/menit
S : 36 oC
Pukul 1 Delegatif dalam DS: pasien mengatakan sudah Triadi
08.00 wita pemberian obat minum obat
asam folat

DO: tidak ada efek samping


obat seperti dema
Pukul. 1 Memonitor CRT DS: pasien mengatakan lemas Triadi
14.00
Wita
DO: CRT >2 detik
Pukul. 1 Mengobservasi DS: paien mengatakan nyaman Triadi
15.00 wita tanda-tanda vital
83

DO: TD: 110/70 mmHg


N : 80 x/menit
S : 36.8 oC
R : 24 x/pemenit
Pukul. Mengobservasi DS: paien mengatakan nyaman Triadi
15.30 kondisi pasien
Wita sebelum
pemasangan DO: TD: 110/70 mmHg
transfusi darah
N : 80 x/menit
S : 36.8 oC

Pukul.1 1 Delegatif dalam DS: pasien mengatakan tidak Triadi


16.00 pemberian merasa mual, pusing gatal
Wita transfusi darah maupun demam

DO: tetesan transfusi berjalan


lancar 24 tetes/menit
Pukul. 1 Menganjurkan DS: pasien mengatakan Triadi
16.30 pasien makan mengerti apa yang disarankan
Wita makanan oleh perawat
mengandung zat
besi, seperti
daging merah DO:pasien terlihat sudah paham
dan kuning telur dengan penjelasan perawat
Pukul. 1 embantu ADL DS: pasien mengatakan tidak Triadi
17.00 pasien makan bisa melakukannya sendiri
Wita dan minum

DO: pasien tampak lemas


Pukul. 1 Mengobservasi DS: pasien mengatakan tidak Triadi
19.00 terhadap efek ada alergi setelah dilakukan
Wita samping setelah transfusi darah seperti gatal-
transfusi darah gatal maupun kemerahan
84

DO: Tidak ada efek yang di


timbulkan dari transfsi darah
Pukul 1 Delegatif dalam DS: pasien mengatakan sudah Triadi
21.00 wita pemberian obat minum obat
asam folat
DO: tidak ada efek samping
obat seperti demam
Pukul 1 Menganjurkan DS: pasien mengatakan segera Triadi
23.00 wita pasien untuk istirahat
istirahat
DO: pasien tampak istirahat
85

EVALUASI KEPERAWATAN PADA PASIEN ANEMIA


DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN PERFUSI JARINGAN
PERIFER DI RUANG DAHLIA BRSUD TABANAN

5. Evaluasi Keperawatan
Tabel 4. 10 Evaluasi Keperawatan

Dx Hari 1 Tanggal 2 Hari 2 Tanggal 3 Hari 3 Tanggal


April 2020 April 2020 4 April 2020

Ketidakefektifa Subyektif Subyektif Subyektif


n perfusi
-pasien - pasien - pasien
jaringan perifer
mengatakan lemas mengatakan lemas mengatakan
berhubungan
-pasien lemas
dengan - pasien
mengatakan dada
penurunan mengatakan dada - pasien
sebelah kiri sakit
konsentrasi Hb sebelah kiri sakit mengatakan
dan darah, dada sebelah
suplai oksigen kiri sakit
berkurang Obyektif
Obyektif
ditandai dengan Obyektif
-CRT pasien >2
pasien - CRT pasien >2
detik -konjungtiva - CRT pasien
mengatakan detik
pucat -TD: 110/70 >2 detik
lemas, pasien mmHg, N: 78 - konjungtiva pucat
mengatakan - konjungtiva
x/menit, R: 24 - TD: 110/70
pusing, pucat
x/menit S: 36 Oc mmHg N: 76
konjungtiva x/menit, - TD: 110/70
anemis, CRT> 2 -Hb: 6,5 g/dl
mmHg N: 80
detik, , Hb : 6,5 S: 36,6 oC
Asassment x/menit,
g/dl, turgor kulit R: 22 x/menit
kurang elastis, tujuan 1,2,3 dan 4 S: 36,8 oC,
PLT: 30 10^3/ul belum tercapai, - Hb: 7,5 g/dl
R: 20 x/menit
masalah
Ketidakefektifan Asassment
- Hb: 8,3 g/dl
perfusi jaringan : tujuan 1,2,3 dan 4
perifer belum Asassment
belum tercapai,
teratasi masalah : tujuan 1,2,3
Ketidakefektifan dan 4 belum
perfusi jaringan tercapai,
Perencanaan: perifer belum masalah
86

lanjutkan renpra teratasi Ketidakefektifa


no. 1,2,3 dan 4. n perfusi
Perencanaan:
jaringan perifer
lanjutkan renpra belum teratasi
no. 1,2,3 dan 4.
Perencanaan:
lanjutkan renpra
no. 1,2,3 dan 4.
PASIEN 2
Dx Hari 1 Tanggal 5 Hari 2 Tanggal 6 Hari 3 Tanggal
April 2020 April 2020 7 April 2020
Ketidakefektifan Subyektif: Subyektif: Subyektif:
perfusi jaringan
-Pasien - Pasien - Pasien
perifer
mengatakan lemas mengatakan lemas mengatakan
berhubungan
-Pasien sudah tidak
dengan - Pasien
mengatakan lemas lagi
penurunan mengatakan pusing
pusing
konsentrasi Hb - Pasien
dan darah, Obyektif:
Obyektif: mengatakan
suplai oksigen - konjungtiva pusing
berkurang -konjungtiva
anemis - CRT> 2
ditandai dengan anemis Obyektif:
detik
pasien - CRT> 2 detik - konjungtiva
mengatakan - tanda-tanda vital,
anemis
lemas, pasien - tanda-tanda TD:100/70 mmHg,
mengatakan vital, TD:100/70 N: 86 x/menit - CRT> 2 detik
pusing, mmHg, N: 88 - tanda-tanda
S: 36.5 oC
konjungtiva x/menit vital,
anemis, CRT> 2 R: 22 x/menit TD:110/80
S: 36 oC
detik,pasien mmHg, N: 80
- Hb : 7.9 g/dl - x/menit
terlihat lemas R: 24 x/menit
turgor kulit kurang
dan pusing, 6,5 -Hb : 7.0 g/dl elastic S: 36 oC
g/dl, turgor kulit
kurang elastis. - turgor kulit R: 20 x/menit
kurang elastis
Aasassment: - Hb : 8. g/dl
tujuan 1,2,3 dan 4
- turgor kulit
belum tercapai,
Aasassment: kurang elastic
masalah
tujuan 1,2,3 dan 4
Ketidakefektifan Aasassment:
belum tercapai,
perfusi jaringan tujuan 1
masalah
87

Ketidakefektifa n perifer belum tercapai, 2,3 dan


perfusi jaringan teratasi 4 belum
perifer belum tercapai,
teratasi masalah
Perencanaan: Ketidakefektifa
n perfusi
lanjutkan renpra jaringan perifer
Perencanaan:
no. 1,2,3 dan 4. teratasi
lanjutkan renpra sebagian
no. 1,2,3 dan 4.
Perencanaan:
lanjutkan renpra
no. 2,3 dan 4.

B. Pembahasan

Pada pembahasan ini akan menguraikan tentang perbandingan asuhan

keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi keperawatan. Pada bab ini penulis akan

menbandingkan asuhan keperawatan pada dua pasien yaitu pada Tn. NR

dengan Anemia Berat dan Tn. WS dengan Anemia Berat di ruangan Dahlia

BRSUD Tabanan

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan

merupakan proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai

sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan

klien. (Nursalam,2013). Adapun teknik yang dilakukan saat

pengkajian adalah wawancara, observasi, pemereksaan fisik, dan

dokumeentasi. Dalam tinjauan teoritis pada pasien anemia terdapat


88

tanda dan gejala: pasien merasa pusing, mata berkunang-kunang, lesu,

aktivitas kurang, rasa mengantuk, susah konsentrasi, cepet lelah,

pikiran menurun, perdarahan dan urine berwarna kuning tua/coklat.

Pada Tn. NR dengan anemia berat dilakukan pengkajian pada

tanggal 2 April 2020 didapatkan hasil data yaitu pasien mengatakan

badanya lemas, pasien mengatakan batuk, sesak, dada sebelah kiri

sakit, nafsu makannya menurun, pasien mengatakan makannya habis 4

sampai 6 sendok makanan yang diberikan di rumah sakit, BAB sedikit

bercampur darah pasien mengatakan ADL dibantu oleh perawat dan

keluarga, HB: 5,9 g/dl.

Pada Tn. WS dengan Anemia Berat dilakukan pengkajian pada

tanggal 3 April 2019 didapatkan data pasien mengatakan badanya

lemas, pusing, sesak batuknya kadang-kadang, pasien mengatakan

nafsu makannya menurun, pasien mengatakan hanya makan 2 sampai

5 sendok makanan yang diberikan di rumah sakit, pasien mengatakan

ADL diabantu oleh perawat dan keluarga.

Pada pasien Tn. NR dan Tn.WS mengalami tanda gejala sesak

karena penurunan kadar hemoglobin, dimana hemoglobin mengikat

oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh. Pada pasien Tn. WS tidak

mengalami tanda gejala sakit di bagian dada sebelah kiri dan pada Tn.

NR mengalami tanda gejala sakit di bagian dada sebelah kiri. Yang

dikarenakan pada sistem jantung bekerja lebih berat untuk menyuplai

darah keseluruh tubuh (NANDA NIC-NOC, 2015 : 40) Pada Tn. WS


89

tidak mengalami tanda gejala BAB bercampur darah dan pada Tn. NR

mengalami tanda gejala BAB bercampur darah. Karena adanya

pendarahan di saluran pencernaan yang mengalirkan darah hingga

kerektum.

2. Diagnosa

Diagnose keperawatan adalah langkah kedua dari proses

keperawatan yang menggambarkan penilaian klinis tentang respon

individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat terhadap

permasalahan kesehatan baik aktual maupun potensial. Dimana

perawat mempunyai lisensi dan kompetensi untuk mengtasinya (

Lubis Ade Sulistya, 2019 ).

Pada teoritis ditegakan diagnosa keperawatan ketidakefektifan

perfusi jaringan perifer, pada Tn. NR dan Tn WS ditegakan diagnosa

keperawatan yang sesuai dengan teori yaitu ketidakefektifan perfusi

jaringan perifer, hal ini dikarenakan diagnosa keperawatan

ketidakefektifan perfusi jaringan perifer merupakan diagnosa utama

dari penyakit Anemia yang menjadi pencetus utama dalam

menimbulkan masalah-masalah lainnya (NANDA NIC-NOC, 2015 :

38)

3. Perencanaan

Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk

pencegahan, mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang telah

diidentifikasi pada diagnosa keperawatan. Tahap ini dimulai setelah


90

menemukan diagnose keperawatan dan menyimpulkan rencana

dokumentasi (Nursalam ,2013). Dalam tinjauan teoritis disusun

beberapa rencana keperawatan yaitu: awasi tanda-tanda vital, kaji

pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku, selidiki

keluhan nyeri dada, palpitasi, awasi pemeriksaan laboratorium,

misalnya Hb dan jumlah SDM, GDA, berikan SDM, darah

lengkap/packed, produk darah sesuai indikasi. Awasi ketat untuk

untuk komplikasi transfusi.

Pada Tn. NR dilakukan penyusunan rencana asuhan keperawatan 3

x 24 jam dan disusun sesuai rencana tindakan yaitu: monitor CRT,

observasi TTV, observasi efek samping transfusi darah, observasi

tanda-tanda pendarahan bantu ADL pasien, anjurkan pasien makan

makanan yang mudah dicerna, dalam keadaan hangat dan makanan

yang mengandung zat besi seperti daging merah,kuning telur,

kolaborasi dengan petugas gizi, kolaborasi dalam pemberian transfusi

darah dan obat asam folat.

Sedangkan pada Tn. WS dilakukan penyusunan rencana asuhan

keperawatan 3 x 24 jam dan disusun sesuai rencana tindakan yaitu:

monitor CRT, observasi TTV, observasi efek samping transfusi darah,

bantu ADL pasien, anjurkan pasien makan makanan yang mudah

dicerna, dalam keadaan hangat dan makanan yang mengandung zat

besi seperti daging merah,kuning telur, kolaborasi dengan petugas

gizi, kolaborasi dalam pemberian transfusi darah dan obat asam folat.
91

Tn. NR dilakukan observasi tanda-tanda perdarahan karena PLT

pasien yaitu 30 10^3/ul sedangkan Tn. WS tidak dilakukan observasi

perdarahan karena PLT pasien normal.

Pada Tn NR dan Tn WS sudah disusun sesuai rencana keperawatan

teoritis dan beberapa tambahan intervensi karena sesuai dengan

kebutuhan dan keadaan pasien.

4. Tindakan Keperawatan

Pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai tujuan yang

spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana intervensi

disusun dan ditunjukan pada nursing orders untuk membantu klien

mencapai tujuan yang diharapkan (Nursalam, 2013).

Tindakan keperawatan merupaka realisasi dari rencana yang telah

disusun sebelumnya dimana tujuan dari pelaksanaan adalah memenuhi

kebutuhan pasien secara optimal dan mengatasi masalah keperawatan

yang muncul. Pelaksanaan keperawatan pada Tn. NR dan Tn. WS

sudah sesuai dengan rencana keperawatan namu pada Tn NR

diberikan obat NAC 3 x 1 tab. melalui oral, sedangkan pada Tn. WS

tidak diberikan obat NAC, hal ini dikarenakan Tn WS tidak mengeluh

batuk sedangkan Tn. NR mengeluh batuk sehingga diberikan obat

NAC untuk mengatasi batuk Tn. NR.

5. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses

keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnosa


92

keperawatan, rencana intervensi, dan inplementasinya. Tahap evaluasi

memungkinkan perawat untuk memonitor keadaan yang terjadi

selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan, dan inplementasi

intervensi (Nursalam, 2013).

Pada Tn. NR dilakukan evaluasi formatif hari pertama pada tanggal

2 April 2020 didapatkan hasil diagnosa keperawatan ketidakefektifan

perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan kadar Hb, dan

darah, suplai oksigen berkurang tujuan 1, 2, 3, 4, belum tercapai,

evaluasi formatif hari kedua pada tanggal 3 April 2020 didapatkan

hasil diagnose keperawatan ketidakefektifan perfusi jaringan perifer

berhubungan dengan penurunan kadar Hb, dan darah, suplai oksigen

berkurang tujuan 1, 2, 3, 4 belum tercapai, evaluasi sumatif hari

ketiga pada tanggal 4 April 2020 didapatkan hasil diagnosa

keperawatan ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan

dengan penurunan kadar Hb, dan darah, suplai oksigen berkurang

tujuan 1, 2, 3, 4 belum tercapai.

Pada Tn. WS dilakukan evaluasi formatif hari pertama pada

tanggal 5 April 2020 didapatkan hasil diagnosa keperawatan

ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan

penurunan kadar Hb, dan darah, suplai oksigen berkurang tujuan 1, 2,

3, 4, belum tercapai, evaluasi formatif hari kedua pada tanggal 6 April

2020 didapatkan hasil diagnose keperawatan ketidakefektifan perfusi

jaringan perifer berhubungan dengan penurunan kadar Hb, dan darah,


93

suplai oksigen berkurang tujuan 1, 2, 3, 4, belum tercapai, evaluasi

sumatif hari ketiga pada tanggal 7 April 2020 didapatkan hasil

diagnosa keperawatan ketidakefektifan perfusi jaringan perifer

berhubungan dengan penurunan kadar Hb, dan darah, suplai oksigen

berkurang tujuan 1 tercapai, tujuan 2, 3, 4, belum tercapai

Pada Tn. NR tujuan 1, 2, 3 dan 4 belum tercapai, dimana tujuan 1

yaitu pasien mengatakan tidak lemas lagi, tujuan 2 Copilliany refile

time <2 detik, tujuan 3 fungsi sensori motori cranial yang utuh, tujuan

4 Hb pasien <10 g/dl sedangkan pada Tn. WS tujuan 2, 3 dan 4 sudah

tercapai yaitu tujuan 2 Copilliany refile time <2 detik, tujuan 3 fungsi

sensori motori cranial yang utuh, tujuan 4 Hb pasien <10 g/dl.

C. Keterbatasan

Dalam pembuatan studi kasus ini tidak terdapat keterbatasan baik

dari pembuatan proposal, pencarian pasien, pengumpulan data hingga

kerjasama dengan tenaga kesehatan yang lain di ruang Oleg RSD

Mangusada tidak mengalami kesulitan, pasien kooperatif dalam

mengikuti rencana tindakan yang telah disusun sehingga studi kasus ini

telah selesai tepat waktu.


BAB V

Penutup
A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bab pembahasan penulis dapat

menyimpulkan secara garis besar perbandingan asuhan keperawatan pada

Tn. NR dengan Anemia berat dengan diagnosa ketidakefektifan perfusi

jaringan perifer dan Tn.WS dengan Anemia berat dengan diagnosa

ketidakefektifan perfusi jaringan perifer sudah dilaksanakan sesuai dengan

rencana. Data yang diperoleh saat pengkajian meliputi wawancara,

observasi, pemereksaan fisik, dan dokumentasi di Ruangan Dahlia

BRSUD Tabanan

B. Saran

Dalam rangka meningkatkan pelayanan pasien penyakit Anemia di

BRSUD Tabanan maka penulis dapat menyampaikan beberapa saran

sebagai berikut :

1. Kepada pengelola rumah sakit BRSUD Tabanan agar tetap

mempertahankan mutu pelayanan rumah sakit bahkan dapat di

tingkatkan lagi.

2. Kepada perawat ruang Dahlia BRSUD Tabanan diharapkan agar

melanjutkan dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien Tn.

NR dan Tn. WS sehingga dalam perawatanya tercapai, tujuan

yangoptimal dan tetap melaksanakan tindakan keperawatan

berdasarkan SOP yang ada.

94
95

3. Kepada Institusi Teknologi dan Kesehatan Bali Diharapkan dapat

meningkatkan pengadaan buku sumber dengan memperbaharui

refrensi terbaru tentang ilmu penyakit dalam khususya pada sistem

hematologi .

4. Kepada pasien dan keluarga Diharapkan keluarga dan pasien

mampu mengerti dan mengaplikasikan tentang apa yang telah

diajarkan oleh perawat di rumah sakit dan mendukung dalam

proses pemulihan pasien selama berada di rumah.


DAFTAR PUSTAKA

Destarina, R. (2018) ‘Faktor Risiko Anemia Ibu Hamil Terhadap Panjang Badan

Lahir Pendek Di Puskesmas Sentolo 1 Kulon Progo D.I.Yogyakarta’, Gizi

Indonesia, 41(1), p. 39. doi: 10.36457/gizindo.v41i1.250.

Kemenkes RI (2012) ‘Peraturan Presiden RI Nomor 72 Tahun 2012 tentang

Sistem Kesehatan Nasional’.

Kemenkes RI (2013) ‘Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013’. doi:

10.3406/arch.1977.1322.

Krisna Triyono, S. D. and K. Herdiyanto, Y. (2018) ‘Konsep Sehat Dan Sakit

Pada Individu Dengan Urolithiasis (Kencing Batu) Di Kabupaten

Klungkung, Bali’, Jurnal Psikologi Udayana, 4(02), p. 263. doi:

10.24843/jpu.2017.v04.i02.p04.

Lestari, I. P., Lipoeto, N. I. and Almurdi, A. (2018) ‘Hubungan Konsumsi Zat

Besi dengan Kejadian Anemia pada Murid SMP Negeri 27 Padang’, Jurnal

Kesehatan Andalas, 6(3), p. 507. doi: 10.25077/jka.v6.i3.p507-511.2017.

Priyanto, L. D. (2018) ‘The Relationship of Age, Educational Background, and

Physical Activity on Female Students with Anemia’, Jurnal Berkala

Epidemiologi, 6(2), p. 139. doi: 10.20473/jbe.v6i22018.139-146.

Utami, P. R. and Fuad, K. (2018) ‘Gambaran Kadar Hemoglobin Pada Penderita

Diabetes Melitus Komplikasi Ginjal’, JURNAL KESEHATAN PERINTIS

(Perintis’s Health Journal), 5(1), pp. 99–105. doi: 10.33653/jkp.v5i1.103.

96
97

Wahyuningsih, A. and Uswatun, A. (2019) ‘Hubungan Pengetahuan Tentang

Anemia dengan Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Tambah Darah Remaja

Putri Di SMA Negeri 1 Karanganom’, Jurnal Involusi Kebidanan, 9(17),

pp. 4–13.

World Health Organization. 2015. The global prevalence of anaemia in 2011

Geneva: World Health Organization. [Google Scholar]

World Health Organization. 2016. Global Health Observatory data repository:

prevalence of anaemia in women. Diakses pada tanggal 14 Maret 2020

http://apps.who.int/gho/data/view.main.GSWCAH28REG.

World Health Organization. 2016. Global Health Observatory data repository:

anaemia in children <5 years by region. Diakses tanggal 14 Maret 2020.

http://apps.who.int/gho/data/view.main.ANEMIACHILDRENv?lang=en.
98

LEMBAR KONSULTASI

BIMBINGAN PROPOSAL

NAMA MAHASISWA : I Komang Triadi Suryawan

NIM/NPN : 17E10016

NAMA PEMBIMBING : Ns. L.G Nita Sri Wahyuningsih,S.Kep.,MM

NO TANGGAL REKOMENDASI PEMBIMBING PARAF


PEMBIMBING

1 9/01/2020 Bimbingan judul proposal


2 11/02/2020 Bimbingan BAB I
3 13/02/2020 Revisi BAB I
4 15/02/2020 ACC BAB I
5 17/02/2020 Bimbingan BAB II
6 19/02/2020 Revisi BAB II
7 21/02/2020 ACC BAB II
8 23/02/2020 Bimbingan BAB III
9 25/02/2020 Revisi BAB III
10 27/02/2020 ACC BAB III

Mengetahui

Ketua Program Studi

Ns. I Gede Satria Astawa, S.Kep.,M.Kes.

NIR. 83011
99

LEMBAR KONSULTASI

BIMBINGAN KARYA TULIS ILMIAH

NAMA MAHASISWA : I Komang Triadi Suryawan

NIM/NPN : 17E10016

NAMA PEMBIMBING : Ns. L.G Nita Sri Wahyuningsih,S.Kep.,MM


NO TANGGAL REKOMENDASI PEMBIMBING PARAF
PEMBIMBING

1 3/04/2020 Bimbingan BAB IV


2 8/04/2020 Revisi BAB IV
3 9/04/2020 ACC BAB IV
4 11/04/2020 Bimbingan BAB V
5 13/04/2020 Revisi BAB V
6 17/04/2020 ACC BAB V
7 20/04/2020 Bimbingan BAB I-V
8 23/04/2020 Revisi BAB I-V
26/04/2020 ACC BAB I-V
28/04/2020 Persiapan siding KTI

Mengetahui

Ketua Program Studi

Ns. I GedeSatriaAstawa, S.Kep.,M.Kes.

NIR. 83011
100

Anda mungkin juga menyukai